Anda di halaman 1dari 44

KERAJAAN KERTANEGARA

• B. Biografi Singkat Kertanegara


Banyak orang yang belum mengenal figur
kepemimpinan Kertanegara. Kertanegara
dilahirkan dari kasta ksatria, Ia merupakan
keturunan dari raja-raja yang berkuasa di
Singhasari. Kertanegara merupakan raja
terakhir yang mampu mengusung
Singhasari menuju puncak kejayaannya.
• Kertanegara adalah anak dari Wisnuwardhana
dengan Jayawardhani raja Singhasari yang
keempat. Wisnuwardhana adalah anak dari
Anusapati, dan Anusapati adalah anak dari Ken
Dedes dengan Tunggul Ametung. Jadi, dapat
dikatakan bahwa Kertanegara adalah cicit dari
Tunggul Ametung. Namun, yang menjadi pendiri
sekaligus raja pertama kerajaan Singhasari
adalah Ken Angrok.
• Ken Angrok adalah anak dari Ken Endok,
anak desa yang berasal dari sebelah timur
gunung kawi. Ia adalah anak yang nakal,
suka mencuri, memperkosa bahkan
membunuh. Atas anjuran Dahyang
Lohgawe, Ia menghamba kepada Tunggul
Ametung di Tumapel. Dalam pararaton
dijelaskan bahwa
• ketika Ken Angrok melihat rahsya (anunya) Ken
Dedes yang memancarkan cahaya ketika kainnya
tersingkap pada waktu turun dari tandu,
menumbuhkan gairah nafsu birahi Ken Angrok,
hingga keinginannya untuk mempersunting Ken
Dedes kemudian membunuh suaminya yaitu
Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh
Tunggul Ametung dan mempersunting Ken
Dedes, kemudian Ia menjadi seorang akuwu di
Tumapel (R. Pitono, 1965: 144).
• Setelah lama menjadi akuwu di
Tumapel, suatu hari Ken Angrok
didatangi para Brahmana dari
Daha Kediri. Mereka datang
meminta bantuan kepada Ken
Angrok atas tindakan raja Kediri
yaitu Kertajaya (dalam sumber
babad tanah Jawi disebut prabu
Dandang Gendis
Atas desakan kaum brahmana, akhirnya
berangkatlah Ken Angrok untuk
memberontak kepada Kertajaya dengan
menggunakan nama Bathara Guru. Setelah
berhasil mengalahkan prabu Dandang
Gendis dari Kediri, Ken Angrok dinobatkan
menjadi Raja Singhasari dengan gelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi atau sebagai
Wangsa Girindra, artinya keturunan dari
Girindra atau Siwa ( R. Pitono, 1961 : 144).
Selama berdiri, kerajaan Singhasari
diperintah oleh lima raja berturut-turut, baik
keturunan dari Tunggul Ametung maupun
Ken Angrok. Dalam sejarah Singhasari-
Majapahit putra-putri Ken Angrok
memegang peranan penting yakni
menurunkan raja-raja Singhasari Majapahit,
• seperti Mahisa Wonga Teleng dan Anusapati.
Mahisa Wonga Teleng menurunkan Raden
Wijaya yang kemudian menjadi raja pertama
Majapahit. Sementara Anusapati menurunkan
raja Kertanegara sebagai raja terakhir yang
terkemuka di Singhasari.(Slamet Mulyana,
1965 : 102).
• Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan
bahwa raja yang paling terkemuka diantara
raja-raja yang pernah berkuasa di
Singhasari adalah Kertanegara. Prasasti
“Mula Malurung” yang berangka tahun
1255 M, menerangkan bahwa pada waktu
Kertanegara sebagai putra mahkota
(Narryan Murdhaja),
• Ia sebagai raja muda yang memerintah di
suatu daerah di bawah bimbingan sang ayah
(Wisnuwardhana). Hal ini memberikan inisiatif
tersendiri bagi Kertanegara atas pengalaman-
pengalamannya menjadi seorang pemimpin
serta membentuk karakter sifat Kertanegara
(Mawarti Djoened Poesponegoro, 1992 : 339).
• C. Pandangan Politik Kertanegara
Bermodal dari pengalamannya ketika menjadi
raja muda, Kertanegara mempunyai
pandangan politik yang luas, baik politik
dalam negeri maupun politik luar negeri.
Setelah Wisnuwardhana wafat, Kertanegara
tampil kemuka dalam singgasana
menggantikan sang ayah menjadi raja
Singhasari.
