Kelompok 10
Nama Sunda kembali muncul pada prasasti yang berasal dari tahun
952 saka atau 1030 Masehi yang ditemukan di Kampung Pangcalikan dan
Bantarmuncang,di tepi Cicatih daerah Cibadak, Sukabumi dengan nama
prassati Sanghyang Tapak yang berbahasa Jawa Kuno dengan huruf
Kawi.Nama tokoh yang disebut dalam prasasti ini adalah Maharaja Sri
Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya dengan daerah
kekuasaannya disebut Prahajyan Sunda.Prasasti ini juga menarik,karena gelar
yang dipergunakan Jayabhupati ternyata sangat mirip dengan gelar raja
Airlangga di Jawa Timur,yang memerintah pada masa yang bersamaan
pula.Hal tersebut menimbulkan berbagai dugaan yang beranggapan bahwa Sri
Jayabhupati adalah salah seorang raja bawahan Airlangga.Sementara ada pula
yang beranggapan bahwa gelar yang sama itu tidak ada sangkut pautnya
dengan kehidupan politik diantara kedua daerah tersebut.
Dalam prasasti ini diakui bahwa ada hubungan tertentu antar Jawa
Barat dan Jawa Timur.Demikian pula dengan kutukan-kutukan yang termuat
dalam prasasti Sanghyang Tapak ini.Prassati ini menyebutkan bahwa pada
tahun 1030 Jayabhupati membuat tepek (semacam daerah larangan) di sebelah
timur Sanghyang Tapak yang berupa sebagian dari sungai yang kemudian
dinyatakan tertutup untuk segala macam penangkapan ikan dan tidak
diperbolehkan di sungai tersebut mengangkap ikan dan penghuni sungai
lainnya juga ditetapkan batas daerah larangan tempat pemujaan di
hulu.Sedangkan di hilir berbatasan dengan dua buah batu besar.Sanghyang
Tapak yang dimaksud dalam prasasti ini,menurut dugaan adalah tapak kaki
yang ditemukan terpahat pada batu di puncak Gunung Perbakti di daerah
Cicurug,Sukabumi.
W 0J
■ -Y-Cfrcjy f (e y..-^CCi/k9 y
Prasasti peninggalan Kerajaan Pajajaran yang pertama ialah prasasti batu tulis
yang terletak di Kelurahan Batu Tulis,Bogor Selatan.Seorang kapten VOC
bernama Adolf Winkler adalah orang yang pertama kali menemukan benda
peninggalan ini.Prasasti batu tulis pertama kali diteliti oleh Universitas Leiden
di Belanda pada tahun 1806. Aksara yang ada pada prasasti batu tulis berupa
aksara Sunda kuno dan Jawa kuno. Aksara tersebut dituliskan pada batu
sejenis dengan batu yang ada pada sungai cisadane.Penulisan prasasti ini
menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa pallawa. Prasasti batu tulis dibuat
pada saat Kerajaan Pajajaran dipimpin oleh Prabu Surawisesa.Tujuan
pembuatan prasasti ini ialah untuk menghormati layanan Prabu Siliwangi
yang merupakan ayahnya.Banyak ahli yang menyatakan bahwa prasasti batu
tulis dibuat setelah Raja Siliwangi wafat.
2. Prasasti Cikapundung
3. Prasasti Huludaeyuh
Prasasti Kebon Kopi II adalah peninggalan dari Kerajaan Sunda Galuh yang
ditemukan tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi I yang merupakan peninggalan
dari Kerajaan Tarumanegara.Tapi prasasti ini hilang karena dicuri pada sekitar
tahun 1940-an.Seorang pakar bernama F.D.K Bosch pernah mempelajari
prasasti itu serta menuliskan jika dalam prasasti ada tulisan bahasa Melayu
kuno yang menceritakan mengenai seorang Raja Sunda menduduki tahtanya
kembali dan menafsirkan angka tahun kejadian bertarikh 932 Masehi.Prasasti
tersebut ditemukan di Kampung Pasir Muara,Desa Ciaruteun
Ilir,Cibungbulang,Bogor,Kabupaten Bogor,Jawa Barat abad ke-19 ketika
sedang dilaksanakan penebangan hutan untuk dibuat lahan kebun kopi lalu
prasasti ini ada di sekitar 1 km dari batu prasasti Kebonkopi I yaitu Prasasti
Tapak Gajah.
7. Prasasti Karangkamulyan
Astana Gede Kawali adalah salah satu lokasi wisata sejarah yang ada di
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Konon tempat ini dahulunya adalah Ibu Kota
Kerajaan Galuh. Sehingga banyak peninggalan benda-benda bersejarah di
dalamnya.
Astana dalam istilah Sunda adalah makam, sedangkan Gede memiliki arti
besar. Jadi Astana Gede adalah makam orang-orang besar. Ada yang
mengartikan bahwa besar di sini adalah benar-benar orang-orang besar dari
segi fisik. Karena makam yang ada di dalamnya memiliki ukuran besar dan
berbeda dengan ukuran makam pada umumnya. Versi lain mengartikan bawah
gede di sana adalah makamnya raja atau orang-orang besar yang terhormat,
atau dalam istilah Sunda disebut dengan gegeden. Selain itu di Situs Astana
Gede juga terdapat peninggalan-peninggalan lainnya antara lain :
Kawasan Astana Gede Kawali memiliki makam para penyebar agama hingga
keluarga kerajaan. Maka tak heran jika banyak juga para wisata religi untuk
berziarah ke pemakaman yang ada di dalamnya.
c) Prasasti Kawali I
Prasati ini dipahatkan pada batu berbentuk trapesium yang panjangnya 72 x 73
cm, tebal 14,5 cm. Tulisan sebanyak 10 baris dipahatkan pada bagian muka
dan 4 kalimat pada sisi batu.
nihan tapa(k) kawali nu siya mulia tapa ina pabu raja wastu ma*ad*g di kuta
kawa li nu mahayu na kadatuan surawisesa nu marigi sa kulili* dayoh nu
najur sakala desa aya ma nu pa(n)dori pakena gawe rahhayu pakon hobol ja
ya dina buana Terjemahan:
inilah jejak (tapak) (di) Kawali
(dari) tapa beliau Yang Mulia
(bernama) Prabu Raja Wastu
(yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali
yang telah memperindah kraton
Surawisesa, yang (menggali) membuat parit pertahanan
di sekeliling wilayah kerajaan, yang menyuburkan seluruh
permukiman, kepada yang akan datang hendaknya menerapkan
keselamatan sebagai landasan (ke)menang(an)
hidup di dunia
Di setiap sisi batu juga ditorehkan kalimat : hayua diponah-ponah hayua
dicawuh-cawuh
ina n*k*r ina a(*)gr
ina ni(n)cak ia*mpag
Terjemahan:
Jangan dimusnahkan
Jangan semena-mena
Ia dihormati ia tetap
Ia diinjak ia roboh
d) Prasasti Kawali II
Dimensi batu pada gambar di atas ini sekitar 60 x 81 x 125 cm. Pada bagian
muka terdapat tujuh baris pahatan yang tidak teratur.
f) Prasasti Kawali IV
Prasasti ini disebut juga Batu Tapak dengan dimensi atas 100 cm, bawah 80
cm, lebar sisi kiri 60 cm, dan lebar sisi kanan 90 cm. Pada batu ini dipahatkan
45 buah kotak (5 baris dan 9 baris). Pada bagian kiri tertulis kata anana (atau
a*gana?).
Pada bagian muka terdapat juga tapak tangan kiri dan sepasang telapak kaki
dengan lubang-lubang kecil.
g) Pasasti Kawali V
h) PRASASTI KAWALI VI
Bentuknya seperti lingga dan disebut Batu Panyandaan dengan tinggi sekitar
120 cm. Di sini terpahat tulisan yang sama dengan Prasasti V, sa*hiya*li*-
dan ga hiya*.
KESIMPULAN
Dr. Nina Lubis, M.S., dkk. 2000. Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat.
Jatinangor : Alqaprint.
Duniapcoid.2021.Prasasti Peninggalan Kerajaan Pajajaran.Dunia
Pendidikan.Diakses dari https://duniapendidikan.co.id/kerajaan-pajajaran/
H. Djadja Sukardja. 2007. Situs Kawali (Astana Gede) .
Rosidi, Ajip . 2006. Prosiding Konferensi Internasional Budaya Sunda Jilid
Yayasan Kebudayaan Rancage.
Sartono Kartodirjo. 1998. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka