Anda di halaman 1dari 9

Ari setiawan

2110114210022
Pendidikan sosiologi
Jawablah soal essai dibawa ini dengan tepat dan benar !

1. Uraikan Konsep dan Tipologi Lingkungan Lahan Basah


2. Uraikan Karakteristik jenis lahan rawa pada lahan basah berikut inii:

a. Lahan Rawa Pasang Surut


b. Lahan Rawa Lebak
c. Lahan Rawa Gambut
3. Uraikan Strategi mempelajari Lingkungan Sosial Pada Lingkungan Lahan Basah
4. Berikan Contoh Paradigma Sosial Pada Lingkungan Lahan Basah ?
5. Uraikan Sosiokultural pada lahan lingkungan lahan basah

Jawaban :
1. Uraikan Konsep dan Tipologi Lingkungan Lahan Basah

a. Konsep lahan basah

Lahan basah merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi. Lahan basah
atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat
permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-
kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di
antaranya adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), payau, dan gambut. Air yang
menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau, atau asin.

Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air yang dangkal,
dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan
ciri-cirinya tersebut, lahan basah kerap disebut juga sebagai wilayah peralihan antara daratan
dan perairan. Baik sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi. Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang
lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan basah
mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun budaya.

Macam jenis lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami dan buatan. Lahan
basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau (mangrove), rawa gambut, hutan
gambut, paya-paya, dan riparian (tepian sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi
waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua
jenis lahan basah yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa
gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan lahan
pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan dikonversi untuk kegiatan
budidaya perairan.

b. Tipologi lahan basah


Tipologi ekosistem lahan basah dapat terdiri dari ekosistem air tawar dan ekosistem estuarin.
Ekosistem air tawar terdiri dari air yang tenang seperti: empang, rawa, kolam dan air mengalir
seperti: sungai, sumber air. Sedangkan ekosistem estuarin terpengaruh adanya pasang surut air
laut, contohnya: payau, mangrove, rumput laut, laguna. Lahan basah juga ada yang dalam
bentuk alami, ada pula dalam bentuk buatan seperti persawahan, tambak, kolam industri. Baik
lahan basah alami maupun buatan ternyata keberadaannya sangat penting bagi ekosistem dunia.
Bahkan penduduk di beberapa bagian dunia ini sangat bergantung pada lahan ini. Contohnya
adalah masyarakat Asia yang sebagian besar hidupnya tergantung pada beras yang ditanam di
lahan basah
Berdasarkan fungsi dan tatanan lingkungannya, tipologi lahan basah secara garis besar terdiri
dari empat macam, yaitu: (1) lahan basah pesisir dan lautan yang meliputi antara lain hutan
bakau, hutan payau, hutan mangrove, terumbu karang dan dataran pasir; (2) lahan basah rawa
yang meliputi hutan rawa gambut, rawa padang, rawa rumput dan rawa herbal; (3) Lahan basah
dataran sungai yang meliputi sungai, dataran banjir, lebak-lebung dan muara sungai; dan (4)
Lahan basah danau, bendungan dan lahan basah bentukan seperti sawah, tambak garam, danau,
situ, dan bendungan. Mengingat cukup bervariasinya tipe dan sifat ekosistem lahan basah
tersebut, maka ekosistem lahan basah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat
dikembangkan pemanfaat secara berkelanjutan.

2. Uraikan Karakteristik jenis lahan rawa pada lahan basah berikut ini:

a. Lahan Rawa Pasang Surut


Lahan rawa pasang surut merupakan suatu daerah yang digenangi air yang disebabkan oleh
adanya pengaruh pasang surut tinggi muka air laut. Lahan pasang surut berada di suatu daerah
dataran, dimana air pasang surut dapat mempengaruhi tinggi rendahnya permukaan air di
daerah tersebut. Daerah ini dapat mencapai berpuluh-puluh kilometer dari garis pantai. Pada
daerah dekat pantai dimana pengaruh pasang surutnya cukup besar biasanya tidak dibuka untuk
lahan pertanian pasang surut. Sebaliknya daerah dimana pengaruh pasang surut tidak lagi
mampu menggenangi permukaan tanah sawah tidak dapat lagi dikategorikan sebagai lahan
pasang surut.
Lahan rawa pasang surut potensial dan strategis dikembang sebagai lahan pertanian, dapat
menjadi sumber pertumbuhan baru produksi (komoditas) pertanian, karena mempunyai
beberapa keunggulan antara lain: (1) tersedia cukup luas dan berada dalam satuan-satuan skala
hamparan yang cukup luas, (2) ketersediaan air berlebih, (3) topografi rata atau datar, (4) akses
ke daerah pengembangan dapat melalui jalur darat dan jalur air sehingga memudahkan jalur
distribusi, dan (4) kesesuaian lahan dan agronomi cukup sesuai sampai sangat sesuai. Beragam
komoditas berhasil dikembangkan di lahan rawa meliputi tanaman pangan (padi dan palawija),
hortikultura (sawi, terung, semangka, jeruk, nenas dsb) dan perkebunan (kelapa, karet, dan
kelapa sawit). Salah satu lahan rawa pasang surut yang berpotensi untuk dijadikan sebagai
areal penanaman padi adalah lahan rawa pasang surut sulfat asam. Lahan rawa pasang surut
sulfat asam merupakan salah satu lahan yang dapat dijadikan sebagai area pengembangan
pertanian.

b. Lahan Rawa Lebak

Rawa lebak atau disebut rawa non pasang surut, pada umumnya merupakan lahan dengan
keadaan topografi rendah dan berbentuk cekungan. Akibat air hujan maka daerah tersebut
tergenang air (karena daerah cekungan; karena drainase yang tidak baik), dimusim kering
berangsur-angsur air rawa tersebut menjadi kering dan terkadang kering sama sekali dalam
waktu relatif singkat (1-2 bulan). Pada daerahdaerah didekat sungai, air yang menggenangi
berasal dari dari luapan air sungai sekitarnya. Namun ada pula daerah rawa yang sudah
digenangi air hujan sebelum ditambah oleh limpahan air sungai ke daerah tersebut.
Berikut ini merupakan pembagian lahan rawa lebak berdasarkan hidrotopografinya:

• Rawa lebak pematang


Merupakan wilayah rawa lebak yang mempunyai tinggi genanangan kurang dari 50 cm dengan
lama genangan kurang dari 3 bulan dalam setahun.
• Rawa lebak tengahan
Merupakan wilayah rawa lebak yang mempunyai tinggi genangan 50-100 cm dengan lama
genangan 3-6 bulan dalam setahun.
• Rawa lebak dalam
Merupakan wilayah rawa lebak yang mempunyai tinggi genangan lebih besar dari 100 cm
dengan lama genangan lebih besar dari 6 bulan dalam setahun.
Berdasarkan ada atau tidaknya pengaruh sungai, rawa lebak dibagi dalam tiga tipologi, yaitu
lebak sungai, lebak terkurung, dan lebak setengah terkurung.
Pengelolaan rawa lebak pada hal pengembangan dan pendayagunaan umumnya dilakukan pada
daerah rawa lebak pematang dan tengahan, sedangkan pengelolaan rawa lebak pada hal
konservasi umumnya dilakukan pada daerah rawa lebak dalam. Namun hal ini tidak menutup
kemungkinan bahwa rawa lebak pematang dapat dijadikan sebagai daerah konservasi ataupun
rawa lebak dalam dijadikan sebagai daerah pengembangan dan pendayagunaan, karena hal ini
tergantung dari fungsi ekologis alami dari daerah rawa lebak itu sendiri.
Rawa lebak terbentuk sebagai akibat dari banjir tahunan pada wilayah yang letaknya rendah,
yaitu pada wilayah peralihan antara lahan darat (uplands) dan sungai-sungai besar.
Penyebarannya secara khusus terdapat di dataran banjir (floodplains), dataran meander (sungai
berkelok-kelok), dan bekas aliran sungai tua (oxbow) dari sungai-sungai besar dan anakanak
sungai utamanya.
Lahan rawa lebak sebagian besar dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya padi yang dapat
dipilah dalam pola sebagai berikut:
a. Padi sawah timur (sawah rintak)
b. Padi sawah barat (sawah surung)
Selain padi, lahan rawa lebak juga juga umum ditanami palawija, sayur, dan buahbuahan. Pola
tanam atau tumpang antara tanaman palawija, sayuran, atau buahbuahan umum dilakukan
petani pada lahan lebak dangkal dan tengahan dengan sistem surjan. Pada sistem surjan
tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang nagara, dan atau umbi-umbian), sayuran (tomat,
cabai, kacang panjang), atau buah-buahan (semangka, labu kuning, ubi jalar, ubi alabio,
mangga rawa) ditanam di atas surjan (tembokan), sedangkan padi bagian tabukan (ledokan)
ditanami padi. Beberapa wilayah lahan rawa lebak belakangan ini mulai dikembangkan untuk
tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan karet. Pengembangan perkebunan ini
memerlukan pembuatan saluran-saluran pengaturan (drainage) dan pintu-pintu air untuk
pengendalian muka air tanah

