Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

DI SUSUN OLEH:

Faridschi Ebha Uli 06151282025032

Miftah Sarah Aulia 06151182025014

Revaldo 06151282025038

DOSEN PENGAMPU :

Dr. AZIZAH HUSIN, M.PD

MEGA NURRIZALIA M.PD

PRODI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadiran Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan kesempatannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini, guna memenuhi tugas dari Ibu dengan judul
“implementasi program psh”. Shalawat bertangkaikan salam selalu tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung kita Nabi Muhammad saw. Semoga kita
senantiasa mendapatkan syafa’atnya hingga hari akhir kelak. Tidak lupa pula kami
ucapkan kepada Ibu Dr. Azizah husin, M.Pd. dan Ibu Mega Nurhaliza M. PD. sebagai
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Pendidikan Sepanjang Hayat Universitas Sriwijaya
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dan kami semua berharap semoga makalah ini dapat menambahkan pengetahuan
serta ilmu bagi pembaca. Sehingga kedepannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkat isi makalah ini sehingga memiliki wawasan yang cukup luas dan lebih baik
lagi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini banyaknya kekurangan
dan begitu jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya keritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami susun dimasa mendatang,
mengingat tidak ada yang lebih sempurna tanpa saran membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun semaksimal mungkin ini dapat berguna bagi kami
maupun yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik, saran dan usulan
yang membangun dari Anda sehingga demi perbaikan makalah yang akan kami susun
dimasa mendatang.

Palembang, 10 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................

2.1 Pengertian Pendidikan Kesetaraan .......................................................................

2.2 Pengertian Pendidikan Keaksaraan .......................................................................

2.3 Macam macam Pendidikan Kesetaraan ..................................................................

2.4Literasi Pendidikan Keaksaraan ................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................................

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan di Indonesia masih terus harus dibenahi, kualitas pendidikandi


Indonesia masih di bawah rata-rata tingkat pendidikan di negara-negara
aseantermasuk pendidikan dasar. Pemerintah telah berupaya dengan
mengelontorkanprogram Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kartu Indonesia Pintar
(KIP), danlain-lain yang bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan pada
SekolahDasar dan menengah, namun pada kenyataanya masih saja terdapat
jumlahanak putus sekolah. Banyaknya jumlah siswa yang putus sekolah
menunujukkanbahwa kesejahteraan anak masih belum dapat terpenuhi. Apabila
kesejahteraananak tersebut tidak terpenuhi maka dapat mengakibatkan kesenjangan
sosialdan patologi di tengah masyarakat. Ini menyebabkan banyak anak yang
butaaksara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Buta Aksara adalah di
manaketidakmampuan membaca dan menulis,berdasarkan data
KementrianPendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pertahun 2015. Sebanyak
3,56persen penduduk Indonesia atau dari 5,7 juta orang masih buta aksara.
Angkatersebut menurun tipis dari tahun 2014 sebelumnya yakni 3,7 persen atau
5,9juta penduduk. Menurut Pamungkas (2004:216)Melek aksara juga dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untukmengerti
sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan,
dan berbicara. Dalam perkembangan modern kata ini laludiartikan sebagai
kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yangbaik untuk berkomunikasi
dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorangdapat menyampaikan
idenyadalam masyarakat yang mampu baca-tulis,sehingga dapat menjadi bagian dari
masyarakat tersebut. Banyak analis kebijakan menganggap angka melek aksara
adalahtolak ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya
manusiadi suatu daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa
melatihorang yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang
yangbuta aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis memiliki
statussosial ekonomi, kesehatan, dan prospek meraih peluang kerja yang lebih baik
Argumentasi para analis kebijakan ini juga menganggap kemampuanbaca-tulis
juga berarti peningkatan peluang kerja dan akses yang lebih luas padapendidikan yang
lebih tinggi.Buta aksara merupakan suatu masalah jika seorangbuta aksara maka ia
akan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengantujuan Negara yang
tertuang dalam pembukaan UUD1945 alinea ke empatyaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, pada BAB XIII Pendidikan dan Kebudayaan UUD 45 Pasal 31
Ayat 1 menyatakan Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Untuk
memberantas buta aksara dan mencegah putus sekolah pemerintah melakukan
program pendidikankeaksaraan dan kesetaraan di Indonesia

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Pendidikan Kesetaraan?

