Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh Tidak Meratanya Pendidikan Terhadap Cita-

Cita Bangsa Indonesia


Dosen Pengampu: Drs. Agus Martono, M.Si.

Disusun Oleh:

Nama: Maulida Swara Mahardika


Nim: 1701617086
Kelas: Pendidikan Akuntasi B

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah


Umum Pendidikan Pancasila

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


KONSENTRASI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, karunia, serta taufik

dan hidayah-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah “Pengaruh Tidak

Meratanya Pendidikan Terhadap Cita-Cita Bangsa Indonesia” dengan baik dan tepat

waktu.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami berterima kasih

pada dosen mata kuliah umum Pendidikan Pancasila dan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis menyadari

kemungkinan adanya kekurangan atau kesalahan yang tidak disengaja. Oleh karena itu kritik

dan saran dari pembaca akan penulis terima dengan rasa syukur. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 02 Juni 2018

Penyusun

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Manfaat............................................................................................................................5

Referensi....................................................................................................................................6

Deskripsi Teoritik...................................................................................................................6

BAB III.......................................................................................................................................9

PEMBAHASAN........................................................................................................................9

BAB V......................................................................................................................................15

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor penting dalam setiap hidup manusia. Dalam hidup ini

tidak ada manusia yang tidak menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun

informal. Pendidikan moral yang semenjak kecil diajarkan oleh orang tua hingga hal-hal yang

membentuk karakter dan wawasan luas yang diajarkan di sekolah. Selain itu pendidikan

merupakan pondasi manusia untuk menentukan masa depannya. Dan juga pendidikan

merupakan faktor penentu dari suatu negara, seperti halnya apakah negara itu berkembang

ataupun negara maju. Bila pendidikan disuatu negara rendah yang mengakibatkan sumber

daya manusianya rendah,sehingga negara tersebut tidak mudah berkembang.

Selain itu wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau dan memiliki beragam suku

bangsa dengan kekayaan adat yang berbeda-beda. Indonesia merupakan negara kepulauan

sehingga jika di kaitkan dengan pendidikan, hanya pendidikan di wilayah atau daerah yang

dapat di jangkau pemerintah pusat dan pemerintah daerah sajalah yang di perhatikan,

sedangkan pendidikan di daerah-daerah terpencil terabaikan atau tidak mendapat perhatian.

Hal hasilnya masyarakat di daerah terpencil kurang atau bahkan tidak pernah merasakan

bangku pendidikan yang sempurna, selayaknya masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan

kenyataannya masih banyak sekolah-sekolah di daerah terpencil yang sarana dan prasarana

pendukung jalannya proses pembelajaran tidak layak untuk digunakan.

4
1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas menujukan bahwa pendidikan di indonesia tidak merata hingga

pelosok negeri atau daerah terpencil seperti daerah perbatasan. Sehingga pada rumusan

masalah pada makalah ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh tidak meratanya pendidikan di indonesia terhadap cita cita bangsa

indonesia?

1.3 Manfaat

Dengan uraian-uraian masalah diatas diharapkan mahasiswa sadar bahwa pendidikan

di negeri ini tidak merata sehingga manfaat dari makalah ini nantinya bisa menjadikan

mahasiswa lebih peka terhadap pendidikan khususnya mahasiswa dalam bidang pendidikan

atau calon guru sehingga mahasiswa baik yang akan menjadi guru ataupun tidak menjadi

guru belajar dengan sungguh-sungguh dan dapat menjadikan jati dirinya mengabdi untuk

turut andil dalam menggapai cita cita bangsa indonesia sesuai dengan pembukaan UUD 1945

yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selain itu manfaat untuk masyarakat adalah menambah wawasan masyarakat tentang

tidak meratanya sistem pendidikan di Indonesia sehingga masyarakat luas pun tau dan dapat

berkontribusi dalam memajukan pendidikan di negeri ini dalam bentuk pendidikan moral

5
BAB II

Referensi

Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Pendidikan

Pengertian Pendidikan Ilmu pendidikan (Paedagogiek) berasal dari bahasa

Yunani pedagogues,  dan bahasa latin paedagogus, yang berarti pemuda yang bertugas

mengantar anak ke sekolah serta menjaga anak itu agar bertingkah laku susila dan

disiplin. Ilmu pendidikan dalam bahasa Inggris adalah pedagogy yang artinya sama

dengan  the study of educational goals and proceses (English nd English, 1970: 376).

Menurut Theodore Brameld (1978), pendidikan memiliki fungsi yang luas yaitu sebagai

pengayom dan pengubah kehidupan suatu masyarakat jadi lebih baik dan membimbing

masyarakat yang baru supaya mengenal tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Jadi

pendidikan adalah sebuah proses yang lebih luas dari sekedar periode pendidikan di

sekolah. Pendidikan adalah sebuah proses belajar terus menerus dalam keseluruhan

aktifitas sosial sehingga manusia tetap ada dan berkembang.Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. Pendidikan sangat penting bagi keberlangsungan negara dan generasi

berikutnya, karena pendidikan adalah salah satu jalan utama untuk meningkatkan kualitas

kehidupan, manusia terutama di Indonesia Pendidikan merupakan wadah penting yang

menjadi titik krusial pembentukan mental, spiritual, sekaligus intelektualitas bagi generasi

6
bangsa. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang tiada henti-hentinya. Mulai

dari prestasi-prestasi peserta didik di tingkat nasional maupun internasional

a. Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata

dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3)

sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara,

dan perbuatan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan

adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan

pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang

dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia

untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa

disebut perluasan kesempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan

pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang

sama untuk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak

dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, suku dan ras, maupun letak

lokasi geografis.

b. Landasan Yuridis Warga Negara Dalam Memperoleh Hak Atas Pendidikan

Untuk Mengetahui apakah peraturan perundang-undangan negara Indonesia sudah


menjamin dan mengatur upaya perlindungan hukum terhadap hak-hak setiap warga
negaranya untuk memperoleh pendidikan dasar. Berdasarkan Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 17 ayat (1) dan (2) antara
lain menyebutkan:

(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang


pendidikan menengah.

7
(2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Dan sesuai dengan UUD 1945 Didalam pembukannya (preambule) alinea ke


empat tertulis:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatau Pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial,.”

Dari penggalan alinea keempat tersebut bahwa pendiri bangsa ini sudah bercita
cita ingin mencerdaskan kehidupan bangsanya. Dan sesuai dengan isi dari pasal 31
setelah diamandemen antara lain:

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan


(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
rnembiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerag untuk memenuhi kebutuhan penyelenggara
pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia

8
BAB III

PEMBAHASAN

Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia termasuk negara yang mempunyai tingkat

kelahiran yang tinggi di mana generasi muda adalah harapan kita untuk mengembangkan

negara ini dan harapannya mereka juga meraih pendidikan setinggi-tingginya. Tapi di era

globalisasi telah mengubah cara berpikir masyarakat, yang cenderung meninggalkan budaya

ketimuran. Pada saat inilah pendidikan menjadi penting.  Pendidikan merupakan salah satu

faktor penting kewibawaan sebuah negara didapatkan. Dengan pendidikan yang baik pastinya

akan melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan kompeten dalam bidangnya.

Sehingga kondisi bangsa akan terus mengalami perbaikan dengan adanya para penerus

generasi bangsa yang mumpuni dalam berbagai ilmu.  Pendidikan adalah suatu hak dan

kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia. Dari pendidikan seseorang akan belajar

menjadi seorang yang berkarakter dan mempunyai ilmu pendidikan dan sosial yang tinggi.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Berdasarkan data,

perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-

negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report yang

dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari

127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69.

Indonesia kalah dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34). Selain itu, akses pendidikan di

Indonesia masih perlu mendapat perhatian, lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat

melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih

dari 54 persen guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan 13,19 persen

bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki. 

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan

9
di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di

bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000),

Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57

negara yang disurvei di dunia. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia heboh.

Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih

banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. 

Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa

Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia

terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Oleh karena

itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah

bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Penyebab rendahnya mutu

pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektivitas, efisiensi dan standarisasi

pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang

sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. 

Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan

kebutuhan masyarakat. Pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif.

Kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah atau di

daerah sampai daerah terpencil sana. Sehingga para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak

bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Padahal lapangan pekerjaan terbatas. Masalah

mendasar pendidikan di Indonesia adalah ketidakseimbangan antara belajar yang berpikir

(kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Belajar bukan hanya berpikir tapi

melakukan berbagai macam kegiatan seperti mengamati, membandingkan, meragukan,

menyukai, semangat dan sebagainya. Setidaknya ada beberapa permasalahan yang bisa

teridentifikasi dalam dunia pendidikan kita, yaitu: rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya

10
kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya

kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan

mahalnya biaya pendidikan. Ada beberapa dampak dari luar yang dapat mempengaruhi

pendidikan yaitu politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan lingkungan. Politik juga bisa

memberikan dampak negatif terhadap pendidikan di mana pemerintah mengeluarkan suatu

kebijakan seperti memberikan dana sekolah gratis tetapi dana tersebut tidak sampai ke tangan

yang berhak, bisa karena dana yang susah dicairkan atau terjadinya suatu korupsi. 

Ekonomi, di mana masih beredar buku-buku sekolah atau buku untuk mahasiswa

yang harganya mahal, dari situ bisa mempersulit bagi orang yang kurang mampu. Kurang

meratanya beasiswa di sejumlah daerah di Indonesia yang padahal masih banyak daerah-

daerah terpencil yang sangat membutuhkannya. Sosial, kurang kesadaran di setiap manusia

tentang pentingnya pendidikan, karena rasa sosial yang masih kurang terhadap orang-orang

yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikannya. Masih banyak pula yang

mengesampingkan pendidikan, padahal kita semua tahu pendidikan itu penting. Dan

masyarakat yang bisa dikatakan orang berada yang mampu untuk membantu, tetapi hatinya

kurang tergerak untuk membangun suatu sekolah sosial yang diperuntukkan bagi anak-anak

yang kurang mampu, anak jalanan atau semacamnya karena rasa sosial yang kurang.

Sumber: CNN-indonesia

11
Dari pemaparan berita di halaman sebelumnya dapat disimpulkan masih belum merata

. Adapun faktor fajtor tidak meratanya pendidikan di Indonesia Adalah:

Pertama, tidak meratanya pendidikan di Indonesia di sebabkan oleh pergantian


kurikulum yang tidak konsisten. Contohnya saja penggunakan kurikulum CBSA, KBK,
KTSP dan K2013. Di tengah-tengah ketidak merataannya pendidikan di indonesia
pemerintah tiba-tiba saja mengeluarkan kebijakan pergantian kurikulum menjadi K2013
padahal saat itu fasilitas yang ada di setiap daerah berbeda-beda, ada yang sudah maju dan
ada pula yang masih sekedarnya.

Kedua, fasilitas juga menjadi faktor penting di dalam pemerataan tingkat pendidikan
di Indonesia, karena dangan fasilitas yang baik dan mendukung akan mempermudah para
pengajar menyampaikan materi pembelajaran dan ini juga mempermudah para siswa untuk
mengerti tentang materi yang di sampaikan. Tapi, di Indonesia setiap daerahnya belum tentu
memiliki buku pelajaran dan referensi yang sama, bahkan masih ada sekolah-sekolah yang
buku-bukunya tidak lengkap. Belum lagi ada sekolah-sekolah yang fasilitas lab, Komputer
dan kelasnya masih belum memadai. Padahal ini termaksud penunjang yang paling penting
dalam proses pembelajaran.

Ketiga, selain penerapan kurikulum dan fasilitas yang kurang lengkap, ada satu
masalah lagi yang bisa dianggap krusial dalam hal pemerataan tingkat pendidikan di
Indonesia yaitu kualitas pengajar. Ternyata kualis pengajar di setiap daerah itu berbeda-beda,
semakin tinggi tingkatan daerahnya maka semakin baik pula kualitas pengajarnya. Lalu apa
yang menyebabkan ini terjadi? Ini karena kurangnya bimbingan yang di berikan kepada
pengajar dalam hal mengajar dan terkadang ini adalah akibat dari kurangnya Sumber Daya
Manusia di suatu daerah menyebabkan secara terpaksa para pengajar yang belum siap
mengajar sudah di jadikan pengajar, tentu saja ini sangat menghambat kemajuan pendidikan
di daerah tersebut.

Lalu faktor lainnya adalah Ekonomi dimana pada daerah terpencil perekonomian
masih tertinggal sehingga jika ingin melanjutkan pendidikan membutuhkan dana yang sangat
besar bahkan untuk membeli sepatu dan seragam sekolah pun tidak mampu. Sehingga siswa
siswa pada daerah terpencil pergi kesekolah dengan pakaian yang lusuh dan menggunakan
sandal.

12
Jika dikaitkan dengan permasalahan faktor faktor tidak meratanya pendidikan di

Indonesia dengan dampaknya terhadap cita cita bangsa indonesia sesuai dengan Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yaitu Mencerdaskan Bangsa Indonesia,

maka sangat mempengaruhinya. Dimana pendidikan merupakan hak warga negaranya.dari

faktor faktor tidak meratanya pendidikan yang sudah disebutkan diatas jika dikaitkan dengan

data BPS:

Dari data diatas bisa kita lihat bagaimana kualitas angka partisipasi murni mengenai

pendidikan bahwa papua partisipasi murni dalam pendidikan masih dibawah 50 persen, yang

artinya pendidikan disana masih sangat kurang ini mempengaruhi tingkat kecerdasan contoh

lain dari akibat angka partisipasi murni dalam pendidikan adalah tingkat Buta Huruf berikut

adalah data tingkat buta huruf :

