Anda di halaman 1dari 7

SOAL UAS

STAI INDONESIA JAKARTA

MK. Pengembangan Kurikulum


Dosen: Mufassirul Alam, M.Pd
Senin, 24 Mei 2021
Semester: VI (Enam)

Kerjakan Soal-Soal Berikut Ini!

1 Jelaskan hakikat kurikulum dan pengembangan kurikulum! Uraikan secara singkat


perkembangan kurikulum dari masa ke masa!
2 Bagaimana posisi kurikulum dalam sistem pendidikan kita? Jelaskan kedudukan dan
peran kurikulum PAI dalam kurikulum nasional!
3 Sebutkan landasan dan prinsip pengembangan kurikulum! Paparkan maksud dari
landasan psikologis dan prinsip efektivitas dalam pengembangan kurikulum!
4 Sebutkan jenis-jenis organisasi kurikulum dan model-model pengembangan kurikulum
yang anda ketahui! Menurut anda, kurikulum yang diterapkan di Indonesia saat ini
menerapkan organisasi pengembangan kurikulum yang mana? Jelaskan argumentasi
anda!
5 Apa yang anda pahami tentang pengembangan kurikulum 2013? Jelaskan perubahan
mendasar dalam pengembangan kurikulum 2013!

---{SELAMAT MENGERJAKAN}---
YAKINLAH PADA KEMAMPUAN SENDIRI

Jawaban

1. Pada hakikatnya kurikulum merupakan alur atau tahapan yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan
atau landasan berpikir. Sebagai induk dari semua pengetahuan, filsafat dapat dirumuskan
sebagai kajian tentang metafisika (studi tentang hakikat kentyataan atau realitas),
epistemologi ( studi tentang hakikat pengetahuan), aksiologi ( studi tentang nilai), etika
(studi tentang hakikat kebaikan), estetika (studi tentang hakikat keindahan), dan logika
(studi tentang hakikat penalaran).
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah-
masalah pendidikan ini yang disebut filsafat pendidikan. Walaupun dilihat sepintas, filsafat
pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya yaitu antara filsafat dan
filsafat pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat.
Dari item-item kajian tersebut, tampak filsafat mempunyai jangkauan kajian yang sangat
luas. Bagi para pengembang kurikulum (curriculum delevopers) yang memiliki pemahaman
yang kuat tentang rumusan filsafat tersebut, kemungkinan akan memberikan dasar yang
kuat pula dalam mengambil suatu keputusan yang tepat dan konsisten. Namun, suatu hal
yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum adalah dalam mengembangkan
kurikulum, pengembang tidak hanya menonjolkan atau mementingkan filsafat pribadinya,
tetapi juga perlu mempertimbangkan falsafah yang lain, antara lain falsafah negara, falsafah
pendidikan dan staf pengajar atau pendidik.

Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada
masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat
negara kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum berpindah yaitu disesuaikan dengan
kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia
mencapai kemerdekaanya, dan secara bulat dan utuh menggunakan Pancasila sebagai dasar
dan falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan
dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

2. Kurikulum memiliki kedudukan yang penting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan adanya keterkaitan antara teori-teori pendidikan yang berkembang dengan
konsep-konsep kurikulum  yang dikembangkan. Seiring perkembangan masyarakat modern,
pendidikan lebih banyak diselenggarakan secara formal terutama di sekolah-sekolah, hal ini
karena sekolah mempunyai kelebihan yaitu keluasan untuk memberikan isi pendidikan yang
tidak hanya nilai-nilai moral yang diajarkan tetapi juga mengenai perkembangan teknologi
dan kehidupan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas dan lebih
mendalam dibandinkan keluarga.
Berkembangnya pendidikan formal dalam bentuk lembaga pendidikan sekolah menuntut
adanya kurikulum yang dirancang dan dikembangkan secara tertulis dan pada akhirnya
kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahakan dari kegiatan pendidikan khususnya
pendidikan formal di sekolah. Dengan adanya kurikulum maka guru maupun siswa
memiliki arah dan pedoman untuk melakukan kegiatan pendidikan, pengajaran dan
pembelajaran di lembaga pendidikan di sekolah, mulai dari materi pelajaran yang harus
diberikan, program dan rencana pembelajaran yang harus dibuat, kegiatan dan pengalaman
belajar yang harus dilakukan dan penilaian terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan
dalam bentuk hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu
peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung
dalam lingkungan keluaraga, sekolah ataupun masyarakat. Dalam lingkungan keluarga,
interaksi pendidikan terjadi antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta
didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis.

Sedangkan pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai
pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru.

Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi pendidikan, dari yang
sangat formal yang mirip dengan pendidikan disekolah dalam bentuk kursus-kursus, sampai
dengan yang kurang formal seperti ceramah, serasehan, dan pergaulan kerja. Gurunya juga
bervariasi dari yang memiliki latar belakang pendidikan khusus sebagai guru, sampai
dengan yang melaksanakan tugas sebagai pendidik karena pengalaman, kurikulumnya juga
bervariasi. Dari yang memiliki kurikulum formal dan tertulis sampai dengan rencana
pelajaran yang hanya ada pada pikiran penceramah atau moderator serasehan.

Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik kesimpulan berkenaan dengan pendidikan
formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis
yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Kedua, dilaksanakan secara formal,
terencana, ada yang mengawasi dan menilai.  Ketiga, diberikan oleh pendidik atau guru
yang memiliki ilmu dan ketrampilan khusus dalam bidang pendidikan. Keempat, interaksi
pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturan-
aturan permainan tertentu pula.
3. Landasan dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar
Secara etimologi, Landasan Pengembangan Kurikulum tersusun dari  tiga kata,
yaitu Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan.
Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa
Indonesia  menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali 
sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito, (1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan
sebagai alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber.
Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, serta perkembangan ilmu dan
teknologi.Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta didik
dengan pendidik dan juga peserta didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologisnya. Manusia berbeda dengan benda atau
tanaman tidak mempunyai aspek psikologis. Manusia juga lain dari binatang, karena
kondisi psikologis manusia jauh lebih tinggi tarafnya dan lebih kompleks dibandingkan
dengan binatang, berkat kemampuan-kemampuan psikologis yang lebih tinggi dan kompleks
inilah sesungguhnya manusia menjadi lebih maju, lebih banyak memiliki kecakapan,
pengetahuan, dan ketrampilan dibandingkan dengan binatang.
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap perkembangannya, latar
belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya.
Kondisi ini pun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan, dan status individu di
antara individu-individu lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus
sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidikannya.
Interaksi pendidikan di rumah berbeda dengan di sekolah, interaksi antara anak dan guru
pada jenjang sekolah dasar berbeda dengan jenjang sekolah lanjutan pertama dan sekolah
lanjutan atas.
Secara gramatikal prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian di
atas tersirat makna bahwa kata prinsip itu menunjukan pada suatu hal yang sangat penting,
mendasar, harus di perhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, sarta sesuatu
yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Dari pengertian
dan makna prinsip di atas, terlihat bahwa itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Dengan mengenali dan memperhatikan prinsip, maka
akan bisa menjadikan sesuatu itu kebih efeltif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan
tentang hakikat yang dikandung oleh sesuatu, mungkin produk atau proses, dan bersifat
memberikan rambu-rambu aturan main yang jelas, yang harus diikuti untuk mencapai
tujuan yang benar.Prinsip efektivitas
Walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana, tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari
perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang pendidikan juga merupakan bagian yang
dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Keberhasilan
kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

4. ORGANISASI KURIKULUM
Secara umum terdapat beberapa jenis organisasi kurikulum :
 Mata pelajaran terpisah-pisah
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah  yang diajarkan sendiri
tanpa ada hubungan  dengan mata pelajaran lainnya.
Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat,kebutuhan
dan kemampuan siswa, semua materi diberikan sama
 Mata Pelajaran berkorelasi ( correlated )
Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat
pemisahan mata ajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang
saling berkorelasi guna memudahkan siswa memahami pelajaran tertentu
 Bidang Study  ( broad field )
Organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata ajar dan sejenis serta memiliki
ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan dalam satu  bidang pengajaran. Salahsatu mata
pelajaran  dapat dijadikan core subject, sedangkan mata  pelajaran lainnya dikorelasikan
dengan core tersebut
 Program yang Berpusat pada Anak ( Child Centered )
Program Kurikulum yang menitik beratkan pada kegiatan peserta didik bukan pada mata
pelajaran
 Eclectic Program
Suatu Program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada
mata pelajaran dan peserta didik
Model Top Down  
Pengembangan kurikulum Model Top Down  ini muncul atas inisiatif para pejabat
pendidikan atau para administrator atau dari para pemegang kebijakan ( pejabat )
pendidikan seperti Dirjen atau para Kepala Dinas
Model Demonstrasi
Pengembangan model ini pada dasarnya datang dari bawah ( grass roots ) semula
merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan
dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau
ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu, karena sifatnya Ingin mengubah atau mengganti
kurikulum yang ada.
Pengembangan Kurikulum Model Taba
Model ini lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai
suatu proses perbaikan dan penyempurnaan kurikulum.
Kebanyakan model kurikulum yg digunakan dan menjadi aturan dalam sistem pendidikan
ialah model kurikulum demonstrasi

5. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompentensi lahir sebagai jawaban
terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006, serta sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan teknologi sepert yang digariskan
dalam haluan negara. Pengembangan kurikulum 2013 didasari oleh pemikiran tentang
tantangan masa depan, persepsi masyarakat pengetahuan dan pedagogi, kompentensi masa
depan, serta fenomena negatif yang mengemuka.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi merupakan salah
satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum 2013 dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum
menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang
mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Pemahaman guru
tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana Program Pembelajaran/RPP)
dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didik berhubungan
langsung dengan apa yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi
pengalaman langsung peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai