PEMBELAJARAN BIOLOGI
OLEH:
KELOMPOK
Dosen Pengampuh :
B. PENGERTIAN KURIKULUM
Mengenai pengertian kurikulum, banyak sekali pendapat-pendapat yang
diungkapkan oleh para ahli, diantaranya yaitu:
1. UU No. 20 Tahun 2003 Kurikulum merupakan seperangkat rencana &
sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005) Kurikulum merupakan niat &
harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program
pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum
sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta
didik.
3. Drs. Cece Wijaya, dkk Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas
yakni meliputi keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
4. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan Kurikulum ialah suatu formulasi
pedagogis yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks
proses belajar mengajar.
5. Harsono (2005) Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan
pendidikan yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat
ini semakin berkembang, sehingga yang dimaksud dengan kurikulum itu
tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh program
pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.
6. Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Menjelaskan kurikulum sebagai suatu
rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar
di bawah naungan, bimbingan & tanggunga jawab sekolah / lembaga
pendidikan.
7. H. Hasan (1992) Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni
sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi
teoritik, harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai sesuatu yang
terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembang kurikulum.
8. Prof. Drs. H. Darkir Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat
dalam mencapai tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program
pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga program itu
direncanakan dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman
belajar.
9. George A. Beaucham (1976) Kurikulum diartikan sebagai dokumen
tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
10. Murray Print Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran
yang direncanakan, diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh
sebuah lembaga pendidikan dan merupakan pengalaman yang bisa
dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.
C. LANDASAN KURIKULUM
Landasan yang dipilih untuk dijadikan dasar pijakan dalam
mengembangkan kurikulum sangat tergantung atau dipengaruhi oleh pandangan
hidup, kultur, kebijakan politik yang dianut oleh negara dimana kurikulum itu
dikembangkan.
Menurut Robert S. Zais (1976) ada empat landasan pokok pengembangan
kurikulum, yaitu : philosophy and the nature of knowledge, sociiety and culture,
the individual, dan Learning theory. Sehingga dari keempat landasan pokok
tersebut dapat dikaji sebagai berikut :
1. Landasan filosofis
Landasan filosofis yaitu akan membahas dan mengidentifikasi landasan
filsafat dan implikasinya dalam mengembangkan kurikulum.
2. Landasan psikologis
Landasan psikologis yaitu akan membahas dan mengidentifikasi landasan
psikologis dan implikasi dalam mengembangkan kurikulum.
3. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu akan membahas dan
mengidentifikasi landasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
implikasinya dalam mengembangkan kurikulum.
4. Landasan Sosial Budaya
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan
pendidikan diharapkan muncul masyarakat-masyarakat yang tidak asing
dengan masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan lahir manusia-
manusia yangbermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.
Oleh sebab itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan masyarakat.
5. Landasan Yuridis
Kurikulum pada dasaranya adalah produk yuridis yang ditetapkan melalui
keputusan menteri Pendidikan Nasional RI. Sebagai pengejawantahan dari
kebijakan pendidikan yang ditetapkan oleh lembaga legislatif yang
mestinya mendasarkan pada konstitusi/UUD. Dengan demikian landasan
yuridis pengembangan kurikulum di NKRI ini adalah UUD 1945
(pembukaan alinia IV dan pasal 31), peraturan-peraturan perundangan
seperti: UU tentang pendidikan (UU No.20 Tahun 2003), UU Otonomi
Daerah, Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan, Surat Keputusan dari
Dirjen Dikti, peraturan-peraturan daerah dan sebagainya
D. FILOSOFI PENDIDIKAN
a) Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir
pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang
berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif.Mohammad Noor Syam (1984)
mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih
banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang
telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai
jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang
seperti dalam kebudayaan ideal.
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum
perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia
yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu
pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta
kestabilan dalam perilaku pendidik.
Aliran ini lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran
dan keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Selain
itu, pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
seharihari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat
dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b) Essensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama
yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan yang utama ialah dalam hal
memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas,
terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan
doktrin tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-
nilai yang jelas dan tahan lama dalam memberikan kestabilan, mempunyai
tata aturan yang jelas. Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa
kurikulum hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang
kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa
hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak
manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal.
Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada
yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik
tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah
ditentukan.Bogoslousky mengutarakan di samping menegaskan supaya
kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang
satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah
rumah yang mempunyai empat bagian, yaitu:
a. Universum
Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala
manifestasi hidup manusia. Di antaranya adalah adanya kekuatan-
kekuatan alam, asal usul tata surya dan lain-Iainnya. Basis
pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.
b. Sivilisasi
Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat.
Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan
terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup a man dan
sejahtera.
c. Kebudayaan
Kebudayaan mempakan karya manusia yang mencakup di antaranya
filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian
mengenai lingkungan.
d. Kepribadian
Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang
tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam
kurikulum hendaklah diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologi,
emosional dan intelektual sebagai keseluruhan, dapat berkembang
harmonis dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal.
c) Progressivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat
pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, William O. Stanley,
Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff.
Filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter,
sebab pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk
hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan
sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
Aliran ini memandang kebudayaan sebagai hasil budi manusia,
dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku,
melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai
usaha manusia yang merupakan refleksi dari kebudayaan itu haruslah sejiwa
dengan kebudayaan itu.
d) Rekontruktivisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.
Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan.
Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada
progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan
untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu.
Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
E. PERKEMBANGAN KURIKULUM
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini
lebih popular dibanding istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan
arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: a. Daftar mata
pelajaran dan jam pengajarannya, b. Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka
dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi
Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni
dilakukan perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kelahiran
Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut
Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada
materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan.
Nur Irwantoro dan Yusuf Suryana. 2016. Kompetensi Pedagogik. Genta Group
Production : Sidoarjo