• Prasasti Mula Malurung 1255 M, memberikan
informasi bahwa, ketika Kertanegara sebagai
raja muda, Ia memerintah dibawah bimbingan
ayahnya (Wisnuwardhana). Pengalamannya
menjadi raja muda sudah barang tentu
membentuk kepribadian bagi Kertanegara
• Adapun sifat Kertanegara itu sebagai Berikut:
1. Terlalu ambisius, dalam hal ini Kertanegara
mempunyai semangat yang tinggi dalam
upayanya untuk mencapai cita-cita.
2. Mempunyai pandangan yang luas, artinya
Kertanegara tidak kuper atau kurang
pergaulan.
• 3. Cakap dan bersikap tegas, hal ini
terkait dalam bidang pemerintahan.
Sikap tegas Kertanegara dapat
ditunjukkan ketika Ia menolak
ultimatum Kaisar Kublai Khan yang
menyuruhnya untuk tunduk di
bawah
• kekuasaan Kaisar Cina itu. Penolakan itu
dilakukan Kertanegara dengan cara melukai
wajah (memotong telinga) Men Khi utusan Kaisar
Kublai Khan. Hal ini merupakan penghinaan besar
bagi kaisar khan agung.
4. Seorang ahli negara yang ulung, Ia mengatur
struktur pemerintahan yang sistematis.
5. Mempunyai pengetahuan yang tinggi terutama
di bidang agama, dalam hal ini Ia menulis sebuah
buku Rajapatigundala.
• 6. Ia sebagai pemimpin yang menghormati
kebebasan beragama.
7. Kurang hati-hati atau terburu-buru, hal ini
terlihat jelas ketika Ia melakukan penyerangan
ke Cina, tanpa menghiraukan musuh dalam
selimut yaitu Jayakatwang dari Kediri yang
pada waktu itu di bawah kekuasaanya.
8. Mudah percaya kepada orang lain.
• Pandangan politik Kertanegara untuk
mengatur pemerintahan dalam negeri
mempunyai dua sasaran utama yaitu
kelancaran pemerintahan dan stabilisasi.
Untuk mendukung politiknya itu, langkah
pertama yang dilakukan oleh Kertanegara
adalah memecat patihnya bernama Raganata
dan menggantinya dengan Kebo Tengah Apanji
Aragani.
• Pemecatan itu dilakukan karena Mapatih
Raganata tidak menyetujui pandangan politik
baru Kertanegara untuk mempersatukan
Nusantara (R. Pitono, 1961 : 156). Raganata
tidak menyetujui politik Kertanegara itu
karena menurut pendapatnya bahwa
keamanan dalam negeri harus lebih
diutamakan (Slamet Mulyono, 1965 : 129).
• keamanan dalam negeri harus lebih
diutamakan (Slamet Mulyono, 1965 : 129).
Pandangan politik kedua Kertanegara untuk
mengatur stabilitas negaranya adalah
merangkul Kediri ke dalam kekuasaanya. Hal
ini dilakukan dengan cara, mengangkat
Jayakatwang sebagai wakil raja Kediri.
• Jayatkatwang merupakan keturunan
dari Kertajaya raja terakhir Kediri
yang berhasil dikalahkan oleh Ken
Angrok. Usaha ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengikat sifat
Jayakatwang yang ambisius.
• Kemudian mengangkat putra Jayakatwang
yang bernama Ardharaja sebagai menantu
dan mengangkat Banyak Wide, seorang
pejabat rendah di Istana menjadi Bupati di
Sumenep dengan Arya Wiraradja. Kertanegara
juga menikahkan adik perempuannya
bernama Turukbali dengan Jayakatwang.
• (R. Pitono, 1961 : 156). Pandangan politik
dalam negeri Kertanegara ini terhambat oleh
adanya pemberontakan-pemberontakan
dalam negeri, namun akhirnya dapat
dipadamkan. Pemberontakan pertama adalah
pemberontakan Khalana Bhaya (Cayaraja)
yang terjadi pada tahun 1270 M, disusul
dengan pemberontakan Mahisa Rangkah pada
tahun 1280 M (R.Pitono, 1961 : 154).
”. Dalam mengembangkan sayapnya,
Kertanegara merangkul kerajaan-kerajaan di
pantai Asia Tenggara dan Cina Selatan sebagai
mitra sejati. Dalam hal ini Kertanegara
bersahabat dengan negeri Campa (Sartono
Kartodirdjo, 1993 : 51).
• Hal ini terbukti dalam prasasti Po Sah dekat
Phanrang yang berangka tahun 1306 M yang
memberi informasi bahwa Raja Campa Jaya
Simihawamana III mempunyai salah seorang
permaisuri yang bernama Tapasi. Ia adalah
adik Kertanegara (N.J. Kroom, 1954 : 182)
• Penakhlukan di berbagai daerah juga
dilakukan oleh Kertanegara, penakhlukan
yang pertama dikenal dengan ekspedisi
pamalayu yakni penakhlukan terhadap
Sriwijaya pada tahun 1275 M.
Penakhlukan atas Sriwijaya ini
dikarenakan faktor ekonomi,
• yakni terkait dengan pelabuhan Malayu yang
pada waktu masih dikuasai oleh Sriwijaya,
pelabuhan ini sangat ramai dan banyak
dikunjungi oleh kapal-kapal asing dari India
dan Tiongkok. Selanjutnya penaklhukan juga
dilakukan oleh Kertanegara atas Bali pada
tahun 1284 M (H.J. Van Den Berg dkk, 1952 :
347).
• Penakhlukan di berbagai daerah juga
dilakukan oleh Kertanegara, penakhlukan yang
pertama dikenal dengan ekspedisi pamalayu
yakni penakhlukan terhadap Sriwijaya pada
tahun 1275 M. Penakhlukan atas Sriwijaya ini
dikarenakan faktor ekonomi,
• yakni terkait dengan pelabuhan Malayu yang
pada waktu masih dikuasai oleh Sriwijaya,
pelabuhan ini sangat ramai dan banyak
dikunjungi oleh kapal-kapal asing dari India
dan Tiongkok. Selanjutnya penaklhukan juga
dilakukan oleh Kertanegara atas Bali pada
tahun 1284 M (H.J. Van Den Berg dkk, 1952 :
347).
• D. Refleksi Pemerintahan Kertanegara
Mencari figur seorang pemimpin seperti
Kertanegara tidaklah mudah, tidak semudah
membeli “kacang garing”. Pada hakekatnya
pemimpin yang bijaksana harus mengutamakan
kepentingan jagat atau negara di atas
kepentingan pribadi. Terkait hal tersebut, Edi
Sedyawati, dkk (1997:7), menyebutkan
‘Astabrata’ dalam Kakawin Ramayana
menjelaskan pada saat Wibhisana hendak
dijadikan Raja Alengka
• 1. Dewa Indra, bratanya ialah sifat dan watak
Angkasa (langit): Langit mempunyai keleluasaan
yang tidak terbatas, sehingga mampu
menampung apa saja yang datang padanya.
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai
keleluasaan batin dan kemampuan
mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan
sabar mampu menampung pendapat rakyatnya
yang bermacam-macam.
• 2. Dewa Surya, bratanya ialah sifat dan watak
Matahari. Matahari merupakan sumber segala
kehidupan yang membuat semua makhluk
tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin
mampu mendorong dan menumbuhkan daya
hidup rakyatnya untuk membangun negara
dengan memberikan bekal lahir dan batin
untuk dapat berkarya.
• 3. Dewa Anila / Bayu (Dewa Angin), bratanya
ialah sifat dan watak Maruta (angin). Angin selalu
berada martabatnya, hingga secara langsung
mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya.
4. Dewa Kuwera, bratanya ialah sifat dan watak
Bintang (kartika). Bintang senantiasa mempunyai
tempat yang tetap di langit, hingga dapat menjadi
pedoman arah (kompas). Seorang pemimpin
hendaknya menjadi teladan rakyat kebanyakan,
serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang
akan meyesatkan.
• 5. Dewa Baruna, bratanya ialah sifat dan
watak Samudra (laut/air). Laut betapapun
luasnya, senantiasa mempunyai permukaan
yang rata dan sejuk, menyegarkan. Seorang
pemimpin hendaknya menempatkan semua
rakyatnya pada derajat dan martabat yang
sama di hatinya. Dengan demikian Ia dapat
berlaku adil, bijaksana, dan penuh kasih
sayang terhadap rakyatnya.
• 6. Dewa Agni / Brama, bratanya ialah sifat dan
watak Dahana atau Api. Api mempunyai
kemampuan untuk membakar habis dan
menghancurkan segala sesuatu yang
bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin
hendaknya berwibawa dan berani
menegakkan hukum dan kebenaran secara
tegas dan tuntas tanpa pandang bulu.
• 7. Dewa Yama, bratanya ialah sifat dan watak
Bumi (tanah). Bumi mempunyai sifat murah
hati selalu meberi hasil siapapun yang
mengolah dan memeliharanya dengan tekun.
Seorang pemimpin seharusnya berwatak
murah hati, suka memberi dan beramal,
senantiasa berusaha untuk tidak
mengecewakan kepercayaan rakyatnya.
• 8. Dewa Candra, bratanya ialah sifat dan
watak Candra (Bulan). Keberadaan bulan
senantiasa menerangi kegelapan, memberi
dorongan dan mampu membangkitkan
semangat rakyat, ketika rakyat sedang
menderita kesulitan.
• Berkiblat dari kepemimpinan Kertanegara, banyak
sekali sikap-sikap positif yang dapat diambil untuk
terjun ke dalam kancah politik pemerintahan.
Kertanegara terkenal sebagai raja yang berwibawa
di kerajaan Singhasari, bahkan dalam panggung
sejarah dunia. Kharismatik Kertanegara dapat dilihat
atas penolakannya untuk tunduk kepada kaisar
Kubhlai Khan. Pandangan politik luar negeri
Kertanegara dalam wawasan cakramandala
berbenturan dengan pandangan politik Kubhlai
Khan. Di satu pihak Kubhlai Khan berkeinginan
untuk menguasai dunia (daratan Asia). Sementara
itu, Kertanegara juga mempunyai ambisi untuk
menakhlukan raja-raja Jawa.
• Setelah Kubhlai Khan menguasai hampir
seluruh daratan Asia, Ia melihat Jawa berada
dalam kekuasaan Kertanegara. Oleh karena
itu, Kubhlai Khan mengutus Meng Ki ke
Singhasari dan menyuruh Kertanegara
mengakui kekuasaan Kubhlai Khan. Namun,
hal itu tidak digubris oleh Kertanegara, bahkan
Meng Ki dilukai wajahnya sebagai balasan atas
perintah kaisar Kubhlai Khan tersebut.
• Melihat hal itu, Kubhlai Khan marah besar dan
mempersiapkan 20.000 tentara tar-tar di bawah
pimpinan Shi Pi, Ike Mese dan Kau Hsing lengkap
dengan membawa segala perlengkapan perang
dan bahan makanan untuk menggempur kerajaan
Singhasari. Sementara itu, Kertanegara sudah
mengetahui resiko atas perbuatannya kepada
Meng Ki. Oleh karena itu, Kertanegara
mempersiapkan diri dan melatih para prajurit
untuk menghalau kemungkinan terjadinya
serangan Kubhlai Khan.
• Setelah lama menunggu kedatangan serangan
tentara tar-tar, Kertanegara tidak sabar lagi, Ia
memerintahkan semua prajuritnya untuk
menyerang ke Tiongkok. Hal ini dimanfaatkan
oleh Jayakatwang raja Kediri untuk
membebaskan diri dari kekangan Singhasari,
karena beberapa pejabat penting kerajaan
Singhasari telah ditugaskan menyerang ke
Tiongkok, mengakibatkan lemahnya kekuatan
di Istana kerajaan, sehingga dengan mudah
Jayakatwang menguasai Singhasari dan
Kertanegara tewas di tangan Jayakatwang.
• Namun, salah satu menantunya bernama
Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri
dan mendirikan kerajaan Majapahit.
Kedatangan tentara tar-tar untuk
menggempur Singhasari sudah terlambat,
situasi keadaan sudah berubah, Singhasari
sudah dikuasai oleh Kediri. Namun, tentara
tar-tar ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya
untuk menggempur Kediri terkait ambisinya
untuk menguasai kembali tanah Jawa.
• Dari uaraian di atas, maka sikap tegas dalam
kepemimpinan Kertanegara perlu dilastarikan
untuk masa kini dan yang akan datang.
Penolakan Kertanegara atas permintaan kaisar
Kubhlai Khan untuk mengakui kekuasannya,
sudah sepantasnya diberi acungan jempol.
• Betapa gagah dan beraninya seorang
pemimpin seperti Kertanegara menolak
permintaan Kaisar Agung yang memiliki
puluhan ribu tentara dan wilayah kekuasaan
yang luas dengan cara kasar yakni melukai
wajah Meng Ki.

Anda mungkin juga menyukai