c. Lahan Rawa Gambut

Lahan gambut didefinisikan sebagai lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang
berasal dari penumpukkan sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan masa lampau yang melapuk,
dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Rancangan Standar Nasional Indonesia-R-SNI, Badan
Sertifikasi Nasional, 2013). Kandungan C organik yang tinggi (≥ 18%) dan dominan berada
dalam kondisi tergenang (anaerob) menyebabkan karakteristik lahan gambut berbeda dengan
lahan mineral, baik sifat fisik maupun kimianya. Kandungan karbon yang relatif tinggi berarti
lahan gambut dapat berperan sebagai penyimpan karbon. Namun demikian, cadangan karbon
dalam tanah gambut bersifat labil, jika kondisi alami lahan gambut mengalami perubahan atau
terusik maka gambut sangat mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan penanganan atau
tindakan yang bersifat spesifik dalam memanfaatkan lahan gambut untuk kegiatan usahatani.
Selain mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding lahan mineral, lahan gambut
khususnya gambut tropika mempunyai karakteristik yang sangat beragam, baik secara spasial
maupun vertikal (Subiksa et al., 2011). Karakteristik gambut sangat ditentukan oleh ketebalan
gambut, substratum (lapisan tanah mineral di bawah gambut), kematangan, da n tingkat
pengayaan, baik dari luapan sungai di sekitarnya maupun pengaruh dari laut khususnya untuk
gambut pantai (keberadaan endapan marin).Lahan gambut tropika umumnya tergolong sesuai
marginal untuk pengembangan pertanian, dengan faktor pembatas utama kondisi media tanam
yang tidak kondusif untuk perkembangan akar, terutama kondisi lahan yang jenuh air, bereaksi
masam, dan mengandung asamasam organik pada level yang bisa meracuni tanaman, sehingga
diperlukan beberapa tindakan reklamasi agar kondisi lahan gambut menjadi lebih sesuai untuk
perkembangan tanaman.
Lahan rawa adalah sebuah kata yang menunjukkan kondisi lahan yang berhubungan dengan
keberadaan air sebagai faktor kuncinya, Selama sepanjang tahun, atau dalam waktu tertentu
keberadaan air secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi sifat lahan tersebut.
Berdasarkan bahan induknya, tanah di lahan rawa dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
tanah mineral dan tanah gambut, Kedua kelompok ini dapat ditemui di lahan pasang surut
maupun di lahan lebak.
Tanah gambut adalah sumber daya alam yang bersifat rapuh dan tidak dapat diperbaharui,
kerusakan sifat fisiknya seperti kering tak balik akan menyebabkan degradasi sifat-sifat tanah
lainnya baik secara kimia maupun biologi. Sesuai namanya, tanah-tanah mineral di lahan
pasang surut memiliki sifat yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi
muka air laut atau sungai-sungai besar. Tanah sulfat masam sebagai salah satu jenis tanah yang
dominan, sifat fisik, kimia maupun biologinya akan sangat cepat berubah mengikuti kondisi
hidrologis lahan. Pirit sebagai salah satu mineral yang banyak ditemui pada tanah ini memiliki
pengaruh yang besar terhadap sifat-sifatnya seperti pH tanah, kadar unsur meracun dan
ketersediaan hara.
Berdasarkan lingkungan pembentukannya, tanah gambut dibedakan menjadi gambut: (a)
ombrogen, yaitu gambut yang terbentuk pada lingkungan yang hanya tergantung dari air hujan,
tidak terkena pengaruh air pasang, membentuk suatu kubah (dome) dan umumnya tebal, dan
(b) topogen, yaitu gambut yang terbentuk pada bagian pedalaman dari dataran pantai/sungai
yang dipengaruhi oleh limpasan air pasang/banjir yang banyak mengandung mineral, sehingga
relatif lebih subur, dan tidak terlalu tebal. Gambut topogen ini dikenal sebagai gambut eutropik,
sedangkan ombrogen dikenal sebagai gambut oligotrofik dan mesotrofik.
Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah gambut dapat dibedakan menjadi:
a. gambut eutropik, yaitu gambut yang kaya/subur akan bahan mineral dan
kandungan basa-basa, karena mendapat limpasan air pasang atau banjir, dengan
kadar abu >10%
b. gambut oligotrofik, yaitu gambut yang miskin hara dan basa-basa, karena hanya
bergantung dari air hujan, dan biasanya dalam bentuk dome, kadar abu rendah
(<5%) dan
gambut mesotrofik, yaitu gambut yang agak subur (lebih baik dari gambut oligotrofik), dan
biasanya posisinya berada di pinggiran atau transisi ke suatu dome gambut, kadar abu 5-10%
(Driessen and Sudjadi, 1984).
Lahan rawa gambut dimanfaatkan masyarakat sebagian besar untuk budidaya tanaman
perkebunan meliputi kelapa sawit, karet, disusul tanaman pangan meliputi padi, jagung, kedele,
ubijalar dan ubikayu. Sedangkan tanaman hortikultura buah berupa nanas, pisang, rambutan,
buah naga, cempedak, nangka, jeruk, melon, kedondong, dan belimbing, sayuran buah meliputi
cabe, timun, kecipir, labu, dan tomat, dan sayuran daun terdiri dari kangkung, bayam, sawi,
dan selada.

3. Uraikan Strategi mempelajari Lingkungan Sosial Pada Lingkungan Lahan Basah


Lahan basah memiliki banyak keuntungan dan manfaat bagi masyarakat sekitar Pengetahuan
terhadap lahan basah menjadi hal penting dalam pengembangan awasan. Masyarakat yang
berada di awasan lahan basah menginginkan adanya pemahaman tentang lahan basah, baik
dalam awasanan formal dan nonformal.Secara garis besar, manfaat lahan basah dapat berupa
habitat ekosistem tertentu, awasan kualitas air, penampung air dan pencegahan terhadap banjir,
serta pemanfaatan untuk bernilai ekonomis. Keanekaragaman hayati yang terdapat dalam
lahan basah merupakan kekayaan biodiversitas di lingkungan lahan basah. Pengetahuan
tentang keanekaragaman hayati dan perlindungan awasan lahan basah patut ditanamkan sejak
dini demi menumbuhkan kecintaan dan pelestarian lingkungan lahan basah

Sebagian besar wilayah Propinsi Kalimantan Selatan merupakan bagian dari lahan basah.
Banyaknya manfaat yang diberikan lahan basah membuat banyak pemukiman atau kota yang
dibangun disekitar kawasan tersebut, salah satunya adalah kota Banjarmasin yang terletak
diambang Sungai Barito. Propinsi Kalimantan Selatan yang berada dikawasan lahan basah
memberikan peluang bagi para guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran juga
membantu meningkatkan hasil belajar siswa karena relevansi antara materi dengan lingkungan
sekitar Karena setiap daerah memiliki karakteristik tersendiri. Pengintegrasian lahan basah
pada kegiatan belajar mengajar juga dapat menambah wawasan kearifan lokal siswa tentang
lingkungannya.