13
TINGKAT BUTA HURUF

Sumber:BPS

Karena rendahnya tingkat partisipasi murni pendidikan maka bisa dilihat tingkat
persentase warga negara yang tidak bisa membaca atau buta huruf seperti di papua, data
sebelumnya menunjukan bahwa tingkat pastisipasi murni dalam pendidikannya rendah
maka tingkat kecerdasan pun juga rendah, seperti data diatas bisa dilihat bahkan sampai
umur 15 tahun hingga 44 tahun tingkat buta huruf masih tergolong tinggi yaitu sebesar 34
persen hal ini tumpang tindih dengan Jakarta yang hanya sebesar 0,45 persen.
menunjukan bahwa jika pendidikan di Indonesia tidak merata makan akan terjadi
ketimpangan kecerdasan yang akan berdampak pada cita-cita bangsa indonesia yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini akan sulit tercapai jika pendidikan Indonesia
tidak dibangun secara merata jika hal ini terus-menerus maka yang hanya cerdas hanyalah
warga negara di perkotaan tidak di daerah terpencil seperti papua. Jika contoh kecil yaitu
buta huruf sangat timpang tindih bagaimana dengan hal-hal mengenai wawasan atau ilu
pengetahuan luas, hal ini sangat berbanding terbalik dengan cita-cita bangsa indonesia
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, padahal Dana untuk pendidikan adalah 20 persen
dari APBN. Sehingga Tidak meratanya pendidikan di indoseia sangat mempengaruhi dan
memperlambat Cita Cita bangsa Indonesia. Dan hal ini menjadi PR tersendiri sekaligus
mengingatkan pemerintah terhadap hak-hak yang harus didapatkan oleh warga negaranya
sesuai dengan perundang-undangan yaitu pendidikan yang layak, dan pemerataan
pendidikan yang seadil adilnya baik dikota maupun di desa atau di daerah terpencil.

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah pemerataan pendidikan di indonesia sangat

berpengaruh terhadap cita cita bangsa indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sehingga dari kasus dan pembahasan diatas yang dimana disebutkan berbagai faktor yang

mempengaruhi tidak meratanya pendidikan di indonesia yang berdampak pada angka

partisipasi murni yang sangat tinggi sehingga angka buta huruf pun sangat tinggi karena

banyak dari warga negara yang pendidikan masih jauh tertinggal tidak mengenyam sekolah

dasar sehingga angka buta huruf pun tergolong tinggi. Dari contoh kecil ini pun bisa ditarik

kesimpulan bahwa hal hal dasarpun tidak memadai bagaimana dengan hal hal yang cukup

kompleks. Jika membaca pun tidak bisa bagaiman warga negara di daerah terpencil dapat

mengeksplor pengetahuan lewat membaca buku hal ini sangat memperlambat pencapaian cita

cita bangsa Indonesia.

Saran yang bisa kita lakukan adalah ikut membantu mereka yang membutuhkan

melalui sosial media membantu mengingatkan bahwa pendidikan di Indonesia masih belum

merata sehingga jikalau banyak orang-orang yang sadar maka akan tergerak juga. Dan juga

kita dapat membantu dalam megingatkan pemerintah bahwasannya masih banyak sekolah-

sekolah di daerah terpencil yang masih tidak layak, baik dari fasilitas yaitu membantu

pemerintah dalam melaporkan hal-hal berupa informasi tentang perkembangan daerah daerah

yang pendidikannya masih belum merata atau masih belum layak sehingga pemerintah juga

akan cepat tanggap dalam menangani masalah ini. Dan hendaknya pemerintah dapat

memantau dan pengalokasian dana pendidikan menjadi lebih baik lagi sehingga pendidikan

15
indonesia bisa merata dan tercapainya cita cita bangsa indonesia yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa seperti yang disebutkan dalam pembukaan UUD 1945

16
DAFTAR PUSTAKA

Sayidiman Suryohadiprojo. 2002. “Pendidikan Dasar yang Bermutu”, Pendidikan untuk

Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo.

S. Suryana. 2007. Kebijakan Mutu Pendidikan :Analisis Model Indikator Pendidikan.

Sismanto,1993. Pendidikan Luar Sekolah dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa:

Jakarta.Eraswasta.

Depdiknas.2003.Undang-undang Nomor 20 tahun2003. Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 046, Tahun Ke-1O. .

Eka, R. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia

https://www.Badan Pusat Statistik.com

https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20180103112420-445-266335/ada-apa-dengan-

pendidikan-di-indonesia/

17

Anda mungkin juga menyukai