2. Apa itu Pendidikan Keaksaraan?

3. Macam macam Pendidikan Kesetaraan ?

4. Literasi Pendidikan Keaksaraan ?

1.3 TUJUAN

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar penyusun dan pembaca dapat
mengetahui pengertian dari Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Keaksaraan, juga
memberikan macam macam dari Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Keaksaraan
tersebut.

1.4 MANFAAT

1. Dapat mengetahui dengan jelas pengertian Pendidikan Kesetaraan

2. Dapat mengetahui dengan jelas pengertian Pendidikan Keaksaraan

3. Dapat mengetahui dengan jelas macam macam Pendidikan Kesetaraan

4. Dapat mengetahui dengan jelas Literasi Pendidikan Keaksaraan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan Kesetaraan Merupakan pendidikan nonformal yang mencakup


program Paket A,B,C dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

Pendidikan non formal sendiri menurut UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang


pendidikan menyatakan bahwa pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
non formal berfungsi mengembangkan peserta didik dengan penekanan, pengetahuan
dan keterampilan serta pengembangan sikap kepribadian yang profesional. Sehingga
Pendidikan Kesetaraan merupakan salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan
non-formal yang meliputi kelompok belajar (kejar) baik Program Paket A, Program
Paket B, maupun Program Paket C yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), atau satuan
sejenis lainnya.

Pendidikan kesetaraan dengan slogan "Menjangkau yang tidak terjangkau" berupaya


memberikan layanan pendidikan bagi warga yang tidak berkesempatan mengenyam
pendidikan formal dengan berbagai alasan. Ada anak usia sekolah yang putus sekolah
karena kendala biaya, ada juga orang dewasa yang sudah bekerja, dan berbagai latar
belakang yang lain. Dalam pendidikan kesetaraan selain diberikan materi ilmu
pengetahuan juga diberikan materi kecakapan hidup (life skill). Diharapkan dengan
adanya kecakapan hidup ini warga belajar akan mampu mandiri dan mampu
menciptakan lapangan usaha bagi diri mereka sendiri. Adapun kecakapan hidup yang
diberikan tergantung pada karakteristik tempat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Kecakapan hidup ini bisa berupa perbengkelan, kerajinan tangan, peternakan maupun
pertanian.

Legalitas kejar paket A, B, dan C sudah dijamin oleh pemerintah dalam UU No.
20/2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan
kesetaraan adalah program pendidikan non formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum yang setara dengan SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA yang
mencakup program paket A, paket B, dan paket C. Hal tersebut juga diperkuat pada
pasal 17 ayat 2-3 yang mengatakan bahwa pendidikan yang sederajat dengan SD/MI
adalah pogram seperti paket A dan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program
paket B. sedangkan pendidikan yang sederajat dengan SMA/MA adalah program
seperti paket C. Landasan hukum diselenggarakannya kejar paket A, B, dan C ini
salah satunya adalah peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1991 tentang pendidikan
luar sekolah dan kesepakatan bersama antara Direktur Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia serta
Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Republik
Indonesia nomor. 19/E.MS/2004 dan nomor. DJ.II/166/04 tentang penyelenggaraan
pendidikan kesetaraan.

Pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar


kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi konten, konteks,
metodologi, dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut
lebih memberikan konsep-konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan
permasalahan lingkungan dan melatih kecakapan hidup berorientasi kerja atau
berusaha sendiri. Kesempatan pendidikan harus diberikan secara merata, dipihak lain
dituntut meningkatkan kualitas pendidikan (El Findri, 2001: 36-41). Standar
kompetensi lulusan pendidikan kesetaraan diberi catatan khusus. Catatan khusus
meliputi: (1) pemilikan katerampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
(untuk Paket A); (2) pemilikan keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja
(untuk Paket B); (3) pemilikan keterampilan berwirausaha untuk Paket C. Pendidikan
Nonformal (PNF) merupakan salah satu jalur pendidikan pada sistem pendidikan
nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat
yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan formal. Pendidikan
nonformal memberikan berbagai pelayanan pendidikan untuk setiap warga
masyarakat untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan perkembangan zaman. Program Paket C adalah program pendidikan
menengah melalui jalur pendidikan nonformal yang mempunyai hak eligibilitas yang
setara dengan SMA/MA disebut Paket C umum.
Sedangkan kedepan akan dihubungkan Paket C umum dengan Paket C kejuruan
yang setara SMK/MA. Pengembangan Paket C Kejuruan disamping untuk memenuhi
hak masyarakat tentang Pendidikan adalah untuk mengembangkan keterampilan kerja
untuk memenuhi pendidikan kecakapan hidup (keterampilan) setara dengan SMK.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 14 tahun 2007 tentang Standar Isi
Pendidikan Kesetaraan antara lain mengatur kurikulum Program Paket C yang di
dalamnya terdapat mata pelajaran keterampilan fungsional dan mata pelajaran
kepribadian profesional, akan tetapi di dalam Program Paket C umum, belum secara
khusus diarahkan untuk mencapai kompetensi lulusan yang memiliki tingkat keahlian
tertentu untuk melakukan usaha mandiri dan atau bekerja di dunia usaha dan dunia
industri baik di dalam maupun di luar negeri. Oleh karena itu untuk membantu
menyiapkan tenaga-tenaga yang mempunyai keahlian tersebut salah satunya dengan
program pembelajaran yang sistematis, praktis dan mampu mengakomodasi berbagai
kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang, yaitu melalui program Paket C
Kejuruan setara SMK. Hal ini bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan diri, bekerja
mencari nafkah dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi sehingga siap
menghadapi persaingan kerja (Tri Joko Raharjo, 2005 : 13-14). Target kejar Paket C
vokasi yaitu lulus dengan nilai yang baik dan mendapatkan keterampilan yang siap
diterapkan untuk membuka peluang usaha sendiri dan memasuki dunia kerja.

Dengan diterbitkan Permendiknas No. 36 Tahun 2009 tentang Program Paket C


Kejuruan yang dapat digunakan sebagai landasan hukum atau acuan untuk Paket C
murni integrasi vokasi sistem terbuka adalah program pendidikan kesetaraan Paket C
setara SMA yang mengintegrasikan pembelajaran akademik dan pembelajaran
ketrampilan siap kerja dengan pola pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi,
karakteristik masing-masing peserta didik.

Selain potensi dan karakteristik peserta didik hal yang yang tak kalah penting yang
harus diperhatikan adalah semua komponen yang harus ada dalam pelaksanaan proses
pembelajaran yang juga menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran, serta dapat
menyalurkan pesan dan juga dapat membantu mengatasi berbagai jenis hambatan baik
dalam diri pendidik maupun peserta didik. Idealnya seluruh komponen pendukung
pendidikan yang berada di lingkungan pendidikan harus tersedia untuk meningkatkan
kualitas hasil pendidikan. Peserta didik dituntut untuk meningkatkan kualitas
akademiknya namun pada sisi lain komponen penyelenggaraan tidak dapat
mendukung dalam penyampaian pembelajaran. Proses belajar akan menghasilkan
perubahan dalam ranah kognitif (penalaran, penafsiran, pemahaman, dan penerapan
informasi), peningkatan kompetensi (keterampilan intelektual dan sosial), serta
pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan
perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon sesuatu rangsangan (stimulus).

Sesuai dengan standar proses, maka pembelajaran pada pendidikan kesetaraan


perlu diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam pendidikan kesetaraan ini, adalah :

1. Induktif, yaitu : membangun pengetahuan melalui kejadian atau fenomena empirik


dengan menekankan pada experiential learning (belajar dengan mengalami sendiri).

2. Konstruktif, yaitu : mengakui bahwa semua orang dapat membangun


pandangannya sendiri terhadap dunia, melalui pengalaman individual untuk
menghadapi/menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak tentu atau ambigius.

3. Tematik, yaitu : mengorganisasikan pengalaman-pengalaman, mendorong


terjadinya belajar di luar ruang kelas, mengaktifkan pengalaman belajar,
menumbuhkan kerjasama antar perserta didik.

4. Berbasis Lingkungan, yaitu : untuk meningkatkan relevansi, dan


kebermanfaatannya bagi peserta didik sesuai potensi dan kebutuhan lokal.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesetaraan, adalah :

1. Memperluas akses Pendidikan Dasar 9 tahun melalui jalur Pendidikan Non formal
Progam Paket A dan Paket B.

2. Memperluas akses Pendidikan Menengah melalui jalur Pendidikan Nonformal


Progam Paket C.
3. Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan Kesetaraan program
Paket A, B dan C.

4. Menguatkan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap penyelenggaraan


dan lulusan Pendidikan Kesetaraan.

Sasaran Pendidikan Kesetaraan, yaitu

1. Sasaran dari pendidikan kesetaraan adalah :

2. Penduduk tiga tahun di atas usia SD/MI ( 13-15) Paket A dan tiga tahun di atas usia
SMP/MTS ( 16 -18 ) Paket B

3. Penduduk usia sekolah yang tergabung dengan komunitas e-lerning, sekolah


rumah, sekolah alternatif, komunitas berpotensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis,
dll

4. Penduduk usia sekolah yang terkendala masuk jalur formal karena:

a. Ekonomi terbatas

b. Waktu terbatas

c. Geografis ( etnik minoritas,suku terasing)

d. Keyakinan seperti Ponpes

e. Bermasalah (sosial,hukum)

5. Penduduk usia 15-44 yang belum tuntas wajar DikDas 9 tahun

6. Penduduk usia SMA/MA berminat mengikuti program Paket C

7. Penduduk di atas usia 18 tahun yang berminat mengikuti Program Paket C karena
berbagai alasan

2.2 Pengertian Pendidikan Keaksaraan


Pendidikan keaksaraan adalah salah satu bentuk layanan Pendidikan non formal
bagi warga masyarakat buta aksara untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Pendidikan Keaksaraan terdiri atas Pendidikan Keaksaraan Dasar dan Pendidikan
Keaksaraan Lanjutan.  Pendidikan Keaksaraan Dasar adalah layanan Pendidikan pada
warga masyarakat buta aksara latin agar memiliki kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung, berbahsa Indoensia, dan menganalisa, sehingga memberikan peluang
untuk aktualisasi potensi diri dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Keaksaraan
Lanjutan merupakan kelanjutan dari Pendidikan Keaksaraan Dasar yang ditujukan
untuk memelihara penduduk yang telah melek aksara agar tidak buta aksara kembali. 

Pendidikan Keaksaraan Lanjutan terdiri dari Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri


(KUM) dan Pendidikan Multikeaksaraan. KUM diarahkan untuk pengenalan
kemampuan berusaha, sedangkan Multikeaksaraan diarahkan untuk meningkatkan
keberdayaan peserta didik melalui peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang diarahkan sesuai dengan minat peserta didiktentang wawasan keilmuan dan
teknologi, kesehatan dan  olahraga, pengembangan seni dan budaya, atau politik dan
kebangsaan, serta pekerjaan dan profesi.

Sebagai komitmen pemerintah dalam pengentasan penduduk buta aksara, melalui


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan layanan bantuan dalam bentuk
Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Keaksaraan.

BOP Pendidikan Keaksaraan adalah pemberian sejumlah dana untuk


menyelenggarakan pembelajaran Pendidikan Keaksaraan bagi penduduk buta aksara
usia 15-59 tahun. Selama ini pengelolaan BOP Pendidikan keaksaraan dilakukan
secara konvensional melalui pengusulan dari lembaga penyelenggara program
pendidikan keaksaraan atau Dinas Pendidikan Kabupaten ke Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. Hal ini berdampak pada kurang efektif dan
efisiennya dalam mekanisme penyaluran BOP Pendidikan Keaksaraan. Sehingga
diperlukan aplikasi yang dapat mempercepat proses pengelolaan BOP tersebut.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan pada tahun 2017
membuat aplikasi Si BOP Aksara (Aplikasi BOP Pendidikan Keaksaraan Daring). 
Aplikasi ini dimaksudkan untuk mengefisienkan dan mengefektifkan pengusulan
bantuan dari Dinas atau PP/BP PAUD dan Dikmas ke Direktorat. Aplikasi ini dapat
diakses oleh  Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau PP/BP PAUD dan Dikmas yang
menerima BOP Pendidikan Keaksaraan dari biaya APBN tahun 2017 dan seterusnya.

2.3 Macam Macam Pendidikan Kesetaraan

1. Paket A :

• Belum menempuh pendidikan SD,

prioritas usia 15-44 tahun.

• Putus sekolah dasar

• Tidak menempuh sekolah formal

• Tidak dapat bersekolah karena

berbagai faktor (potensi, waktu,

geografi, ekonomi, sosial dan hukum).

2. Paket B :

• Lulus paket A/SD/MI, belum menempuh

pendidikan SMP/MTs

• Tidak bersekolah karena berbagai faktor

3. Paket C:

• Lulus paket B/SMP/MTs

• Putus SMA/SMK

• Tidak bersekolah karena berbagai faktor

2.4 Literasi Pendidikan Keaksaraan


Gerakan literasi sekarang ini menjadi gerakan yang terus disosialisasikan pada
setiap lapisan masyarakat. Kegiatan literasi merupakan suatu bentuk hak dari setiap
orang untuk belajar di sepanjang hidupnya, dimana harapannya adalah dengan
kemampuan literasi yang meningkat, kualitas hidup masyarakat juga bisa meningkat.
Multiple Effect yang dimilikinya juga dianggap bisa membantu pembangunan yang
berkelanjutan seperti pemberantasan kemiskinan, pertumbuhan penduduk,
pengurangan angka kematian dan lain-lain.

Literasi ini sangat diperlukan dalam segala lini kehidupan manusia karena
kemampuan literasi ini bisa menjadi kunci manusia untuk berproses menjadi manusia
yang lebih berpengetahuan dan berperadaban.

Pengertian literasi dari beberapa referensi, sebagai berikut:

Istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai Literatus yang artinya adalah orang
yang belajar.

Selanjutnya National Institut for Literacy sendiri menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam
pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

Pengertian literasi menurut UNESCO adalah seperangkat keterampilan nyata,


khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks di
mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya. Pemahaman
orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi,
konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman.

Dalam kamus online Merriam-Webster, pengertian Literasi adalah kualitas atau


kemampuan “melek aksara” yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan
menulis serta kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan
secara visual (video, gambar).

Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi adalah


kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki
dalam hidupnya, bukan hanya kemampuan baca tulis.
Konsep literasi pada pendidikan keaksaraan tidak hanya terkait baca-tulis-hitung
namun meliputi berbagai aspek dalam menghadapi kehidupan abad 21. Begitu pula
gerakan keaksaraan dari tahun ke tahun berkembang dari pemberantasan buta huruf,
budaya baca, hingga literasi digital.

Literasi digital merupakan salah satu dari enam komponen literasi. Ini enam
komponen literasi sebagaimana dikutip dari “Panduan Penyelenggaraan Program
Kampung Literasi” (Kemendikbud, 2017).

Literasi Baca Tulis

Baca tulis adalah dasar dari setiap kegiatan literasi. Literasi baca tulis merupakan
kemampuan untuk memahami, menggunakan dan merefleksikan tulisan dalam
mencapai suatu tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi untuk dapat
berpartisipasi di masyarakat

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam literasi baca-tulis, antara lain:

a. Membaca dan Bercerita

Kegiatan membaca bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan jika dilakukan dengan
bentuk yang beragam. Variasi kegiatan dalam membaca dan bercerita, antara lain:

Membaca senyap, membaca buku tanpa mengeluarkan suara. Kegiatan ini bisa
dilakukan oleh setiap orang.

Membaca nyaring (read a loud), membacakan buku dengan bersuara dan didengarkan
oleh peserta lainnya.

Membaca dan bercerita, memahami bahan bacaan kemudian menyampaikan kembali


isi buku.

b. Kelompok Baca Berkala

Kelompok baca berkala adalah kegiatan untuk sama-sama membahas sebuah buku
atau isu tertentu. Kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
membaca yang lebih komprehensif, meningkatkan kemampuan untuk menganalisa
dan mengkritisi secara utuh isu-isu tertentu yang sedang berkembang di masyarakat.

c. Penulisan Sejarah Kampung dan Potensi/Kearifan Lokal

Penulisan sejarah kampung atau potensi dan kearifan lokal sebuah kampung
merupakan upaya kita bersama untuk mempublikasikan dan melestarikan nilai-nilai
dan sejarah kampung agar tetap hidup di masyarakat. Publikasi dan penulisan bisa
dilakukan di berbagai media, cetak maupun elektronik.

Literasi Berhitung

Literasi berhitung merupakan kemampuan untuk merumuskan, menerapkan dan


menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, mencakup penalaran matematis dan
menggunakan konsep matematika, prosedur, fakta dan alat-alat untuk
menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. Dalam konteks di
masyarakat, literasi berhitung bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam
memahami peran dan kegunaan berhitung dalam aspek kehidupan sehari-hari. Ragam
kegiatan yang dapat dikembangkan antara lain, bermain dengan menggunakan hitung-
hitungan dan angka.

Literasi Sains

Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains dalam


mengidentifikasi dan memperoleh pengetahuan baru, menggambarkan fenomena
ilmiah dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dikembangkan dalam literasi sains, antara lain mengenal alam sekitar dan lingkungan,
mengenal fenomena alam, belajar bersama dengan alat peraga sains, pengenalan
hidup sehat, dll.

Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi


Literasi teknologi informasi dan komunikasi merupakan keterampilan berpikir kritis
dan kreatif terhadap informasi dan komunikasi sebagai warga global dengan
bertanggung jawab dan beretika dalam menggunakan perangkat teknologi informasi
dan komunikasi (www.edu. gov.mb.ca/). Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat
dalam memanfaatkan teknologi dan komunikasi secara bijak dan kreatif. Kegiatan-
kegiatan yang dapat dikembangkan, antara lain:

Mengenal dan belajar menggunakan perangkat komputer;

Belajar menggunakan media sosial sebagai sarana publikasi kegiatan dan hal-hal yang
kreatif;

Pelatihan jurnalistik;

Memanfaatkan teknologi untuk wirausaha.

Literasi Keuangan

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan adalah rangkaian proses
atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan dan keterampilan
konsumen serta masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan
dengan baik. Tujuan literasi keuangan adalah mengedukasi masyarakat terkait dengan
pengetahuan mengelola, manajemen keuangan dan investasi. Bentuk kegiatan yang
dapat dikembangkan adalah mengenal jasa keuangan dan investasi, membangun
koperasi bersama, mengenal transaksi keuangan elektronik, dan lain-lain.

Literasi Budaya dan Kewarganegaraan

Literasi kebudayaan adalah pengetahuan tentang sejarah, kontribusi dan perspektif


dari kelompok budaya yang berbeda. Literasi kewarganegaraan merupakan
pemahaman mengenai bentuk dan fungsi pemerintahan, kewarganegaraan serta
partisipasi sosial dan politik individu. Sasaran dari literasi budaya dan
kewarganegaraan adalah mengedukasi masyarakat terkait sejarah dan perspektif
budaya serta kewarganegaraan. Bentuk kegiatan yang dapat dikembangkan, antara
lain:

 Rembuk Budaya Lokal

Urun rembuk bersama komponen masyarakat untuk menghidupkan tradisi lokal yang
dulu pernah ada di masyarakat untuk dikenalkan kembali kepada generasi penerus.

 Gelar Budaya

Kegiatan pagelaran budaya yang menampilkan kembali kekayaan tradisi/budaya lokal


yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Di beberapa daerah, gelar budaya
bahkan dikembangkan menjadi potensi wisata.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas mengenai pendidikan kesetaraan dan pendidikan keaksaraan,


dapat di ambil kesimpulan Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal
yang mencakup program Paket A,B,C dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional peserta didik. Sedangkan Pendidikan keaksaraan adalah salah satu bentuk
layanan Pendidikan non formal bagi warga masyarakat buta aksara untuk belajar
membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan ini lewat jalur pendidikan sekolah
dengan tujuan untuk membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi diri
berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, dan aspirasi yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa, dan negara.

3.2 Saran

Adapun saran yang ingin penyusun sampaikan kepada pembaca adalah agar makalah
ini dapat menambah pengetahuan mengenai pendidikan kesetaraan dan pendidikan
keaksaraan sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan senantiasa
berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan yang terjadi di
lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan adalah adanya
perubahan-perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum
strategi belajarmengajar, alat bantu mengajar, sara dan prasarana, sumber-sumber dan
sebagainya. Perkembangan ini sudah tentu akan mempengaruhi kehidupan para siswa
baik dalam bidang akademik, sosial maupun pribadi. Oleh karena itu para mahasiswa
diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang
terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA

http://pauddikmassumbar.kemdikbud.go.id/artikel/52/apa-itu-pendidikan-
kesetaraan

file:///C:/Users/User/Downloads/1.%20PENDIDIKAN%20KESETARAAN
%20(1).pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/247572-makna-pendidikan-keaksaraan-
konstruksi-s-4e2525f0.pdf

http://pauddikmassumbar.kemdikbud.go.id/artikel/51/literasi-pendidikan-
keaksaraan

Anda mungkin juga menyukai