Tujuannya agar keanekaragaman hayati yang ada dalam lingkungan lahan basah dapat
terkelola secara baik dan berkembang dengan pengolahan oleh lingkungan sosial disekitarnya
seperti peran masyarakat dalam pengembangan itu dan perlindungan terhadap wilayah
lingkungan lahan basah secara meluas serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem
dalam satuan wilayah.
Hasilnya, meningkatnya keanekaragaman dari potensi lahan basah yang berkelanjutan dan
keunggulan dari sumber daya dan ekosistem lainnya. Mengetahui lebih dalam cara
melestarikan lingkungan lahan basah

1. Dampak lingkungan sosial di Lahan Basah basah di pengaruhi oleh kesehatan


lingkungan yang ada di sekitar yaitu:
a. Air bersih
Yaitu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dimana kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telanjur dimasak. Di daerah lahan basah biasanya
masyarakat mendapatkan air bersih dari PDAM, selebihnya menggunakan sumur atau sumber
lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit dapat muncul.
b. Pembuangan kotoran atau tinja
Masyarakat didaerah lahan basah masih dapat dijumpai membuang kotoran atau tinja di
sungai. Hal ini dapat mencemari sungai dan menimbulkan penyakit. Metode pembuangan tinja
yang baik yaitu menggunakan jamban
c. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah di indonesia masih memprihatinkan, dimana kita dapat melihat masih
banyak masyarakat yang membuang sampah disungai, masyarakat masih belum terbiasa
membuang sampah pada tempatnya.

4. Berikan Contoh Paradigma Sosial Pada Lingkungan Lahan Basah ?


Lahan basah dapat dianggap sebagai supermarket biologis. Mereka menyediakan makanan
dalam jumlah besar yang menarik banyak spesies hewan. Hewan ini menggunakan lahan
basah untuk sebagian atau seluruh siklus hidupnya. Daun dan batang tanaman yang mati
terurai di dalam air untuk membentuk partikel kecil bahan organik yang disebut detritus.
Bahan yang diperkaya ini memberi makan banyak serangga air, kerang, dan ikan kecil yang
menjadi makanan bagi ikan pemangsa yang lebih besar, reptil, amfibi, burung, dan mamalia.

a. Habitat Ikan, Satwa Liar, dan Tumbuhan


Lahan basah menyediakan habitat bagi beragam spesies satwa liar. Ini termasuk burung,
mamalia, amfibi, ikan, invertebrata, dan tumbuhan. Lahan basah yang sehat sangat penting
untuk kelangsungan hidup banyak spesies ini. Beberapa satwa liar lahan basah yang lebih
umum termasuk bebek dan angsa, katak, burung hitam bersayap merah, muskrat, dan ikan
trout.

b. Pemurnian Air
Lahan basah melindungi kualitas air dengan menjebak sedimen dan menahan kelebihan
nutrisi dan polutan lainnya seperti logam berat. Fungsi-fungsi ini sangat penting ketika lahan
basah terhubung ke air tanah atau sumber air permukaan, seperti sungai dan danau, dan
digunakan oleh manusia untuk minum, berenang, memancing, atau kegiatan lainnya. Fungsi
yang sama ini sangat penting untuk ikan dan satwa liar lainnya.

c. Perlindungan Banjir
Karena posisi topografinya yang rendah relatif terhadap dataran tinggi (misalnya, depresi
terisolasi, dataran banjir), lahan basah menyimpan dan secara perlahan melepaskan air
permukaan, hujan, pencairan salju, air tanah, dan air banjir. Pepohonan dan vegetasi lahan
basah lainnya juga menghambat pergerakan air banjir dan mendistribusikannya lebih lambat di
atas dataran banjir.

d. Pengendalian Erosi
Kemampuan lahan basah untuk mengendalikan erosi sangat berharga sehingga beberapa
daerah memulihkan lahan basah di wilayah pesisir untuk menyangga gelombang badai dari
angin topan dan badai tropis. Lahan basah di tepi danau, sungai, teluk, dan laut melindungi
shoreline dan tepi sungai dari erosi.

