Anda di halaman 1dari 10

KERAJAAN PAJAJARAN

DISUSUN OLEH

NAMA : M. IRFAN
KELAS : X D Ipa2

GURU PEMBIMBING : NAZMA RUNI

PONDOK PESANTREN DAARUN NAHDHAH THAWALIB


BANGKINANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca sejarah kerajaan Pajajaran.

Harapan saya semoga makalah kerajaan pajajaran ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, 20 Januari 2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia banyak sekali terdapat kerajaan,salah satunya yaitu kerajaan pajajaran


yang terletak di Jawa Barat.Diketahui kerajaan ini berdiri sesudah runtuhnya kerajaan
Tarumanegara, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah candi di desa cangkuang
dekat Leles yang keberadaannya pastinya belum dapat diketahui, akibat dari data-data yang
kurang untuk mengungkapkannya secara pasti.

Para ahli berpendapat selain kerajaan Tarumanegara, terdapat sebuah kerajaan yang
bernama kerajaan padjajaran,namun tidak dapat diketahui dimana pastinya lokasi kerajaan
tersebut. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan pajajaran di dirikan pada tahun 923
oleh Sri jayabhupati, seperti yang di sebutkan dalam prasasti sanghyang tapak (1030 M)
dikampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicati, Cibadak, Sukabumi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terbentuknya kerajaan Pajajaran?

2. Seperti apa kehidupan pada masa kerajaan Pajajaran?

3. Seperti apa proses peruntuhan kerajaan Pajajaran ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan makalah ini demi memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

●̲̅̅ Latar Belakang Kerajaan Pajajaran (10-16 M) di Jawa Barat

Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini
beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang terletak di
Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota.
Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu
kotanya. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri
Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) di kampung
Pangcalikan dan Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.

●̲̅̅ Awal Pakuan Pajajaran

Seperti tertulis dalam sejarah, akhir tahun 1400-an Majapahit kian melemah.
Pemberontakan, saling berebut kekuasaan di antara saudara berkali-kali terjadi. Pada masa
kejatuhan Prabu Kertabumi (Brawijaya V) itulah mengalir pula pengungsi dari kerabat
Kerajaan Majapahit ke ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat.

Raden Baribin, salah seorang saudara Prabu Kertabumi termasuk di antaranya. Selain
diterima dengan damai oleh Raja Dewa Niskala ia bahkan dinikahkan dengan Ratna Ayu
Kirana salah seorang putri Raja Dewa Niskala. Tak sampai di situ saja, sang Raja juga
menikah dengan salah satu keluarga pengungsi yang ada dalam rombongan Raden Barinbin.

Pernikahan Dewa Niskala itu mengundang kemarahan Raja Susuktunggal dari


Kerajaan Sunda. Dewa Niskala dianggap telah melanggar aturan yang seharusnya ditaati.
Aturan itu keluar sejak “Peristiwa Bubat” yang menyebutkan bahwa orang Sunda-Galuh
dilarang menikah dengan keturunan dari Majapahit.

Nyaris terjadi peperangan di antara dua raja yang sebenarnya adalah besan. Disebut
besan karena Jayadewata, putra raja Dewa Niskala adalah menantu dari Raja Susuktunggal.

Untungnya, kemudian dewan penasehat berhasil mendamaikan keduanya dengan


keputusan: dua raja itu harus turun dari tahta. Kemudian mereka harus menyerahkan tahta
kepada putera mahkota yang ditunjuk.

Dewa Niskala menunjuk Jayadewata, anaknya, sebagai penerus kekuasaan. Prabu


Susuktunggal pun menunjuk nama yang sama. Demikianlah, akhirnya Jayadewata
menyatukan dua kerajaan itu. Jayadewata yang kemudian bergelar Sri Baduga Maharaja
mulai memerintah di Pakuan Pajajaran pada tahun 1482.

Selanjutnya nama Pakuan Pajajaran menjadi populer sebagai nama kerajaan. Awal
“berdirinya” Pajajaran dihitung pada tahun Sri Baduga Maharaha berkuasa, yakni tahun
1482.
●̲̅̅ Sumber Sejarah

Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan
bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan
dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari
ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran,
Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.

Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak

 Prasasti Batu Tulis, Bogor


 Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
 Prasasti Kawali, Ciamis
 Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
 Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.

A. Prasasti Batu Tulis

Prasasti Batutulis terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor


Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti
Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak
di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.[1] Batu Prasasti dan benda-benda lain
peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-
kalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno. Prasasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533
Masehi).
B. Prasasti Sanghyang Tapak

Prasasti Sanghyang Tapak (juga dikenal sebagai Prasasti Jayabupati atau Prasasti
Cicatih ) adalah prasasti kuno perangka tahun 952 saka (1030 M), terdiri dari 40 baris yang
memerlukan 4 buah batu untuk menulisnya. Keempat batu prasasti ini ditemukan di tepi
Sungai Cicatih, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Tiga diantaranya ditemukan di dekat
Kampung Bantar Muncang, sementara sebuah lainnya ditemukan di Kampung Pangcalikan.
Prasasti ini ditulis dalam huruf Kawi Jawa. Kini keempat batu prasasti ini disimpan di
Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta

C. Prasasti Astana Gede / kawali

Prasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasasti yang
ditemukan di kawasan Kabuyutan Kawali, kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terutama pada
prasasti "utama" yang bertulisan paling banyak (Prasasti Kawali I). Adapun secara
keseluruhan, terdapat enam prasasti. Kesemua prasasti ini menggunakan bahasa dan aksara
Sunda (Kaganga). Meskipun tidak berisi candrasangkala, prasasti ini diperkirakan berasal
dari paruh kedua abad ke-14 berdasarkan nama raja.

D. Kebun Raya Bogor


Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman
buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu
Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis

●̲̅̅ Daftar raja Pajajaran

 Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)


 Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
 Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
 Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
 Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan
anaknya, Maulana Yusuf
 Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari
PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
 Rahyang Niskala Wastu Kencana
 Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
 Sri Baduga MahaRaja
 Hyang Wuni Sora
 Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
 dan Prabu Ratu Dewata

●̲̅̅ Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa
keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat,
seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup
abadi dihati dan pikiran masyarakat.

Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan.


Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama
Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia
memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan
pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat.
Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran
(bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat
angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti
Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih
bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman.

Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui
bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga
Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran,
pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja
bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.

●̲̅̅ Kondisi Kehidupan Ekonomi

Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama


perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan.
Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang,
Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)

●̲̅̅ Kondisi Kehidupan Sosial

Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman


(pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan
yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)

●̲̅̅ Kehidupan Budaya

Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu.


Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang
Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.

●̲̅̅ Puncak Kehancuran

Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya,
yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya
Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan
di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di
Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf
adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri
Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan
bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti
mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
BAB III

PENUTUP

●̲̅̅ Kesimpulan

 Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini
beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat yang
terletak di Parahyangan (Sunda).
 Sumber sejarahnya berupa prasati-prasati, tugu perjanjian, taman perburuan, kitab
cerita, dan berita asing.
 Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa
keemasan/ kejayaan dan Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan
kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.

Anda mungkin juga menyukai