Anda di halaman 1dari 99

MAKALAH

RESUME KELOMPOK 1-8

Rangkuman Teori-Teori Pengembangan Peserta Didik Untuk

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan

DOSEN PENGAMPU:

AMBERANSYAH, S,Pd., M,Pd

DISUSUN OLEH:

ROSVANIA WIBISONO (2310125120057)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa saya

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amberansyah S.Pd M.pd selaku dosen pengampu

mata kuliah pengantar pendidikan yang memberikan tugas sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan saya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua kelompok yang telah

menyampaikan materi dengan baik dan telah membantu saya menyelesaikan tugas makalah

ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat

beberapa kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi saya maupun pembaca.

Banjarmasin, 02 November 2023

Rosvania Wibisono
DAFTAR ISI
BAB I PEMBAHASAN

KELOMPOK 1

1.1 KONSEP DASAR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan

Mudyahardjo memberikan pengertian pendidikan ke dalam tiga jangkauan

1). Definisi Maha Luas

Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung

dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang

mempengaruhi pertumbuhan individu.

2). Definisi Sempit

Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di

sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang

diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepada mereka agar

mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-

hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

3). Definisi Luas Terbatas

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan

pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung

di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang

akan datang.

B. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah membangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan

bermartabat. Beriman artinya manusia mengakui adanya eksistensi Tuhan, mengikuti ajaran

dan menjauhi larangan-Nya. Cerdas berkaitan dengan sosok pribadi sebagai insan yang sehat,

bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas atau cekatan serta insan adiraga.

Muhammad Syafei, tokoh pendidikan Indonesia mengemukakan bahwa pendidikan memiliki

fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan

persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar-bangsa. Tanpa pendidikan,

manusia tidak bisa berbuat apa-apa dalam hidupnya sehingga mereka akan mengalami

kesulitan dalam memecahkan persoalan hidup atau melaksanakan tugas dalam kehidupan

sehari-hari. Fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal

3 disebutkan "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Pendidikan nasional Indonesia lebih mengedepankan akan pembangunan sikap, karakater,

dan transformasi nilai-nilai filosopis negara Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

rasa nasionalisme serta mampu bersaing di kancah internasional.


C. Tujuan Pendidikan

UNESCO mengemukakan enam tujuan pendidikan pada 2015 dan disepakati secara

internasional untuk memenuhi kebutuhan belajar semua anak, remaja, dan orang dewasa.

Tujuan 1: Memperluas dan meningkatkan perawatan dan pendidikan anak usia dini yang

komprehensif, terutama bagi anak-anak yang paling rentan dan kurang beruntung.

Tujuan 2: Memastikan bahwa menjelang tahun 2015, semua anak khususnya anak

perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk etnik minoritas,

memiliki akses ke pendidikan dasar lengkap, gratis, dan wajib dengan kualitas yang baik.

Tujuan 3: Memastikan kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa terpenuhi

melalui akses yang adil terhadap pembelajaran yang tepat dan program keterampilan hidup.

Tujuan 4: Mencapai 50 persen perbaikan dalam tingkat keaksaraan dewasa, terutama bagi

perempuan dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang

dewasa.

Tujuan 5: Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah. Dengan

fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada prestasi dalam pendidikan

dasar dengan kualitas yang baik.

Tujuan 6: Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan memastikan keunggulan

semua, sehingga hasil pembelajaran yang diakui dan terukur dicapai oleh semua.

Tujuan akhir pendidikan dari aliran rekonstruksionisme adalah terciptanya masyarakat baru,

yaitu suatu masyarakat global yang saling ketergantungan dan menyusun kembali penataaan

ulang atau merekonstruksi masyarakat.


D. Manfaat Pendidikan

Manfaat Pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1). Dapat membangun dan mengembangkan kemampuan intelaktual, serta potensi

yang dimiliki.

2). Membantu manusia mengembangkan berinteraksi maupun berorganisasi baik

individu ataupun kelompok.

3). Dapat membantu untuk bersosialisasi yang baik dalam Masyarakat.

4). Merupakan modal utama/dasar/sifat/ketangguhan untuk menyongsong masa depan

bagi dirinya.

5). Dapat menejar cita-cita, baik ingin jadi guru, dokter, dan lain-lain tentunya dengan

adanya Pendidikan.

6). Dapat mendisiplinkan diri dengan menanamkan norma, tingkah laku, prilaku

manusia.

7). Mampu membentuk akal pikiran secara sehat untuk mewujudkan adab dan pikiran

yang mulia.

8). Mengubah cara pikir seseorang yang lebih baik bukan hanya bersifat teoritis,

namun juga dengan pengalaman.

E. Unsur-Unsur Pendidikan

Unsur-unsur dalam pendidikan meliputi beberapa hal yang saling berikatan. Unsur-

unsur pendidikan terdiri dari peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, kurikulum, alat

atau media pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan.


1. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang ingin belajar atau memperoleh pendidikan

dan yang ingin mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jenjang atau jenis pendidikan lainnya, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.

Peserta didik memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dari pemerintah dan masyarakat

luas sesuai dengan kemampuannya. Anak didik merupakan komponen yang hakiki. Ciri-ciri

peserta didik sebagai berikut.

a. Memiliki potensi fisik dan psikis yang khas.

b. Memiliki perkembangan.

c. Membutuhkan bimbingan, pengawasan dan perlakuan manusiawi.

d. Memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan peserta

didik, karena mereka adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik

ke arah kedewasaan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik adalah

guru, orangtua, dan masyarakat. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam rumah

tangga, sedangkan dalam pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab utama seorang guru.

Selain itu, masyarakat baik secara individual maupun kolektif serta lembaga juga memiliki

peranan penting dalam proses pendidikan. Secara akademis, pendidik merupakan tenaga

professional yang bertanggung jawab untuk merencanakan, menerapkan dan menilai proses

pembelajaran, membimbing dan memberikan pelatihan, serta melalukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.


3. Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah proses interaksi belajar mengajar antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan

pendidikan yang dilakukan dengan sengaja dan telah direncanakan.

4. Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere

yang berarti “tempat berpacu”. Sedangkan dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan

sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari siswa dalam jangka waktu tertentu.

Kurikulum adalah sekumpulan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

5. Alat atau Media Pendidikan

Alat pendidikan adalah apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk mencapai tujuan

pendidikan. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat

memperlancar proses komunikasi, tetapi dapat merangsang siswa untuk merespons dengan

baik segala pesan yang disampaikan.

6. Metode Pendidikan

Metode pendidikan merupakan salah satu komponen dalam pendidikan. Dengan metode

yang tepat, pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan sebaliknya jika penggunaan

metode tidak tepat maka akan berpengaruh negatif pada pembelajaran. Adapun beberapa jenis

metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu metode ceramah, metode Tanya

jawab, dan metode diskusi.


7. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses

pendidikan. Tampak bahwa peserta didik secara konsisten hidup dalam masyarakat tempat

mereka mendapatkan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan-lingkungan

tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan alam pergerakan

pemuda (masyarakat) yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.

F. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan : (Nurlaili Fitriah A 231012522013)

Sebagai seorang pendidik bagaimana solusi untuk peserta didik

agar mendalami pembelajaran di sekolah, lalu bagaimana agar anak didiknya

bisa sama rata dalam mendalami pembelajaran?

Jawaban : (Muhammad Seman Almadani 2310125210132)

Ada 6 strategi yang perlu dimiliki guru dalam mengajar

• Menarik Perhatian Siswa

• Menerapkan Pembelajaran Kooperatif.

• Menggunakan Teknologi dalam Proses Pembelajaran.

• Humoris dan Tidak Kaku.

• Melakukan Kegiatan Belajar secara Outdoor.

• Memberikan Penilaian dan Apresiasi kepada Siswa.

2. Pertanyaan : (Nola Fitria Damayanti 2310125220125)

Apakah pendidikan di Indonesia sudah sesuai harapan?

Jawaban : (Maulida Irmayanti 2310125120062)


Belum, kualitas pendidikan di indonesia masih sangat rendah

dibanding dengan negara di kawasan Asia tenggara lainnya, maka dari itu

harapan besar indonesia kedepannya mampu memperbaiki sistem

pendidikan yang ada.

Tambahan diskusi dari dosen untuk pertanyaan nomor 2

Apa bukti rendahnya pendidikan sekarang?

Ada 3 faktor penyebab rendahnya pendidikan sekarang, pertama dari guru, kemudian

siswa dan dari sekolah.

1. Faktor guru: - Teknik pembelajarannya, guru tidak menciptakan metode

pembelajaran yang bervariasi, dan

- Sikap guru dan kedisiplinan guru.

2. Faktor siswa: minimnya literasi, malas belajar, kurang gairah belajar, dan

anak suka main game online.

3. Faktor sekolah: fasilitas yang tidak lengkap.

3. Pertanyaan : (Noorhafizah 2310125220135)

Bagaimana kita sebagai calon pendidik menangani peserta didik yang berasal dari

keluarga yang broken home, tetapi tetap memberikan rasa kasih yang sama terhadap

peserta didik yang lain?

Jawaban : (Dini Amalia 2310125220118)

1. Pastikan untuk Menjaga Komunikasi dengan Baik

2. Menerima dan Memaklumi cara Berduka anak

3. Bantu Anak untuk Menghadapi Perasaannya

Kita dapat membantu anak untuk menghadapi perasaannya melalui beberapa


cara, seperti:

- Bujuk anak untuk berbicara tentang perasaan mereka secara terbuka dan

sesering yang mereka inginkan.

- Beritahu anak bahwa tidak apa-apa memiliki berbagai perasaan yang berbeda,

dan menyarankan cara yang tepat untuk mengekspresikan perasaan ini.

Misalnya seperti menuliskan perasaan dalam buku harian, atau melepaskan

perasaan melalui aktivitas fisik seperti berlatih bela diri.

G. MASUKAN DARI BAPAK

Konsep pedidikan adalah suatu usaha dasar dan berencana untuk mencairkan suasana

belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik dan mengembangkan potensi potensi

yang ada dalam dirinya maupun bakat yang berada dalam dirinya serta untuk

mengembangkan keagamaan, emosional, kecerdasan, akhlak dan keterampilan.

Adapun Manfaat Pendidikan

1. Dapat membangun dan mengembangkan kemampuan intelektual serta potensi yang

dimiliki manusia untuk mempersiapkan diri masa depan,

2. Membantu manusia memudahkan dalam berinteraksi serta berkomunikasi terhadap

individu atau kelompok,

3. Dapat membantu manusia untuk bersosialisasi didalam lingkungan masyarakat,

4. Merupakan modal utama yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk menyosong masa

depan yang cerah,

5. Merupakan bekal yang dapat membawa manusia dapat mengejar cita cita,
6. Dapat mendisiplinkan diri dengan menanamkan norma tingkah laku dan

perbuatannya,

7. Mampu membentuk akal pikiran dalam kepribadian seseorang, agar dapat menjadi

manusia yang beradap dan berakhlak, dan

8. Mampu mengubah cara pikir seseorang jadi lebi baik, bukan jadi seseorang yang

teoritis. Yang artinya, kita harus bisa mempraktekan sesuatu yang telah diajarkan atau

dibaca agar tidak menjadi seseorang yang teoritis.

KELOMPOK 2

1.2 PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

A. Definisi Pendidikan

Ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat Pendidikan, yaitu kata

paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna Pendidikan, sedangkan paedagogiek

berarti ilmu Pendidikan. Paedagogie atau ilmu pendidikan adalah ilmu atau teori yang

sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan.

Tirtaraharja dan Sulo mengemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan

fungsinya. Batasan tersebut antara lain:

(1) Pendidikan sebagai trasformasi budaya.

(2) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi.

(3) Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara.

(4) Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja.


Jadi, Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan

pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk Pendidikan formal, non-formal,

dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

optimalisasi kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan

peranan hidup secara tepat.

B. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Pendidikan

1. Fungsi Pendidikan

Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai

dengan norma yang dijadikan landasannya. Adapun fungsi utama pendidikan adalah

memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan

hidup. Pendidikan juga membantu dalam pengembangan keterampilan intelektual seperti

berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah. Pendidikan berperan penting dalam

pembentukan kepribadian dan pengembangan pribadi manusia. Melalui proses pendidikan,

individu dapat mempelajari nilai-nilai, norma, dan etika yang diperlukan untuk menjadi

anggota yang bertanggung jawab dalam masyarakat. Fungsi pendidikan tidak hanya terbatas

pada perkembangan pribadi, tetapi juga berdampak pada kesempatan sosial seseorang.

Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kesempatan yang lebih luas dalam karir dan

kehidupan profesional. Pendidikan juga memainkan peran penting dalam mengurangi

kesenjangan sosial dan ekonomi, dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua

individu untuk meraih kesuksesan. Melalui pendidikan, individu dapat mewujudkan potensi

mereka secara maksimal dan menjalani kehidupan yang bermakna.

2. Tujuan Pendidikan
Ada beberapa tujuan pendidikan, antara lain:

 Mempersiapkan masyarakat agar dirinya dapat mencari nafkah dengan lebih mandiri.

 Proses membangun serta mengembangkan minat atau pun bakat dari peserta didik,

baik itu untuk kepuasan pribadi atau pun demi kepentingan masyarakat umum.

 Sebagai tindakan pelestarian budaya yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri.

 Proses penanaman keterampilan yang juga dibutuhkan pada keikutsertaannya dalam

kegiatan demokrasi.

 Sebagai proses transfer/pemindahan budaya atau adat istiadat dari generasi terdahulu

ke generasi selanjutnya.

 Memilih dan mengajarkan peranan social.

 Bentuk integrasi sosial yang ada di lingkungan masyarakat.

 Melalui lembaga pendidikan juga dapat digunakan untuk mengajarkan bentuk dari

corak kepribadian.

 Menjadikannya sebagai sumber inovasi dalam kehidupan sosial di lingkungan

masyarakat.

 Mensosialisasikan pada peserta didik mengenai perbedaan atau kultur yang ada di

masyarakat luas, mulai dari perbedaan agama, suku dan juga budaya.

3. Manfaat Pendidikan

Pendidikan memiliki manfaat untuk kehidupan manusia, yaitu:

 Dapat membangun dan mengembangkan kemampuan intelektual serta potensi yang

dimiliki manusia untuk persiapan di masa depan.

 Membantu memudahkan dalam berinteraksi serta berkomunikasi terhadap sesama

individu atau kelompok.

 Dapat membantu manusia untuk bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat.


 Merupakan modal utama yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk menyongsong

masa depan.

 Merupakan bekal manusia mengejar cita-cita.

 Dapat mendisiplinkan diri dengan menanamkan norma tingkah laku dan

perbuatannya.

 Mampu membentuk akal pikiran dalam kepribadian seseorang.

 Mampu mengubah cara pikir yang lebih baik, bukan hanya bersifat teoritis.

C. Pandangan Pendidikan Tentang Manusia sebagai Animal Educandum

a. Mengapa manusia harus di didik atau mendidik

Penjelasaan terbagi menjadi dua, yaitu dari dasar biologis dan sosio-antropologis sebagai

berikut:

1. Dasar Biologis

Pendidikan perlu karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya.

- Anak manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat

menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan.

- Anak manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara

tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.

- Awal Pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani (anak

dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri) atau

mencapai kebebasan fisik dan jasmani.

2. Dasar Sosio-Antropologis

Peradaban tidak terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh setiap anggota masyarakat.
- Setiap anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa

warisan sosial/budaya.

- Masyarakat menginginkan kehidupan yang beradab.

b. Mengapa manusia dapat di didik/mendidik

1. Dasar Biologis

Anak dilahirkan tak berdaya tapi mempunyai potensi untuk berubah.

- Anak bersifat lentur.

- Mempunyai otak yang besar dan berpermukaan sangat luas.

- Pusat syaraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berpikir, sehingga terjadi

penangguhan reaksi dalam menerima perangsang, maka terjadi belajar.

2. Dasar Psiko-Sosio-Antropologis

Keberagaman dan kelebihan individu

- Individu adalah unik, berbeda-beda, ada kelebihan dan kekurangannya.

- Ada perbedaan penguasaan budaya.

- Animal sosial, sehingga ada usaha saling tolong-menolong.

D. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan

Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan secara garis besar terbagi menjadi

tiga yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Keluarga
Pendidikan keluarga sangat penting karena keluarga adalah lingkungan pertama dimana

anak-anak mengembangkan pemahaman tentang dirinya sendiri, nilai-nilai, norma sosial, dan

kemampuan komunikasi. Pendidikan keluarga tidak hanya tanggung jawab orang tua, tetapi

juga melibatkan seluruh anggota keluarga dalam menciptakan lingkungan yang mendukung

perkembangan anak-anak. Ini adalah komponen penting dalam pembentukan karakter, nilai-

nilai, dan keterampilan anak yang akan membantu mereka dalam kehidupan dewasa nanti.

2. Sekolah

Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya yang sangat

besar pada jiwa anak. sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat Pendidikan untuk

pembentukan kepribadian anak. Hal ini menjadi salah satu bentuk pendidikan yang paling

umum di seluruh dunia dan memainkan peranan dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

keterampilan siswa.

3. Masyarakat

Pendidikan masyarakat berperan penting dalam memberdayakan individu-individu dan

komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, mengatasi tantangan sosial, dan

mengembangkan potensi mereka. Pendekatan ini mengakui bahwa pendidikan bukanlah hak

eksklusif dari lembaga formal, tetapi merupakan upaya yang dapat diterapkan oleh

masyarakat secara luas untuk pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan.

E. Jenjang, Jenis, dan Bentuk Pendidikan

a. Jenjang Pendidikan

Suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik. Ada empat jenjang Pendidikan dalam sisdiknas, yaitu:
1. Jenjang pendidikan anak usia dini

Diselenggarakan untuk memberikan gambaran terhadap pendidkan sejak usia dini.

2. Jenjang Pendidikan dasar

Diselenggaran untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam

masyarakat, berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar.

3. Jenjang Pendidikan menengah

Diselenggarakan sebagai lanjutan dan perluasan Pendidikan dasar. Untuk mempersiapkan

peserta didik untuk mengikuti Pendidikan tinggi atau pun memasuki lapangan kerja.

4. Jenjang Pendidikan tinggi

Diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan.

b. Jenis dan Bentuk Pendidikan

Ada beberapa program pendidikan yang masuk kedalam pendidikan sekolah, antara lain:

1. Pendidikan umum

Pendidikan umum adalah Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan

keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang di wujudkan pada tingkat-tingkat

akhir masa Pendidikan. Pendidikan umum berfungsi sebagai acuan umum bagi jenis

pendidikan lainnya.

2. Pendidikan kejuruan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan

tertentu, seperti bidang teknik, tata boga dan busana, perhotelan, kerajinan, administrasi

perkantoran dan lain-lain.

3. Pendidikan luar biasa

Pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Bentuk lembaga pendidikannya berupa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).

4. Pendidikan kedinasan

Pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dalam

pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu departemen

pemerintahan atau Lembaga Pendidikan non-departemen.

5. Pendidikan keagamaan

Pendidikan khusus untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan

peranan yang menurut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama.

A. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan : (Noorkhalisah 2310125320065)

Bagaimana pandangan kalian tentang perkembangan terbaru

dalam Pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia saat ini?

Jawaban : (Rosvania Wibisono 2310125120057)

Jadi, dari yang saya baca Pendidikan itu tetap sangat penting dalam kehidupan

manusia saat ini. Perkembangan teknologi dan perubahan dalam dunia kerja membuat

pendidikan menjadi kunci untuk mempersiapkan individu dalam menghadapi


tantangan yang lebih kompleks. Pendidikan juga memainkan peran penting dalam

mengembangkan kemampuan kritis, kreatif, dan sosial yang dibutuhkan untuk

berhasil dalam masyarakat modern. Pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia

saat ini sangat besar, karena pendidikan adalah kunci untuk pengembangan individu,

kesempatan ekonomi, dan pertumbuhan sosial. Oleh karena itu, terus mengikuti

perkembangan dalam pendidikan, merespons perubahan teknologi, dan memastikan

pendidikan yang inklusif dan relevan adalah prioritas penting bagi masyarakat saat

ini.

2. Pertanyaan: (Wahidatun Ni’mah 2310125220116)

Akhir-akhir ini ramai kasus pembullyan di Indonesia. Salah satunya pembullyan anak

sekolah dasar oleh anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah. Bagaimana

tanggapan kalian terhadap hal ini?

Jawaban: (Irayanti R. 2310125220138)

Penindasan adalah masalah serius yang dapat berdampak

negatif pada kesejahteraan emosional dan mental anak. Jika

seorang anak ditindas oleh anak lain yang tidak bersekolah,

penting untuk mengambil tindakan untuk mengatasi situasi

tersebut. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

 Bicaralah dengan anak: Dorong anak untuk berbicara tentang apa yang terjadi

dan bagaimana perasaannya.

 Hubungi sekolah: Beri tahu sekolah tentang situasinya dan mintalah bantuan

mereka dalam mengatasi penindasan.

 Dokumentasikan insiden: Catatlah insiden penindasan, termasuk tanggal,

waktu, dan apa yang terjadi. Hal ini dapat membantu dalam memberikan bukti

adanya penindasan.
 Mendorong hubungan positif: Dorong anak untuk mengembangkan hubungan

positif dengan anak lain dan berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka sukai.

Hal ini dapat membantu membangun harga diri dan kepercayaan diri mereka.

3. Pertanyaan: (Dini Amalia 2310125220118)

Menurut kalian, apakah pendidikan bagi kehidupan manusia selalu harus berfokus

pada akademik, atau keterampilan praktis juga sama pentingnya?

Jawaban: (Farisha Norrahmah 2310125220001)

Sejauh yang saya ketahui, pendidikan bagi kehidupan manusia tidak harus selalu

berfokus secara eksklusif pada akademik atau keterampilan praktis. Keduanya

memiliki nilai penting yang berbeda dan bisa sama-sama penting dalam

mempersiapkan individu untuk masa depan. Misalnya,

 Pendidikan Akademik: Pendidikan akademik memungkinkan seseorang untuk

mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang mata pelajaran tertentu seperti

matematika, ilmu pengetahuan, sejarah, dan bahasa. Ini membantu pengembangan

kemampuan analitis, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Pendidikan akademik

sering menjadi dasar untuk mengejar pendidikan lanjutan di tingkat perguruan tinggi

dan berkontribusi pada pengembangan pemikiran abstrak dan pemahaman yang

mendalam tentang dunia.

 Keterampilan Praktis: Keterampilan praktis mencakup keterampilan sehari-hari

seperti memasak, memperbaiki peralatan, pengelolaan keuangan, atau keterampilan

kerja seperti keterampilan teknis, keterampilan sosial, dan keterampilan

kewirausahaan. Keterampilan ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan

dapat meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup seseorang. Mereka juga relevan

dalam dunia kerja dan bias membantu individu mendapatkan pekerjaan atau menjadi

pengusaha.
Jadi, Keduanya memiliki nilai yang sama-sama penting, dan pendidikan yang

efektif harus mengintegrasikan keduanya untuk mempersiapkan individu secara

holistik untuk kehidupan dan karier yang sukses.

A. MASUKAN DARI BAPAK

Ada beberapa orang yang menganggap pendidikan itu tidak penting, dan di satu sisi ada

juga orang yang berpendidikan tinggi tetapi dia tidak menghargai pendidikan. Contohnya

banyak pejabat pejabat tinggi yang menyalahgunakan jabatannya, banyak pejabat tinggi yang

tidak bermorall, tidak berakhlak, padahal dia berpendidikan tinggi. Memang benar

pendidikan ituu sangatlah penting tetapi dibarengi dengan akhlak, moral, perilaku, dan

karakter seseorang. jadi, kesimpulannya adalah pendidikan sangat penting, karna dengan

pendidikan manusia dapat menjalin komunikasi, manusia juga dapat bersosialisasi dalam

lingkungan masyarakat, dan dengan adanya pendidikan proses dan perubahan sikap dan

tingkah laku seseorang dalam pendewasaan manusia melalui upaya pengajaran. Orang yang

berpindidikan tinggi tidak sesuai dengan sikapnya dan moralnya itu sama dengan percuma.

KELOMPOK 3

1.3 HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Manusia memiliki kelebihan karena akal dan pikiran, yang memungkinkan mereka untuk

membudidayakan lingkungan dan mengenal konsep dan norma. Manusia adalah makhluk

individu, sosial, berbudaya, dan religius/moral. Para ahli telah melakukan kajian tentang
hakikat manusia dengan pandangan psikoanalitik, humanistik, dan behavioristik. Penjelasan

detail mengenai ketiga pandangan tersebut:

1. Pandangan Psikoanalitik.

Aliran psikoanalitik menyatakan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh kekuatan

psikologis. Sigmund Freud membagi struktur pribadi manusia menjadi id (dorongan dan

keinginan instingtif), ego (jembatan untuk merealisasikan dorongan dengan

mempertimbangkan lingkungan), dan super ego (kontrol moral berdasarkan norma sosial).

Perilaku seseorang tergantung pada dominasi id atau super ego. Aliran neoanalitik

mempertahankan struktur kepribadian ini, tetapi menekankan peran penting ego sebagai pusat

kepribadian yang membuat manusia lebih rasional dan bertanggung jawab dalam perilaku

intelektual dan sosial.

2. Pandangan Humanistik

Carl Rogers menolak pandangan psikoanalitik yang mengatakan bahwa manusia tidak

rasional. Ia percaya bahwa manusia memiliki dorongan untuk berperilaku positif dan mampu

mengontrol nasibnya sendiri. Rogers menekankan bahwa manusia rasional, tersosialisasi, dan

mampu mengatur dirinya sendiri. Rogers percaya bahwa dalam kondisi yang mendukung,

manusia akan menjadi individu yang positif dan masyarakat yang bebas dari kecemasan.

Sementara itu, Alfred Adler berpendapat bahwa perilaku individu didorong bukan hanya oleh

kepuasan pribadi, tetapi juga oleh tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk memenuhi

kebutuhan sosialnya.

3. Pandangan Behavioristik

Kelompok behavioristik berpendapat bahwa perilaku manusia sepenuhnya dikendalikan oleh

faktor-faktor eksternal, dan individu lahir dengan sifat netral. Perkembangan kepribadian

manusia sepenuhnya bergantung pada lingkungan, tanpa mengakui potensi intrinsik individu
atau kehendak individu. Dalam tradisi behavioristik, terdapat tiga pendekatan utama. Pavlov

mengenalkan teori kondisioning klasik yang menekankan bahwa rangsangan eksternal dapat

menyebabkan respons tertentu, yang sering disebut sebagai stimulus-respon (S-R). Skinner

berpendapat bahwa perilaku manusia berkembang melalui pengaruh lingkungan, dengan

menekankan pada teori kondisioning operan. Sementara Bandura, melalui teori belajar

sosialnya, menyatakan bahwa anak-anak belajar tidak hanya melalui pengalaman pribadi

tetapi juga melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain.

B. Pengertian Pengembangan Hakikat Melalui Pendidikan

Perkembangan hakikat pendidikan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk

mengembangkan aspek-aspek esensial individu, termasuk karakter, etika, nilai, pemahaman

diri, serta kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan analitis. Pendidikan ini bertujuan

membentuk individu menjadi pribadi yang lebih baik secara moral, intelektual, dan

emosional. Tujuannya adalah menciptakan individu yang tidak hanya memiliki kemampuan

akademis, tetapi juga integritas, empati, dan pemahaman mendalam tentang diri mereka dan

dunia di sekitar mereka.

C. Wujud Sifat Hakikat Manusia

1. Kemampuan menyadari diri

Kemampuan manusia untuk menyadari diri memungkinkan mereka untuk mengenali ciri

khas atau karakteristik diri sendiri. Ini memungkinkan manusia untuk membedakan diri

mereka dari orang lain dan lingkungan sekitarnya. Agar peserta didik dapat memahami

potensi-potensi mereka, mereka memerlukan pendidikan dan perhatian yang serius dari para
pendidik untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam

mengeluarkan potensi-potensi yang dimiliki.

2. Kemampuan bereksistensi diri

Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia untuk menempatkan diri,

menembus, atau mengatasi batasan-batasan yang membatasi dirinya. Pembinaan kemampuan

bereksistensi dilakukan melalui pendidikan, di mana peserta didik diajarkan untuk belajar

dari pengalaman, mengantisipasi situasi dan peristiwa, melihat prospek masa depan dari suatu

hal, serta mengembangkan imajinasi kreatif sejak masa kanak-kanak.

3. Pemilikan kata hati

Kata hati, juga dikenal sebagai hati nurani, lubuk hati, suara hati, atau pelita hati,

merupakan kemampuan manusia untuk membuat keputusan mengenai apa yang baik atau

buruk, benar atau salah. Dalam konteks moral, kata hati memberikan petunjuk mengenai

perilaku yang baik atau buruk. Pendidikan kata hati, atau gewetan forming, bertujuan untuk

mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam dengan melatih kecerdasan

akal dan kepekaan emosional. Tujuannya adalah agar seseorang memiliki keberanian moral

dalam tindakan yang didasarkan pada kata hati yang tajam.

4. Moral

Moral itu merujuk pada perbuatan individu. Meskipun seseorang memiliki kata hati yang

tajam, bukan berarti moralnya baik. Moral yang baik adalah yang sejalan dengan kata hati

yang tajam, sementara tindakan yang tidak sejalan dengan kata hati dapat dianggap sebagai

moral yang buruk atau rendah.

5. Kemampuan bertanggung jawab


Sifat tanggung jawab mencakup kesediaan untuk menerima konsekuensi penuh dari

perbuatan yang telah dilakukan. Bertanggung jawab dapat ditujukan kepada diri sendiri,

masyarakat, dan Tuhan, dengan konsekuensi yang sesuai seperti penyesalan pribadi, sanksi

sosial, atau perasaan berdosa. Hubungan erat antara kata hati, moral, dan tanggung jawab

terlihat di mana kata hati memberikan pedoman, moral menuntut tindakan, dan tanggung

jawab adalah kesediaan untuk menerima konsekuensi dari tindakan tersebut.

6. Rasa kebebasan

Rasa kebebasan adalah perasaan tidak terikat oleh hal-hal tertentu, tetapi tetap sesuai

dengan tuntutan kodrat manusia. Ini berarti seseorang bebas untuk bertindak selama tidak

bertentangan dengan kodrat manusia. Oleh karena itu, kebebasan sejati terjadi dalam konteks

keterikatan. Dengan demikian, aturan-aturan tidak lagi dianggap sebagai penghalang bagi

pergerakan hidup seseorang.

7. Kewajiban dan Hak

Kewajiban dan hak merupakan gejala yang muncul karena manusia adalah makhluk

sosial. Hak seseorang untuk menuntut sesuatu memerlukan kewajiban dari pihak lain untuk

memenuhinya, dan kewajiban muncul karena ada pihak lain yang memiliki hak yang harus

dipenuhi. Hak pada dasarnya adalah sesuatu yang kosong; meskipun hak tersebut ada,

seseorang mungkin tidak menyadarinya atau tidak mau mempergunakannya. Bagi setiap

individu yang mengakui dirinya sebagai manusia, kewajiban adalah suatu keharusan.

Menolak kewajiban berarti menolak kemanusiaan. Namun, melaksanakan kewajiban

merupakan tindakan mulia. Tindakan yang sebaliknya, seperti mengingkari janji,

mengabaikan tugas, atau mengambil hak orang lain, akan menyebabkan perasaan dikhianati,

kecewa, dan akhirnya kehilangan kepercayaan. Kewajiban bukanlah ikatan, tetapi sebuah

keniscayaan.
8. Kemampuan menghayati kebahagiaan

Kebahagiaan adalah integrasi dari segala macam kesenangan, kegembiraan, kepuasan,

dan pengalaman positif dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Kebahagiaan

bukan terletak pada keadaannya secara faktual atau pada proses yang terjadi, atau pada

perasaan yang dihasilkannya, tetapi terletak pada kemampuan untuk merasakannya dengan

kedamaian batin. Kebahagiaan hanya dapat diraih oleh mereka yang mampu bersyukur.

Dengan demikian, kesimpulan dapat diambil bahwa kebahagiaan merupakan perpaduan dari

usaha, hasil, atau takdir, dan kesediaan untuk menerima apa yang ada.

D. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia

Dimensi hakikat manusia terbagi menjadi lima dimensi, antara lain:

1. Dimensi manusia sebagai makhluk individu

Setiap individu memiliki aspek-aspek seperti kehendak, perasaan, cita-cita,

kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda, yang secara umum melekat pada

diri mereka dan bersifat internal. Namun, ada juga aspek-aspek individu yang lebih

dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti:

1). Kematangan intelektual.

2). Kemampuan berbahasa.

3). Latar belakang pengalaman.

4). Cara atau gaya dalam mempelajari sesuatu.

5). Bakat dan minat.

6). Kepribadian.
Potensi individu manusia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu potensi rohani

(pikiran, imajinasi, perasaan, keinginan, dan nurani) dan potensi jasmani (pancaindra dan

keterampilan). Perkembangan individu bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Ini

bisa dipengaruhi oleh pengalaman, pembelajaran, dan pengayaan dalam pengetahuan, yang

dapat berbeda sesuai dengan lingkungan dan pendidikan individu tersebut.

2. Dimensi manusia sebagai makhluk sosial

Setiap manusia memiliki kemampuan sosial yang berkembang seiring pertumbuhan usia

dan kedewasaan, meliputi kesadaran sosial dan manajemen sosial. Kesadaran sosial

mencakup kemampuan merasakan emosi orang lain dan memahami sudut pandang mereka,

sedangkan manajemen sosial adalah kemampuan mengelola hubungan, mempengaruhi orang

lain, dan menyelesaikan konflik.

Dimensi manusia sebagai makhluk sosial tercermin dalam dorongan untuk bersosialisasi

dan bergaul, di mana manusia saling terkait melalui proses sosial dan interaksi sosial. Pranata

sosial, budaya, dan struktur sosial membentuk landasan perilaku sosial manusia, yang pada

gilirannya membentuk kepribadian dan budaya masyarakat.

Terdapat tiga perspektif mengenai dimensi manusia sebagai makhluk sosial, yaitu

perspektif struktur-fungsional yang menekankan pada stabilitas masyarakat, perspektif

konflik yang menyoroti kemungkinan konflik antarindividu dalam masyarakat, dan perspektif

interaksionisme simbolik yang menekankan pentingnya interaksi sosial dalam membentuk

masyarakat.

Manusia, dalam kehidupan bersama, menempati posisi sosial tertentu, namun juga

memiliki tujuan hidup pribadi dan bersama dengan sesamanya. Kesadaran diri dan kesadaran

sosial saling memperkuat eksistensi manusia dalam masyarakat. Menurut pandangan

Aristoteles, manusia merupakan makhluk sosial, sedangkan menurut Theo Huijbers, dunia
kita dipengaruhi oleh orang lain untuk mendapatkan makna sebenarnya dari diri sendiri dan

orang lain. Sebaliknya, individu juga memiliki pengaruh terhadap masyarakat, yang pada

akhirnya menentukan kemajuan masyarakat itu sendiri.

3. Dimensi manusia sebagai makhluk social atau bermoral

Susila berasal dari kata "su" dan "sila" yang merujuk pada kepantasan yang lebih tinggi.

Namun, dalam kehidupan masyarakat, konsep susila tidak hanya terbatas pada tindakan yang

pantas, tetapi juga mencakup kebaikan secara lebih luas. Secara ilmiah, konsep ini terbagi

menjadi etiket (keteraturan dan kesopanan) dan etika (kebaikan), yang terkait erat dengan

persoalan hak dan kewajiban.

Dimensi manusia sebagai makhluk susila terkait dengan pranata sosial, yang merupakan

sistem tata kelakuan dan hubungan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Pranata sosial ini mengandung norma-norma yang berkaitan dengan berbagai

tingkatan kebutuhan masyarakat dan memiliki fungsi penting, antara lain memberikan

pedoman perilaku, menjaga keutuhan masyarakat, dan memberikan pegangan untuk sistem

pengendalian sosial.

Norma-norma dalam masyarakat menetapkan batasan perilaku individu, mengidentifikasi

individu dengan kelompoknya, dan menjaga solidaritas sosial. Oleh karena itu, pendidikan di

masyarakat berperan penting dalam mengenalkan dan mengimplementasikan tata susila yang

berlaku, bukan sekadar sebagai pengetahuan tetapi juga sebagai bagian yang melekat dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Dimensi manusia sebagai makhluk religious

Manusia secara hakikatnya adalah makhluk religius yang memiliki beragam paham

agama. Sebelum munculnya agama, manusia percaya pada kekuatan-kekuatan gaib dan

menciptakan mitos untuk berkomunikasi dengan kekuatan tersebut. Contohnya, mereka


melakukan upacara, menyajikan sesajen, dan memberikan tumbal untuk memohon berbagai

kebaikan. Ini membentuk kebiasaan nenek moyang di Indonesia terkait agama.

Setelah munculnya agama, manusia mulai percaya pada Tuhan dan mengikuti agama

sebagai pedoman hidup. Agama menjadi bagian esensial dari eksistensi manusia, tercermin

dalam keyakinan dan perilaku. Pendidikan juga memainkan peran penting dalam ajaran

agama, khususnya dalam etika, yang membahas perilaku baik dan buruk. Agama bukan

hanya tentang penilaian perilaku, tetapi juga tentang pemahaman, penelitian, dan penerapan

ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama dan perkembangannya sangat penting, karena jika tidak dimasukkan

ke dalam sistem pendidikan, hal ini dapat menimbulkan masalah dan problematika dalam

kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks beragama. Agama membantu mengatur

perilaku anak-anak, menghadapi pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan agama,

serta mencegah adopsi nilai-nilai buruk. Oleh karena itu, peran pendidikan agama sangat

penting dalam membentuk karakter peserta didik, membantu mereka memiliki nilai agamis

dan moral yang tinggi.

E. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan: (Farisha Norrahmah 2310125220001)

Hakikat manusia mencakup hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Tetapi, seperti yg kita ketahui masih banyak masalah akses dan kesenjangan dalam

pendidikan. Jadi bagaimana agar dapat memastikan bahwa setiap individu memiliki

kesempatan untuk belajar dan berkembang sesuai dengan hakikat manusia?

Jawaban: (Rima Nur Azizah Siregar 2310125220113)

(Wahidatun Ni’mah 2310125220116)


Masyarakat dapat memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk

belajar dan berkembang sesuai dengan hakikat manusianya dengan melakukan

berbagai tindakan, termasuk:

1. Mendorong Pendidikan Universal: Memastikan akses universal ke pendidikan

berkualitas dari tingkat dasar hingga tinggi. Ini termasuk menghapus hambatan seperti

biaya pendidikan dan memastikan akses bagi semua lapisan masyarakat.

2. Menyediakan Bantuan Keuangan: Menyediakan bantuan keuangan kepada individu

atau keluarga yang kesulitan membiayai pendidikan, seperti beasiswa, pinjaman

pendidikan yang terjangkau, atau program bantuan keuangan.

3. Membangun Lingkungan Pendidikan yang Inklusif: Memastikan bahwa lingkungan

pendidikan ramah terhadap berbagai latar belakang, kemampuan, dan kebutuhan

individu. Ini termasuk inklusi pendidikan bagi anak-anak dengan disabilitas.

4. Meningkatkan Kualitas Pengajaran: Mendukung pelatihan dan pengembangan guru

serta penyedia pendidikan untuk memastikan kualitas pengajaran yang tinggi.

5. Memberikan Akses ke Sumber Belajar: Memastikan akses ke perpustakaan,

teknologi, dan sumber daya pendidikan lainnya yang diperlukan bagi setiap individu.

6. Membangun Kesadaran Masyarakat: Membangun kesadaran di masyarakat tentang

pentingnya pendidikan, kesetaraan peluang, dan hak setiap individu untuk belajar dan

berkembang.

7. Mengatasi Diskriminasi: Melawan diskriminasi dan ketidaksetaraan dalam sistem

pendidikan dan masyarakat secara lebih luas.

8. Kolaborasi dan Partisipasi: Mendorong kerjasama antara pemerintah, lembaga

pendidikan, dan organisasi masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang

mendukung hak setiap individu untuk belajar dan berkembang.


Upaya bersama masyarakat, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan adalah

kunci untuk memastikan bahwa hakikat manusia untuk belajar dan berkembang

dihormati dan diterapkan secara merata.

2. Pertanyaan: (Anas Tasia 2310125320067)

Mengapa kita perlu mengetahui serta mempelajari hakikat manusia dan

perkembangan nya di dunia pendidikan?

Jawaban: (Wulan Sari 2310125320061)

Mengetahui dan mempelajari hakikat manusia serta perkembangannya penting di

dunia pendidikan karena itu membantu kita memahami dasar-dasar psikologi dan

kebutuhan individu dalam proses belajar. Hal ini memungkinkan pendidik untuk

merancang metode pengajaran yang lebih efektif dan relevan sesuai dengan tahap

perkembangan peserta didik. Dengan pemahaman ini, pendidik dapat menciptakan

lingkungan pembelajaran yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa

secara holistik. Selain itu, memahami hakikat manusia membantu dalam

pengembangan moral dan etika, mempromosikan keberagaman, dan memahami peran

pendidikan dalam membentuk individu yang lebih baik.Kita perlu mempelajari

hakikat manusia dalam dunia Pendidikan karena dunia Pendidikan merupakan upaya

untuk mengembangkan peradaban manusia. Hal ini tidak dapat tercapai jika kita tidak

memahami diri kita sendiri.

3. Pertanyaan : (Noorkhalisah 2310125320065)

Bisakah kalian berikan contoh dari rasa kebebasan dalam kependidikan yang kalian

sampaikan?

Jawaban: (Norhafizah 2310125220135)

Kebebasan di bidang pendidikan yang diperoleh rakyat Indonesia setelah

kemerdekaan, yaitu:
1. Seluruh rakyat Indonesia dapat menempuh pendidikan atau bersekolah. Pendidikan

tidak lagi terbatas untuk kaum tertentu.

2. Pendidikan di Indonesia sudah dapat menekankan semangat patriotisme dan rasa

cinta pada Tanah Air.

3. Setiap rakyat Indonesia berhak untuk membaca dan memperoleh ilmu pengetahuan.

Tujuannya adalah untuk mencerdaskan serta meningkatkan kemampuan bangsa

Indonesia.

4. Bebas Mengembangkan bakat ataupun potensi diri tanpa adanya paksaan dari orang

lain, apalagi sekarang didukung dengan adanya kurikulum merdeka.

F. MASUKAN DARI BAPAK

Dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia itu sebagai ciri karakteristik yang secara

prinsip membedakan manusia dari hewan. Hakikat manusia dan hakikat pendidikan sangat

berhubungan, dimana pada hakikat pendidikan itu lebih teroriensasi kepada terbentuknya

kepribadian yang dimiliki seseorang. Masih banyak krisis krisis moral, masi banyak juga

pejabat yang menyalahgunakan wewenang, dan masi banyak yang mencoreng dunia

pendidikan. Dengan berkembangnya iptek, harusnya berkembang juga peluang pendidikan

yang efektif. Sifat hakikat manusia merupakan kajian filsafat khususnya filsafat antropomoni,

hal ini merupakan suatu keharusan karna pendidikan bukan hanya sekedar soal praktek.

Melainkan praktek yang berlandaskan tujuan pendidikan yang bersifat mengamati normatika.

Kenapa manusia harus memerlukan pendidikan? Karna Manusia makhluk yang dapat dididik,

dan harus mendapatkan pendidikan karna pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia.
KELOMPOK 4

1.4 MASALAH DAN PROBLEMATIKA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Problematika Pendidikan

Problematika adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris,

yaitu "problem" yang berarti persoalan atau masalah. Masalah itu sendiri merupakan kendala

atau persoalan yang harus dipecahkan. Dengan kata lain, masalah adalah kesenjangan antara

kenyataan dan harapan yang diinginkan untuk mencapai hasil maksimal.

Pendidikan memiliki berbagai definisi, namun secara umum dianggap sebagai hasil

peradaban suatu bangsa yang dikembangkan berdasarkan pandangan hidup bangsa itu sendiri.

Pendidikan juga diartikan sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian,

pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang untuk berkembang. Secara khusus, pendidikan

adalah suatu proses pertumbuhan di mana individu dibantu mengembangkan daya

kemampuan, bakat, kecakapan, dan minatnya.

Problematika pendidikan merujuk pada persoalan atau permasalahan yang dihadapi oleh

dunia pendidikan, terutama di Negara Indonesia. Ini mencakup permasalahan dalam proses

pendewasaan moral, sosial, dan ekonomi, yang dilakukan dengan pola tingkah laku tertentu

untuk menciptakan manusia yang bermoral dan bertanggung jawab dalam kehidupan

bermasyarakat. Dengan singkat, problematika pendidikan berarti permasalahan yang terjadi

dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan.


B. Masalah dan Problematika Pendidikan

a) Permasalahan Pokok Pendidikan

Ada 8 masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu

diprioritaskan penanggulangannya yaitu:

1. Masalah pemertaan pendidikan

Salah satu masalah utama dalam hal ini adalah pemerataan pendidikan, yaitu bagaimana

sistem pendidikan dapat memberikan kesempatan yang merata kepada semua warga negara,

terutama anak-anak usia sekolah. Masalah pemerataan pendidikan muncul ketika masih

banyak anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung oleh sistem pendidikan karena

kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Undang-undang No. 4 tahun 1950 menjadi

dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, dengan menegaskan bahwa setiap warga negara

memiliki hak yang sama untuk diterima menjadi murid di suatu sekolah, asalkan memenuhi

syarat-syarat yang ditetapkan.

Dalam konteks wajib belajar, undang-undang tersebut menegaskan bahwa semua anak

yang berumur 6 tahun berhak dan yang berumur 8 tahun diwajibkan bersekolah setidaknya

selama 6 tahun. Ada juga ketentuan mengenai belajar di sekolah agama yang telah mendapat

pengakuan dari menteri agama. Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut menjadi

penting sebagai dasar pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan untuk mengatasi

ketinggalan sebagai dampak penjajahan.

2. Masalah mutu pendidikan

Mutu pendidikan menjadi permasalahan ketika hasil pendidikan tidak mencapai taraf

yang diharapkan. Penilaian mutu pendidikan pertama kali dilakukan oleh lembaga penghasil
sebagai produsen tenaga kerja terhadap calon luaran, dengan menggunakan sistem sertifikasi.

Setelah itu, ketika lulusan tersebut masuk ke lapangan kerja, penilaian dilakukan oleh

lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga kerja dengan sistem tes unjuk kerja (performance

test). Biasanya, setelah itu, dilakukan pelatihan atau pemagangan bagi calon untuk

menyesuaikan diri dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan.

Mutu pendidikan pada akhirnya dinilai berdasarkan kualitas keluaran atau lulusannya.

Pertanyaan pokok adalah apakah keluaran suatu sistem pendidikan mampu menciptakan

individu yang bertakwa, mandiri, dan berkarya, serta menjadi anggota masyarakat yang sosial

dan bertanggung jawab, warganegara yang mencintai tanah air, dan memiliki rasa

kesetiakawanan sosial. Keluaran yang memenuhi kriteria ini disebut sebagai nurturant effect.

Masalah mutu pendidikan juga melibatkan pemerataan mutu, di mana fokus

pembangunan pendidikan adalah peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Dalam rangka memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengajaran ilmu

pengetahuan alam dan matematika perlu disempurnakan dan ditingkatkan. Secara umum,

kondisi mutu pendidikan di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa di daerah pedesaan,

terutama di daerah terpencil, mutunya cenderung lebih rendah dibandingkan di daerah

perkotaan.

3. Masalah efisiensi pendidikan

Efisiensi dalam pendidikan mencakup bagaimana mencapai efektivitas tujuan dengan

proses yang lebih ekonomis. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, perhatian terhadap hasil

seringkali mengalahkan perhatian terhadap proses. Beberapa masalah efisiensi pendidikan

yang ditemui melibatkan penggunaan tenaga kependidikan, prasarana dan sarana pendidikan,

serta penyelenggaraan pendidikan. Misalnya, masalah pengangkatan guru terjadi karena

ketidaksesuaian antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang terbatas.
Ini menyebabkan lebih dari 80% tenaga yang tersedia tidak segera difungsikan, menimbulkan

pemubaziran dan kurangnya persiapan tenaga kependidikan untuk berwirausaha.

Penempatan guru juga sering tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, mengakibatkan

ketidakefisienan dalam memfungsikan tenaga guru. Masalah efisiensi juga muncul dalam

penggunaan prasarana dan sarana pendidikan, terutama terkait dengan lokasi bangunan

sekolah dan distribusi alat peraga tanpa disertai pembekalan kemampuan calon pemakai.

Perubahan kurikulum juga dapat menyebabkan ketidakefisienan, dengan adanya

pemborosan buku paket siswa dan buku pegangan guru yang harus diganti karena perubahan

kurikulum. Hal ini juga melibatkan biaya penataran para pelaksana pendidikan di lapangan

untuk mengimplementasikan kurikulum yang baru.

4. Masalah relevansi pendidikan

Luaran pendidikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan berbagai sektor pembangunan,

termasuk produksi, jasa, dan lain-lain, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Relevansi

pendidikan dianggap tinggi jika luaran mampu mengisi semua sektor pembangunan,

termasuk yang sudah ada dan yang berpotensi, serta memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh

lapangan kerja.

Namun, kriteria relevansi tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang ideal, terutama

jika diperhatikan kondisi umum sistem pendidikan dan gambaran pekerjaan. Variasi kualitas

lembaga pendidikan, luaran yang belum sepenuhnya siap pakai secara langsung, dan

ketidaktersediaan peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya sebagai pedoman bagi

lembaga pendidikan dalam menyusun programnya, menjadi faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan.

5. Rendahnya kualitas pendidikan


Pendidikan sebagai sistem terbuka menghadapi masalah baik dalam skala mikro

(komponen internal sistem pendidikan) maupun makro (hubungan dengan sistem lain dalam

kehidupan manusia). Rendahnya kualitas pendidikan merupakan permasalahan yang terus

dihadapi oleh Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya pendidikan dan kurangnya peran serta pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan.

Ketertinggalan mutu pendidikan terlihat dalam baik pendidikan formal maupun informal.

Masalah serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu di

berbagai jenjang pendidikan. Rendahnya mutu ini menghambat penyediaan sumber daya

manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan untuk mendukung pembangunan bangsa di

berbagai bidang. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan menjadi kunci untuk

membentuk watak dan kemampuan yang memadai bagi perkembangan bangsa.

6. Kurangnya sarana dan prasarana

Masih banyak sekolah mengalami kekurangan sarana dan prasarana seperti gedung yang

rusak, keterbatasan media belajar, perpustakaan yang tidak lengkap, laboratorium yang tidak

standar, dan minimnya penggunaan teknologi informasi. Rendahnya kualitas pendidikan

disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan minimnya

peran pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Rendahnya kualitas guru menjadi masalah serius karena kurangnya profesionalisme dan

kesejahteraan, yang tercermin dalam keterlambatan masuk kelas, kurangnya pemahaman

konsep materi, dan kurangnya pengabdian dalam tugas-tugas sebagaimana diamanatkan oleh

undang-undang. Kondisi ini juga berdampak pada rendahnya prestasi siswa.

Dua solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah solusi sistemik, yaitu perubahan

dalam sistem sosial yang berkaitan dengan pendidikan, dan solusi teknis, yaitu tindakan
praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Solusi melibatkan peningkatan

kesejahteraan guru, pendanaan untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, dan pelatihan

untuk meningkatkan kualitas guru. Upaya teknis juga mencakup peningkatan materi

pelajaran, alat peraga, dan sarana pendidikan secara umum. Harapannya, solusi ini dapat

mengangkat mutu pendidikan di Indonesia, menciptakan generasi yang berkualitas, memiliki

kepribadian pancasila, dan berwibawa.

7. Kurangnya motivasi dalam belajar

Motivasi, sebagai dorongan internal untuk mencapai tujuan, sangat penting untuk

kelancaran segala aktivitas. Motivasi belajar khususnya merupakan usaha yang didorong oleh

keinginan kuat individu untuk memperhatikan dan memahami mata pelajaran. Kurangnya

motivasi belajar dapat menyebabkan penurunan prestasi siswa.

Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar mencakup kemampuan belajar, kondisi

siswa, lingkungan, kebutuhan, sikap siswa, dan penguatan dalam proses belajar. Upaya guru

dalam memotivasi siswa juga berperan penting, dengan interaksi yang baik dan metode

pengajaran yang bisa memicu minat belajar siswa.

Penyebab kurangnya motivasi belajar pada siswa meliputi kurangnya interaksi antara

guru dan murid, kesulitan memahami cara pengajaran guru, serta ketidakminatan terhadap

mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan interaksi yang baik,

metode pengajaran yang mudah dimengerti, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan motivasi belajar yang tinggi, siswa dapat

mencapai hasil belajar yang optimal.

8. Rendahnya kemitraan dengan dunia usaha/dunia industry

Masyarakat memiliki peran penting dalam sistem pendidikan nasional, dan kerja sama

dengan dunia usaha semakin menjadi fokus. Implementasi kerja sama ini menekankan pada
pembangunan sekolah oleh dunia usaha, bukan hanya penggalangan dana. Tantangan utama

adalah ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja, disebabkan oleh

kurikulum yang kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.

Salah satu solusi untuk mengatasi ketidakserasian tersebut adalah melibatkan peran aktif

masyarakat dalam pendidikan, sebagaimana diatur oleh UU No. 20/2005 Sisdiknas Pasal 54.

Peran serta masyarakat mencakup individu, kelompok, keluarga, organisasi profesi,

pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan. Masyarakat dapat berperan sebagai sumber,

pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Regulasi lebih lanjut mengenai peran serta

masyarakat diatur dalam Peraturan Pemerintah.

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

Kualitas pendidikan di Indonesia menurun, terutama terlihat dari kurangnya kompetensi

guru, kurangnya sarana belajar, dan murid-muridnya. Banyak guru yang tidak kompeten,

beberapa di antaranya menjadi guru karena alasan lain, seperti tidak diterima di jurusan lain

atau kekurangan dana. Masalah gaji guru juga menjadi perhatian. Fenomena ini, jika terus

berlanjut, dapat merusak sistem pendidikan Indonesia, terutama dengan pensiunnya banyak

guru berpengalaman.

Sarana pembelajaran juga menjadi kendala, terutama di daerah terbelakang. Namun, bagi

penduduk di daerah tersebut, yang paling penting adalah mendapatkan ilmu terapan yang

dapat mereka gunakan dalam kehidupan dan pekerjaan. Beberapa masalah seperti guru dan

sekolah memengaruhi pembelajaran normal bagi siswa di daerah terbelakang.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa pendidikan sepenuhnya

menjadi tanggung jawab pemerintah, mengakui adanya tantangan besar dalam meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa faktor melelehnya dunia pendidikan, antara lain:
1. Perkembangan iptek dan seni

Pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

(iptek). Ilmu pengetahuan adalah eksplorasi terorganisir mengenai alam semesta, sementara

teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Permasalahan muncul pada tahap diseminasi hasil uji coba, termasuk masalah dana,

prasarana, tenaga, kurikulum, dan faktor-faktor lainnya yang dapat menimbulkan masalah.

Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia, memungkinkan ekspresi kreativitas dan

menyalurkan dorongan berkreasi. Seni berkontribusi pada pengembangan afektif, emosi

positif, keterampilan, dan pengembangan manusia secara menyeluruh. Dari perspektif

lapangan kerja, dunia seni telah mengalami perkembangan pesat dan semakin memiliki peran

penting dalam kehidupan masyarakat.

2. Laju pertumbuhan penduduk

Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada pertambahan penduduk dan

penyebaran penduduk. Menurut Emil Salim, pertambahan jumlah penduduk terus terjadi

meskipun gerakan KB berhasil, karena tingkat kematian menurun lebih cepat dibanding

tingkat kelahiran. Hal ini mengakibatkan perubahan susunan umur penduduk.

Penyebaran penduduk di seluruh negeri tidak merata, dengan daerah padat penduduk

terutama di kota-kota besar dan daerah jarang penduduk, terutama di daerah pedalaman dan

terpencil seperti pegunungan dan pulau-pulau. Pola sebaran ini menyulitkan penyediaan

sarana pendidikan. Contohnya, pembangunan SD kecil di daerah terpencil pada Pelita V.

Urbanisasi (arus perpindahan penduduk dari desa ke kota) yang terus menerus terjadi

menimbulkan pola dinamis dan labil, menyulitkan perencanaan sarana pendidikan dan

merusak pola pasaran kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan tenaga kerja.
3. Aspirasi masyarakat

Pendidikan dianggap sebagai jaminan untuk memperoleh pekerjaan tetap yang

mendukung kehidupan yang lebih layak dan sehat. Adanya pemahaman ini mendorong

peningkatan aspirasi terhadap pendidikan, di mana orang tua mulai mendorong anak-anaknya

untuk bersekolah dengan harapan mereka dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik

daripada orang tua mereka sendiri. Pendidikan dipandang sebagai kunci untuk peningkatan

taraf hidup dan mobilitas sosial.

4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

Keterbelakangan budaya merupakan istilah yang diberikan oleh suatu kelompok

masyarakat yang menganggap dirinya maju kepada masyarakat lain yang mendukung suatu

budaya. Perubahan kebudayaan terjadi akibat penemuan baru, baik dari luar maupun dari

dalam lingkungan masyarakat itu sendiri, baik yang bersifat material (peralatan, transportasi)

maupun nonmaterial (paham baru). Keterbelakangan budaya dapat terjadi karena letak

geografis yang terpencil, penolakan terhadap unsur budaya baru, dan ketidakmampuan secara

ekonomis. Kelompok masyarakat yang umumnya mengalami keterbelakangan budaya adalah

masyarakat daerah terpencil, yang tidak mampu secara ekonomis, dan yang kurang terdidik.

5. Minimnya jumlah guru yang berkualitas

Pendekatan dalam pembelajaran di Indonesia seringkali dihadapi keluhan masyarakat

mengenai rendahnya mutu pendidikan. Sistem penataran untuk perbaikan kualitas guru masih

terbatas, menyebabkan kurangnya dedikasi pada tugas mengajar. Gaya pengajaran guru yang

kurang menarik, kurang simpati, angkuh, acuh, dan otoriter menjadi penyebab kesulitan

siswa dalam belajar. Meningkatkan efektivitas bimbingan siswa memerlukan pemahaman

psikologi anak oleh para guru, agar dapat menghadapi siswa dengan cara yang tepat. Guru
juga perlu memiliki sikap sensitif untuk memahami sebab-sebab kecemasan dan emosi labil

siswa.

Kualitas guru di Indonesia disoroti sebagai perhatian serius. Banyak guru yang belum

memiliki profesionalisme yang memadai, bahkan sebagian dinyatakan tidak layak mengajar.

Kelayakan mengajar terkait erat dengan tingkat pendidikan guru dan kurangnya pelatihan

untuk meningkatkan kemampuan mereka. Kemampuan guru yang diperlukan meliputi

penguasaan materi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses belajar mengajar,

penggunaan media, evaluasi, dan penyuluhan.

6. Problematika dalam pengembangan kurikulum

Pendidikan dianggap sebagai investasi dalam sumber daya manusia untuk meningkatkan

taraf hidup suatu negara. Tujuan pendidikan nasional, sesuai Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional, adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara

demokratis.

Kurikulum, sebagai alat dalam proses pendidikan formal, merupakan seluruh proses

pendidikan yang telah diprogramkan. Perubahan dalam kurikulum sekolah membawa

berbagai permasalahan baru, termasuk pelaksanaan program baru, kapasitas guru, fasilitas

pendukung, dan kebutuhan dana.

Syarat kurikulum yang baik mencakup perumusan tujuan pendidikan yang jelas dan

pelayanan terhadap perbedaan individual siswa. Ciri-ciri kurikulum yang baik meliputi

sederhana, beragam muatan pendidikan, bersifat afektif (sikap), dan mendukung sistem

remedial untuk siswa yang ketinggalan. Pelaksanaan kurikulum harus memperhitungkan

kemampuan dan mutu guru, yang memerlukan kreativitas, sikap terbuka, dan perhatian

terhadap kemampuan siswa.


7. Peserta didik

Pendidikan berorientasi pada perkembangan peserta didik harus mempersiapkan mereka

untuk memahami dan menyajikan bahan baru sesuai dengan tahap perkembangan.

Pengalaman melibatkan indra seperti penglihatan, pendengaran, rasa, dan perasaan perlu

disesuaikan. Konteks emosional, seperti rasa bahagia, sedih, dan lainnya, juga perlu

diperhatikan sesuai tahap perkembangan.

Lingkungan belajar yang sesuai, perabotan yang teratur, pencahayaan yang baik, musik

pendukung, alat visual sesuai tipe belajar, dan suasana hati yang positif berpengaruh pada

hasil pendidikan. Pendidikan berorientasi pada perkembangan peserta didik mengacu pada

prinsip-prinsip individualized instruction, meskipun dilaksanakan secara klasikal.

Kelemahan karier akademik mahasiswa termasuk kekurangan membaca buku ilmiah,

latihan menulis, diskusi di kelas, diskusi antar mahasiswa, penugasan mandiri, kemampuan

berbahasa asing, kontak akrab antara pengajar dan mahasiswa, dan kurangnya buku pelajaran

bermutu. Sistem evaluasi dan administrasi, serta penggunaan bahasa teknis ilmiah, juga

merupakan tantangan.

8. Persatuan bangsa

Masa krisis menunjukkan gejala desentralisasi bangsa karena krisis kepercayaan terhadap

pemerintah pusat oleh pemerintah daerah. Kesenjangan pendidikan antara pedesaan dan

perkotaan dapat memicu kecemburuan sosial dan mengancam persatuan bangsa. Perubahan

global negatif, seperti gaya hidup individualistis, pergaulan hidup bebas, terorisme,

kurangnya penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia, ketidaktaatan hukum, narkoba, HIV

AIDS, merosotnya nilai-nilai agama dan moral, pengaruh media (video porno), dan masalah

gender, semakin mempengaruhi masyarakat modern.


Dalam konteks pendidikan di Indonesia, beberapa persoalan yang diidentifikasi

melibatkan kompetensi pengelolaan pendidikan yang belum spesifik, kebutuhan pendidikan

khusus yang kurang jelas, pemahaman yang salah terhadap kebijakan pendidikan, kurang

profesionalnya penyelenggara pendidikan, dan kurangnya perhatian pada aspek kompetensi

untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

c) Cara Mengatasi Masalah dan Problematika Pendidikan di Indonesia

Materi tersebut membahas strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa poin

penting yang diungkapkan antara lain:

1. Perbaikan Terus Menerus: Lembaga pendidikan harus terus menerus memperbaiki proses

mereka untuk memastikan bahwa semua aspek pendidikan memenuhi standar mutu yang

ditetapkan.

2. Penetapan Standar Mutu: Penting untuk konsisten menetapkan standar mutu melalui

berbagai upaya seperti evaluasi, proses pembelajaran, dan standar kurikulum. Standar ini

dapat diwujudkan melalui delapan standar nasional pendidikan.

3. Budaya Organisasi yang Menghargai Mutu: Sekolah harus membentuk budaya organisasi

yang menghargai mutu sebagai orientasi utama. Rekayasa dapat dilakukan untuk

meningkatkan hasil dan proses, memastikan bahwa mutu tetap menjadi fokus.

4. Peningkatan Kesejahteraan Guru: Investasi dalam kesejahteraan guru, memberikan

dukungan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, dan pelatihan dapat meningkatkan kualitas

guru.

5. Pembiayaan untuk Masyarakat Miskin: Menyediakan pembiayaan bagi masyarakat miskin

untuk dapat menikmati fasilitas pendidikan.


6. Meningkatkan Minat dan Kemampuan Membaca: Fokus pada meningkatkan minat

membaca dan kemampuan membaca melalui penyediaan buku, ruang baca, dan dukungan

untuk kegiatan membaca di luar kelas.

7. Diskusi dan Praktek Metode Pengajaran: Menyelenggarakan diskusi yang sesuai dengan

bidang penelitian, menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dan perubahan sosial, serta

mempraktikkan metode pengajaran yang inovatif.

8. Peningkatan Kurikulum: Melakukan peningkatan kurikulum ke tingkat nasional secara

lebih sering, melibatkan para ahli, dan melibatkan pemerintah sebagai fasilitator untuk

memotivasi dan menyemangati sekolah.

Semua strategi ini bertujuan untuk menciptakan perbaikan berkelanjutan dalam sistem

pendidikan.

C. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan: (Farisha Norrahmah 2310125220001)

saat SD kita dituntut untuk harus sudah bisa membaca, sedangkan pada saat TK sama

sekali tidak diajarkan membaca. Apakah hal tersebut kedalam permasalahan

pendidikan dan bagaimana cara mengatasinya?

Jawaban:

hal tersebut termasuk dalam permasalahan pendidikan yang tidak adanya pengetahuan

dari pendidik tentang hal kewajiban membaca untuk setiap murid yang baru masuk

sekolah dasar yang menimbulkan ketidakpahaman murid dalam membaca saat kondisi

seperti itu.

Cara mengatasinya :
Dengang menghadirkan guru guru yang prefesional. Karna hakikatnya anak anak

yaitu bermain jadi bagaimana caranya guru yang prefesional tadi bisa

mengkolaborasikan antara bermain dengan belajar agar anak anak tidak jenuh dalam

belajar dan bisa paham sama rata.

2. Pertanyaan: (Nur Syifa 2310125120059)

mengenai faktor faktor yg mempengaruhi berkembang nya masalah pendidikan nya

slh satunya tadi dari peserta didik ,biasanya ada siswa yg lamban belajar memahami

penjelasan dari gurunya, nah menurut kalian bagaimana cara guru mengatasi anak

yang lamban belajar di kelas itu terutama untuk anak sekolah dasar?

Jawaban:

1. Harus sabar dulu dan berempati, mungkin mereka memerlukan waktu yang lebih

lama untuk memahami materi yang di pelajari.

2. Pentingnya dukungan dari orang tua dan guru

3. Bekerja sama dengan orang tua, berkomunikasi dan bekerjasama bagiamana

mencari solusinya agar anak tersebut bisa agar tidak lambat belajar.

4. Pembelajaran bisa dibarengi dengan bermain , dan bernyanyi.

3. Pertanyaan: (Zahra Shopia 2310125120055)

Masalah pokok apa di dalam pendidikan yang perlu mendapat perhatian lebih serius,

baik oleh pemerintah maupun masyarakat? Berikan alasannya!

Jawaban:

Masalah pokok di dalam pendidikan yang perlu mendapat perhatian lebih serius, baik

oleh pemerintah maupun masyarakat adalah masalah pemerataan pendidikan.

Pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana system pendidikan dapat

menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk

memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan


sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan di dalam masyarakat. Masalah

pemerataan pendidikan muncul karena masih banyak warga negara khususnya anak

usia sekolah yang tidak dapat di tampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan

karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Saat ini pemerintah telah

mencanangkan wajib belajar 9 tahun, tetapi pada kenyataanya masih banyak anak

Indonesia yang masih belum bisa melaksanakan kebijakan tesebut. Walaupun

pemerintah telah memberikan anggaran 20% dari APBN dan APBD, tetapi pada

kenyataanya hanya sekitar 50% dari anggaran tersebut yang diperuntukan untuk

pendidikan.

D. MASUKAN DARI BAPAK

Permasalahan bisa datang dari Guru, siswa, sekolah. Dalam melaksanakan prinsip

pendidikan diharapkan menyediakan kesempatan yang seluas luasnya bagi seluruh

warga Indonesia, untuk memperoleh pendidikan. Permasalahan muncul apabila

banyak anak sekolah yang tidak dapat ditampung dalam lembaga pendidikan, karna

kurangnya sarana pendidikan. Masalah pemeretaan disini sangat penting, sebab jika

anak usia sekolah dasar seharusnya memperoleh belajar sekolah dasar. Maka mereka

memiliki bekal, dasar kemampuan membaca, menulis, berhitung. Sehingga mereka

dapat mengikuti perkembangan melalui belajar, dengan demikian mereka tidak

terbelakang. Yang perlu mendapat perhatian juga dari pemerintah yaitu rendahnya

kualitas pendidik. Pendidik harus mempunyai motivasi untuk memperbaharui

keilmuannya, bagaimana seorang guru bisa menginovasi adanya perubahan

perubahan. Sebagai guru yang profesi, harus lebi banyak mengikuti seminar ataupun

workshop untuk menambah keprofesional. Dan yang ketiga kurangnya sarana dan
prasarana, contohnya sekolah A ikut ujian nasional dengan sekolah B karna sekolah A

tidak memandai sarana dan prasarana.

KELOMPOK 5

1.5 LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

A. Landasam Hukum

Materi membahas landasan hukum pendidikan di Indonesia, yang merupakan seperangkat

peraturan dan perundang-undangan sebagai panduan pelaksanaan sistem pendidikan.

Landasan hukum memiliki peran penting dalam memberikan rambu-rambu untuk

pelaksanaan sistem dan manajemen pendidikan sesuai peraturan yang berlaku. Beberapa

perundang-undangan yang berkaitan dengan pendidikan meliputi:

1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada Alenia Keempat.

2. Undang-Undang 1945 Bab XII, khususnya Pasal 32.

3. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional.

4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

5. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

6. Undang-Undang No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peran undang-undang sebagai landasan pendidikan nasional menunjukkan pentingnya

pendidikan sebagai penjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan sebagai pedoman

penyelenggaraan pendidikan di seluruh tanah air.


B. Landasan Kultural

Materi membahas landasan kultural dalam pendidikan yang menekankan nilai-nilai

kebudayaan bangsa sebagai dasar pendidikan. Kebudayaan dan pendidikan memiliki

keterkaitan erat, di mana kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan melalui

pendidikan formal dan non-formal. Pelaksanaan pendidikan juga dipengaruhi oleh

kebudayaan masyarakat setempat, sehingga kebudayaan daerah menjadi bagian integral dari

budaya pendidikan di wilayah tersebut.

Kebudayaan, dalam arti luas, dapat terwujud melalui ide, gagasan, nilai-nilai, perilaku

masyarakat, dan benda-benda fisik hasil karya manusia. Pendidikan berperan penting dalam

membentuk, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan, baik yang bersifat ideal,

kelakuan, maupun teknologi. Dengan demikian, proses pendidikan berkontribusi pada

pewarisan dan pengembangan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

C. Landasan Sosiologi

Landasan sosiologi pendidikan bersumber dari asumsi-asumsi yang berasal dari kaidah-

kaidah sosiologi, yang memandang manusia sebagai makhluk individu, bermasyarakat, dan

berbudaya. Analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola interaksi sosial di dalam sistem

pendidikan juga merupakan bagian dari landasan sosiologis pendidikan.

Kaidah-kaidah sosiologi tersebut memberikan pemahaman bahwa pendidikan melibatkan

interaksi antara pendidik dan peserta didik, serta melibatkan generasi satu dengan generasi

berikutnya. Kajian sosiologi pendidikan penting karena membantu dalam memahami sistem

pendidikan sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat. Landasan sosiologis ini
mencakup konsep kesatuan wilayah, adat istiadat, identitas, loyalitas kelompok, yang

semuanya menjadi dasar bagi pendidikan.

Masyarakat atau bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat

atau bangsa lain, dan hal-hal seperti tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial,

komunikasi, dan sosialisasi menjadi indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan

sosiologis.

D. Landasan Psikologi

Landasan psikologis pendidikan membahas informasi mengenai kehidupan manusia

secara umum, dengan fokus pada gejala-gejala yang terkait dengan aspek pribadi manusia

pada setiap tahap usia perkembangan. Tujuan dari landasan ini adalah untuk mengenali dan

menyikapi manusia sesuai dengan tahap usia perkembangannya, memudahkan proses

pendidikan.

Psikologi dalam konteks pendidikan terkait erat dengan aspek kecerdasan, berpikir, dan

belajar. Psikologi memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, terutama dalam konteks

belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi menjadi krusial bagi pendidik,

pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh untuk memahami karakteristik kognitif, afektif,

dan psikomotorik peserta didik secara menyeluruh.

Pemahaman psikologis terhadap peserta didik oleh pendidik memiliki kontribusi

signifikan dalam membimbing peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi,

dan kebutuhan mereka. Hal ini memastikan bahwa proses pembelajaran di kelas berlangsung

secara optimal dan maksimal.


E. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Landasan ilmiah pendidikan melibatkan asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu

tertentu, menjadi titik tolak dalam pendidikan. Hubungan erat antara landasan ilmiah dan

teknologi pendidikan tergambar dalam kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) menjadi inti kajian dalam pendidikan. Pendidikan memiliki peran penting dalam

mewarisi dan mengembangkan IPTEK.

Seiring dengan kemajuan IPTEK, ilmu pengetahuan juga berkembang pesat. Ilmu

pengetahuan dan teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia,

memengaruhi peradaban manusia dari awal hingga akhir kehidupan. Perkembangan ini

mencerminkan perlunya pendidikan sebagai pembentuk karakter peserta didik, dan dengan

perkembangan zaman, pendidikan terus berubah untuk menjadi lebih baik.

Dalam konteks ini, penting untuk mengembangkan desain dan model pembelajaran

inovatif dan interaktif untuk menyediakan lulusan yang berkompeten. Standar

penyelenggaraan proses pembelajaran di Indonesia menekankan interaktivitas, inspirasi,

kegembiraan, tantangan, serta motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Hal ini juga

memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan peserta didik.

Dalam era globalisasi, karakteristik peserta didik dipengaruhi oleh perkembangan

teknologi. Oleh karena itu, pendidik perlu menguasai berbagai teknologi modern untuk

efektif mendidik dan membimbing peserta didik.


F. Landasan Operasional

Landasan operasional bagi pembangunan negara, termasuk pendidikan, adalah ketetapan

MPR tentang GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara). GBHN dianggap sebagai landasan

operasional karena memberikan garis-garis besar tentang kegiatan yang harus dilaksanakan

untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita Pancasila

dan UUD 1945.

Contoh tujuan pendidikan dalam GBHN 1988 adalah membentuk manusia yang beriman,

bertakwa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung

jawab, mandiri, cerdas, terampil, serta sehat jasmani dan rohani. GBHN menjadi panduan

bagi pelaksana pendidikan, termasuk guru, dosen, orang tua, dan petugas pendidikan lainnya.

Tetapan MPR tentang GBHN dari tahun 1966 hingga 1988 memberikan arahan yang

konsisten terkait tujuan pendidikan nasional, seperti membentuk manusia Pancasila, manusia

pembangunan yang sehat, cerdas, dan berbudi pekerti luhur. UU RI No. 2 Tahun 1989 dan

UU No. 20 Tahun 2003 juga mengukuhkan tujuan pendidikan nasional, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

Landasan pendidikan juga mencakup landasan lain seperti hukum, filsafat, sosial budaya,

psikologi, ekonomi, sejarah, dan kemanusiaan. Semua landasan ini diperlukan untuk

memberikan pondasi kuat bagi pendidikan, memastikan bahwa proses pembelajaran

berlangsung sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan pembangunan negara.


G. Landasan Religius

Landasan religius pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari agama atau

kepercayaan keagamaan yang dijadikan titik tolak dalam pelaksanaan pendidikan. Pendidikan

religius dianggap sebagai dasar yang paling penting dalam landasan pendidikan. Keberadaan

landasan religius sangat krusial dalam konteks pendidikan di Indonesia, yang mengakui

adanya Tuhan menurut Pancasila.

Pentingnya pendidikan agama terletak pada fakta bahwa negara kita mengakui adanya

Tuhan, sebagaimana yang ditegaskan dalam sila pertama Pancasila, yaitu "Ketuhanan Yang

Maha Esa". Pendidikan agama dianggap sebagai fondasi yang membantu individu

mengembangkan pengetahuan mereka. Ilmu tanpa agama dianggap buta, dan agama tanpa

ilmu dianggap lumpuh. Oleh karena itu, dalam mengembangkan ilmu, peranan agama sangat

berpengaruh.

Pentingnya pendidikan agama tidak hanya terfokus pada aspek intelektual, tetapi juga

memperhatikan nilai-nilai keTuhanan, individual, sosial, dan tingkah laku sehari-hari.

Pendidikan agama dijalankan di semua jenjang dan jenis pendidikan sebagai kewajiban dan

keharusan. Harapannya, pendidikan agama dapat memberikan kontribusi pemikiran yang

produktif dan beradaptasi dengan perkembangan zaman yang semakin digital.

Pendidikan agama diakui sebagai hak setiap peserta didik tanpa memandang bangsa atau

organisasi keagamaan tertentu, sehingga mencerminkan nilai-nilai inklusif dan keadilan

dalam konteks pendidikan.


H. Landasan Filosofis

Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat,

menjadi dasar dalam praktik pendidikan dan studi pendidikan. Landasan ini berasal dari

pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, mencakup keyakinan tentang hakekat

manusia, sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan kehidupan yang lebih baik.

Landasan filosofis pendidikan nasional Indonesia adalah Pancasila, sebagaimana diatur

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa asumsi landasan filosofis ini

melibatkan keyakinan sebagai berikut:

a. Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta. Hakikat hidup bangsa Indonesia

dicapai melalui rahmat Allah dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk

mencapai kemerdekaan.

b. Pancasila sebagai mazhab filsafat yang menjadi dasar pendidikan nasional sesuai dengan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

c. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan sifat mono-dualisme dan monopluralisme, mencapai

keselarasan dalam kehidupan spiritual dan duniawi, individu dan sosial, fisik dan kejiwaan.

d. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, pemikiran, dan penghayatan.

e. Perbuatan manusia diatur oleh nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan, kepentingan umum,

dan hati nurani.

f. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, dengan karakteristik tertentu.

g. Kurikulum melibatkan berbagai jenis pendidikan seperti umum, akademik, kejuruan, luar

biasa, kedinasan, keagamaan, dan profesional.


h. Mengutamakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan penghayatan, dengan pilihan

berbagai metode pendekatan.

i. Peran pendidik dan anak didik berlandaskan pada prinsip keteladanan dan tanggung jawab.

I. Tiga Asas Pokok Pendidikan di Indonesia

1. Asas Tut Wuri Handayani

Asas Tut Wuri Handayani, yang pertama kali diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara,

mencerminkan semangat dan prinsip-prinsip pendidikan yang menjadi dasar di Indonesia.

Asas ini muncul dalam perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda dan untuk

mempertahankan keberlangsungan hidup serta nilai-nilai nasional dan demokrasi.

Semboyan ini menjadi lambang pendidikan Indonesia dan diadopsi sebagai dasar

pelaksanaan pendidikan melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun

1977. Asas Tut Wuri Handayani menekankan pada pendidikan dengan kewibawaan,

memberikan pengaruh tanpa menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan

sendiri, dan membantu ketika anak melakukan kesalahan. Dikembangkan lebih lanjut oleh

Drs. R.M.P. Sostrokartono, asas ini terdiri dari tiga semboyan:

a. Ing Ngarso Sung Tulodo: Mengacu pada bimbingan dan teladan yang diberikan oleh

pendidik. Siswa diajak mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan bimbingan guru.

b. Ing Madya Mangu Karsa: Menekankan pada peran guru dalam membangkitkan motivasi

dan kehendak siswa. Guru menciptakan situasi untuk meningkatkan motivasi siswa.

c. Tut Wuri Handayani: Menekankan pada dukungan yang diberikan oleh pendidik dari

belakang. Anak didik diberi kesempatan untuk melakukan usaha sendiri, dengan membiarkan

mereka mencari jalan dan memberikan bantuan saat diperlukan.


Asas ini menjadi bagian integral dari pendidikan nasional Indonesia, mengajarkan nilai-

nilai kehidupan, dan mengembangkan potensi peserta didik sesuai Undang-Undang Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003.

2. Asas Kemandirian Dalam Belajar

Asas Tut Wuri Handayani dan asas belajar sepanjang hayat saling berkaitan, terutama

dalam hal asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri Handayani menekankan pada peran

guru sebagai fasilitator, motivator, dan organisator, bukan sebagai pusat pembelajaran. Ini

menciptakan lingkungan di mana peserta didik didorong untuk memiliki kemampuan

berdikari, termasuk dalam belajar.

Asas belajar sepanjang hayat juga terkait erat dengan kemandirian dalam belajar.

Pembelajaran sepanjang hayat melibatkan keyakinan bahwa peserta didik mau dan mampu

belajar secara mandiri. Guru, sebagai fasilitator, menyediakan sumber dan bahan

pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik dalam belajar mandiri.

Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang didorong oleh

kemauan, pilihan, dan tanggung jawab sendiri. Belajar mandiri melibatkan niat atau motivasi

peserta didik untuk menguasai kompetensi tertentu. Guru, dalam peran sebagai fasilitator,

motivator, dan organisator, membantu mewujudkan asas kemandirian dalam belajar.

Asas kemandirian dalam belajar menempatkan guru sebagai fasilitator, motivator,

organisator, dan informator. Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih materi

pembelajaran, mengembangkan materi, dan mendiskusikan hal-hal yang kurang dimengerti.

Pendidikan tidak hanya terbatas pada sekolah atau institusi pendidikan, melainkan dapat

diperoleh di mana pun. Asas ini berlaku untuk pendidikan formal, non-formal, dan informal.
Penting bagi tenaga kependidikan untuk memahami dan menerapkan asas Tut Wuri

Handayani dan asas belajar sepanjang hayat agar pendidikan dapat relevan dan berkelanjutan.

3. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Dalam perspektif Islam, terdapat ungkapan "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang

lahat," yang menekankan makna belajar sepanjang hayat. Hal ini berarti manusia diharapkan

untuk menuntut ilmu sejak dilahirkan hingga ajal menjemputnya.

Asas belajar sepanjang hayat (life-long learning) merupakan sudut pandang terhadap

pendidikan seumur hidup (long-life education). Meskipun kedua istilah ini saling terkait,

mereka dapat dibedakan. "Belajar" menekankan pada perubahan perilaku yang relatif tetap

karena pengaruh pengalaman, sementara "pendidikan" menyoroti usaha sadar dan sistematis

untuk menciptakan lingkungan yang mendukung efisiensi dan efektivitas pengaruh

pengalaman tersebut.

Dalam konteks kependidikan, perlu dirancang program atau kurikulum yang mendukung

belajar sepanjang hayat. Dua dimensi yang perlu diperhatikan adalah dimensi vertikal, yang

mencakup keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan sekolah serta hubungannya dengan

kehidupan peserta didik di masa depan, dan dimensi horizontal, yang menghubungkan

pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Semua ini bertujuan

mencapai integritas pribadi yang utuh sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, mencerminkan

gambaran manusia Indonesia seutuhnya.

J. Penerapan Asas-Asas Pendidikan


Asas-asas pendidikan menjadi landasan utama dalam perancangan dan pelaksanaan

sistem pendidikan. Hakikat manusia, sebagai fokus utama, menegaskan bahwa manusia

memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan. Meskipun dilahirkan tanpa

daya dan sangat bergantung pada orang lain, manusia memiliki potensi tanpa batas yang

dapat membentuknya menjadi individu yang produktif atau bahkan destruktif.

Tiga asas utama yang menjadi pedoman pendidikan adalah Asas Tut Wuri Handayani,

Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar. Masing-masing asas

membawa prinsip-prinsip yang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan dan tujuan pendidikan

yang holistik.

Dalam konteks penerapan asas belajar sepanjang hayat, pemerintah telah meningkatkan

upaya untuk memperluas kesempatan belajar melalui lembaga formal, non-formal, dan

informal. Pembinaan guru dan tenaga kependidikan juga menjadi fokus untuk meningkatkan

kualitas hasil pendidikan. Pembaharuan kurikulum dan pengembangan sarana dan prasarana

pendidikan turut mendukung upaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal.

Keberagaman program pembinaan generasi muda, program keolahragaan, dan

peningkatan peran wanita juga merupakan wujud dari penerapan asas-asas pendidikan.

Semua upaya ini diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan manusia Indonesia yang

berkualitas dan mampu berkontribusi positif terhadap masyarakat dan negara.

K. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan: (Dini Amalia 2310125220118)

Mengapa landasan diperlukan dalam menyelenggarakan pendidikan?


Jawaban:

Landasan diperlukan dalam melaksanakan pendidikan karena berfungsi sebagai

pijakan atau fondasi yang mengarahkan dan memastikan proses pendidikan berjalan

secara efektif dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Berikut adalah alasan mengapa landasan penting dalam pendidikan:

1. Pedoman dan Arah: Landasan memberikan pedoman dan arah bagi pendidik,

peserta didik, dan stakeholder terkait. Mereka membantu dalam merencanakan dan

melaksanakan program pendidikan dengan tujuan yang jelas dan terstruktur.

2. Konsistensi: Landasan membantu memastikan konsistensi dalam pendidikan.

Dengan adanya landasan yang jelas, pendidikan dapat diimplementasikan dengan cara

yang seragam dan sesuai dengan standard yang ditetapkan.

3. Pengambilan Keputusan: Landasan membantu dalam pengambilan keputusan yang

tepat. Pendidik dapat merujuk pada landasan untuk memilih metode pengajaran,

strategi pembelajaran, dan penilaian yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

4. Pengembangan Kurikulum: Landasan membantu dalam merumuskan dan

mengembangkan kurikulum pendidikan. Kurikulum yang baik didasarkan pada

prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diakui secara luas dalam pendidikan.

5. Evaluasi dan Perbaikan: Landasan memungkinkan evaluasi yang efektif terhadap

program pendidikan. Dengan memiliki landasan yang kuat, kita dapat mengevaluasi

hasil pendidikan dan melakukan perbaikan sesuai kebutuhan.

6. Kepastian Hukum: Dalam beberapa kasus, landasan dapat mencakup peraturan dan

kebijakan yang harus diikuti. Ini memberikan kepastian hukum bagi institusi

pendidikan, membantu meminimalkan ambiguitas, dan mengelola risiko hukum.


7. Kualitas Pendidikan: Landasan membantu memastikan kualitas pendidikan dengan

menyediakan pedoman tentang apa yang dianggap sebagai praktik terbaik dan standar

mutu yang harus dicapai.

8. Mengakomodasi Kebutuhan Khusus: Landasan juga dapat mencakup prinsip-

prinsip inklusivitas, kesetaraan, dan mengakomodasi kebutuhan khusus peserta didik.

Ini membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang adil dan ramah bagi semua.

Secara keseluruhan, landasan adalah pondasi yang vital untuk membangun sistem

pendidikan yang efektif, efisien, dan bertanggung jawab, serta memastikan bahwa

tujuan pendidikan tercapai dengan baik.

2. Pertanyaan: (Fitriah 2310125120063)

Bagaimanakah cara penerapan asas Tut Wuri Handayani dalam keberlangsungan

proses pendidikan di Indonesia?

Jawaban:

Dapat melakukan hal berikut:

1. Kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua: Guru, siswa, dan orang

tua harus bekerjasama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang

kondusif. Guru harus melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran dan

menggali masukan dari mereka.

2. Peningkatan kualitas guru: Peningkatan kualitas guru adalah kunci dalam asas Tut

Wuri Handayani. Guru perlu terus menerus mengembangkan kompetensi mereka

melalui pelatihan dan pengembangan profesional.

3. Pembelajaran berbasis masalah: Menerapkan pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa dan berbasis masalah dapat membantu siswa aktif terlibat dalam

proses pembelajaran mereka.


4. Pendidikan inklusif: Memastikan bahwa setiap siswa, termasuk mereka yang

memiliki kebutuhan khusus, memiliki akses yang sama dan mendapat perhatian yang

sesuai dalam sistem pendidikan.

5. Partisipasi masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam pendidikan, seperti lewat

program magang, pertemuan orang tua-guru, dan dukungan finansial.

3. Pertanyaan: (Rose widodari 2310125220139)

apa contoh dasar pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan Pancasila?

Jawaban:

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang mencakup lima prinsip filosofis yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan

Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Dalam konteks pendidikan, dasar pengajaran yang sesuai dengan Pancasila harus

mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Pancasila dalam proses pendidikan.

Berikut adalah contoh dasar pengajaran yang sesuai dengan Pancasila:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Memasukkan pengajaran tentang toleransi beragama,

menghormati keberagaman keyakinan, dan membangun keimanan dan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks pendidikan.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Mendorong pendidikan yang

mempromosikan kesetaraan, menghormati martabat manusia, menghindari

diskriminasi, dan memupuk perilaku adil dan beradab di antara individu.

3. Persatuan Indonesia: Mengintegrasikan nilai-nilai persatuan, semangat kebangsaan,

dan kecintaan pada tanah air dalam pengajaran, memupuk rasa persatuan di antara

siswa, dan mempromosikan persaudaraan sesama anak bangsa.


4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan: Mendukung pendidikan demokratis yang melibatkan

partisipasi aktif siswa dalam pengambilan keputusan, penghargaan terhadap pendapat

orang lain, dan pengembangan kepemimpinan yang bijaksana.

5.Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Memasukkan pendidikan tentang

kesetaraan sosial, mengurangi kesenjangan sosial, mendorong pemerataan akses

terhadap pendidikan berkualitas, dan mengajarkan tanggung jawab sosial untuk

membantu mereka yang membutuhkan.

L. MASUKAN DARI BAPAK

Pendidikan di Indonesia memakai landasan ilmiah, kenapa ilmiah? karna di landasan

psikologis itu bagaimana bisa memahami hakikat siswa, bagaimana seorang guru bisa

menggunakan proses belajar mengajarnya, dan bagaimana seorang guru bisa memainkan

peranannya sebagai guru. karna guru merupakan central pengrndalian proses belajar

mengajar maka dalam penyampaian pesan guru harus membedakan siswa yang satu dengan

yang lain. Zaman dulu sebelum landasan iptek, adalah landasan psikologis. Dan kenapa

sekarang disebut landasan ilmiah karna guru sekarang harus dituntut membekali peserta didik

agar dapat mengembangkan iptek. Jadi antara hubungan pendidkan dan iptek adalah saling

timbal balik, artinya kemajuan pendidikan diarahkan untuk kemajuan iptek, sedangkan

perkembangan iptek akan berpengaruh kepada perkembangan pendidikan. Seorang guru

memeberikan contoh ditengah memberikan semangat/dorongan dibelakang, maksutnya kita

dapat memberikan semangat kepada siswa, dan memberikan motivasi. Penerapannya yaitu

diberi kesempatan untuk belajar mandiri, artinya kita dapat menggunakan pengambilan

keputusan siswa, bagaimana siswa memecahkan masalahnya sendiri. Dengan cara demikian
belajar tidak berpusat kepada guru, akan tetapi berpusat pada peserta didik itu sendiri, itulah

yang disebut dengan kurikulum merdeka.

KELOMPOK 6

1.6 HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN

A. Hakikat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi atau

bakat yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, seta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun tujuan pendidikan menurut aliran eksistensialisme adalah memberikan kebebasan

penuh kepada individu untuk menentukan arti hidupnya sendiri. Pendidikan eksistensialis

memandang bahwa individu harus diberi kebebasan untuk mencari makna dan tujuan hidup

sesuai dengan pilihan dan keputusan yang diambilnya. Tujuan utama pendidikan

eksistensialis adalah mengembangkan kebebasan dan otonomi individu sehingga dapat

mencapai eksistensi sejati (Sadulloh, 2003: 123).

Dalam pandangan konstruktivisme, tujuan pendidikan adalah mengembangkan

kemampuan kognitif dan sosial peserta didik melalui proses konstruksi pengetahuan.

Pendidikan konstruktivis menekankan pada aktifitas peserta didik dalam membangun

pengetahuan melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Tujuan utama adalah
meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir peserta didik melalui pembelajaran yang

berpusat pada siswa dan pengalaman nyata (Sadulloh, 2003: 125).

B. Aspek-Aspek Pendidikan

1. Aspek Moralitas

John Dewey memandang bahwa pendidikan moral merupakan misi utama setiap sekolah.

Pandangannya dipengaruhi oleh kompleksitas realitas sosial dan tujuan pendidikan.

Pendidikan karakter, menurut Dewey, memiliki unsur utama yaitu pendidikan moral atau

moralitas. Menurut J. Drost, budi pekerti dalam pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran

independen, melainkan proses interaktif antara guru dan siswa berdasarkan pengalaman dan

refleksi.

Paul Suparno SJ dkk. menyatakan bahwa pendidikan karakter berbasis pendidikan nilai,

walaupun keduanya memiliki fokus yang berbeda. Moral dapat diklasifikasikan sebagai

ajaran kesusilaan, aturan, dan gejala kejiwaan. Dalam konteks Islam, moral disamakan

dengan akhlak atau budi pekerti.

T. Ramli Zakaria mengemukakan teori tentang pendidikan moral, mengidentifikasi enam

teori yang umum digunakan, seperti pendekatan pengembangan rasional dan pendekatan

perilaku sosial. Pendekatan pengembangan moral menekankan kesadaran moral, pengetahuan

moral, perspektif, alasan moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan diri.

Ada perbedaan antara moralitas dan etika, serta karakter dan kepribadian. Soemarno

membagi etika menjadi etika karakter (85%) dan etika kepribadian (15%). Etika karakter

menekankan pada pembangunan karakter, integritas, kepedulian, kesetiaan, sementara etika

kepribadian lebih berfokus pada penampilan dan keterampilan. Etika karakter dianggap

sebagai fondasi yang mendukung etika kepribadian.


2. Aspek Religiusitas

Pandangan Soedarsono menekankan bahwa pembangunan karakter diri menjadi kunci

utama dalam pendidikan karakter. Proses ini tidak hanya tanggung jawab sekolah dan materi

pembelajaran, tetapi juga melibatkan aspek keagamaan atau religiusitas. Keagamaan

dianggap sebagai sumber inspirasi, episteme, dan ruang untuk pendidikan karakter,

memberikan fondasi dan kontribusi dalam menentukan tolok ukur good character. Michael

Novak dan Azyumardi Azra menegaskan bahwa agama tidak dapat dilepaskan dari

pembicaraan tentang karakter, tetapi perlu kritis dalam menyelaraskan konsep karakter

dengan perkembangan zaman. Dalam perspektif agama, pendidikan karakter merupakan

perpaduan antara keunggulan spiritual dan kultural, mendorong pembentukan kepribadian

yang baik.

3. Aspek Psikologi

Aspek psikologi memiliki peran penting dalam melihat pendidikan karakter, karena

karakter inheren terdapat dalam dimensi psikologis manusia. Menurut Lickona, karakter

emosional seperti consciousness, self-esteem, empathy, loving the good, self-control, dan

humility perlu dikembangkan di lingkungan sekolah dan keluarga. Pemahaman atas dimensi

psikologis manusia sangat relevan dalam perumusan dan pengembangan pendidikan karakter,

yang lebih kompleks dibandingkan pembelajaran mata pelajaran tradisional. Dimensi

psikologis yang dimaksud di sini tidak terbatas pada aliran psikologi tertentu, tetapi

menekankan bahwa pendidikan karakter harus memperhatikan prinsip-prinsip psikologis agar

tidak mengaburkan rumusan dan tujuan pendidikan karakter, serta agar proses pembelajaran

dapat mencapai tujuan yang diinginkan.


4. Pendidikan Kecerdasan

Pendidikan kecerdasan di sekolah bertujuan mendidik anak agar dapat berfikir secara

kritis, logis, kreatif, dan reflektif. Berfikir kritis mencakup kemampuan melihat kebenaran

dan ketidakbenaran dengan cepat. Berfikir logis melibatkan kemampuan melihat hubungan

masalah, membandingkan, dan menarik kesimpulan. Berfikir kreatif mencakup kemampuan

menemukan hal baru setelah penyelidikan dan percobaan. Berfikir reflektif melibatkan

penggunaan cara induktif dan deduktif untuk memecahkan masalah.

Beberapa cara untuk melatih anak berfikir mencakup menghindari verbalisme dalam

pengajaran, menyajikan materi dalam bentuk pemecahan masalah, menghadapkan murid

pada situasi nyata, menggunakan aktivitas praktik untuk menyelidiki pengetahuan, melatih

membuat laporan, dan menggunakan cara berfikir logis seperti cara analogi, induksi, deduksi,

dan syllogisme. Syllogisme melibatkan premis mayor, premis minor, dan kesimpulan dalam

tiga tingkatan.

5. Pendidikan Keindahan

Pendidikan keindahan sering diabaikan oleh pendidik karena dianggap tidak dapat

menjadi pokok penghidupan. Kesalahpahaman terjadi karena tujuan pendidikan keindahan

bukan untuk menciptakan seniman, tetapi agar anak memiliki rasa keharuan, selera, dan dapat

menghargai keindahan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek-aspek seperti berpakaian rapi,

mengatur rumah, dan mengatur halaman diutamakan dalam pendidikan keindahan. Anak

perlu dibimbing untuk memahami bahwa keindahan bukan hanya terkait dengan harga, tetapi

juga seni dalam menyusun kombinasi dan komposisi. Keindahan dapat muncul dalam

berbagai bentuk seperti gerak, rupa, suara, dan bahasa, melibatkan seni tari, seni rupa, seni

suara, seni sastra, dan sebagainya. Pendidikan keindahan dapat diimplementasikan melalui
berbagai cara, misalnya melalui seni rupa untuk keindahan gerak, seni suara untuk keindahan

suara, dan seni sastra untuk keindahan bahasa.

6. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang menekankan pentingnya nilai-

nilai hak dan kewajiban suatu negara agar setiap tindakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita

bangsa. Pendidikan ini diterapkan sejak usia dini hingga perguruan tinggi dengan tujuan

menghasilkan penerus bangsa yang kompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan

bernegara.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah menumbuhkan wawasan dan

kesadaran bernegara, sikap cinta tanah air, kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, dan

ketahanan nasional. Pendidikan ini juga bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia

dengan budi luhur, kepribadian, kemandirian, kemajuan, ketangguhan, profesionalisme,

tanggung jawab, produktivitas, serta kesehatan jasmani dan rohani.

7. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani tidak hanya berfokus pada latihan fisik, tetapi juga berperan dalam

pembentukan karakter. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya untuk menjaga kesehatan

fisik, melainkan juga untuk menyehatkan mental dan mencapai keselarasan jiwa dan raga.

Pasal 9 UU No. 4 Tahun 1950 menegaskan bahwa pendidikan jasmani bertujuan mencapai

keselarasan antara pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa, sehingga menciptakan bangsa

yang sehat dan kuat secara fisik maupun mental. Pendidikan jasmani melibatkan empat

cabang, yaitu senam, atletik, permainan, dan beladiri.


8. Pendidikan Sosial dan Kemasyarakatan

Pendidikan sosial dan kemasyarakatan berkaitan dengan interaksi dan adaptasi anak didik

terhadap lingkungan. Manusia, selain sebagai makhluk individu, juga merupakan makhluk

sosial. Kemampuan untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain sangat penting,

termasuk kemampuan mengidentifikasi diri kepada orang lain dan merasakan apa yang

dirasakan oleh mereka. Pendidikan sosial mencakup pembelajaran sifat-sifat seperti toleransi,

kesabaran, ramah tamah, sopan santun, tolong-menolong, menghargai, dan menghormati.

Tujuan pendidikan sosial adalah mendidik anak agar mampu menyesuaikan diri dalam

kehidupan bersama dan dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial. Proses pendidikan

sosial dimulai sejak anak berada dalam lingkungan keluarga dengan memberikan tanggung

jawab sesuai dengan kemampuan dan tingkat umurnya. Di sekolah, pendidikan sosial dapat

diterapkan melalui pembagian tugas di kelas, pekerjaan kelompok, perayaan di sekolah, dan

melalui kegiatan sosial masyarakat.

9. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Pendidikan kesejahteraan keluarga bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan

penghidupan keluarga, serta mencapai keluarga yang sejahtera dalam rangka menuju

masyarakat yang sejahtera. Pendidikan keluarga mencakup sepuluh aspek kehidupan

keluarga, antara lain hubungan intra dan antar keluarga, membimbing anak, masalah

makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, keuangan, tata laksana rumah tangga, keamanan

lahir dan batin, serta perencanaan sehat.

Tujuan pendidikan kesejahteraan keluarga di sekolah adalah mendalamkan pemahaman

tentang pentingnya kehidupan rukun, damai, hemat, dan sejahtera dalam lingkup keluarga,

serta mendorong partisipasi aktif dalam mengurus kehidupan keluarga. Selain memberikan
pengetahuan dan keterampilan terkait kesejahteraan keluarga, pendidikan ini juga

menekankan pentingnya sikap anak dalam tidak merendahkan pekerjaan rumah tangga.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 secara eksplisit menyatakan fungsi pendidikan

nasional, termasuk pengembangan kemampuan, pembentukan watak, dan peradaban bangsa.

Pasal 3 menggambarkan tujuan pendidikan nasional, mencakup aspek keimanan, akhlak

mulia, kesehatan, pengetahuan, kreativitas, kemandirian, serta kepemilikan nilai demokratis

dan tanggung jawab sebagai warga negara.

C. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan: (Norhafizah 23105220135)

Apa saja kendala yang dihadapi dalam menerepkan aspek aspek pendidikan di Indonesia

dan bagaimana cara mengatasinya?

Jawaban: (Adisty Zahratuljannah dan Siti Norhaliza 2310125320079)

Pendidikan di Indonesia menghadapi berbagai kendala yang memengaruhi kualitas dan

aksesibilitas pendidikan. Beberapa kendala yang umumnya dihadapi dalam menerapkan

aspek-aspek pendidikan di Indonesia termasuk:

1. Aksesibilitas:

- Keterbatasan akses ke pendidikan di daerah terpencil dan pedalaman, serta di wilayah

yang kurang berkembang secara ekonomi.

- Ketidakmampuan beberapa keluarga untuk membiayai pendidikan karena faktor

ekonomi.
Cara mengatasinya:

- Pemerintah dapat memperluas infrastruktur pendidikan di daerah

terpencil dan kurang berkembang, seperti membangun sekolah-sekolah baru dan fasilitas

transportasi yang memadai.

- Program beasiswa dan bantuan keuangan dapat disediakan untuk keluarga yang kurang

mampu agar anak-anak mereka dapat tetap bersekolah.

2. Kualitas Pendidikan:

- Kurangnya standar pendidikan yang konsisten di seluruh negeri.

- Kurangnya kualifikasi guru dan kurikulum yang relevan.

Cara mengatasinya:

- Pemerintah dapat memperbarui kurikulum pendidikan untuk memastikan relevansi

dengan kebutuhan pasar kerja dan mengadopsi standar pendidikan yang lebih tinggi.

- Investasi dalam pelatihan dan pengembangan guru serta peningkatan upah guru untuk

meningkatkan kualitas pengajaran.

3. Ketidaksetaraan:

- Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan, di mana perempuan seringkali memiliki

akses yang lebih terbatas.

- Ketidaksetaraan dalam pendidikan berdasarkan status sosial, ekonomi, dan geografis.

Cara mengatasinya:

- Promosikan kesetaraan gender dalam pendidikan dengan menghapus hambatan-

hambatan yang ada dan memberikan insentif untuk pendidikan perempuan.


- Berikan bantuan finansial dan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang kurang

mampu untuk memastikan akses yang lebih merata.

4. Kurangnya Sumber Daya Finansial:

- Kurangnya anggaran pendidikan yang memadai untuk mendukung pembangunan dan

perbaikan fasilitas pendidikan, serta pelatihan guru.

Cara mengatasinya:

- Meningkatkan alokasi anggaran pendidikan dalam anggaran

nasional.

- Mendorong investasi sektor swasta dalam pendidikan dan mencari sumber pendanaan

tambahan seperti dana hibah internasional.

5. Kualitas Pendidikan Jarak Jauh:

- Pandemi COVID-19 telah menunjukkan tantangan dalam menerapkan pendidikan jarak

jauh, terutama bagi siswa yang tidak memiliki akses internet atau perangkat.

Cara mengatasinya:

- Meningkatkan akses internet di seluruh negeri.

- Mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang lebih sesuai dengan

pendidikan jarak jauh.

Kendala dalam pendidikan di Indonesia adalah masalah yang kompleks dan memerlukan

upaya bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk

mengatasinya. Diperlukan komitmen, investasi, dan reformasi yang berkelanjutan untuk

meningkatkan pendidikan di Indonesia.


2. Pertanyaan: (Nur Syifa 2310125120059)

Menurut kalian apakah aspek pendidikan yang kalian sebutkan tadi sudah diterapkan oleh

para pendidik di indonesia terutama pendidik sekolah dasar?

Jawaban: (Herliani 2310125220140)

Menurut kami belum, Karena kurangnya kesadaran dan kedisiplinan dari para pendidik,

misalnya dari hal yang kecil biasanya masih ada guru yang terlambat datang. Dan

mungkin belum ada persiapan ketika mengajar, selain itu juga masih ada guru yang tidak

peka dengan perilaku peserta didik, padahal guru harus mempelajari dan menerapkan

psikologi pendidikan karena psikologi pendidikan ini membantu guru dalam memahami

karakteristik siswa secara emosional untuk memberikan proses belajar mengajar yang

tepat, sehingga menghasilkan proses belajar yang efektif dan efisien. Dan itu adalah salah

satu aspek pendidikan yang harus terus diperhatikan.

3. Pertanyaan: (Maulida Irmayanti 2310125120062)

Bagaimana cara yang paling efektif menerapkan moral pada anak sekolah dasar?

Jawaban:

Memberikan Contoh yang Baik untuk Siswa. Seperti mengajak anak untuk

Bersosialisasi dengan Lingkungan yang Baik misal disekolah sedang musyawarah,

seperti gotong royong. Anak sd itu paling umum itu bergotong royong karena

betujuan gotong-royong juga bisa mempererat hubungan persaudaraan.

D. MASUKAN DARI BAPAK

Hakikat pendidikan itu adalah proses pembelajaran sebagai upaya untuk

mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik dengan interaksi yang


menghasilkan pengalaman belajar. Tujuan dalam hakikat pendidikan itu ada beberapa

macam:

1. Pendidikan merupakan suatu proses interaksi dengan keseimbangan antara orang

yg di didik dengan kewibawaan pendidik.

2. Pendidikan merupakan persiapan orang yg dididik menghadapi lingkungan yg

mengalami perubahan yang semakin pesat.

3. Pendidikan meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat.

4. Pendidikan berlangsung seumur hidup/ sepanjang hayat

5. Pendidikan merupakan kiyad dalam meningkatkan prinsip prinsip iptek.

Ada 4 unsur pendidikan, unsur pendidik, unsur peserta didik, tujuan pendidikan,

dan kurikulum. Pentingnya seorang guru dalam memahami kurikulum agar guru bisa

lebih efektif, Karna kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan ajar serta dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam

program belajar. Guru tidak akan terlepas dari kurikulum. Pentingnya guru memahami

kurikulum karna kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran. Serta cara yg digunakan sebagai

pedoman, acuan dalam program belajar yg diharapkan.


KELOMPOK 7

1.7 PENDIDIKAN BERKARAKTER PADA ANAK SEKOLAH DASAR

A. Pengertian dan Definisi Pendidikan Karakter

Pendidikan memiliki definisi yang sangat luas, mencakup semua usaha generasi tua untuk

mengalihkan nilai-nilai, pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan keterampilan kepada

generasi selanjutnya. Ini bertujuan menyiapkan mereka untuk memenuhi fungsi hidup

jasmani dan rohani. Karakter adalah ciri khas yang asli, mengakar pada kepribadian, dan

mendorong tindakan, sikap, ucapan, dan respons individu. Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak, atau budi pekerti

yang membedakan seseorang. Dengan demikian, pendidikan adalah aktivitas sadar yang

dilakukan pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian,

baik jasmani dan rohani, secara formal, informal, dan non-formal. Tujuannya adalah

mencapai kebahagiaan dan nilai tinggi (insaniyah dan ilahiyah). Karakter merupakan kualitas

atau kekuatan mental, moral, akhlak, atau budi pekerti individu yang menjadi pendorong,

penggerak, dan membedakannya dari individu lain.

B. Landasan Pendidikan Karakter

Landasan pelaksanaan pendidikan karakter didukung dengan jelas oleh Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pasal 3 menyatakan bahwa

pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan, membentuk watak, dan

peradaban bangsa untuk mencerdaskan kehidupan. Tujuannya adalah agar peserta didik

menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri,

serta warga demokratis dan bertanggung jawab.


Menurut penelitian Sa'dun Akbar yang berjudul "Revitalisasi Pendidikan Karakter di

Sekolah Dasar", terdapat tujuh landasan pendidikan karakter:

1. Filsafat Manusia: Manusia diciptakan dalam keadaan belum jadi, dan pendidikan karakter

membantu mereka menjadi manusia yang sesungguhnya.

2. Filsafat Pancasila: Manusia Indonesia ideal adalah yang menghargai nilai-nilai Pancasila

sebagai core value dalam pendidikan karakter.

3. Filsafat Pendidikan: Pendidikan bertujuan mengembangkan kepribadian dan mencetak

warga negara yang baik dengan internalisasi nilai-nilai di berbagai dunia makna.

4. Religius: Manusia baik dalam konteks agama adalah yang sehat secara jasmani dan rohani,

bertakwa, menjadi pemimpin yang jujur, amanah, disiplin, ulet, dan bertanggung jawab.

5. Sosiologis: Mengembangkan karakter saling menghargai dan toleransi pada perbedaan

masyarakat Indonesia yang heterogen.

6. Psikologis: Dimensi intrapersonal, interpersonal, dan interaktif dalam mengembangkan

karakter.

7. Teoritik Pendidikan Karakter: Rujukan pada teori-teori pembelajaran yang mendukung

pengembangan karakter, dengan menyesuaikan orientasi teori komprehensif.

Pendidikan karakter pada dasarnya adalah proses menghadirkan nilai-nilai dari berbagai

dunia nilai pada peserta didik untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengembangkan

kepribadian secara utuh dengan ciri pribadi yang baik.

C. Pendekatan dan Metode Pendidikan Karakter

Pendekatan dalam pendidikan karakter melibatkan proses mendekati serta pendirian,

filsafat, keyakinan, dan paradigma terhadap materi yang diajarkan. Metode pendidikan
karakter berasal dari Bahasa Yunani, yaitu "meta" (melalui) dan "hodos" (jalan/cara), atau

dalam Bahasa Arab disebut "thariqah" (langkah-langkah pendidikan). Ada tiga pendekatan

utama dalam pelaksanaan pendidikan karakter:

1. Pendekatan Komprehensif:

- Isi yang komprehensif mencakup semua permasalahan terkait nilai-nilai pribadi dan etika.

- Metode komprehensif termasuk penanaman nilai, pemberian teladan, dan penyiapan

generasi muda agar mandiri.

- Pendidikan karakter terjadi dalam semua aspek pendidikan, kegiatan ekstrakurikuler, dan

kehidupan masyarakat.

2. Pembelajaran Terintegrasi:

- Memberikan pengalaman bermakna melalui pemahaman konsep, keterampilan, dan nilai

yang terhubung satu sama lain.

- Model pembelajaran terpadu, seperti pendekatan tematik, digunakan untuk

mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran.

3. Pengembangan Kultur Sekolah:

- Menciptakan lingkungan sosial yang mendorong subjek didik memiliki karakter terpuji.

- Melibatkan metode pembelajaran menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial,

watak, budi pekerti, dan kecintaan terhadap budaya.

Terdapat lima unsur penting dalam menciptakan kultur bermoral dan karakter terpuji:

- Mengajarkan nilai-nilai secara jernih.

- Menunjukkan keteladanan sebagai contoh yang menarik hati.


- Menentukan dan menerapkan prioritas nilai karakter.

- Melakukan praksis prioritas sebagai bukti pelaksanaan nilai karakter.

- Melakukan refleksi untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

pendidikan karakter.

Perlunya metode 4M (knowing, loving, sharing, acting) menekankan kesadaran utuh

sebagai dasar bagi tindakan yang dilakukan dalam pendidikan karakter. Metode ini

menggambarkan bahwa karakter dibangun berdasarkan kesadaran yang utuh, yang mencakup

pengetahuan, cinta, keinginan, dan tindakan.

D. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter, merujuk pada Pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Tahun 2003, bertujuan untuk mengembangkan watak dan peradaban bangsa. Ini mencakup

potensi peserta didik agar menjadi individu yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Pendidikan karakter, juga dikenal sebagai pendidikan nilai, mengonsep karakter sebagai

nilai dalam tindakan, yang dioperasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan operasional

pendidikan karakter di sekolah melibatkan:

1. Penguatan dan Pengembangan Nilai:

- Memahami dan merefleksi nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting.

- Proses penguatan dan pengembangan nilai bukan dogmatisasi, tetapi pembentukan

kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai.

2. Koreksi Perilaku:
- Meluruskan perilaku negatif peserta didik agar sesuai dengan nilai-nilai yang

dikembangkan oleh sekolah.

3. Membangun Koneksi Harmonis:

- Menghubungkan pendidikan karakter di sekolah dengan pendidikan di keluarga dan

masyarakat.

- Menyadari bahwa karakter yang diharapkan sulit tercapai jika tidak ada keterkaitan antara

pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Dengan demikian, pendidikan karakter bertujuan membangun kepribadian positif,

mengoreksi perilaku yang tidak sesuai nilai-nilai, dan membentuk koneksi harmonis antara

sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan karakter.

E. Manfaat Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah

Manfaat pendidikan karakter pada anak meliputi:

1. Membentuk Karakter:

- Membuat anak lebih mandiri, maju, bermoral, dan bertanggung jawab.

- Menciptakan siswa dengan kepribadian tangguh sesuai dengan identitas bangsa Indonesia.

2. Melatih Mental dan Moral:

- Mencegah masalah mental dan membentuk moral yang baik.

- Meningkatkan ketangguhan anak dalam menghadapi masalah dan situasi, serta

membentuk sosok yang bijaksana.

3. Memerangi Perilaku Tidak Terpuji:

- Menjadi benteng bagi anak dalam melawan perilaku yang tidak terpuji.
- Penting diterapkan sejak usia dini untuk membentuk karakter yang kuat.

4. Menciptakan Generasi Berintegritas:

- Menjadikan anak memiliki karakter yang kuat, tangguh, dan kokoh.

- Mendorong penghormatan terhadap nilai-nilai integritas bangsa dan negara.

5. Melatih Kedisiplinan:

- Mengubah individu menjadi lebih disiplin, berdampak positif pada kinerja akademik.

- Menyebabkan kehadiran yang lebih baik di sekolah, ketaatan waktu, dan pengurangan

kekerasan.

6. Membuat Anak Bertanggung Jawab:

- Membantu anak mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.

- Menciptakan kepribadian yang bertanggung jawab pada anak.

Pendidikan karakter, meskipun memerlukan waktu panjang, memberikan manfaat yang

mendalam dan berkelanjutan bagi perkembangan anak.

F. Peran Pendidikan dalam Penanaman Karakter

Peran pendidik dalam membentuk karakter anak didik mencakup mendidik, mengajar,

membimbing, melatih, dan menilai. Pendidik harus mengembangkan kebaikan yang sudah

ada sejak lahir pada setiap individu. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegral,

melibatkan konsep pendidikan inklusif dan menerapkan keteladanan. Pembinaan karakter

melibatkan pembentukan watak, perubahan kebiasaan buruk, dan penanaman sifat yang

mengandung kebajikan. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,

pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi individu
yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis,

dan bertanggung jawab.

Pembentukan karakter anak didik dipengaruhi oleh faktor seperti golongan darah,

sentuhan dan belaian ibu, konsumsi makanan, dan lingkungan di sekitarnya. Meskipun

karakter awal anak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, karakter bisa dibentuk dan

diubah melalui pendidikan. Pendidikan karakter membantu membentuk kepribadian anak

dengan mengembangkan bukti pekerti dan perilaku yang baik, jujur, bertanggung jawab,

menghormati orang lain, dan bekerja keras.

G. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Karakter

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2008

menekankan pentingnya peningkatan kemandirian, daya saing, dan peradaban bangsa melalui

pendidikan. Karakter unggul yang diinginkan termasuk sifat ulet, tangguh, mampu

menghadapi tantangan, saling menyayangi, menghormati, dan toleransi. Para pakar

pendidikan mengelompokkan karakter ke dalam 9 pilar, termasuk cinta Tuhan, kemandirian,

kejujuran, hormat, dermawan, percaya diri, kepemimpinan, dan toleransi.

Pendidikan berbasis karakter menghadapi kendala seperti ketidakpahaman konsep,

kebijakan tidak tepat sasaran, dan evaluasi yang kurang mekanis. Pembiasaan merupakan

kunci dalam pendidikan karakter, di mana kebiasaan yang baik dapat membentuk pola

otomatis dalam pikiran dan perilaku. Keteladanan juga dianggap metode paling efektif dalam

membentuk karakter anak, di mana orang tua atau pendidik yang memberikan contoh positif

akan lebih berhasil memengaruhi anak daripada hanya memberikan pengajaran verbal.

H. Konsep Nilai-nilai Karakter

Untuk memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, telah diidentifikasi 18 nilai yang

bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai tersebut
mencakup aspek religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,

rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan

tanggung jawab.

Meskipun ada 18 nilai tersebut, setiap satuan pendidikan dapat menentukan prioritas

pengembangannya. Implementasinya bisa bervariasi antar daerah atau sekolah, bergantung

pada kepentingan dan kondisi masing-masing. Dalam pelaksanaannya, dapat dimulai dari

nilai yang dianggap esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan, seperti bersih, rapih,

nyaman, disiplin, sopan, dan santun.

I. Kurikulum dan Landasan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Kurikulum merupakan rangkaian aktivitas dan pengalaman belajar peserta didik selama

berada dalam jalur pendidikan tertentu, yang dijelaskan sebagai semua pengalaman yang

dimiliki anak di bawah bimbingan guru, seperti yang diungkapkan oleh Caswel dan Campbell

dalam Zais (1976).

Najib (2010) menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang

sama dengan pendidikan moral dan akhlak, dengan tujuan membentuk pribadi anak menjadi

manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.

Landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan karakter di Indonesia bersumber dari

filosofi bangsa, yaitu Pancasila. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada peserta didik

berakar pada budaya bangsa yang terwujud dalam Pancasila sebagai dasar negara.

Adapun landasan hukum pendidikan karakter mencakup:


1. UUD No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun

2005-2025, dengan visi pembangunan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila.

2. PP No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.

3. Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

tahun 2010-2014.

4. Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pembangunan Nasional Tahun 2010.

5. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

6. Permendiknas No. 23 Tahun 2010 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

7. Permendiknas No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan

Nasional.

J. Strategi dan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar melalui Pendidikan

Pendidikan memiliki peran krusial dalam strategi pembentukan karakter bangsa. Strategi

pembangunan karakter melibatkan pendidikan, pembelajaran, dan fasilitasi, mencakup

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian mutu di seluruh

tingkat pendidikan nasional.

Pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada masalah kompleks akibat dinamika

masyarakat yang dipengaruhi oleh globalisasi dan kemajuan teknologi. Faktor-faktor ini

dapat mempengaruhi nilai-nilai solidaritas sosial dan budaya, mengancam rasa kebersamaan,

gotong royong, toleransi antaragama, serta solidaritas terhadap sesama. Strategi pendidikan

dianggap sebagai modal utama untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan masa depan

bangsa.
Pada tahap implementasi, pengalaman belajar dan proses pembelajaran diarahkan pada

pembentukan karakter peserta didik melalui pemberdayaan dan pembudayaan. Proses ini

terjadi di satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Di lingkungan sekolah, keluarga, dan

masyarakat, terdapat intervensi melalui interaksi belajar dan pembelajaran yang terstruktur,

serta habituasi untuk membiasakan perilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter.

Di keluarga dan masyarakat, diperlukan dukungan dari orang tua, wali murid, dan tokoh

masyarakat untuk memperkuat karakter yang dikembangkan di sekolah. Program pendidikan

karakter membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah, terutama Kementerian Pendidikan

Nasional, melibatkan pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, pengembangan satuan

pendidikan, serta penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

K. Pembangunan Komitmen Guru SD di bidang Pendidikan Karakter

Peran guru SD dalam pelaksanaan pendidikan karakter melibatkan serangkaian sikap

seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik. Guru SD memiliki peran strategis dalam membentuk karakter siswa, dan

keberadaannya di tengah masyarakat menjadi teladan bagi lingkungannya. Peran guru

melibatkan mendidik dengan memberikan arah dan motivasi, memberi fasilitas melalui

pengalaman belajar, serta membantu perkembangan aspek pribadi siswa.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, guru SD perlu memahami nilai-nilai karakter

yang akan diterapkan dan mengembangkan pembelajaran aktif. Komitmen guru sangat

penting, terutama dalam era globalisasi yang dapat mengancam nilai-nilai moral bangsa.

Guru yang memiliki komitmen kuat dapat membentuk visi ke depan untuk mencapai tujuan

pendidikan karakter di SD. Komitmen guru tercermin dalam tindakan seperti melaksanakan

sosialisasi, membuat komitmen bersama dengan seluruh komponen sekolah, melakukan


analisis konteks, menyusun rencana aksi, dan melaksanakan pengondisian serta penilaian

keberhasilan dan supervisi.

L. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan: Naila Aniyah (Kelompok 1)

Sebagai calon guru bagaimana peran guru dalam mendukung pendidikan berkarakter

dan apa yang dapat dilakukan guru untuk mencontohkan peran yang baik dalam

berkarakter?

Jawaban: Zahra Shopia, Siti Kholillah

Jadi peran guru dalam pendidikan karakter yaitu bertugas untuk mendidik peserta

didik karena ia merupakan tokoh penting dalam membentuk karakter seseorang di

masa depan. guru juga harus berperan menjadi tokoh yang menanamkan nilai-nilai

terpuji bagi siswa memperbaiki perilaku yang buruk menjadi benar. selain itu peran

guru dalam pendidikan karakter juga sebagai role model bagi siswa dan dilakukan

dengan cara terus berupaya dalam meningkatkan strategi dalam proses pengajaran

agar mampu menghadapi tantangan pendidikan karakter. adapun beberapa hal yang

dapat dilakukan guru untuk mencontohkan peran yang baik dalam berkarakter yaitu:

• Menjadi contoh yang baik bagi siswa.

Guru adalah seorang yang dipandang sebagai orang tua yang lebih

dewasa oleh para siswanya hal itu artinya siswa menilai guru sebagai contoh dalam

bertindak dan berperilaku hal ini menuntut guru harus pandai dalam menjaga sikap

dan perilaku guna memberikan contoh terbaik untuk anak didiknya.

• Menjadi apresiator
Sebagai guru dari tidak hanya sekedar mementingkan nilai akademik tetapi juga

mengapresiasi usaha siswanya.

• Mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran.

Kalau sekedar materi pelajaran mungkin semua bisa aja tahu karena tertulis dalam

buku pelajaran tetapi bagaimana dengan nilai moral untuk itu ada baiknya dalam

setiap pelajaran guru juga menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan

pelajaran hidup.

• Bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan

Karena Guru juga manusia sehingga tak luput dari suatu kesalahan meski tidak pernah

berniat melakukan hal itu atau tanpa sengaja misalnya kan, suatu ketika guru datang

terlambat /salah dalam mengoreksi jawaban siswa.

• Mengajarkan sopan santun

Terkadang kita sering luput diajarkan di sekolah adalah bagaimana cara bersikap

sopan santun. Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang

layak diajarkan kepada siswa untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar

dan salah.

• Memberi kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin.

Saat ini mempunyai karakter memimpin merupakan hal yang krusial untuk dimiliki

ada baiknya guru juga bisa membantu siswa

untuk melatih jiwa kepemimpinan mereka.

• Berbagi pengalaman inspiratif.

Tidak ada salahnya sesekali menciritakan pengalaman personal yang dimiliki guru

untuk dibagikan kepada para siswa tidak harus cerita yang hebat untuk

menginspirasinya sekecil apapun pengalaman yang diceritakan tetap bisa menjadi

pelajaran yang berguna untuk para siswa.


2. Pertanyaan: Dini Amalia (2310125220118)

Bagaimana kalian menilai kondisi pendidikan berkarakter di Indonesia saat ini,

apakah penerapannya sudah berhasil ataukah masih belum?

Jawaban: Ridhna Maulida, Rahmaniar Rahimah

Menurut kami kondisi pendidikan karakter di Indonesia saat ini belum sepenuhnya

berhasil, karena baru-baru ini ada kasus pembullyan viral yang dilakukan oleh anak

smp, mereka melakukan tindakan bullying tanpa ada rasa kasihan sedikit pun kepada

korbannya yang merupakan teman sekolah mereka sendiri. Hal ini bisa menjadi salah

satu contoh agar guru lebih bisa memperhatikan pendidikan karakter anak kedepannya

dengan lebih maksimal, terawasi dan tidak hanya terfokus dengan pendidikan

akademik saja. Attitude (Kepribadian) nomor 1 karena orang berkaraker baik pasti

memiliki ilmu yang lebih baik juga. Di era globalisasi sekarang banyak anak-anak

yang sudah menggunakan dan tidak bisa lepas dari gadget sejak dini, anak dapat

terpengaruh dari apa yang mereka lihat di internet. Salah satunya berdampak kepada

karakter anak. Perilaku anak bisa mengikuti hal-hal yang tidak baik. Maka dari itu

perlunya pendidikan karakter sedini mungkin untuk mencegah perilaku yang tidak

diinginkan.

3. Pertanyaan: Nur Syifa (2310125120059)

Menurut kalian bagaimana cara meningkatkan kerjasama antara guru dan orang tua

siswa itu supaya adanya pembentukan pengembangan karakter anak, terutama pada

anak sekolah dasar?

Jawaban: Nurlaili Fitriyah. A

Terdapat beberapa cara agar pendidik atau guru dapat berkerjasama dengan baik agar

anak didik bisa memiliki karakter yang baik dan terawasi, yaitu:
• Guru dan orang tua melakukan pertemuan di awal tahun ajaran atau bahkan sebelum

tahun ajaran berlangsung. Dalam pertemuan tersebut, tanamkan kesadaran pentingnya

peran guru dan orangtua dalam penumbuhan karakter anak.

• Orangtua perlu memahami bahwa karakter anak terbentuk melalui apa yang dilihat,

didengar dan dilakukan secara berulang-ulang oleh anak setiap harinya. Terutama di

rumah di mana anak menghabiskan banyak waktunya.

• Untuk memperkuat pemahaman orangtua, guru bisa memaparkan beberapa

penelitian tentang pengaruh kuat orangtua dalam menumbuhkan karakter anak.

• Selain dalam pertemuan tahunan, sekolah juga bisa mengadakan kelas parenting.

Berbagi ide dan masukan dari orangtua mengenai topik parenting yang menarik.

• Orangtua perlu melibatkan diri dalam komunitas sekolah, seperti komite orangtua

untuk perencanaan pendidikan karakter.

• Guru perlu melakukan komunikasi langsung secara pribadi dengan orang tua. Dalam

pertemuan pribadi itu, guru bisa menanyakan mengenai karakter, kebiasaan sehari-

hari anak dan perilaku anak yang bisa dijadikan pertimbangan guru dalam mendidik

anak di kelas.

• Sekolah perlu mengajak orangtua dan anak didik untuk mengunjungi ruang kelas

sebelum hari pertama sekolah sebagai ruang bersosialisasi.

• Sekolah perlu memberikan kalender kegiatan bulanan kepada orangtua, sehingga

orangtua dapat mendukung kegiatan tersebut dengan cara melakukannya di rumah.


M. Masukan Dari Bapak

Kenapa sekarang harus ada pendidkan berkarakter? Karna merosotnya moral, dengan

semakin merosotnya moral bangsa yang salah satunya disebabkan oleh iptek, disebabkan oleh

globalisasi maka kita membentuk semua pihak (tri pusat pendidikan) membentengi nilainya

sendiri dengan pendidikan diantara lain adalah pendidikan berkarakter. Kita dapat

membentengi nilai-nilai moral sebagai seorang guru kita dituntut harus membantu

kepribadian anak, membentuk perilaku anak. Karna semakin tinggi iptek maka semakin

tinggi tantangan sebagai seorang guru. Selain itu kita harus bisa membentengi pendidikan

berkarakter ini agar anak anak tidak terjerumus.


KELOMPOK 8

1.8 PERANAN GURU DALAM DUNIA PENDIDIKAN

A. Pengertian Profesi Guru

Guru memiliki peran strategis dalam pembangunan karakter bangsa dan pendidikan

kemanusiaan. Profesi guru diatur oleh Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, dengan tugas

utama meliputi mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik. Untuk melaksanakan tugasnya, guru perlu memiliki empat

standar kompetensi: pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional.

Profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan,

pengajaran, dan pelatihan. Seorang guru profesional mengenal dirinya dan merasa dipanggil

untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Guru profesional tidak hanya mendiamkan

atau menyalahkan peserta didik saat menghadapi kegagalan, melainkan mencari penyebabnya

dan mencari solusi bersama peserta didik.

Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dihargai dan diakui melalui Hymne Guru,

menggambarkan pengakuan yang luar biasa terhadap peran guru dalam pendidikan di

Indonesia.

B. Kompetensi Guru dalam Dunia Pendidikan

Kompetensi dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, competence, yang

berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi guru merupakan kumpulan pengetahuan,

perilaku, dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan. Pencapaian kompetensi dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar

mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.

Pemaknaan kompetensi tidak hanya terkait dengan aspek fisik dan mental, tetapi juga

aspek spiritual. Menurut Mulyasa (2007b), kompetensi guru mencakup kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang membentuk standar profesi guru. Ini

melibatkan penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang

mendidik, serta pengembangan pribadi dan profesionalitas.

Kompetensi, menurut Sudjana (1989: 18), melibatkan tiga bagian utama: bidang kognitif,

sikap, dan perilaku (performance). Ketiga kompetensi ini saling terkait dan memengaruhi

satu sama lain, menciptakan gambaran komprehensif tentang kemampuan seorang guru, yang

melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, dan dapat diwujudkan dalam hasil kinerja

yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

C. Tugas Guru

Guru memiliki tugas dalam bentuk pengabdian, terikat dinas maupun di luar dinas, dapat

dikelompokkan menjadi tiga jenis tugas:

a. Tugas dalam Bidang Profesi:

- Meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.

- Mendidik: Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

- Mengajar: Meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

- Melatih: Mengembangkan keterampilan siswa.

b. Tugas Kemanusian:
- Guru diharapkan menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua di sekolah.

- Harus mampu menarik simpati dan menjadi idola para siswa.

c. Tugas dalam Bidang Kemasyarakatan:

- Terutama di daerah pedesaan, guru memiliki peran penting sebagai pelopor.

- Meski status sosialnya berubah, guru dianggap sebagai pelopor di tengah masyarakatnya.

Ada enam tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya:

1. Guru sebagai pengajar.

2. Guru sebagai pembimbing.

3. Guru sebagai administrator kelas.

4. Guru sebagai pengembang kurikulum.

5. Guru dalam pengembangan profesi.

6. Guru dalam membina hubungan masyarakat.

D. Peran dan Fungsi Guru dalam Dunia Pendidikan

Guru memiliki peran integral yang tak terpisahkan, mencakup kemampuan mendidik,

membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan tersebut bersifat integratif dan

saling terkait, membentuk satu kesatuan yang utuh. Dalam konteks sistem pendidikan

nasional, terutama dalam sistem persekolahan, guru dianggap sebagai sentral dan agen utama

dalam upaya pembaruan pendidikan di tingkat sekolah.


Guru memegang peranan krusial sebagai harapan utama untuk mewujudkan agenda-

agenda pendidikan nasional, termasuk peningkatan mutu dan relevansi pendidikan,

pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, serta peningkatan efisiensi. Dalam situasi di

mana kinerja sekolah, siswa, dan sistem pendidikan secara keseluruhan dinilai kurang

memuaskan, guru sering kali menjadi fokus perhatian dan tanggung jawab.

Sebagai agen utama di dalam kelas dan sekolah, guru memiliki dampak besar terhadap

perkembangan siswa dan kesuksesan sistem pendidikan. Oleh karena itu, perhatian dan

penilaian terhadap kinerja guru menjadi sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan

pembangunan pendidikan nasional.

E. Peranan Guru dan Tanggung Jawab dalam Pembelajaran

Guru memiliki peran sentral dalam pembentukan karakter dan perkembangan peserta

didik. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mendidik,

membimbing, mengajar, dan melatih siswa. Pendidik menjadi tauladan yang dihormati dan

dicontoh dalam masyarakat. Proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan utama

yang menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan guru dapat diukur dari

pemahaman dan penerapan siswa terhadap materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Guru memiliki peran penting sebagai motivator, pembimbing, dan pendidik yang dapat

menciptakan suasana positif, meningkatkan kreativitas, dan mendorong kedewasaan siswa.

Meskipun keterampilan teknis penting, keterampilan pelatihan, sikap positif, dan kesabaran

juga diperlukan. Kepercayaan bahwa guru berperan besar dalam mengembangkan peserta

didik muncul karena manusia sebagai makhluk yang membutuhkan bimbingan sejak lahir

hingga mati.
Guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menantang serta

memberikan umpan balik kepada siswa. Pembelajaran harus membangkitkan rasa ingin tahu

siswa dan melibatkan mereka secara aktif. Guru dituntut untuk menyiapkan metode

pembelajaran yang tidak membosankan dan dapat menarik minat siswa.

F. Sesi Diskusi/Tanya Jawab

1. Pertanyaan: Nor Lailawati (2310125320059)

Ada beberapa sekolah yang menerima anak yang berkebutuhan khusus. Nah, bagaima

sekolah atau guru dapat lebih inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus?

Jawaban:

Pada sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus biasaya memang sudah

terdapat guru yang memang memiliki latar belakang pendidikan untuk anak

berkebutuhan khusus sehingga lebih mengerti apa bagaimana metode pembelajaran

sesuai dengan apa yang mereka butuhan. Selain itu bagi sekolah yang menerima anak

berkebutuhan khusus juga dituntut dapat memberikan fasilitas khusus, karena ada

beberapa anak berkebutuhan khusus yang memerlukan fasilitas khusus.

2. Pertanyaan: Rose Widodari (2310125220139)

Tadi dijelaskan bahwa guru memiliki peran dan fungsi yaitu mendidik, membimbing,

mengajar dan melatih. Bagaimana jika salah satu dari ke-4 poin tersebut dihilangkan,

apakah guru tersebut masih bisa disebut guru, atau dianggap menjadi guru yang

gagal?
Jawaban:

Guru mrmiliki suatu kesatuan peran dan fungsi yang tak terpisahkan, antara

kekampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan

tersebut merupakan kemampuan integativ yang taidak dapat dipisahkan. Maka dari itu

jika guru tidak menjalankan salah satu diantara empat poin tersebut maka guru

tersebut bukanlah guru yang profesional dan tidak memenuhi standar kompetensi

guru.

3. Dini Amalia (2310125220118)

Tadi sudah dijelaskan kalau guru mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan.

Menurut kalian, sejauh mana sih seorang itu dapat mempengaruhi perkembangan

karier siswa? Apakah ada batasan tertentu yang tidak boleh diikut campuri oleh guru?

Jawaban:

Peran seorang guru terutama guru bimbingan konseling (BK) sangatlah penting dalam

mengupayakan pemahaman siswa akan pentingnya perencanaan karier yang lebih

baik, sesuai dengan tujuan guru adalah membantu siswa dalam mengembagkan

potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Bimbingan yang diberikan oleh

guru secara tepat akan menghasilkan individu yang cakap dalam memilih karier

selanjutnya. Akan tetapi sebagai seorang pembimbing guru sebatas hanya

memberikan bimbingan dan arahan terhadap siswa. Untuk keputusa akhir bagaimana

karier yang akan dipilih siswa akan dikembalikan kepada siswa itu sendiri. Hal itu

berarti guru tidak memiliki hak memaksa siswa memilih karier yang menurut nya

tepat dan siswa tetap memiliki hak dalam menentukan kariernya sendiri.
G. Masukan Dari Bapak

Guru adalah sebagai seorang pendidik yang bertugas mendidik dan memberikan

pengarahan terhadap kegiatan belajar siswa, agar bisa mencapai tujuan pembelajaran dan juga

bertanggung jawab dalam menggantikan peran orang tua disekolah. Hal hal yang menjadi

tantangan untuk kita sebagai guru, dari siswa karna siswa memiliki karakter yang berbeda

beda. Ciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik, agar siswa yang tadinya malas jadi

bersemangat dalam pembelajaran. guru juga harus menjalankan perannya sebagai seorang

guru, agar pembelajaran berhasil. Didalam berkomunikasi seorang guru harus jelas, lantang

dan tegass. ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang guru yang

profesional:

-Seorang guru harus bersikap jujur dan adil.

-Ciptakan suasana belajar yang kondufsif ( suasana tenang, nyaman, damai dan tentram)

-Memakai mode pembelajaran yang bervariasi, agar anak anak tidak jenuh

-Guru yang profesional harus memiliki pendidikan ppg, disitu akan ada pelatihan pelatihan

serta workshop

-Guru yang profesional biasa menggunakan pembelajaran berkelompok serta bervariasi

-Guru yang profesional menggunakan pembelajaran dari PAIKEM (Pembelajaran Aktif,

Inofatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)


BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi individu yang berpendidikan. Meskipun penting, masih ada pandangan

masyarakat yang meremehkan pendidikan, terutama karena biaya yang dikeluarkan.

Meskipun begitu, pendidikan memiliki peran sentral dalam mengembangkan potensi dan

eksistensi manusia secara menyeluruh.

Landasan sosiologis dan psikologis dalam pendidikan membantu pemahaman tentang

pengaruh faktor sosial dan psikologis terhadap pengalaman belajar siswa. Sistem pendidikan

di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, seperti kesenjangan antara

perkotaan dan pedesaan, kualitas guru yang rendah, serta biaya pendidikan yang mahal.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan langkah-langkah seperti peningkatan kualitas

guru, penguatan sistem pendidikan di daerah pedesaan, dan pemberian akses pendidikan yang

merata.

Pendidikan juga berkaitan dengan asas tut wuri handayani, di mana peserta didik diberi

keleluasaan untuk mencari, mempelajari, dan memecahkan masalah secara mandiri. Aspek

moralitas menjadi fondasi utama dalam pendidikan, membentuk karakter siswa untuk

menjadi individu yang baik dan bertanggung jawab.

Peran orang tua, guru, dan lingkungan sangat penting dalam pendidikan karakter. Sekolah

memiliki tanggung jawab besar dalam menerapkan pendidikan karakter, di mana guru tidak
hanya mengajarkan melalui materi, tetapi juga melalui penerapan langsung. Pergaulan dan

contoh dari orang tua juga memainkan peran krusial dalam membentuk karakter anak-anak.

Guru memiliki peran utama dalam menghadapi era globalisasi, mempersiapkan peserta

didik untuk menjadi sumber daya manusia berkualitas. Meskipun teknologi dapat membantu

dalam pembelajaran, peran guru dalam membentuk karakter peserta didik tetap tak

tergantikan.

Anda mungkin juga menyukai