e. Penyerapan Karbon
Tanah yang ditemukan di lahan basah dapat menyimpan karbon selama ratusan tahun,
mereka memainkan peran penting dalam memerangi perubahan iklim
f. Manfaat Ekonomi dari Sumber Daya Lahan Basah
Kita menggunakan banyak produk alami dari lahan basah, termasuk mamalia dan burung,
ikan dan kerang, serta kayu. Demikian pula, berbagai tanaman seperti blueberry, cranberry,
mint, dan beras liar, diproduksi di lahan basah. Kita juga mendapatkan obat-obatan dari tanah
dan tanaman lahan basah. Lahan basah adalah habitat bagi pembawa bulu komersial seperti
muskrat, berang-berang, berang-berang, dan cerpelai, serta reptil seperti buaya.
Ada manfaat ekonomi yang signifikan terkait dengan lahan basah. Misalnya, jika suatu
komunitas harus membangun sistem pengendalian banjir atau pengolahan air untuk
menggantikan fungsi yang disediakan oleh lahan basah, biayanya bisa jauh lebih besar
daripada biaya untuk melestarikan sistem lahan basah alami. Demikian pula, ketika lahan
basah kehilangan nilainya sebagai habitat ikan, sulit untuk diganti, dan kerugian tersebut
mengalir ke industri perikanan rekreasi dan komersial.

g. Lahan Pertanian
Lahan basah di seluruh dunia digunakan sebagai lahan pertanian karena kaya nutrisi yang ada
di dalam tanah. Makanan pokok setengah populasi dunia adalah beras, yang tumbuh di lahan
basah di banyak bagian dunia. Banyak spesies ikan, alang-alang dan papirus yang penting
secara komersial juga dipanen di lahan basah.

h. Rekreasi, Pendidikan, dan Penelitian


Lahan basah memberikan kesempatan tak terbatas untuk kegiatan rekreasi populer, seperti
hiking, berperahu, berburu, memancing, menjebak, dan mengamati burung. Hampir semua
orang suka berada di atau dekat air, dan kehadiran begitu banyak bentuk kehidupan yang
menarik membuat lahan basah kita menjadi harta karun yang sangat menyenangkan.

5. Uraikan Sosiokultural pada lahan lingkungan lahan basah

Kita sebagai manusia tentunya takkan bisa lepas dari ketergantungan kita pada alam sekitar.
Begitu pula pada masyarakat di lahan basah dikenal sebagai masyarakat sungai (the water
people) karena mobilitas dan kehidupan sehari-hari yang umumnya tidak bisa lepas dari air
atau sungai. Mereka tinggal di pemukiman yang berjajar di pinggir sungai dengan mata
pencaharian utama sebagai petani sawah (rawa), nelayan penangkap ikan, peternak itik dan
kerbau rawa. masyarakat pada Lahan Basah sangat bergantung pada sungai. Hampir semua
kegiatan dilakukan dengan menggunakan media air atau sungai. Bahkan, mata pencaharian
utama mereka pun berhubungan dengan air atau sungai, yaitu bertani, menangkap ikan, dan
beternak binatang air atau rawa.
Masyarakat pada Lahan Basah sangat bergantung pada sungai. Hampir semua kegiatan
dilakukan dengan menggunakan media air atau sungai. Bahkan, mata pencaharian utama
mereka pun berhubungan dengan air atau sungai, yaitu bertani, menangkap ikan, dan beternak
binatang air atau rawa.
Masyarakat di lahan basah dikenal sebagai masyarakat sungai (the water people) karena
mobilitas dan kehidupan sehari-hari yang umumnya tidak bisa lepas dari air atau sungai.
Mereka tinggal di pemukiman yang berjajar di pinggir sungai dengan mata pencaharian utama
sebagai petani sawah (rawa), nelayan penangkap ikan, peternak itik dan kerbau rawa.
Mata pencaharian utama masyarakat di Lahan Basah adalah bertani sekaligus mencari ikan.
Jika musim penghujan tiba, mereka bertani; sedangkan jika musim kemarau tiba, mereka akan
mencari ikan (maiwak). Pekerjaan lain yang juga mereka lakukan adalah berdagang, membuat
alat-alat rumah tangga dan kerajinan tangan dari bahan logam, emas, dan lain sebagainya.
Mereka juga membuka layanan jasa berupa transportasi kelotok.
Selain mata pencaharian masyarakat yang biasaya tinggal dilahan akan tinggal di sepanjang
dipinggiran sungai .Dan juga pada masyarakat memiliki keunikan yang berbeda dari
masyarakat lainnya dari hasil kerajianan yang dibuat dari hasil alam dilahan basah serta
memiliki kearifan lokal setempat yang mempengaruhi sosiokultural masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai