Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belankang

Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda, mutu bangsa di
kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecak oleh anak-anak
sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima sekolah. Apa yang
akan dicapai disekolah ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi ,barangsiapa
yang menguasai kurikulum memegang nasib bangsa dan negara. Maka dapat
dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan
bangsa dipegang oleh pemerintah suatu negara. Dapat pula dipahami betapa
pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu.1 Pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai komponen yang
saling terkait.2

Mengingat pentingnya kurikulum, maka dalam pengembanganya diperlukan


landasan atau asas yang kuat, melalui pemikiran dan perenungan yang mendalam.
Dalam makalah ini kami akan mencoba mengupas sedikit tentang ladasan atau
asas kurikulum PAI.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat


disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian landasan pengembangan kurikulum?
2. Apa saja landasan-landasan atau asas-asas kurikulum PAI?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian landasan kurikulum.


2. Mengetahui landasan-landasan pengembangan kurikulum PAI.

1
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta:Bumi Aksara,2011),hlm.1
2
E. Mulyana, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013),hlm.59.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan Kurikulum

Menurut Hornby dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran Landasan


adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip
yang mendasari. Contohnya: seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik
tolak.3 Secara bahasa landasan berarti tumpuan, dasar ataupun alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak maupun dasar pijakan. Atau
dapat pula diartikan sebagai asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak.

Landasan itu sama dengan dasar-dasar. Seringkali istilah pembinaan dan


pengembangan dalam pemakaiannya menyatu dan kabur.
1. Pembinaan menunjukkan pengertian bahwa suatu upaya atau kegiatan
mempertahankan, penyempurnaan dan perbaikan yang telah ada dianggap baik
berdasarkan suatu ukuran/kriteria tertentu mencapai sasaran yang diharapkan.
2. Pengembangan disini menunjukkan pada kegiatan yang menghasilkan alat,
system atau cara baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan
penyempurnaan atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan
pengembangan tersebut.4

Dengan demikian Landasan Kurikulum dapat diartikan sebagai suatu


gagasan, landasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik
tolak dalam mengembangkan kurikulum. Menurut Robert S. Zais mengemukakan
4 landasan pengembangan kurikulum adalah philosophy and the nature of
knowledge, society and culture, the individual, and learning theory. Kurikulum
adalah suatu sistem yang terdiri empat komponen:
1. Komponen Tujuan
2. Isi atau materi
3. Proses pembelajaran
4. Komponen evaluasi

3
Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hal. 16
4
H. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, hal. 8

2
Setiap komponen bisa menjalankan fungsinya tepat dan bersinergi, jika
ditopang oleh sejumlah landasan (foundations). Penyusunan kurikulum
membutuhkan dasar- dasar yang kuat, baik yang berupa hasil pemikiran maupun
hasil penelitian yang mendalam. Pentingnya dasar-dasar yang kuat ini terletak
pada kedudukan kurikulum dalam seluruh kegiatan pendidikan yaitu menentukan
proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.5

Berdasarkan konsep dan ketentuan-ketentuan Pengembangan Kurikulum


agar berlandaskan pada faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merusmuskan tujuan institusional yang dapat menjadi rumusan tujuan
kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat.
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjukkan pada karakteristik
perkembangan peserta didik.
4. Keadaan Lingkungan.
5. Kebutuhan Pembangunan baik di sektor ekonomi, kesejahteraan rakyat,
hukum dan sebagainya.
6. Perkembangan ilmu dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiawian serta budaya bangsa.6

2.2 Landasan-landasan atau Asas-asas Kurikulum


2.2.1 Asas Agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem


pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada
ajaran Islam yamg meliputi Akidah, Ibadah, dan hubungan masyarakat. Hal ini
bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber yaitu
Al- Qur'an dan Sunnah.

5
Dr. Abdullah Aly, M.Ag, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Yogjakarta: Pustaka
Belajar, 2011, hal.43
6
Muhammad Joko Susilo, Spd, Mpd, Kurukulum Tingkat Kesatuan Pendidikan Cet. II,
Yogjakarta: Pustaka Belajar, 2012, hal. 108

3
2.2.2 Asas Filosofis

Pendidikan berinteraksi antarmanusia, terutama antara pendidik dan terdidik


untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
berinteraksi serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang
menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan
bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-
pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu
jawaban-jawaban filosofis.

Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis, adalah sebagai sarana bagi
manusia untuk memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya,
termasuk dalam problematika di bidang pendidikan.7 Filsafat sangat penting
karena harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang setiap aspek
kurikulum. Untuk tiap keputusan harus ada dasrnya. Filsafat adalah cara berpikir
yang sedalam-dalamnya,yakni sampai akarnya tentang hakikat sesuatu. Para
pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang
mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan menimbulkan kurikulum yang
tidak menentu arahnya.kini terdapat berbagai aliran filsafat, masing-masing
dengan dasar pemikiran tersendiri.8

Di bawah ini dijelaskan beberapa aliran filsafat yang dominan, antara lain:
1. Perennalialisme

Untuk menghadapi situasi krisis itu, perenialisme memberikan pemecahan


dengan jalan kembali kepada kebudayaan masa lampau kebudayaan yang di
anggap ideal.9 Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak
melalui pengetahuan yang abadi ,universal dan absolut Kurikulum yang
diinginkan oleh aliran ini terdiri atas ubject atau mata pelajaran yang terpisah
sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya
mata pelajaran yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan
ntelektual seperti matematika, fisika, kimia.biologi yang diajarkan.

7
S. Nasution,op.cit.,hlm.22
8
S. Nasution,loc.cit.
9
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: Stain Press,2009), hlm op.cit., hlm.62

4
2. Idealisme

Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari atas, dari dunia
supra-natural dari Tuhan. Filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang
berorientasi religius, semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama,
menghadiri khutbah dan membaca kitab suci.10

3. Realisme

Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui


pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam.
Kurikulum ini tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar menaruh
minat terhadap pelajaran akademis. Ia harus sungguh-sungguh mempelajari buku-
buku berbagai disiplin ilmu.

4. Pragmatisme

Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme atau utilitariansme dan


berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan
pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif dan dapat
berubah. Dalam perencanaan kurikulum orang tua dan masyarakat sering
dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan formal dengan
sumber sosial, politik dan ekonomi guna memperbaiki ekonomi kondisi hidup
manusia.

5. Eksistensialisme

Filsafat ini menguatamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa


yang baik dan benar. Sekolah berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia
menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia
harus bebas berpikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggungjawab.
Sekolah ini menolak segala kurikulum,pedoman, intruksi, buku wajib, dan lain-
lain dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan
standarnya sendiri dan kurikulmnya sendiri.

10
S. Nasution,op.cit.,hlm.23.

5
2.2.3 Asas Psikologis

Sekolah berfungsi menciptakan lingkungan belajar bagi para siswa untuk


mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah perlu menyusun suatu
program yang tepat dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan
kegiatan belajar yang efisien dan berhasil. Program tersebut dinamakan
kurikulum. Itulah sebabnya, permasalahan psikologi belajar dan sifat-sifat belajar
perlu mendapat perhatian, pembinaan dan pengembangan kurikulum.11 Dalam
ensiklopedia Indonesia asas berarti suatu kebenaran atau pendirian, atau yang
dijadikan pokok suatu keterangan. Asas psikologis berarti kegiatan yang mengacu
pada hal-hal yang bersifat psikologi.12

Dalam proses perkembangan kurikulum, seorang pengembang harus


memperhatikan kondisi psikologis anak, kebutuhan dan minat mereka, serta teori-
teori dan psikologi belajar. Para pengembang kurikulum seyogyanya menjadikan
anak seebagai salah satu pokok pemikiran, agar anak dapat belajar dengan baik,
dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat merubah sikapnya, dapat menerima
norma-norma atau nilai-nilai serta dapat menguasai sejumlah keterampilan yang
diharapkan. Masalahnya adalah bagaimanakah anak itu belajar? Apabila telah
diketahui bagaimana proses belajar itu bisa berjalan dengan baik dan benar,
bagaimana belajar yang menghasilkan sesuatu yang berguna, maka kurikulum
akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Untuk memilih hal yang rumit
dan kompleks itulah akhirnya muncul teori-teori belajar melalui berbagai
penelitian empiris.

Dalam mengambilan keputusan tentang kurikulum pengetahuan tentang


psikologi anak dan bagaimana anak belajar, sangat diperluhkan antara lain dalam:
1. Seleksi dan organisasi bahan pelajaran
2. Menentukan kegiatan belajar yang paling serasi
3. Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai.

11
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 105.
12
Dakir, Perencanaan dan pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 64.

6
Psikologi Belajar

Psikologi belajar merupakan suatu kajian bagaimana seseorang belajar, baik


secara individu maupun kelompok. Belajar merupakan proses dasar dari
perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil darii belajar. Kita pun
hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar
pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.13

N. S. Sukmadinata mendefisinikan belajar sebagai perubahan perilaku yang


terjadi melalui pengalaman. N. S. Syaodih mengemukakan bahwa segala
perubahan tingkah laku, baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor yang terjadi karena proses pengalaman dapat dikategorikan sebagai
perilaku belajar. Belajar adalah perubahan kecakapan atau kemampuan manusia
yang menetap dalam kurun waktu tertentu yang tidak secara sederhana dapat
dihubungkan dengan proses pertumbuhan. Dari ketiga definisi tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa, kemampuan atau kecakapan seseorang akan
termanifestasi dalam pribadinya melalui pengalaman, sementara pengalaman
terbentuk karena latihan-latihan yang berkesinambungan, baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor. Kemampuan, kecakapan atau keterampilan
dapat menurun atau hilang sama sekali jika lama tidak dipergunakan.

Psikologi Perkembangan Anak; Teori Perkembangan Kognitif

Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang
telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi
pendidikan. Psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal,
mental manusia pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak
tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi,
kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya.14

13
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 104.
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 111.

7
Menurut teori ini kematangan mental berkembang secara berangsur-angsur
pada individu berkat interaksinya sebagai pelajar dengan lingkungan. Anak-anak
harus dibimbing dengan hati- hati, diberi bahan pelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitifnya, dan diberi bantuan agar mereka maju ke arah
tingkat perkembangan berikutnya. Tokoh-tokoh utama aliran ini adalah Jhon
Dewey dan Jean Piaget.

J. Piaget menemukan empat tahap utama dalam perkembangan kognitif-


intelektual, yakni:
1. Tahap senso-motoris (sejak lahir sampai 2 tahun).
Bayi menjajaki dunia sekitarnya melalui alat drianya (sensorik: [englihatan,
pendengaran, penciuman, pencecapan, dan perabaan). Kemampuan bergerak,
merangkak dan berjalan (motoris) memperluas dunianya dan mempertemukannya
dengan berbagai ragam pengaruh lingkungan yang baru.
2. Tahap pra-operasional (2 sampai 7+ tahun).
Dunia atau lingkungan dapat dikenalnya melalui lambang (warna, bentuk,
gambar). Melalui persepsinya ia mulai memahami dunianya dan mengenal
peranannya serta peranan orang lain.
3. Tahap operasional konkrit (7+ sampai 11 tahun). Anak mulai mengenal
logika.
4. Tahap operasional formal (kurang lebih 11 tahun lebih).
Anak mulai sanggup berpikir abstrak dan memecahkan masalah secara
formal, tanpa menghadapi objek secara langsung. Anak pra-puber ini mulai
mencari alasan atau sebab di belakang kejadian- kejadian. Ia mulai membentuk
hipotesis dan menguji sesuatu secara eksperimental dalam proses belajar maupun
dalam kehidupannya.

2.2.4 Asas Sosial-Budaya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Asas Sosial-Budaya

Landasan sosiologis perkembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang


berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.
Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar
menjadi warga masyarakat yang diharapkan, pendidikan adalah proses sosialisasi,

8
dan berdasarkan pandangan antropologi, pendidikan adalah enkulturasi atau
pembudayaan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-
manusia yang lain, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu
membangun masyarakat. Oleh karena itu, isi, tujuan, maupun proses pendidikan
harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan
masyarakat tersebut.

Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara


sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi
adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad
pertengahan ilu pengetahuan telah berkembang pesat. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran
filsuf purba seperti Plato, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dll. Seiring
dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-
temuan baru dalam bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi,
budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Perkembangan teknologi industri
mempunyai hubungan timbal balik dengan pendidikan. Industri dengan teknologi
maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung
atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber
daya manusia yang andal untuk mengaplikasikannya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung


berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup
pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media
pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut
dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Asas agama membentuk kurikulum pendidikan harus diletakkan pada yang
telah digariskan oleh sumber-sumber syariat islam dan mengacu pada dua
sumber yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.
2. Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa penyusunan
kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah yang dianut.
3. Asas psikologis dalam proses perkembangan kurikulum adalah dimana
seorang pengembang harus memperhatikan kondisi psikologis anak,
kebutuhan dan minat mereka, serta teori- teori dan psikologi belajar.
4. Asas sosial-budaya ilmu pengetahuan dan teknologi, asas yang memberikan
dasar kurikulum untuk menentukan hal- hal yang akan dipelajari sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan kemajuan teknologi

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dkk., 1998, Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV Pustaka Setia.


Anggota IKAPI, 1984, Pengantar Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu.
Dakir, 2010, Perencanaan dan pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, Mohammad. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar Ke Arah
Pemahaman KBK, KTSP, dan SBI. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Hamalik, Oemar, 2007, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Jamaluddin, Dery. Asas-Asas Kurikulum, http://deryjamaluddin.page.tl/
Asas_asas-Kurikulum.html, diakses tanggal 10 Oktober 2016.
Manab, Abdul, 2004, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, Jakarta: Bina Ilmu.
Maunah, Binti, 2005, Pendidikan Kurikulum SD-MI. Surabaya: Elkaf.
Nasution, S., 2011, Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sarichan, Asas-Asas Kurikulum, http://diarisarichan.blogspot.co.id/2014/02/asas-
asas-kurikulum.html?m=1 diakses tanggal 10 Oktober 2016

11

Anda mungkin juga menyukai