1
kemudian pasukan Jepang melancarkan serangan pada 11 Januari 1942 ke wilayah
Kalimantan bagian Indonesia, dan mendarat di Tarakan (sekarang di provinsi
Kalimantan Utara). Setelah Singapura Jepang ditaklukan pada 5 Februari 1942, koloni
Inggris ini dijadikan batu locatan untuk menyerang Indonesia. Kemudian pada 13-15
Februari 1942, Jepang memulai serangan di arah Barat dengan menyerang pulau
Sumatera, terutama kota Palembang.
Pemerintah Belanda, dibantu oleh Inggris, Amerika Serikat dan Australia, berupaya
melawan, dalam komando American-British-Dutch-Australian Command
(ABDACOM). Namun, Belanda mengalami kekalahan dalam pertempuran laut di Laut
Jawa pada 27 Februari 1942, dengan lima kapalnya tenggelam, dan menewaskan
pemimpin angkatan laut Hindia Belanda, Karel Doorman. Dengan kemenangan laut ini,
tentara Jepang bisa mendarat di Jawa dan dengan mudah mengalahkan pasukan Belanda
dibawah pimpinan Jenderal Hein ter Poorten. Dalam upaya menguasai Jawa, telah
terjadi pertempuran di Laut Jawa, yaitu antara tentara Jepang dengan Angkatan Laut
Belanda di bawah Laksamana Karel Doorman. Jenderal Imamura dan pasukannya
mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga
tempat, yakni di Banten, Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dan
pendaratan di sekitar Bojonegoro.
Masa penjajahan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan salah satu periode
yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Sebelum serbuan Jepang, tidak ada
satu pun tantangan yang serius terhadap kekuasaan Belanda di Indonesia. Dengan
mudahnya, Jepang mampu merebut Indonesia dari kekuasaan Belanda. Satu per satu
tempat strategis yang ada di Nusantara berhasil direbut Jepang dari tangan Belanda.
Tarakan merupakan wilayah Nusantara yang pertama kali jatuh ke tangan Jepang, yakni
pada tanggal 12 Januari 1942. Akhirnya perlawanan Belanda terhadap serangan Jepang
pun berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian Kalijati oleh pihak Belanda dan
Jepang pada tanggal 9 Maret1942 yang juga menandakan dimulainya masa pendudukan
Jepang.
Belanda secara resmi menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Negeri matahari terbit
ini kemudian menguasai seluruh wilayah bekas jajahan Belanda. Sebagaimana
serangan dan perang yang dimenangkan secara kilat, Jepang juga segera menjalankan
kebijakan-kebijakan yang menguntungkan mereka. Tujuan Jepang menguasai
Indonesia tidak lain adalah mendayagunakan seluruh sumber daya alan dan manusia
Indonesia untuk mendukung kebutuhan perang mereka melawan sekutu. Perang total
2
di Asia-Pasifik ini memaksa Jepang menggunakan seluruh strategi untuk memikat
bangsa Indonesia. Jepang kemudian menyatakan diri sebagai Saudara Tua sesama
bangsa Asia yang berhasil mengusir bangsa Eropa.
Pada 7 Maret 1942, kekalahan Belanda tidak terhindarkan, dengan Cilacap di tangan
Jepang. Surabaya sedang mulai diserang, sementara pasukan Jepang dengan cepat
mengepung Bandung dari utara dan barat. Pada 8 Maret 1942, Gubernur Belanda, Dr.
A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer dan Jenderal Ter Poorten, bertemu
dengan Panglima Jepang, Letnan Jenderal Hitoshi Imamura di Kalijati (di Subang, Jawa
Barat) menyerah kepada Jepang, dengan resmi mengakhiri penguasaan Belanda di
Indonesia.
3
B. Pendudukan Jepang di Indonesia
4
tidak efektif sehingga dihapuskan. Akhirnya, Jawa dibagi menjadi 17 Karesidenan (Syu)
dan diperintah oleh seorang Residen (Syucokan). Keresidenan terdiri dari kotapraja (Syi),
kabupaten (Ken), kawedanan atau distrik (Gun), kecamatan (Son), dan desa (Ku).
Sumatera dibagi menjadi 10 karesidenan dan beberapa sub-karesidenan (Bunsyu),
distrik, dan kecamatan. Sedangkan daerah Indonesia Timur yang dikuasai Angkatan Laut
Jepang dibagi menjadi tiga daerah kekuasaan, yaitu: Kalimantan, Sulawesi, dan Seram
(Maluku dan Papua). Masing-masing daerah itu dibagi menjadi beberapa karesidenan,
kabupaten, sub-kabupaten (Bunken), distrik, dan kecamatan. Pembagian daerah seperti
dimaksudkan agar semua daerah dapat diawasi dan dikendalikan untuk kepentingan
pemerintah balatentara Jepang. Namun, untuk menjalankan pemerintahan yang efektif
dibutuhkan jumlah personil (pegawai) yang banyak jumlahnya.
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia disusunlah sebuah strategi untuk
meluluhkan hati masyarakat dan pemimpin Indonesia, yaitu dengan propaganda. diantara
propaganda Jepang terhadap rakyat indonesia adalah:
1. Jepang menganggap sebagai "Saudara tua" bagi bangsa asia sehingga kemerdekaan
bangsa diseluruh asia merupakan tanggung jawab Jepang.
2. Jepang mencetuskan sebuah semboyan, yang disebut dengan istilah "Gerakan Tiga
A"yang berbunyi : Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindng Asia, dan Jepang Cahaya
Asia.
3. Jepang berjanji mempermudah bangsa Indonesia untuk beribadah Haji, selain itu juga
Jepang menjual barang produksinya ke Indonesia dengan harga yang lebih murah
Tujuan Jepang Menduduki Indonesia
1. Indonesia sebagai daerah jajahan yang dapat menghasilkan dan menyuplai
bahan mentah dan bahan bakar bagi kepentingan perang dan industri Jepang.
2. Indonesia sebagai tempat memasarakan hasil industri Jepang. Mengingat bangsa
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak.
3. Indonesia sebagai tempat untuk memperoleh tenaga buruh yang banyak dengan upah
yang relatif murah.
Selogan propaganda yang paling terkenal adalah Jepang pemimpin Asia, Jepang
Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia, atau sering disebut dengan Gerakan 3 A. Dengan
dibuatnya seelogan ini dengan alasan bahwa ada kesamaan Ras dan budaya. Setelah
propaganda dirasa cukup oleh pemerintah Jepang, kemudian mereka melakukan kebijakan
mobilisasi masa pada masyarakat Desa yang menjadi sasaran utamanya karena lebih
5
dinilai potensial daripada masyarakat perkotaan. Salah satu bentuk mobilisasi ini adalah
pelatihan ketahanan Desa.
Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia
dipegang oleh dua angkatan perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut
(Kaigun). Masing-masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini
Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan
Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura
berada di bawah kekuasaan Rikugun. Daerah Sumatera dipisahkan pada tahun
1943, tapi masih berada di bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian berada di bawah
kekuasaan Kaigun
Kebijakan Jepang untuk membangkitkan rasa kesadaran nasional yang jauh lebih
mantap untuk semakin memperbesar tingkat kecanggihan politik antara Jawa dan daerah-
daerah lainnya. Kemenangan balatentara Jepang terhadap penjajah Belanda, pada mulanya
disambut hangat dan bahagia oleh semua rakyat Indonesia. Mereka bangga karena
kemenangan Jepang adalah kemenangan bangsa Timur terhadap bangsa Barat. Mitos yang
menyatakan bahwa bangsa Barat selalu lebih unggul dari bangsa Timur telah hilang dari
pikiran mereka. Namun lama-kelamaan niat Jepang yang sesungguhnya pun mulai terlihat.
Peraturan-peraturan yang mengekang kebebasan rakyat Indonesia pun mulai
bermunculan. Janji-janji manis yang pernah mereka ucapkan pada rakyat Indonesia pun
mulai terlihat kebohongannya. Tak cukup sampai disitu, mereka juga menerapkan
perlakuan-perlakuan kasar dan keji terhadap rakyat Indonesia
Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia mempunyai prioritas menghapus
pengaruh-pengaruh Barat di kalangan mereka dan memobilisasi mereka demi kemenangan
Jepang. Dalam upayanya untuk menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat
Indonesia, Jepang melakukan berbagai cara. Salah satu cara tersebut adalah pelarangan
penggunaan bahasa Belanda dan sebagai gantinya adalah penggunaan bahasa Jepang.
Sedikit yang menguasai bahasa Jepang, sehingga bahasa Indonesia menjadi sarana
bahasa yang utama untuk propoganda dan dengan demikian, statusnya sebagai bahasa
nasional menjadi semakin kokoh. Saat Jepang menduduki Indonesia, Jepang terpaksa
menumbuhkan bahasa Indonesia dengan cepat agar segala urusan pemerintahan, ekonomi,
pengajaran, perhubungan, dan sebagainya dapat berjalan dengan lancar. Bagi masyarakat
6
Indonesia hal itu berarti suatu revolusi yang sangat besar, karena dalam waktu yang
singkat pejabat-pejabat dalam segala lapangan dengan cepat harus beralih dari bahasa
Belanda ke bahasa Indonesia.
Pelaksanaan kebijakan ini berjalan dengan lancar dan semua kalangan rakyat Indonesia
sangat mematuhinya. Hal ini disebabkan ketegasan dan kekejaman Jepang yang tidak
segan dalam menghukum para pelanggar. Pemaksaan tersebut sangat efektif dalam
menghapus penggunaan bahasa Belanda. Beberapa tokoh pergerakan juga menggunakan
peraturan ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan bahasa Indonesia. Keharusan
penggunaan bahasa Indonesia yang dicanangkan Jepang merupakan kebijakan yang bisa
dibilang membawa keuntungan bagi Jepang dan masyarakat Indonesia. Bagi Jepang,
peraturan ini akan memudahkan Jepang dalam menjalankan pemerintahan pendudukan
di Indonesia yang harus dijalankan dengan cepat sehingga dapat membantu jalannya
peperangan.
C. Kebijakan pemerintah Jepang di Indonesia
Semenjak ditandatanginya Perjanjian Kalijati antara Jenderal Immamura dari Jepang
dengan Jenderal Ter Poorten yang menjadi wakil Belanda. secara langsung wilayah
Indonesia menjadi daerah pendudukan Jepang. Sejak tanggal 8 Maret 1942, Hindia
Belanda menjadi salah satu bagian dari kekaisaran Jepang. Kemudian Jepang mengambil
berbagai kebijakan yang mengatur kehidupan di Indonesia. Baik itu dalam bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Jepang ingin menghilangkan kebudayaan barat di Indonesia.
Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia antara lain:
1. Bidang Politik
7
Pada masa pendudukan Jepang, semua partai politik rakyat pribumi dibubarkan dan
dihapuskan, surat kabar dihentikan keberadaannya serta dilarang untuk menerbitkannya
dan harus digantikan dengan koran Jepang-Indonesia. Pemerintah Jepang melarang rakyat
pribumi untuk menghentikan semua bentuk perkumpulan, dan Jepang akan mengendalikan
seluruh organisasi nasional, dan dalam bidang politik pemerintahan, Jepang juga
membentuk 8 bagian pada pemerintah pusat dan bertanggung jawab pengelolaan ekonomi
pada syu (karesidenan). Dalam susunan pemerintah daerah di Jawa terdiri atas Syu
(Karesidenan yang dipimpin oleh Syucho, Si (Kotamadya) dipimpin oleh Sicho, Ken
(Kabupaten) sipimpin oleh Kencho, Gun (Kewedanan) dipimpin oleh Guncho, Son
(Kecamatan) dipimpin oleh Soncho, dan Ku (Desa/Kelurahan) dipimpin oleh Kuncho.
Pada masa pendudukan Jepang terjadilah perubahan di bidang politik pemerintahan
yakni adanya perubahan yang mendasar dalam sistem hukum. Dengan diberlakukannya
pemerintahan militer sementara waktu dan jabatan Gubernur Jenderal dihapuskan diganti
oleh tentara Jepang. Berikut beberapa kebijakan yang telah tetapkan oleh Jepang
dintaranya adalah :
• Mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
• Melarang penggunaan bahasa Belanda,
• Mengizinkan penggunaan bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari,
• Mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Pemerintah militer Jepang melarang berdirinya partai-partai politik di Indonesia.
Semua organisai politik yang tumbuh pada zaman Belanda dibubarkan kecuali Majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI). MIAI tidak dibubarkan oleh Jepang karena pada prinsipnya
Jepang dan MIAI sama, yaitu menolak Barat. Kegiatan politik Pergerakan Nasional
Indonesia dikendalikan oleh Jepang dengan tujuan untuk membantu Jepang dalam perang.
Jepang berusaha untuk mengerahkan semua orang demi usaha perangnya.
Organisasi propaganda Jepang giat melancarkan propaganda yang pada pokoknya
Jepang mengobarkan perang Asia Pasifik Timur Raya dalam rangka membebaskan Asia
dan mempersatukan bangsa-bangsa Asia di dalam lingkungan kemakmuran berasama Asia
Timur Raya di bawah pimpinan Jepang. Untuk mengurus pergerakan, maka Jepang
mengeluarkan undang-undang no. 2 tanggal 8 Maret 1942 isinya, melarang orang-orang
Indonesia memperbincangkan soal-soal pergerakan atau propaganda. Untuk mengawasi
pelaksanaan UU tersebut Jepang membentuk Kempetai (Polisi Rahasia Jepang) dengan
hukuman siksaan atau hukuman mati bagi orang yang melanggar.
8
2. Bidang Ekonomi
9
mewujudkan ambisinya melaksanakan konsep ekonomi Hakko ichiu bahwa Jepang
berkeinginan untuk menjadikan seluruh kawasn Asia Pasifik ada di bawah kendali
Jepang dengan Asia Pasifik Timur Raya.
Jepang menggunakan cara untuk dapat memenuhi kebutuhan perang dan
industrinya, dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam Indonesia. Hal ini berupa
ekploitasi bidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan tambang dan lainnya. Hasil
kurasannya ini hanya untuk keuntungan dan kepentingan Jepang sendiri tanpa
memperhatikan kesejahteraan rakyat. Dampaknya dari eksploitasi besar-besaran ini
merugikan bangsa Indonesia dan kesengsaraan berupa kekurangan sandang, pangan.
Rakyat harus terus menjalani hidupnya dalam serba kekurangan, dan parah lagi bahan
makanan dibawa Jepang untuk para prajuritnya, sementara rakyat Indonesia mati
kelaparan.
Pemerintah pendudukan Jepang mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk
menjalankan ekonomi. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan sekutu disita
dan perusahaan vital seperti pertambangan, telekomunikasi dan perusahaan transport
langsung dikuasai pemerintah Jepang. Jepang juga mengadakan pembatasan-
pembatasan dan penguasaan alat-alat produksi yang merupakan ciri ekonomi perang.
Sistem autarki artinya setiap daerah harus mencukupi kebutuhan sendiri serta harus
dapat menunjang kebutuhan perang. Pemerintah Jepang pun mengawasi kegiatan
perekonomian pada sisa-sisa barang perdagangan, sekaligus memonopoli. Mengawasi
perkebunan, dan setiap hasilnya harus diserahkan kepada Jepang. Jadi konsekuensinya
sumber daya alam dan masyarakatnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
perang. Sehingga rakyat Indonesia mengalami kelemahan fisik, dan kekurangan
material.
Selain memeras hasil bumi Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat, yang
dilatarbelakangi oleh terdesaknya Jepang dalam perang dunia ke II melawan tentara
sekutu, dan Jepang sudah pasti memerlukan banyak sarana dan prasarana untuk itu,
sehingga rakyat masih dibebani pekerjaan yang bersifat wajib. Rakyat dipaksa untuk
dijadikan romusha untuk membuat jalan dan pangkalan perang. Maka dipergunakanlah
tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa (tanpa dibayar) yang kita kenal dengan
nama Romusha. Romusha merupakan kerja paksa yang dikerahkan Jepang dengan
tujuan untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan Jepang,serta objek-objek
vitalnya, seperti:
10
1. Membangun jalan
2. Lapangan terbang
3. Goa-goa untuk tempat persembunyian
4. Benteng-benteng
5. Kubu pertahanan dan rel kereta api.
Kemudian rakyat Indonesia juga diperintahkan untuk membangun jalan raya, sejauh
70 Km bahkan lebih dari 150 Km. Untuk memperoleh tenaga kasar dalam romusha ini
dikumpulkan lah kaum-kaum pria di desa-desa tanpa diketahui darimana mereka harus
dipekerjakannya. Banyak juga rakyat dipulau Jawa dikirim keluar Jawa yaitu ke Aceh,
Maluku, Sulawesi bahkan ke luar negeri seperti ke Malaysia, Myanmar, dan Muang
Thai Semua pekerjaan ini menelan korban jiwa yang tidak sedikit, korban yang gugur
pun lebih banyak karena selain diserang wabah busung lapar dan terjangkit penyakit
malaria.
3. Bidang Sosial-budaya
Kebijakan dapat lihat melalui penyerahan hasil panen berupa padi rakyat secara
paksa, penyerahan ini tentulah menyengsarakan rakyat. Disebabkan keinginan Jepang
bukan sekedar permintaan tapi merupakan tuntutan yang harus dipenuhi masyarakat.
Akibatnya banyak yang menderita kelaparan, rakyat menderita kemiskinan,
menurunnya kesehatan masyarakat, keadaan sosial semakin memburuk, dalam hal
pakaian, rakyat terpaksa memakai baju dari goni, sehingga banyak berjangkit penyakit
kulit, serta angka kematian semakin meningkat.
Jepang juga mengatur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial
pada masa pendudukan Jepang terdiri dari:
Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.
Kebijakan Jepang yang cukup penting pada bidang sosial ialah pembagian kelas
masyarakat : etnis Tionghoa/cina lebih rendah.
a. Kebijakan Jepang di bidang sosial
1. Membentuk Rukun Tetangga (RT)
Tanarigumi (RT) yang dibentuk dengna tujuan supaya menggalang dan
memobilisasi tenaga yang sangat besar dari kalangan masyarakat. Tugas mereka
yaitu membuat benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat terbang darurat,
11
jalan, dan jembatan. Terbentuknya RT ini otomatis akan mempermudah
pengawasan dan pengerahan masyarakat untuk melakukan kerja bakti yang
serupa dengan kerja paksa (Kinrohoishi) tersebut.
2. Pembentukan tenaga Romusha
Sistem tenaga kerja paksa mempunyai tugas membantu Jepang. Tenaga
romusha juga dikirim sampai ke luar negeri, seperti Malaysia, Myanmar,
Serawak, Thailand, dan Vietnam. Tenaga romusha tidak diberi makan dan
minum, dan juga jaminan kesehatan.
3. Kebijakan sosial di bidang pendidikan.
Sekolah Dasar (Gokumin Gakko) untuk semua warga masyarakat tanpa
membedakan status sosialnya. Belajar di SD selama enam tahun. Sekolah
menengah terdiri dari : Shoto Chu Gakko (SMP) dan Chu Gakko (SMA).
Dibangun Sekolah Pertukangan (Kogyo Gakko), Sekolah Teknik Menengah
(Kogyo Sermon Gakko), dan Sekolah Guru yang dibedakan menjadi tiga
tingkatan. Sekolah Guru dua tahun (Syoto Sihan Gakko), Sekolah Guru empat
tahun (Guto Sihan Gakko), dan Sekolah Guru dua tahun (Koto Sihan Gakko).
Tidak ada pendidikan Universitas. Akan tetapi Jepang membangun Sekolah
Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik (Kagyo
Dai Gakko) di Bandung. Kedua Sekolah Tinggi itu merupakan kelanjutan pada
zaman Belanda. Untuk menyiapkan kader pamong praja diselenggarakan
Sekolah Tinggi Pamongpraja (Kenkoku Gakuin) di Jakarta.
4. Penggunaan Bahasa Indonesia
Pada tahun 1942, Jepang tidak mengizinkan Bahasa Belanda digunakan dan
menggantinya dengan Bahasa Indonesia. Tahun 1943 semua tulisan yang
berbahasa Belanda diganti tulisan berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
menjadi bahasa resmi pada instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Pada
masa 1943 lahir sejumlah tokoh-tokoh sastra Indonesia antara lain:
Armin Pane
Abu Hanifah (El Hakim)
Chairil Anwar yang disebut sebagai tokoh Angkatan ‘45, dengan
karyanya: Aku, Kerawang Bekasi, dan sebagainya.
12
Gambar 6. Kebijakan sosial pada pemerintahan Jepang
b. Kebijakan Jepang di bidang budaya
Di bidang kebudayaan para seniman diberi fasilitas yang cukup, umumnya seni
panggung diperbolehkan keliling desa untuk menghibur rakyat, selain itu bioskop
keliling sampai ke desa-desa kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan
patriotisme dan memuji Dai Nippon. Pada masa pendudukan Jepang, rakyat diharuskan
melaksanakan Seikeri. Seikerei adalah upacara untuk memberikan penghormatan
kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukan badan kearah matahari terbit.
Di samping bahasa Jepang, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat
selama masa pendudukan Jepang. Usaha memperkaya perbendaharaan bahasa
dilakukan oleh para ahli bahasa dengan membentuk Komisi Bahasa Indonesia pada
tanggal 20 Oktober 1942. Nama kota yang menggunakan bahasa asing diganti dengan
nama yang ada dalam bahasa Indonesia, misalnya Batavia diganti dengan nama Jakarta.
Gerakan indonesianisasi justri memicu dintingkatkannya pengajaran Bahasa Jepang.
Bahkan dianjurkan untuk diberikan tunjangan-tunjangan istimewa kepada mereka yang
telah menunjukkan kecakapan menggunakan bahasa Jepang pada tingkat I, II, III, IV
dan V (sesuai dengan pengumuman Gunseikanbu tanggal 27 Juli 1943).
13
4. Aspek Kehidupan Pendidikan
14
Pada tahun 1944 Jepang memberi wewenang kepada Jawa Hokokai untuk membuka
sekolah-sekolah baru, sementara pihak swasta dibolehkan membuka sekolah kejuruan
dan bahasa. Para guru juga diwajibkan untuk mengikuti dasar kemiliteran dan
indoktrinasi. Sekolah-sekolah yang ada pada waktu itu adalah :
1. Koo Kumin Gakku (Sekolah Rakyat) 6 tahun
2. Tyu Gakku (SMP untuk pria) 3 tahun
3. Dyoo Gankku (SMP untuk putri) 3 tahun
4. Sekolah Menengah Tinggi
5. Djan Sihan Gakku (SGB)
6. Kooto Sihan Gakku (SGA)
7. Ika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran)
8. Shika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi)
9. Kagyo Dai Gakku (Sekolah Tinggi teknik)
10. Kenkoku Gakuin (Akademi Pamongpraja)
D. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A merupakan organisasi buatan Jepang yang digunakan untuk wadah
perjuangan RI. Pergerakan nasional pada masa penjajahan Jepang dibagi menjadi tiga,
yaitu perjuangan bersenjata, perjuangan bawah tanah serta organisasi buatan Jepang.
Gerakan Tiga A termasuk pada organisasi buatan Jepang yang menjadi tempat
perjuangan kemerdekaan.
15
Selain itu, Jepang juga membentuk gerakan lain, seperti PUTERA (Pusat Tenaga
Rakyat), Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat), Jawa Hokokai (Himpunan
Kebangkitan Jawa), dan MIAI yang kemudian menjadi Masyumi. Gerakan Tiga A
memiliki semboyan Nipon ‘Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin
Asia. Gerakan ini bertujuan menanamkan semangat untuk membela Jepang. Jepang
menunjuk Mr. Syamsudin sebagai pemimpin Gerakan Tiga A. Ia merupakan seorang
nasionalis yang kurang dikenal. Pada bulan Juli 1942 dibentuk suatu sub seksi Islam
dengan Persiapan Persatuan Umat Islam dalam Gerakan Tiga A.
Sebab berdasarkan pandangan yang dimiliki pemerintahan militer Jepang, adanya
Gerakan ini dianggap sangat tidak efektif dalam suatu mobilisasi massa rakyat hanya
untuk memenuhi kepentingan perang Jepang. Dan disamping itu juga, terdapat tuduhan
dan dugaan yang diperkirakan oleh staf Gunseikan bahwa adanya gerakan pada saat
sudah menjadi organisasi massa, yang mana seharusnya hanya sebagai salah satu
gerakan propaganda saja.
Tujuan Gerakan Tiga A
Pembentukan Gerakan Tiga A oleh pemerintah Jepang bertujuan untuk:
Menarik simpati rakyat Indonesia
Menggerakkan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang
Mendekati para tokoh nasionalis Indonesia agar mau bergabung dengan Jepang
Tokoh Anggota Gerakan Tiga A
Di bawah terdapat beberapa para tokoh yang merupakan pendiri dan dan sebagai
anggota yang ada di dalam Gerakan tersebut:
Hitoshi Shimizu
Dimana dalam proses pembentukan Gerakan ini pada mulanya telah dipelopori
oleh Hitoshi Shimizu. yang mana hitoshi ialah merupakan salah satu anggota
yang mempunyai keahlian dalam hal mempropaganda Jepang yang terjadi
sekitar tahun 30-an. Namun disamping itu juga ia merupakan salah satu seorang
politisi, dan merupakan seorang pemimpin dari Sendebu, yakni salah satu
cabang dari departemen progaganda Jepang yang ada di Pulau Jawa.
Syamsuddin
Syamsuddin yakni merupakan salah seorang tokoh dari nasionalis Indonesia
yang ikut serta dalam kelompok dan bergabung dengan Gerakan ini. Walaupun
ia bukanlah seorang pendiri, akan tetapi ia mempunyai peran yang penting
16
didalam Gerakan tersebut, yakni sebagai salah satu ketua atau seorang
pemimpin dari Gerakan tersebut. Kemudian pada saat melaksanakan
peranannya yakni sebagai ketua, lalu kemudian Mr. Syamsuddin mendirikan
suatu surat kabar Asia Raya sekitar tanggal 12 Mei 1942.
Ir.Soekarno
Namun bukan hanya Mr. Syamsuddin, salah satu tokoh nasionalis berikutnya
juga yang tergabung dalam Gerakan ini ialah Ir. Soekarno. Dimana beliau saat
itu merupakan salah seorang tokoh yang sangat diperhitungkan oleh Jepang
pada masa itu. Sebab ia mempunyai kemampuan dalam berpidato dan hal
tersebut sangat diperlukan oleh pihak Jepang agar dapat menggerakkan seluruh
rakyat Indonesia.
Moh. Hatta
Kemudian salah satu tokoh berikutnya ialah Moh. Hatta yang juga pada saat itu
ikut serta menjadi anggota dari Gerakan tersebut. Dimana alasan Jepang untuk
merekrut dan melakaukan pendekatan terhadap Moh. Hatta sebab jepang telah
melihat sosok beliau yang sangat cerdas dan mempunyai keahlian dalam bidang
ekonomi. Kemudian akhirnya Moh. Hatta dipergunakan oleh pihak Jepang agar
dapat menyukseskan Gerakan tersebut.
Ki Hajar Dewantoro
Kemudian Tokoh nasionalis yang ikut serta dalam anggota Gerakan ini ialah Ki
Hajar Dewantoro. Dimana Beliau banyak dikenal sebagai salah seorang bapak
pendidikan Indonesia. Kemudian karena dia merupakan salah satu tokoh dari
nasionalis, Ki Hajar Dewantoro akhirnya juga didekati olehpihak Jepang agar ia
mau ikut bergabung ke dalam Gerakan tersebut.
H. Mas Mansyur
Kemudian tokoh selanjutnya yang terlibat dalam Gerakan tersebut yang terakhir
ialah H. Mas Mansyur. Dimana dengan Kiprahnya dalam Sarikat Islam sehingga
akhirnya menarik minat Jepang untuk ikut bergabung terlibat dengan Gerakan
ini.
Pada mulanya semboyan ini dipergunakan oleh pihak Jepang dalam upaya untuk
dapat mendekati semua para tokoh nasionalis yang ada di Indonesia. Kemudian dengan
kegigihan dan ketekunannya yang penuh dengan semangat, akhirnya Jepang berhasil
melakukan propaganda terhadap gerakan tersebut. Akan tetapi, gerakan ini tidak bisa
17
bertahan berlangsung lama dan hanya berumur beberapa bulan saja. Dimana pada
akhirnya Gerakan ini berhasil dibubarkan sekitar September 1942 hal ini disebabkan
adanya perpecahan yang terjadi di antara penguasa Jepang.
Setelah gerakan Tiga A dianggap tidak membawa hasil bagi pemerintah Jepang
maka organisasi tersebut dibubarkan. Sebagai gantinya, pada tanggal 16 April 1943,
Jepang membentuk organisasi baru yang bernama Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA).
Para pemimpin Putera terdiri atas Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
K.H. Mas Mansyur. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan Empat Serangkai.
18
Pada September 1943, Soekarno kala itu menjabat sebagai ketua Chow sang in/
Dewan Pertimbangan Pusat yang bertugas memberikan masukan segala bidang kepada
pemerintah Jepang di Indonesia. Pada November 1943, Chow Sang In meminta Jepang
untuk memperbolehkan Bendera Merah Putih di kibarkan di Indonesia dan Lagu
Indonesia Raya di nyanyikan. Namun permindaan ini di tolak oleh perdana menteri
Jepang yaitu Hide ti ko cow. Soekarno-Hatta dan yang lain telah menggunakan
organisasi Jepang ini untuk merundingkan Kemerdekaan Indonesia dengan para
pejuang bawah tanah seperti Syahrir.
Karena merasa bahwa organisasi-organisasi yang telah dibentuknya dipakai untuk
kepentingan perjuangan kemerdekaan maka pada tahun 1944 Jepang membubarkan
organisasi-organisasi tersebut. Jepang kemudian membentuk organisasi-organisasi
yang benar-benar bermanfaat bagi Jepang seperti Jawa Hokokai, Seinendan, Keibodan,
PETA, Fujinkai, dan Heiho. Organisasi-organisasi ini dimanfaatkan Jepang untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi dan militernya guna menghadapi Sekutu dalam Perang
Asia Timur Raya.
c. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin (Masyumi)
Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap umat
Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat
memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan Sekutu. Oleh karena itu,
sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh pada masa pemerintah kolonial
Belanda, mulai dihidupkan kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal
4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian, MIAI diharapkan
segera dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk
keperluan perang. Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi
19
organisasi pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI menjadi
tempat bersilaturahim, menjadi wadah tempat berdialog, dan bermusyawarah untuk
membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan umat, dan tentu saja
bersinggungan dengan perjuangan.
MIAI senantiasa menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam
perjuangan membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal
adalah “berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah
belah”. Dengan demikian, pada masa pendudukan Jepang, MIAI berkembang baik.
Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke Jakarta. Adapun tugas dan
tujuan MIAI waktu itu adalah sebagai berikut.
1. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat
Indonesia.
2. Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
3. Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program
yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat sosio-religius. Secara
khusus program-program itu akan diwujudkan melalui rencana sebagai berikut:
1. pembangunan masjid Agung di Jakarta,
2. mendirikan universitas, dan
3. membentuk baitulmal.
Arah perkembangan MIAI ini mulai dipahami oleh Jepang sebagai organisasi yang
tidak memberi konstribusi terhadap Jepang. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan
Jepang sehingga pada November 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai penggantinya,
Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari
pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat
menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya. Ketua
Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan
Wahid Hasyim. Orang yang diangkat menjadi penasihat dalam organisasi ini adalah Ki
Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab.
Masyumi sebagai induk organisasi Islam, anggotanya sebagian besar dari para
ulama. Dengan kata lain, para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik.
Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh karena
itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Dalam
perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di dalam Masyumi antara lain Moh.
20
Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto Mangunsasmito. Perkembangan ini telah
membawa Masyumi semakin maju dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi
berkembang menjadi wadah untuk bertukar pikiran antara tokoh-tokoh Islam dan
sekaligus menjadi tempat penampungan keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi
organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa. Masyumi
menolak perintah Jepang dalam pembentukannya sebagai penggerak romusa. Dengan
demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat.
Sikap tegas dan berani di kalangan tokoh-tokoh Islam itu akhirnya dihargai Jepang.
Sebagai contoh, pada suatu pertemuan di Bandung, ketika pembesar Jepang memasuki
ruangan, kemudian diadakan acara seikerei (sikap menghormati Tenno Heika dengan
membungkukkan badan sampai 90 derajat ke arah Tokyo) ternyata ada tokoh yang tidak
mau melakukan seikerei, yakni Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka). Akibatnya,
muncul ketegangan dalam acara itu. Namun, setelah tokoh Islam itu menyatakan bahwa
seikerei bertentangan dengan Islam, sebab sikapnya seperti orang Islam rukuk waktu
sholat. Menurut orang Islam rukuk hanya semata-mata kepada Tuhan dan menghadap
ke kiblat. Dari alasan itu, akhirnya orang-orang Islam diberi kebebasan untuk tidak
melakukan seikerei (sikap menghormat dan membungkukkan badan ke arah matahari
terbit setiap pagi, setiap pertemuan umum, dan setiap nama Tenno Haika, Kaisar Jepang
disebut.
E. Organisasi Bentukan Jepang (Militer dan Semi-Militer) pada Masa
Pendudukan Jepang di Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang, Jepang membentuk kesatuaan–kesatuaan
pertahanan sebagai tempat penggemblengan pemuda–pemuda Indonesia di bidang
kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi
pemuda-pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan untuk
merebut kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di
kemudaian hari saat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan, pelatihan militer
ini akan sangat berguna.
1. Organisasi semi militer Jepang adalah organisasi yang tidak dikhususkan untuk
melakukan pertahanan secara militer, namun lebih bersifat ke keamanan dan
ketertiban serta kecenderungan untuk kesejahteraan rakyat. Pelatihan dibidang
kemiliteran tetap ada, namun tidak begitu ditekankan. Organisasi semi militer
bentukan Jepang antara lain:
21
a. Seinendan (Barisan Pemuda)
Seinendan dibentuk pada 9 Maret 1943 pihak Jepang mulai mengerahkan usaha-
usaha pada mobilisasi. Anggota terdiri atas para pemuda yang berumur 14 sampai
22 tahun. Seinendan (barisan pemuda) hampir mirip dengan Karang Taruna pada
saat ini, Seinendan lebih bergerak kearah pembangunan pemuda dengan
memberikan pelatihan-pelatihan kemasyarakatan dengan fisik dan mental serta
keterampilan. Pada agustus 1943, pemerintah Jepang memasukan pendidikan militer
pada Seinendan karena berubahnya situasi Perang yang dialami Jepang. Mereka
dididik secara militer agar nantinya dapat mempertahankan tanah air mereka dengan
kekuatan sendiri, meski tujuan yang sebenarnya adalah mempersiapkan para pemuda
Indonesia untuk membantu tentara Jepang dalam menghadapi Sekutu dalam Perang
Asia Timur Raya (Perang Pasifik).
22
Seinenden sebagai suatu organisasi pemuda terutama berpangkal pada desa.
Menggerakkan masaa dan diperkenalkan dengan gagasan anti sekutu oleh seorang
anggota desa itu yang pernah belajar disuatu sekolah Jepang untuk menjadi
instruktur.
Sebagai bagian dari politik terhadap pemanfaatan sumber daya manusia,
pemerintahan pendudukan Jepang melakukan mobilisasi massapemuda dan rakyat
secara besar-besaran dalam program-program semi militer. Tujuan utamanya
senbenarnya adalah sebagai cadangan bagi kepentingan militer Jepang. Mobilisasi
massa rakyat dalam Seinendan mendorong rakyat memiliki keberanian, sikap mental
untuk menentang penjajah, pemahaman terhadap kemerdekaan maupun sikap mental
yang mengarah pada terbentuknya nasionalisme. Dalam prakteknya, organisasi semi
militer itu dijadikan sebagai wadah bagi para pemuda dan rakyat untuk
menggembleng semangat dan keberanian untuk menentang pendudukan Jepang.
Tujuan Seinendan
Tujuan Jepang membentuk Seinendan untuk mendidik dan melatih para pemuda
agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Namun dibalik itu, ada tujuan lain dengan dibentuknya Seinendan ini. Jepang
melatih para pemuda Indonesia juga dimaksudkan untuk memperoleh tenaga
cadangan dari pemuda guna memenangkan peperangan Asia Timur Raya melawan
Sekutu.
Fungsi Seinendan
Dalam pertahanan peperangan, Seinendan difungsikan sebagai barisan
cadangan yang mengamankan barisan belakang. Agar lebih efektif dan efisien,
pengkoordinasian Seinendan diserahkan kepada penguasa setempat. Misalnya di
daerah tingkat syu, diketuai syucokan. Begitu juga di daerah ken, ketuanya kenco
dan seterusnya.
Kepala desa sebagai pemimpin Seinendan. Pemerintah Jepang di samping
melakukan rekayasa indoktrinasi dan manipulasi melalui propaganda juga berusaha
menjangkau secara langsung masyarakat pedesaan. Dengan maksud seperti itu,
pemerintah mengorganisasi ke dalam organisasi-organisasi, melatih serta
mengupayakan agar masyarakat depat bermanfaat bagi kepentingan dan tujuan
pemerintah Jepang. Usaha-usaha itu sering disebut dengan “mobilisasi massa” yang
dalam artian terbatas telah mengakibatkan perubahan-perubahan sikap mental
23
sebagai masyarakat serta mengembangkan dimensi-dimensi lingkungan tempat
mereka hidup.Salah satu bentuk organisasi sebagai implikasi dari mobilisasi massa
itu adalah Seinendan.
b. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
24
c. Fujinkai (Barisan Wanita)
25
berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial
ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi sesuai dengan target yang di
tentukan.
26
pemerintah. Jika pucuk pimpinan Putera diserahkan kepada golongan nasionalis
Indonesia, kepemimpinan Jawa Hokokai pada tingkat pusat dipegang langsung oleh
Gunseikan. Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada pejabat setempat mulai dari
Shucokan sampai Kuco. Kegiatan-kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana digariskan
dalam anggaran dasarnya sebagai berikut.
1. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan
segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.
2. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan
semangat persaudaraan antara segenap bangsa.
3. Memperkukuh pembelaan tanah air.
Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan putera.
Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena itu, pimpinan
pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan daerahnya langsung dipegang oleh orang
Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya adalah
Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah (syu/shu) dipimpin oleh
Syucokan/Shucokan dan seterusnya sampai daerah ku (desa) oleh Kuco (kepala
desa/lurah), bahkan sampai gumi di bawah pimpinan Gumico. Dengan demikian,
Jawa Hokokai memiliki alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan sampai
tingkat rukun tetangga (Gumi atau Tonarigumi). Tonarigumi dibentuk untuk
mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas
10-20 keluarga.
Para kepala desa dan kepala dukuh serta ketua RT bertanggung jawab atas
kelompok masing-masing. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai
sebagai berikut:
1) Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah
Jepang
2) Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat
persaudaraan
3) Memperkokoh pembelaan tanah air
e. Suisyintai (Barisan Pelopor)
Badan ini bagian dari Jawa Hokokai, dibentuk pada 25 September 1944.
Tujuannya adalah meningkatkan kesiapsiagaan rakyat, terutama para pemudanya
untuk bertahan total bila diserang Sekutu. Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor”
27
ini tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir. Sukarno,
yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.
28
Untuk mengumpulkan para pemuda Islam yang akan didik dalam kemiliteran, tokoh-
tokoh Islam tidak menemui kesulitan. Sebab para pemuda Islam telah memiliki
kesadaraan yang cukup tinggi dalam membela tanah airnya dari cemgkraman
penjajah.
Adapun syarat menjadi anggota dan penerimaan Hizbullah sebagai berikut :
1. Sebagaimana yang tersebut dalam Anggaran Dasar pasar anggota, maka untuk
menjadi anggota.
a. Harus memasukkan permintaan kepada pengurus
b. Harus mengisi daftar yang disediakan untuk itu
c. Mendapat izin dari orang tua
2. Sesudah diterima menjadi anggota wajib memenuhi segala aturan-aturan yang
ditetapkan oleh Hizbullah
3. Panitia Masyumi di tiap-tiap Shuu mengumpulkan Hizbullah itu dan kemudian
dipilih oleh pusat pimpinan bersama Panitia Masyumi dengan persetujuan
Masyumi dengan ketentuan banyaknya yang diterima.
Tugas pokok Hizbullah
(1) Sebagai tentara cadangan :
Membantu tentara Dai Nippon.
Melatih diri, jasmani dan rohani dengan segiat-giatnya.
Menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh.
Menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.
(2) Sebagai pemuda Islam
Membela agama dan umat islam di Indonesia.
Menyiarkan agama Islam.
Memimpin umat Islam untuk taat beragama.
Hizbullah (Tentara Allah) adalah organisasi semimiliter yang dibentuk Jepang
dengan beranggotakan para sukarelawan khusus pemuda Islam.tanggal 15 Desember
1944 dibentuklah organisasi semimiliter yang terdiri dari pasukan sukarelawan
pemuda Islam yang dinamai Hizbullah (Tentara Allah) dalam istilah Jepangnya yaitu
Kaikyo Seinen Teishinti. Bentukan organisasi ini dilatarbelakangi kondisi
peperangan Asia Timur Raya, Jepang semakin terdesak dan mengalami kesulitan
karena banyak mengalami kekalahan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk
29
menambah kekuatan dengan merencanakan pembentukan pasukan cadangan
sebanyak 40.000 orang (terdiri dari para pemuda Islam).
30
a. Heiho
31
kepolisian. Heiho juga memanfaatkan pasukannya sebagai tenaga kasar yang
dibutuhkan dalam peperangan, contohnya memelihara berbagai senjata perang dan
memindahkan senjata dan peluru dari gudang ke atas truk.
Keanggotaan Heiho
Untuk menjadi anggota Heiho tidaklah mudah, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Syarat-syarat tersebut antara lain yaitu :
Berusia antara 18 sampai 25 tahun.
Berbadan sehat baik jasmani maupun rohani.
Berkelakuan dan berkepribadian baik.
Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang (sejak berdiri hingga
akhir masa pendudukan Jepang). Dari total tersebut, 25.000 orang diantaranya
adalah penduduk dari Jawa. Namun begitu, tidak ada seorang pun yang berpangkat
pejabat (perwira), karena pangkat pejabat hanya untuk orang-orang Jepang saja.
b. PETA
32
Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi dan Jenderal Ahmad Yani.
Pembentukan PETA ini didasarkan pada peraturan pemerintah Jepang yang disebut
dengan Osamu Seinendan nomor 44.
Pertengahan tahun 1943 adalah tahun tersulit bagi Jepang dalam perang Asia
Timur Raya,sekutu mulai menyerang wilayah Jepang di Indonesia, mereka ingin
mengambil wilayahnya kembali. Kondisi ini tidak hanya membuat Jepang
terancam, rakyat Indonesia juga merasa terancam, karena penjajahan akan datang
kembali jika sekutu menguasai Indonesia. Gatot Mangku Praja dan beberapa tokoh
Ulama Islam meminta pada Jepang untuk membentuk Tentara Suka Rela dan
meminta Jepang untuk pelatihan Militer pada pemuda Indonesia. Jepang pun
mempercepat usaha mobilisasi rakyat dan membentuk organisas-organisasi militer.
Keanggotaan PETA
Banyak pemuda-pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri
menjadi anggota PETA. Anggota PETA yang bergabung berasal dari berbagai
elemen masyarakat. Karena kedudukannya yang bebas (fleksibel) dalam struktur
organisasi Jepang, PETA diperbolehkan untuk melakukan perpangkatan sehingga
ada orang Indonesia yang menjadi seorang perwira.
Hal ini menyebabkan masyarakat tertarik pada organisasi ini dan kemudian
bergabung menjadi anggota PETA. Hingga akhir masa pendudukan Jepang di
Indonesia, jumlah anggota PETA berkisar 37.000 orang di Jawa dan 20.000 orang
di Sumatera. Di Sumatera, organisasi ini lebih dikenal dengan Giyugun (prajurit
sukarela). Orang-orang PETA ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang
berkualitas dari Indonesia, terutama di bidang kemiliteran. Pada masa-masa
selanjutnya, para pemimpin tersebut mampu membawa perubahan terhadap
kondisi tanah air Indonesia.
34
Pada saat bimbingan mental itulah Ir. Soekarno selalu menyisipkan penanaman
jiwa dan semangat nasionalisme, pentingnya persatuan dan kesatuan serta
keberanian berjuang dengan risiko apa pun untuk menuju Indonesia merdeka.
Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh
nasional untuk perjuangan. Para pemimpin Indonesia memanfaatkan organisasi ini
untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan.
2. Perjuangan Bawah Tanah
Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan
rahasia. Perjuang bawah tanah ini dilakukan oleh para tokoh nasionalis yang
bekerja pasa instansi-instansi pemerintahan buatan Jepang. Jadi, di balik
kepatuhannya terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang bertujuan
menghimpun dan mempersatukan rakyat untuk meneruskan perjuang untuk
mecapai Indonesia merdeka.
Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat: Jakarta, Semarang,
Bandung, Surabaya, serta Medan. Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang
melakukan perjuangan model ini. Antara kelompok perjuangan yang satu dengan
kelompok perjuangan yang lain, selalu terjadi kontak hubungan.
Kelompok-kelompok perjuang tersebut, antara lain:
a. Kelompok Sukarni
Sukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman Hindia Belanda. Pada masa
pendudukan Jepang, ia bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) bersama-
sama dengan Muhammad Yamin. Sukarni menghimpun tokoh-tokoh pergerakan
yang lain, antara lain: Adam Malik, Kusnaeni, Pandu Wiguna, dan Maruto
Nitimiharjo. Gerakan yang dilakukan kelompok Sukarni adalah menyebarluaskan
cita-cita kemerdekaan, menghimpun orangorang yang berjiwa revolusioner, dan
mengungkapkan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
Sebagai pegawai Sendenbu, Sukarni bebas mengunjungi asrama Peta (Pembela
Tanah Air) yang tersebar di seluruh Jawa. Karena itu, Sukarni mengetahui seberapa
besar kekuatan revolusioner yang anti-Jepang. Untuk menutupi gerakannya,
kelompok Sukarni mendirikan asrama politik, yang diberi nama “Angkatan Baru
Indonesia” yang didukung Sendenbu. Di dalam asrama ini terkumpul para tokoh
pergerakan antara lain: Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan
Sunarya yang bertugas mendidik para pemuda tantang masalah politik dan
pengetahuan umum.
35
b. Kelompok Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo pada masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro
Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad
Subarjo berusaha menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam
Angkatan Laut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo, Angkatan
Laut berhasil mendirikan asrama pemuda yang bernama “Asrama Indonesia
Merdeka”. Di asrama Indonesia Merdeka inilah para pemimpin bangsa Indonesia
memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat nasionalisme
kepada para pemuda Indonesia.
c. Kelompok Sutan Syahrir
Sutan Syahrir merupakan tokoh besar pergerakan nasional, yang pada zaman
Hindia Belanda tahun 1935 dibuang ke Boven Digul di Irian Jaya, kemudian
dipindahkan ke Banda Neira dan terakhir ke Sukabumi. Pada masa pendudukan
Jepang, Syahrir berjuang diam-diam dengan cara menghimpun teman-teman
sekolahnya dulu dan rekan-rekan seorganisasi pada zaman Hindia Belanda.
Terbentuklah satu kelompok rahasia, Kelompok Syahrir.
Dalam perjuangannya, Syahrir juga menjalin hubungan dengan pemimpin-
pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Di samping itu,
hubungan kelompok Syahrir dengan kelompok perjuangan yang lain berjalan
cukup baik. Karena gerak langkah Syahrir dicurigai Jepang, untuk menghilangkan
kecurigaan pihak Jepang Syahrir bersedia memberi pelajaran di Asrama Indonesia
Merdeka milik Angkatan Laut Jepang (Kaigun), bersama dengan Ir. Sukarno,
Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusumasumantri.
d. Kelompok Pemuda
Kelompok Pemuda pada masa Jepang mendapat perhatian khusus dari
pemerintah Jepang. Jepang berusaha memengaruhi para pemuda Indoensia dengan
propaganda yang menarik. Dengan demikian, nantinya para pemuda Indonesia
merupakan alat yang ampuh guna menjalankan kepentingan Jepang. Jepang
menanamkan pengaruhnya pada para pemuda Indonesia melalui kursus-kursus dan
lembaga-lembaga yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Jepang mendukung berdirinya kursus-kursus yang diadakan dalam asrama-
asrama, misalnya di Asrama Angkatan Baru Indonesia yang terdapat Sendenbu dan
Asrama Indonesia Merdeka yang didirikan Angkatan Laut Jepang. Namun,
pemuda Indonesia baik pelajar maupun mahasiswa tidak gampang termakan oleh
36
propaganda Jepang. Mereka menyadari bahwa imperialisme yang dilakukan oleh
Jepang pada hakikatnya sama dengan imperialisme bangsa Barat.
Pada masa itu, di Jakarta terdapat 2 kelompok pemuda yang aktif berjuang,
yakni yang terhimpun dalam asrama Ika Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan
kelompok pemuda yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan/Perwakilan
Pelajar Indonesia (Baperpri). Kelompok terpelajar tersebut mempunyai ikatan
organisasi yang bernama Persatuan Mahasiswa.
Organisasi ini merupakan wadah untuk menyusun aksi-aksi terhadap penguasa
Jepang dan menyusun pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin bangsa.
Dalam perjuangannya, kelompok pemuda juga selalu berhubungan dengan
kelompok-kelompok yang lain, yaitu kelompok Sukarni, kelompok Ahmad
Subarjo, dan Kelompok Syahrir. Tokoh-tokoh Kelompok Pemuda yang terkenal
antara lain: Chaerul Saleh, Darwis. Johar Nur, Eri Sadewo, E.A. Ratulangi, dan
Syarif Thayeb.
3. Perlawanan Angkat Senjata
Perlakuan Jepang yang tak berperikemanusian menimbulkan reaksi dan
perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai wilayah. Kebencian ini bertambah
ketika di beberapa tempat, Jepang menghina aspek-aspek keagamaan. Berikut ini
beberapa perlawanan rakyat pada masa penjajahan Jepang.
a. Perlawanan di Cot Plieng, Aceh
Perlawanan di Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Djalil, seorang ulama
pemuda. Pada 10 November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng pada saat
rakyat sedang melaksanakan shalat subuh. Penyerangan pagi buta ini akhirnya
dapat digagalkan oleh rakyat dengan menggunakan senjata kelewang, pedang, dan
rencong. Begitupun dengan dengan serangan kedua, tentara Jepang berhasil
dipukul mundur. Namun pada serangan yang ketiga, pasukan Teungku Abdul Jalil
dapat dikalahkan Jepang. Peperangan ini telah merenggut 90 tentara Jepang dan
sekitar 3.000 masyarakat Cot Plieng.
b. Perlawanan di Tasikmalaya, Jawa Barat
Perlawanan di Singaparna, Tasikmalaya, ini dipimpin oleh Kyai Haji Zaenal
Mustofa. Perlawanan ini terkait dengan tidak bersedianya K.H. Zaenal Mustofa
untuk melakukan Seikeirei, memberikan penghormatan kepada Kaisar Jepang.
Dalam pandangan Zaenal Mustofa, membungkuk seperti itu sama saja dengan
37
memberikan penghormatan lebih kepada matahari, sementara dalam hukum Islam
hal tersebut terkarang karena dianggap menyekutukan Tuhan.
Pemerintahan Jepang kemudian mengutus seseorang untuk menangkapnya.
Namun utusan tersebut tidak berhasil karena dihadang rakyat. Dalam keadaan luka,
perwakilan Jepang tersebut memberitahukan peristiwa tersebut kepada
pimpinannya di Tasiklamalaya. Karena tersinggung, Jepang pada 25 Februari 1944
menyerang Singaparna pada siang hari setelah shalat Jumat. Dalam pertempuran
tersebut Zaenal Mustofa berhasil ditangkap dan kemudian diasingkan ke Jakarta
hingga wafatnya. Jenazahnya dikuburkan di daerah Ancol, dan kemudian
dipindahkan ke Tasikmalaya.
38