“LANDASAN KURIKULUM”
OLEH :
Kelompok 1
ISI Denpasar
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai
kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para
penyusun kurikulum, akan tetapi landasan pengembangan kurikulum harus
dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum
yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang
terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk
dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi
kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan
kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai
landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan
proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi
tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan
efisien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu landasan filosofis?
2. Apa itu landasan historis?
3. Apa itu landasan sosiologis?
4. Apa itu landasan psikologis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu landasan filosofis
2. Untuk mengetahui mengenai landasan historis
3. Untuk mengetahui apa itu landasan sosiologis
4. Untuk mengetahui mengenai landasan psikologis
BAB II
PEMBAHASAN
RISPA
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi
atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam,
analitis, logis, dan sistematis (filosofis) dalam merencanakan,
melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum dalam bentuk
program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan
(operasional) di sekolah. Landasan ini dalam pengembangan kurikulum
mencakup tentang landasan filsafat, mengidentifikasi dan
mengimplitasikannya. Dengan filsafat metodologi praktik pendidikan
terarah, timbal baliknya Pratik pendidikan itu sendiri menjadi bahan bagi
pertimbangan filosofis pendidikan. Sehingga landasan filosofis menjadi
landasan penting dalam pengembangan kurikulum.
Filsafat pendidikan menjadi dasar dan arah bagi pendidikan. Filsafat
pendidikan ini pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran
filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Menurut Redja
Mudyaharjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat
besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan
pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: filsafat idealisme,
Realisme, dan Filsafat Fragmatisme.
1. Landasan filosofis pendidikan idealisme
Menurut filsafat idealisme manusia adalah makhluk spiritual,
makhluk yang cerdas dan bertujuan. Berdasarkan pemikiran filsafat
idealisme ini dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan harus
dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan bakat
insani dan kebajikan sosial sesuai dengan hakikat kemanusiaannya.
Dengan demikian sebaiknya isi kurikulum atau sumber pengetahuan
dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir manusia,
menyiapkan keterampilan bekerja yang dilakukan melalui program dan
proses pendidikan secara praktis. Implikasi bagi para pendidik, yaitu
bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
terselenggaranya pendidikan.
2. Landasan filosofis pendidikan Realisme
Menurut filsafat realisme manusia pada hakikatnya terletak pada
apa yang dikerjakan. Mengingat segala sesuatu bersifat materi maka
tujuan pendidikan hendaknya dirumuskan terutama diarahkan untuk
melakukan penyesuaian diri dalam hidup dan melaksanakan tanggung
jawab sosial. Oleh karena itu jika kurikulum didasarkan pada filsafat
realisme harus dikembangkan secara komprehensif meliputi
pengetahuan yang bersifat sains, sosial, maupun muatan nilai-nila.
Implikasi bagi para pendidik terutama bahwa peran pendidik diposisikan
sebagai pengelola pendididikan atau pembelajaran. Untuk itu pendidik
harus dapat menguasai tugas-tugas yang terkait dengan pendidikan
khususnya dengan pembelajaran, seperti penguasaan terhadap metode,
media, dan strategi serta teknik pembelajaran.
3. Landasan filosofis pendidikan fragmatisme
Filsafat fragmatisme memandang bahwa kenyataan tidaklah
mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan
fisik, plural, dan berubah (becoming). Manusia menurut fragmatisme lahir
tanpa dibekali ole kemampuan bahasa, keyakinan, gagasan atau norma-
norma, nilai baik dan buruk ditentukan secara ekseperimental dalam
pengalaman hidup, jika hasilnya berguna maka tingkah laku tersebut
dipandang baik. Oleh karena itu tujuan pendidikan tidak ada batas
akhirnya, sebab pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hayat,
proses rekonstruksi yang berlangsung secara terus menerus.
Implikasi terhadap pengembangan isi atau bahan dalam kurikulum
ialah harus memuat pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang
sesuai dengan minat kebutuhan siswa.
4. Landasan filosofis pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional di indonsia tentu saja bersumber pada
pandangan dan cara hidup manusia indonesia, yakni Pancasila. Hal ini
berarti bahwa pendidikan di indonesia harus membawa peserta didik
agar menjadi manusia yang berpancasila. Undang-undang no. 20 tahun
2003 tantang sistem pendidikan nasional merumuskan, “pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonsia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bagsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (pasal
2 dan 3).
Rumusan tujuan pendidikan di tersebut merupakan keinginan
luhur yang harus menjadi inspirasi dari sumber bagi para pengelola
pendidikan, yaitu guru, kepala sekolah, para pengawas pendidikan dan
para pembuat kebijakan pendidikan agar dalam merencanakan,
melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum didasarkan
pada nilai-nilai yang dikandung dalam falsafah bangsa yaitu Pancasila
dan perangkat-perangkat hukum yang ada di bawahnya seperti undang-
undang.
B. Landasan Historis
Landasan Historis adalah landasan yang membicarakan proses
bagaimana program pendidikan masa lalu tumbuh sampai saat ini dan
masih berpengaruh pada kurikulum sekarang serta masa depan. Oleh
karena kurikulum selalu perlu disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
dan perkembangan zaman, maka perkembangan kurikulum pada suatu
saat tertentu dapat diadakan dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan dan
perkembangan pada waktu tertentu dengan memperhatikan
perkembangan kurikulum di masa lalu. Berikut ini sejarah singkat dari
kurikulum.
1. Pendidikan Pra Abad Ke-20
Beberapa sejarah pendidikan di masa pra abad ke-20 antara lain :
a) Pendidikan Mesir dan Cina Kuno
Pada awalnya, pendidikan di Mesir lebih fokus pada praktik
daripada pengembangan berfikir kognitif abstrak. Kemudian
terdapat pula program pendidikan vokasional dengan sistem
magang yang diperkuat latihan di rumah dengan fokus utamanya
pada pengajaran menulis hieroglyph. Kemudian Mesir Kuno
mengalami keruntuhan, hal itu diperkirakan karena kekurangan
kesusastraan, pola pikir filosofis dan penelitian ilmiah yang
berhubungan dengan pengetahuan abstrak.
Situasi berbeda ditemukan di Cina dimana didominasi oleh dua
orientasi pendidikan yaitu ide Lao-Tse (abad ke-6 SM), dan
Confucius (abad ke-5 SM). Pendidikan menurut, Lao-Tse
merupakan landasan pokok perkembangan pikiran dan prestasi
yang bermanfaat dan penting bagi manusia. Sedangkan pendidikan
menurut Confucius, pendidikan diharuskan berorientasi kepada
kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi.
b) Pendidikan Yunani Kuno
Sistem pendidikan dunia modern berasal dari sistem pendidikan
Yunani Kuno (1600-300 SM). Fokus pendidikan pada masa ini
adalah pendidikan jasmani melalui latihan kemiliteran gimnastik
sedangkan pendidikan moral dan politik diajarkan dengan
menghafal undang-undang.
Pertengahan abad ke-15 SM, timbul perubahan ekonomi Yunani
yaitu munculnya kelas pedagang yang memerlukan tipe baru
pendidikan sehingga hal ini menyebabkan pengembangan berbagai
ragam metode mengajar bagi kelas pedagang dan kelas sosial di
Athena dan di beberapa negara kota di Yunani.
Setelah tahun 479 SM pendidikan Yunani tumbuh dengan pesat.
Para ahli di Yunani menciptakan mata pelajaran formal seperti Tata
Bahasa, Retorika, dan Logika. Kemudian pada tahun 470-399 SM
mulai muncul metode bertanya dan diskusi yang dipopulerkan oleh
Socrates, seorang filsuf Yunani. Murid dari Socrates yang bernama
Plato mengembangkan formulasi klasik prinsip filsafat idealisme
dan filsafat tradisional. Kurikulum dari Plato ini terdiri atas empat
bidang studi antara lain aritmetika, geometri, astronomi, dan musik.
c) Pendidikan Romawi Kuno
Pendidikan pada Romawi Kuno dipengaruhi oleh pendidikan
Yunani. Terdapat beberapa periode penting pada peradaban
Romawi yang berakibat pada perbedaan sistem pendidikannya.
Pada mulanya (700-725 SM) pendidikan dilakukan di rumah oleh
orang tua. Kemudian pada periode berikutnya kurikulum berbasis
filsafat Yunani, sastra dan retorikan mulai diberlakukan. Selanjutnya
sistem pendidikan Romawi yang lebih berorientasi Latin akhirnya
menghasilkan Sekolah Gramar Latin yang menjadi cikal bakal
model pendidikan Barat. Sistem pendidikan Romawi ini di mulai
dengan sekolah dasar bagi anak berumur 6-12 tahun, yang
mengajarkan membaca, menulis, aritmatika dan moral. Kemudian
dilanjutkan dgn Sekolah Menengah atau sekolah gramar dan mata
pelajarannya yaitu bahasa Latin, bahasa Yunani, sejarah, geografi,
mitologi, dan etika. Sedangkan siswa diatas 16 tahun dipersiapkan
menjadi ahli hukum atau administrator publik melalui sekolah
retorika untuk mempelajari gramar, retorika, logika dan sastra.
Kemudian bangsa Romawi mengembangkan kurikulum The Seven
Liberal Arts yang berasal dari kurikulum Yunani Kuno,
Trivium (gramar, retorika dan logika ) dan kurikulum
Plato Quadrivium (aritmetika, geometrika, astronomi dan musik ).
d) Pendidikan Islam
Sumber utama ajaram agama Islam tertulis dan terpelihara
dengan baik dalam kitab suci Al-qur'an. Al-qur'an itu sendiri,
menurut Abdurrahman an-Nahlawi mulai diturunkan dengan ayat
pendidikan. Pada abad ke-10 dan ke-11, pendidikan Arab Islam
berpengaruh bagi pendidikan Barat. Sebagai hasil kontak ilmu
Barat dan ilmu Arab Islam di Spanyol dan AfrikaUtara, Ilmuan Barat
mempelajari cara berpikir baru tentang matematika, ilmu-ilmu alam,
kedokteran dan filsafat.
