Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN

Oleh :

Kelompok 3

Nur Fajria A121 21 137


Ade Marshanda A121 21 134
Ananda Berlian A121 21 142
Rahmatia A121 21 130

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini yang “Komponen-Komponen Pendidikan”.

Rasa hormat Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tulus kepada

pihak yang telah banyak membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekeliruan baik dalam bentuk

tulisan maupun penggunaan kata atau kalimat yang tidak tepat. Olehnya itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan yang bersifat membangun demi

mencapai suatu hal yang jauh lebih baik.

Penulis
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat

dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

kebijaksanaan.

Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, khususnya suatu rumpun ilmu

yang mengkaji aktivitas manusia. Dalam kaitan ini, lingkup kajian aktivitas manusia

sangatlah luas, yakni mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok,

sebagai kesatuan etnis, bangsa atau ras,dalam lingkup geografis, administratif atau

sosial budaya, dalam satuan organisasi, institusi pemerintahan, berkenaan dengan

kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, keamanan, keagamaan,

serta kesejahteraan masyarakat Sebagaimana dikemukakan Philiph H. Coombs, ada tiga

jenis sumber utama input dari masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu:

1. Ilmu pengetahuan, tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.

2. Penduduk serta tenaga kerja yang tersedia.

3. Ekonomi atau penghasilan masyarakat.


Terhadap ketiga sumber utama input bagi sistem pendidikan tersebut, dilakukan

seleksi berdasarkan tujuan, kebutuhan, efisiensi dan relevansinya bagi pendidikan.

Selain itu, seleksi dilakukan pula atas dasar nilai dan norma tertentu dengan alasan

bahwa pendidikan bersifat normatif. Hasil seleksi tersebut selanjutnya diambil atau

diterima sebagai input sistem pendidikan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komponen pendidikan ?

2. Apa saja komponen-komponen pada pendidikan ?

3. Bagaimana masalah pendidikan di indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui komponen komponen pendidikan.

2. Untuk mengetahui. apa saja komponen komponen pada pendidikan.

3. Untuk mengetahui masalah yang ada pada pendidikan di Indonesia.


II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komponen Pendidikan

Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam

keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen

pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan

berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan

bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan

komponen-komponen tersebut.

2.2 Komponen-Komponen Pada Pendidikan

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau

terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni:

1. Tujuan Pendidikan

Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan.

Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan.

Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu

pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu

pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkah laku

perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.

Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun

guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan

kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam
suatu masyarakat. Pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan

mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai

atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia

akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan

pendidikan manusia.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,

benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan

arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai

oleh segenap kegiatan pendidikan. Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan

pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan

kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan

tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.

Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan

yang terjabar mulai dari :

1. Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),

2. Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional),

3. Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah),

4. Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan

5. Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional

umum dan tujuan instruksional khusus.

Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai

guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang

bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
2. Peserta Didik

Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah

saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang

mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang

peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan

pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara

pada dua hal tersebut di atas.

Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap

anak didik yakni anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak

memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan.

Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan

baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia

mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas

dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.

Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981

mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam

pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat

peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan

apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan

bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan

yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki

kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.

3. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan

dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah beberapa individu yang tergolong pada

pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik

dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal

sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas

Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan,

yang termasuk kategori pendidik adalah:

a. Orang dewasa

Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang

dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai berikut :

1. Manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan

tetap.

2. Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu,

termasuk cita-cita untuk mendidik.

3. Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau

perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.

4. Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif

dan aktif penuh inisiatif.

5. Manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.

6. Manusia berbudi luhur dan berbadan sehat.

7. Manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga.

8. Manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.

b. Orang tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati

dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama

dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di

lingkungan keluarga mereka. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua

adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan

dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar

dengan kemampuan untuk mendidik.

c. Guru/pendidik

Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung

mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena

itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik

persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.

Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari

tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan

jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan

dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki

filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan

Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin

keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik

didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan

kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada
aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan

pada nilai-nilai keagamaan.

4. Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik

Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-

komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi

pendidik dengan anak didik bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa

tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode

pendidikan

Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam peristiwa

pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa

murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian

guru tersebut memberikan peringatan atau menegur, maka beliau ini telah melaksanakan

tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan

kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai

tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain).

Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun

diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk melaksanakan tugas mendidik

Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis, melainkan mempunyai sangkut

paut yang erat sekali dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang

menggunakan alat itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang

teerkandung dalam alat itu.


Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari

pribadi yang menggunakan alat itu (pendidik). Adapun alat pendidikan itu

seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan perintah.

Interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan

dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode

diktatoral metode liberal dan metode demokratis. Metode diktatoral bersumber dari teori

empiris yang menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh

faktor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan

sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.

Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa

perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang

secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap

bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak.

Biarkanlah anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal.

Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa

perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam

perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat

membimbing perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-

sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro

melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri

Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu

kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus ditengah-tengah


berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh

atau tauladan.

5. Isi Pendidikan

Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk

mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik

isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan

pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Macam-

macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril,

pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan

dan pendidikan jasmani.

6. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat di mana suatu pendidikan

dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan.

Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan

yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan

sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis.

2.3 Masalah Pendidikan di Indonesia

Permasalahan pendidikan adalah segala sesuatu hal yang merupakan masalah

pelaksanaan kegiatan pendidikan.Berbicara mengenai pendidikan merupakan aspek

dasar kehidupan manusia, seseorang bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan,

tetapi juga diajarkan untuk berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur. Berbekal

pendidikan, seseorang akan menjadi orang yang berguna, bermanfaat, berilmu, sehingga

mampu meningkatkan taraf hidup atau memperbaiki nasib ke arah yang lebih baik.
Berikut faktor yang seringkali menjadi masalah utama pelaksanaan pendidikan, antara

lain:

1. Kekurangan Jumlah Guru Yang Terampil.

Guru adalah salah satu elemen pendidikan agar proses belajar mengajar berjalan

dengan lancar. Prosesnya guru mentransfer ilmu kepada murid, baik itu ilmu

pengetahuan, keterampilan, serta mengajarkan pendidikan akhlak kepada murid.

Faktanya yang terjadi di lapangan, pendidikan seringkali mendapat masalah kekurangan

jumlah guru. Terutama guru-guru terampil atau yang bersertifikasi. Hal itu nyata terjadi

di Indonesia. Penyebaran jumlah guru di sekolah kadangkala tidak merata, sehingga ada

yang kelebihan dan kekurangan tenaga pendidik. Bukan hanya masalah jumlah guru,

persoalan lain yang muncul adalah gaji guru yang rendah, kurangnya perhatian

pemerintah pada status guru, seperti guru honorer, dan masih banyak masalah lainnya.

2. Infrastruktur Pendidikan Yang Kurang Atau Tidak Memadai.

Dibeberapa stasiun televisi yang membawa berita bangunan sekolah yang

ambruk di berbagai daerah yang ada di Indonesia akibat cuaca buruk atau ambruk

memang kondisi bangunan sudah using dan rusak parah, tapi tidak juga diperbaiki.

Itulah masalah lain di dunia pendidikan, termasuk Indonesia.

Padahal ruang kelas, bangunan sekolah, dan perlengkapannya menjadi vital

dalam proses belajar mengajar disekolah. Namun sering terjadi kapasitasnya tidak

cukup atau sudah ketinggalan zaman. Belum lagi akses pendidikan anak yang jauh dari

kata bagus, seperti internet, perlengkapan seperti (komputer, smartpone), jaringan yang

mendukung serta berbagai akses lainnya yang dapat mendukung proses belajar anak.

3. Kurangnya Bahan Pembelajaran Bagi Siswa atau Guru.


Hambatan dunia pendidikan lain adalah kurangnya bahan pembelajaran bagi

siswa dan guru, seperti buku atau bahan bacaan lain. Ini juga masalah yang cukup serius.

Bagaimana siswa dan guru mampu belajar atau menambah ilmu, jika bahannya saja

tidak ada. Terutama sekolah yang ada di pelosok yang sulit untuk menerima buku karena

hambatan akses perjalanan yang cukup sulit untuk ditempuh. Hal ini harus menjadi

perhatian pemerintah. Menyediakan bahan pembelajaran sebanyak mungkin dan

mencari solusi untuk akses sekolah yang sulit ditempuh. Bisa dalam bentuk cetak

perpustakaan, maupun elektronik atau online. Bahan pembelajaran tersebut sebaiknya

dapat dikases secara gratis.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen

pendidikan ialah komponen-komponen yang mendukung dan menopang sistem

pendidikan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil maksimal.

Semua komponen dalam pendidikan merupakan bagian-bagian penting dalam

pembangunan sebuah pendidikan. Setiap komponen-komponen pendidikan memiliki

peran penting dalam proses berjalannya pendidikan.

Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari berbagai pihak untuk menjaga

keseimbangan komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen pendidikan

tidak hanya menjadi perhatian khusus pihak manajer pendidikan saja. Akan tetapi, hal

tersebut menjadi perhatian khusus bagi sivitas pendidikan serta bagi orangtua yang ikut

mendampingi dan menuntut berjalannya proses pendidikan. Perlu adanya kesadaran

dalam diri masyarakat bahwa pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab manajer

pendidikan. Namun demikian, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Hal

tersebut berdasarkan peran setiap komponen-komponen pendidikan dalam membangun

pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggra,P. 2013. Komponen Pendidikan. http://plissworld.blogspot.com/2013
/01/komponen-pendidikan.html diakses pada pukul 19.00 wita.

Anugra,S. 2020. Masalah Pendidikan Yang Terjadi Di Indonesia.


https://gheroy.com/masalah-pendidikan-yang-terjadi-di-indonesia/ diakses
pada pukul 19.00 wita.

Anda mungkin juga menyukai