2110114210022
Pendidikan sosiologi
Jawablah soal essai dibawa ini dengan tepat dan benar !
Jawaban :
1. Uraikan Konsep dan Tipologi Lingkungan Lahan Basah
Lahan basah merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi. Lahan basah
atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat
permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-
kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di
antaranya adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), payau, dan gambut. Air yang
menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau, atau asin.
Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air yang dangkal,
dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan
ciri-cirinya tersebut, lahan basah kerap disebut juga sebagai wilayah peralihan antara daratan
dan perairan. Baik sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi. Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang
lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan basah
mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun budaya.
Macam jenis lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami dan buatan. Lahan
basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau (mangrove), rawa gambut, hutan
gambut, paya-paya, dan riparian (tepian sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi
waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua
jenis lahan basah yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa
gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan lahan
pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan dikonversi untuk kegiatan
budidaya perairan.
2. Uraikan Karakteristik jenis lahan rawa pada lahan basah berikut ini:
Rawa lebak atau disebut rawa non pasang surut, pada umumnya merupakan lahan dengan
keadaan topografi rendah dan berbentuk cekungan. Akibat air hujan maka daerah tersebut
tergenang air (karena daerah cekungan; karena drainase yang tidak baik), dimusim kering
berangsur-angsur air rawa tersebut menjadi kering dan terkadang kering sama sekali dalam
waktu relatif singkat (1-2 bulan). Pada daerahdaerah didekat sungai, air yang menggenangi
berasal dari dari luapan air sungai sekitarnya. Namun ada pula daerah rawa yang sudah
digenangi air hujan sebelum ditambah oleh limpahan air sungai ke daerah tersebut.
Berikut ini merupakan pembagian lahan rawa lebak berdasarkan hidrotopografinya:
Lahan gambut didefinisikan sebagai lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang
berasal dari penumpukkan sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan masa lampau yang melapuk,
dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Rancangan Standar Nasional Indonesia-R-SNI, Badan
Sertifikasi Nasional, 2013). Kandungan C organik yang tinggi (≥ 18%) dan dominan berada
dalam kondisi tergenang (anaerob) menyebabkan karakteristik lahan gambut berbeda dengan
lahan mineral, baik sifat fisik maupun kimianya. Kandungan karbon yang relatif tinggi berarti
lahan gambut dapat berperan sebagai penyimpan karbon. Namun demikian, cadangan karbon
dalam tanah gambut bersifat labil, jika kondisi alami lahan gambut mengalami perubahan atau
terusik maka gambut sangat mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan penanganan atau
tindakan yang bersifat spesifik dalam memanfaatkan lahan gambut untuk kegiatan usahatani.
Selain mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding lahan mineral, lahan gambut
khususnya gambut tropika mempunyai karakteristik yang sangat beragam, baik secara spasial
maupun vertikal (Subiksa et al., 2011). Karakteristik gambut sangat ditentukan oleh ketebalan
gambut, substratum (lapisan tanah mineral di bawah gambut), kematangan, da n tingkat
pengayaan, baik dari luapan sungai di sekitarnya maupun pengaruh dari laut khususnya untuk
gambut pantai (keberadaan endapan marin).Lahan gambut tropika umumnya tergolong sesuai
marginal untuk pengembangan pertanian, dengan faktor pembatas utama kondisi media tanam
yang tidak kondusif untuk perkembangan akar, terutama kondisi lahan yang jenuh air, bereaksi
masam, dan mengandung asamasam organik pada level yang bisa meracuni tanaman, sehingga
diperlukan beberapa tindakan reklamasi agar kondisi lahan gambut menjadi lebih sesuai untuk
perkembangan tanaman.
Lahan rawa adalah sebuah kata yang menunjukkan kondisi lahan yang berhubungan dengan
keberadaan air sebagai faktor kuncinya, Selama sepanjang tahun, atau dalam waktu tertentu
keberadaan air secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi sifat lahan tersebut.
Berdasarkan bahan induknya, tanah di lahan rawa dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
tanah mineral dan tanah gambut, Kedua kelompok ini dapat ditemui di lahan pasang surut
maupun di lahan lebak.
Tanah gambut adalah sumber daya alam yang bersifat rapuh dan tidak dapat diperbaharui,
kerusakan sifat fisiknya seperti kering tak balik akan menyebabkan degradasi sifat-sifat tanah
lainnya baik secara kimia maupun biologi. Sesuai namanya, tanah-tanah mineral di lahan
pasang surut memiliki sifat yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi
muka air laut atau sungai-sungai besar. Tanah sulfat masam sebagai salah satu jenis tanah yang
dominan, sifat fisik, kimia maupun biologinya akan sangat cepat berubah mengikuti kondisi
hidrologis lahan. Pirit sebagai salah satu mineral yang banyak ditemui pada tanah ini memiliki
pengaruh yang besar terhadap sifat-sifatnya seperti pH tanah, kadar unsur meracun dan
ketersediaan hara.
Berdasarkan lingkungan pembentukannya, tanah gambut dibedakan menjadi gambut: (a)
ombrogen, yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya tergantung dari air hujan,
tidak terkena pengaruh air pasang, membentuk suatu kubah (dome) dan umumnya tebal, dan
(b) topogen, yaitu gambut yang terbentuk pada bagian pedalaman dari dataran pantai/sungai
yang dipengaruhi oleh limpasan air pasang/banjir yang banyak mengandung mineral, sehingga
relatif lebih subur, dan tidak terlalu tebal. Gambut topogen ini dikenal sebagai gambut eutropik,
sedangkan ombrogen dikenal sebagai gambut oligotrofik dan mesotrofik.
Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah gambut dapat dibedakan menjadi:
a. gambut eutropik, yaitu gambut yang kaya/subur akan bahan mineral dan
kandungan basa-basa, karena mendapat limpasan air pasang atau banjir, dengan
kadar abu >10%
b. gambut oligotrofik, yaitu gambut yang miskin hara dan basa-basa, karena hanya
bergantung dari air hujan, dan biasanya dalam bentuk dome, kadar abu rendah
(<5%) dan
gambut mesotrofik, yaitu gambut yang agak subur (lebih baik dari gambut oligotrofik), dan
biasanya posisinya berada di pinggiran atau transisi ke suatu dome gambut, kadar abu 5-10%
(Driessen and Sudjadi, 1984).
Lahan rawa gambut dimanfaatkan masyarakat sebagian besar untuk budidaya tanaman
perkebunan meliputi kelapa sawit, karet, disusul tanaman pangan meliputi padi, jagung, kedele,
ubijalar dan ubikayu. Sedangkan tanaman hortikultura buah berupa nanas, pisang, rambutan,
buah naga, cempedak, nangka, jeruk, melon, kedondong, dan belimbing, sayuran buah meliputi
cabe, timun, kecipir, labu, dan tomat, dan sayuran daun terdiri dari kangkung, bayam, sawi,
dan selada.
Sebagian besar wilayah Propinsi Kalimantan Selatan merupakan bagian dari lahan basah.
Banyaknya manfaat yang diberikan lahan basah membuat banyak pemukiman atau kota yang
dibangun disekitar kawasan tersebut, salah satunya adalah kota Banjarmasin yang terletak
diambang Sungai Barito. Propinsi Kalimantan Selatan yang berada dikawasan lahan basah
memberikan peluang bagi para guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran juga
membantu meningkatkan hasil belajar siswa karena relevansi antara materi dengan lingkungan
sekitar Karena setiap daerah memiliki karakteristik tersendiri. Pengintegrasian lahan basah
pada kegiatan belajar mengajar juga dapat menambah wawasan kearifan lokal siswa tentang
lingkungannya.
Tujuannya agar keanekaragaman hayati yang ada dalam lingkungan lahan basah dapat
terkelola secara baik dan berkembang dengan pengolahan oleh lingkungan sosial disekitarnya
seperti peran masyarakat dalam pengembangan itu dan perlindungan terhadap wilayah
lingkungan lahan basah secara meluas serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem
dalam satuan wilayah.
Hasilnya, meningkatnya keanekaragaman dari potensi lahan basah yang berkelanjutan dan
keunggulan dari sumber daya dan ekosistem lainnya. Mengetahui lebih dalam cara
melestarikan lingkungan lahan basah
b. Pemurnian Air
Lahan basah melindungi kualitas air dengan menjebak sedimen dan menahan kelebihan
nutrisi dan polutan lainnya seperti logam berat. Fungsi-fungsi ini sangat penting ketika lahan
basah terhubung ke air tanah atau sumber air permukaan, seperti sungai dan danau, dan
digunakan oleh manusia untuk minum, berenang, memancing, atau kegiatan lainnya. Fungsi
yang sama ini sangat penting untuk ikan dan satwa liar lainnya.
c. Perlindungan Banjir
Karena posisi topografinya yang rendah relatif terhadap dataran tinggi (misalnya, depresi
terisolasi, dataran banjir), lahan basah menyimpan dan secara perlahan melepaskan air
permukaan, hujan, pencairan salju, air tanah, dan air banjir. Pepohonan dan vegetasi lahan
basah lainnya juga menghambat pergerakan air banjir dan mendistribusikannya lebih lambat di
atas dataran banjir.
d. Pengendalian Erosi
Kemampuan lahan basah untuk mengendalikan erosi sangat berharga sehingga beberapa
daerah memulihkan lahan basah di wilayah pesisir untuk menyangga gelombang badai dari
angin topan dan badai tropis. Lahan basah di tepi danau, sungai, teluk, dan laut melindungi
shoreline dan tepi sungai dari erosi.
e. Penyerapan Karbon
Tanah yang ditemukan di lahan basah dapat menyimpan karbon selama ratusan tahun,
mereka memainkan peran penting dalam memerangi perubahan iklim
f. Manfaat Ekonomi dari Sumber Daya Lahan Basah
Kita menggunakan banyak produk alami dari lahan basah, termasuk mamalia dan burung,
ikan dan kerang, serta kayu. Demikian pula, berbagai tanaman seperti blueberry, cranberry,
mint, dan beras liar, diproduksi di lahan basah. Kita juga mendapatkan obat-obatan dari tanah
dan tanaman lahan basah. Lahan basah adalah habitat bagi pembawa bulu komersial seperti
muskrat, berang-berang, berang-berang, dan cerpelai, serta reptil seperti buaya.
Ada manfaat ekonomi yang signifikan terkait dengan lahan basah. Misalnya, jika suatu
komunitas harus membangun sistem pengendalian banjir atau pengolahan air untuk
menggantikan fungsi yang disediakan oleh lahan basah, biayanya bisa jauh lebih besar
daripada biaya untuk melestarikan sistem lahan basah alami. Demikian pula, ketika lahan
basah kehilangan nilainya sebagai habitat ikan, sulit untuk diganti, dan kerugian tersebut
mengalir ke industri perikanan rekreasi dan komersial.
g. Lahan Pertanian
Lahan basah di seluruh dunia digunakan sebagai lahan pertanian karena kaya nutrisi yang ada
di dalam tanah. Makanan pokok setengah populasi dunia adalah beras, yang tumbuh di lahan
basah di banyak bagian dunia. Banyak spesies ikan, alang-alang dan papirus yang penting
secara komersial juga dipanen di lahan basah.
Kita sebagai manusia tentunya takkan bisa lepas dari ketergantungan kita pada alam sekitar.
Begitu pula pada masyarakat di lahan basah dikenal sebagai masyarakat sungai (the water
people) karena mobilitas dan kehidupan sehari-hari yang umumnya tidak bisa lepas dari air
atau sungai. Mereka tinggal di pemukiman yang berjajar di pinggir sungai dengan mata
pencaharian utama sebagai petani sawah (rawa), nelayan penangkap ikan, peternak itik dan
kerbau rawa. masyarakat pada Lahan Basah sangat bergantung pada sungai. Hampir semua
kegiatan dilakukan dengan menggunakan media air atau sungai. Bahkan, mata pencaharian
utama mereka pun berhubungan dengan air atau sungai, yaitu bertani, menangkap ikan, dan
beternak binatang air atau rawa.
Masyarakat pada Lahan Basah sangat bergantung pada sungai. Hampir semua kegiatan
dilakukan dengan menggunakan media air atau sungai. Bahkan, mata pencaharian utama
mereka pun berhubungan dengan air atau sungai, yaitu bertani, menangkap ikan, dan beternak
binatang air atau rawa.
Masyarakat di lahan basah dikenal sebagai masyarakat sungai (the water people) karena
mobilitas dan kehidupan sehari-hari yang umumnya tidak bisa lepas dari air atau sungai.
Mereka tinggal di pemukiman yang berjajar di pinggir sungai dengan mata pencaharian utama
sebagai petani sawah (rawa), nelayan penangkap ikan, peternak itik dan kerbau rawa.
Mata pencaharian utama masyarakat di Lahan Basah adalah bertani sekaligus mencari ikan.
Jika musim penghujan tiba, mereka bertani; sedangkan jika musim kemarau tiba, mereka akan
mencari ikan (maiwak). Pekerjaan lain yang juga mereka lakukan adalah berdagang, membuat
alat-alat rumah tangga dan kerajinan tangan dari bahan logam, emas, dan lain sebagainya.
Mereka juga membuka layanan jasa berupa transportasi kelotok.
Selain mata pencaharian masyarakat yang biasaya tinggal dilahan akan tinggal di sepanjang
dipinggiran sungai .Dan juga pada masyarakat memiliki keunikan yang berbeda dari
masyarakat lainnya dari hasil kerajianan yang dibuat dari hasil alam dilahan basah serta
memiliki kearifan lokal setempat yang mempengaruhi sosiokultural masyarakat tersebut.