Pakar Islam juga telah menemukan dan menerjemahkan
pemikiran dan ide-ide filsuf Aristotles, Euclid, Archimedes dan
Hipocrates ke bahasa Arab. Terjemahan itu penting bagi
pendidikan Islam dan melalui kontak dengan Eropa, hasil
terjemahannya itu diperkenalkan kembali kedunia Barat.
Pada abad ke 21, interaksi makin interns antara Arab dan
kebudayaan Islam di dunia Barat. Pada saat itu banyak sekolah
dan perguruan tinggi di Amerika Serikat yang membuka program
studi dan menawarkan mata pelajaran dan mata kuliah tentang
kultur Arab dan ajaran Islam.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmuan Arab Islam berkontribusi besar
pada perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat.
e) Pendidikan Abad Pertengahan
Perspektif kurikulum pada era ini terkait dengan ajaran Kristen.
Sekolah menengah, sekolah monasik dan sekolah katedral
menawarkan kurikulum pengetahuan umum. Adapun sekolah yang
memberikan keterampilan pokok dan kejuruan dilakukan untuk
gilda perdagangan dan kerajinan.
f) Pendidikan Era Reformasi
Martin Luther King dari Jerman Dan John Calvin dari
Perancis,adalah dua kontributor utama dalam perubahan kurikulum
di era Reformasi. Luther ingin bahwa pendidikan wajib bagi semua
anak dan sekolah harus dibawah kontrol pemerintah sehingga
mudah di monitor. Kemudian Calvin mengusulkan perlunya peran
rumah tangga dalam mengajarkan ajaran agama dengan benar.
Calvin juga menginginkan agar sekolah dan gereja sama-sama
fokus pada pengajaran agama. Kedua tokoh menganggap peran
strategi rumah tangga dalam pendidikan anak-anak sebagai bentuk
disiplin anak-anak.
Pada abad 16 muncul pendidik realis yang menyatakan banyak
pengetahuan yang perlu diketahui siswa selain pengetahuan klasik,
yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui observasi dan analisis.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa para realis menginginkan
pendidikan lebih berorientasi pada kehidupan.
g) Pendidikan Menjelang Abad ke 20
Pada awal tahun 1800-an, akademi mulai menggantikan sekolah
Gramar latin karena Akademi menawarkan beragam kurikulum praktis
bagi siswa yang akan bekerja setelah tamat. Kemudian, Herbart yang
dikenal sebagai Bapak Sains Pendidikan dan Bapak Psikologi Modern
mengembangkan 5 metode pengajaran yaitu :
a. Association : mengembangkan antara pengetahuan yang telah
diketahui dan yang akan diketahui siswa
b. Presentation :menyajikan materi yang akan dipelajari menurut
psikologi anak
c. Association : mengembangkan analogi dengan materi sebelumnya
d. Geleralization : berpindah dari contoh konkret ke yang abstrak
e. Application : memakai pengetahuan yang baru diperoleh sebagai
basis bagi pengembangan pengetahuan selanjutnya
Esensi tujuan pendidikan Hertbart adalah mengembangkan manusia
berbudaya sesuai standar nilai-nilai yang tinggi.
Selanjutnya, Leo Tolstoy dari Rusia memperkenalkan pendidikan
Pestalozzi yang mengembangkan sekolah dasar dengan
membebaskan anak-anak keluar masuk sekolah sesuai keinginan dan
dijadikan sebagai tempat anak anak bebas bermain dengan ide-ide,
belajar diskusi atas bantuan guru dan orang dewasa dimasyarakat.
2. Pendidikan Abad ke 20
Ide James tentang Leaerning by doing sangat berkesan pada Dewey
Yang Akhirnya menekankan perlunya pendidik menyadari bahwa
pendidikan harus melibatkan anak secara bermakna dalam kehidupan
social. Ide inilah yang membawa Dewey ke kesimpulan bahwa sekolah
dan masyarakat tidak terpisah. Oleh karena itu, tujuan sekolah ialah
untuk menyelesaikan masalah social agar terbentuk masyarakat yang
lebih baik. Berdasarkan tujuan tersebut pendidikan harus berfokus pada
pembentukan invidu anak yang baik, sehingga kebutuhan
perkembangan individual anak harus bisa berkonstribusi pada
kemajuan masyarakat nantinya.
Tahun 1960-an timbul ide sekolah komperhensif dan profesi, untuk
ide ini diperlukan kurikulum yang mencakup pembelajaran bahasa
inggris, bahasa asing, sains, ilmu social dan humaniora.
Kecenderungan berlanjut sampai tahun 1970-an dan tahun 1980-an.
Dapat kita simpulkan bahwa selama abad terakhir, program sekolah
atau kurikulum telah mengalami banyak perubahan dalam beberapa
waktu tertentu sebagai cara untuk melakukan penyesuaian dengan
dinamika perkembangan dan kemajuan masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA