Anda di halaman 1dari 5

Kerajaan Pajajaran (sunda)

Kelompok 6
 Riska Indah Ikhsani
 Violeta Conitria ub
A. Lokasi dan Pendiri Kerajaan Pajajaran

Pajajaran atau Pakuan adalah pusat pemerintahan kerajaan Sunda, sebuah kerajaan
yang selama beberapa abad (abad VII-XVI) pernah berdiri di wilayah barat pulau Jawa,
meliputi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang. Secara
geografis letak Kerajaan Pajajaran berada di wilayah Jawa Barta dengan Bogor sebagai
ibu kotanya. Sebelumnya diketahui bahwa tempat berdirinya ada lokasi dari kerajaan
Sunda yang sempat memerintah. Sekitar abad XIV, dketahui kerajaan ini telah beribu
kota di Pakuan Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Sunda Kalapa
dan Banten.
Keberadaannya banyak diceritakan kembali dalam sebuah naskah kuno. Banyak yang
menyebutnya sebagai Negeri Sunda atau Pasundan karena letak ibu kotanya yang
berada di Bogor. Beberapa menyebutnya Pakuan Pajajaran, yang mana terdapat
beberapa arti yang menjelaskan maksud penamaan tersebut, diantaranya:
 Pada sebuah Naskah Wara Guru dijelaskan bahwa Pakuan Pajajaran disandarkan
atas dasar keadaan tempat yang banyak di jumpai pohon Pakujajar.
 Beberapa sumber menegaskan bahwa sebutan tersebut ada kaitannya dengan
keberadaan tumbuhan paku di sekitarnya. Dengan pemaknaan utuh berarti
pohon paku yang berjajar.
 Sedangkan sumber lain yang dituliskan oleh G.F Rouffer dalam buku Ecyclopedie
Van Niederlandsh Indie, bahwa penamaanya di sandarkan pada lambing pribadi
raja yang memimpin pada saat itu.

B. Latar Belakang Kerajaan Pajajaran

Pada masa akhir Kerajaan Tarumanegara, yang diperintah raja Sri Maharaja
Linggawarman. Kerajaan Tarumanegara pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda di
bawah kekuasaan menantunya bernama Tarusbawa, dan Kerajaan Galuh.
Menurut Cerita Parahyangan, kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 669.
Sebelum berdiri sebagai kerajaaan yang mandri, kerajaan Sundah merupakan bawahan
kerajaan Tarumanegara. Sri Maharaja memiliki dua anak perempuan.
Dewi Manasih putri sulungnya menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan
Sobakancana menikah dengan Daputa Hyang Sri Janayassa, pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Setelah Sri Maharaja meninggal, kekuasaan Tarumanegara jatuh pada Tarusbawa. Yang
menyebabkan penguasa Galuh bernama Wretikandayun memberontak, melepaskan diri
dan mendirikan kerajaan sendiri.
Tarusbawa memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan, tempat
dimana sungai Ciliwung dan Cisadane berdekatan dan berjajar. Batas antara Sunda dan
Galuh adalah sungai Citarum.
Pada masa pemerintahan Sanna, raja ketiga Galuh, saudara seibu Sanna, bernama
Purbasora melakukan kudeta. Sanna meminta Tarusbawa, sahabat baiknya. Atas
bantuan Tarusbawa, Sanjaya berhasil merebut kembali tahta di Galuh. Hubungan baik
ini berlanjut menjadi hubungan kekeluargaan, putra Sanna yaitu Sanjaya menikahi putri
Tarusbawa. Sepeninggalan Tarusbawa, Sanjaya menyatukan kembali Sunda dan Galuh.

C. Kondisi Sosial-Politik Kerajaan


1. Kehidupan Politik
Pada masa pemerintahan sistem politik yang digunakan adalah feudal. Dimana
susunanya terdiri atas puncak tertinggi dipegang oleh seorang dengan gelar Prabu atau
Raja. Kmudian di posisi kedua diduduki seseorang bergelar Putra Mahkota.
Sedangkan pada lapisan politik pemerintahan selanjutnya ditempati oleh golongan
mangkubumi, disusul mantra, wado san syahbandar.

2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi bergantung pada kegiatan agrarisnya. Kondisi tersebut didasarkan
pada keaddan wilayah disekitar kerajaan yang memiliki karakteristik dari tanah subur
dan cocok untuk aktivitas pertanian serta peternakan.

3. Kehidupan Sosial
Sedangkan gambaran sosial kehidupan ditandai dengan adanya sistem pelapisan
masyarakat.

D. Silsilah Raja Kerajaan Pajajaran


1. Raja Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi)
Kerajaan Pajajaran mencapai masa keemasan.
2. Raja Surawisesa
3. Ratu Dewata
4. Ratu Sakti
5. Ratu Milakendra
6. Raga Mula

E. Penyebab Runtuhnya
1. Gempuran Hassanuddin dari Kerajaan Banten
Di awali dengan serangan kesultanan Banten. Pada masa itu, islam masuk sebagai ajaran
baru.
2. Perebutan Batu Penobatan oleh Maulana Yusuf

F. Prasasti dan Bukti Peninggalan


Dalam Prasasti San Hyang Tapak yang ditemukan di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno dan huruf Kawi, disebutkan seorang raja bernama
Maharaja Sri Jayabbhupati dan berkuasa di Prahajyan Sunda (Pajajaran). Prasasti ini
menyebutkan adanya pemujaan terhadap tapak kaki. Terlihat juga Raja Jayabhupati
memeluk agama Hindu aliran Siwa; jelas ditunjukan oleh gelarnya sendiri, yaitu
Wisnumurti.
Prasasti lainnya yaitu
 Prasasti Pasir Datar
 Prasasti Ulubelu
 Kompleks Makom Keramat

Anda mungkin juga menyukai