Kelas: MPI 3 C
Nim: 1860207222093
1. Komponen-komponen kurikulum yang terdiri dari 1) tujuan, 2) isi/bahan, 3)
pola atau model aktivitas belajar (strategi pembelajaran), dan 4) evaluasi;
agar memiliki relevansi dan tingkat fleksibilitas yang tinggi perlu di
topang oleh lima landasan kurikulum (filosofis, IPTEK, sosio-kultur/budaya,
psikologis, organisatoris-teori belajar.
a. Jelaskan orientasi dari masing-masing landasan Jelaskan pula kotribusi dari masing-
masing tersebut disertai contoh!?
Sebuah bangunan gedung yang tinggi tentu membutuhkan landasan atau fondasi yang
kuat agar dapat berdiri tegak, koko, dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak
memiliki fondasi yang kokoh maka cepat ambruk atau hancur. Hal ini juga berlaku dalam
pengembangan kurikulum. Apabila landasan atau fondasi pendidikan/kurikulum lemah dan
tidak kokoh maka yang dipertaruhkan adalah manusianya (peserta didik). Landasan
pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan
dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu kurikulum lembaga pendidikan,
baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Menurut salah seorang ahli kurikulum yang bernama Robert S. Zais (1976),
kurikulum suatu lembaga pendidikan didasarkan kepada lima landasan (foundation) yang
digambarkan dalam suatu model yang disebut “An Eclectic Model of the curriculum and its
foundation” yaitu suatu kurikulum yang komponen-komponennya terdiri atas tujuan (aims,
goals, objectives), isi/bahan (content), aktivitas belajar (learning activities) dan evaluasi
(evaluation), agar memiliki tingkat relevansi dan fleksibilitas yang tinggi perlu ditopang oleh
lima landasan. Landasan utama dari kurikulum tersebut yaitu landasan filosofis
(philoshophical assumption), sedangkan landasan lainnya yaitu hakikat ilmu pengetahuan
(epistemology), masyarakat dan kebudayaan (society and culture), individu peserta didik (the
individual), dan teori-teori belajar (learning theory).
Senada dengan pendapat Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein &
Hunkins,1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang
melandasi suatu kurikulum (dalam hal ini disebut school purposes) melalui visualisasi
sebagai berikut
Dengan memperhatikan kedua pandangan tersebut, secara umum terdapat tiga aspek
pokok yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, dan landasan sosiologis.
Untuk lebih memperjelas pemahaman mengenai landasan kurikulum, berikut ini diuraikan
ketiga aspek pokok yang menjadi landasan dalam mengembangkan suatu kurikulum.
A. Landasan Filosofis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”.
Philos, artinya cinta yang mendalam, dan shopia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan
demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan.
Secara populer filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau
pendirian hidup bagi individu.
Contoh Landasan Filsafat : Hendak dibawa ke mana siswa yang dididik itu?
Masyarakat bagaimana yang harus diciptakan malalui ikhtiar pendidikan? Apa hakikat
pengetahuan yang harus dipelajari dan dikajo siswa? Norma-norma atau sistem nilai yang
bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Bagaimana
sebaiknya proses pendidikan berlangsung?
B. Landasan IpTek
Adanya covid-19 membuat dunia pendidikan harus banyak berinovasi dalam dunia iptek,
sekolah dari gmeet dan alat pembelajaran penunjang lain adalah hasil dari perkembangan
iptek
C. Landasan Sosio-Kultural/Budaya
untuk selalu hidup bersama dengan sesamanya. Menurut Abu Ahmadi, sosial adalah
perkembangan pribadi. Kata kultur berasal dari bahasa Inggris yaitu culture sedangkan
jika dikaji secara mendalam kultur memiliki arti yaitu sebuah budaya. Budaya ini
berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya yang artinya adalah suatu bentuk jamak
dari kata buddhi (budi dan akal). Landasan sosiokultural mengandung makna norma
dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh
suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa harus bersimpati
pada berbagai dimensi kultur terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai makhluk yang
“belum selesai” dan harus berkembang, maka kultur juga terkait dengan usaha
pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi, maka dari itu dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
lingkungannya.
2. Kultur merupakan suatu system yang terkait dengan system sosial. Budaya
dari satu pihak mengkondisikan suatu system sosial dalam arti ikut serta
sosial.
2. Melibatkan orang tua, wali, dan masyarakat dalam proses pengembangan kurikulum
sehingga kurikulum dapat mencerminkan nilai-nilai lokal dan aspirasi masyarakat
C. Landasan Psikologis
berasal dari proses pendidikan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
dalam pendidikan tentu saja berkaitan dengan proses perubahan yang terjadi
terjadi pada peserta didik dapat membentuk kemampuan atau kompetensi aktual
maupun potensial.
yang dialami oleh peserta didik, pada umumnya diperoleh melalui proses
peserta didik. Cara belajar dan mengajar yang dapat memberikan hasil optimal
tentu memerlukan pemikiran yang mendalam, yaitu dilihat dari kajian psikologi
belajar (Susilana, dkk.: 2006). Anak adalah pribadi yang unik harus diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri dan
memiliki perbedaan dan juga persamaan. Implikasinya adalah:
menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat
pendidikan berikutnya
Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus
disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan
(Zainal Arifin, 2011). Berdasarkan pengertian di atas bahwa organisasi kurikulum adalah pola
dan susunan komponen-komponen kurikulum yang diorganisasi menjadi mata pelajaran,
program, lessons, topik, unit yang tujuannya untuk mempermudah siswa memahami apa yang
diajarkan sehingga menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Jhon D. McNeil, tidak ada teori organisasi kurikulum yang dapat dianggap
memadai. Sekalipun demikian, terdapat beberapa konsep dan prinsip yang dapat diterapkan
dalam teori dan praktik. Para pengembang kurikulum diharapkan dapat mengembangkan
berbagai program pendidikan yang lebih bersifat komprehensif, konsisten, dan efektif.
Kegiatan belajar di sekolah tentu berbeda dengan kegiatan belajar di luar sekolah. Di sekolah,
semua kegiatan dan pengalamn belajar diatur dan diorganisasikan secara formal, terutama
berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan belajar dilakukan.
Sekalipun demikian, apa yang harus dipelajari peserta didik tetap harus terstruktur,
terutama berkaitan dengan mata pelajaran (Zainal Arifin, 2011).
Berikut terdapat dua dimensi pokok organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin, 2011)
yaitu: dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar.
antara lain: a. Konsep Yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan adanya
hubungan empiris. Hampir setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun berdasarkan konsep,
seperti peserta didik, masyarakat, kebudayaan, kuantitas, dan kualitas, ruangan, dan evolusi.
d. Nilai-nilai Yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat
absolut untuk mengendalikan perilaku. Misalnya, menghargai diri sendiri, menghargai
kemuliaan dan kedudukan setiap orang tanpa memperhatikan ras, agama, kebangsaan, dan
status sosial-ekonomi. Mengorganiasi unsur-unsur kurikulum bahwa mampu memilih tujuan
yang jelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik minta maupun bakat peserta
didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan dengan domain moral dan etika sebagai fungsi dan
integratif, maka nilai-nilai merupakan unsur organisasi yang tepat (Zainal Arifin, 2011).
Ralph Tyler
Definisi kurikulum menurut Ralph Tyler adalah semua pelajaran murid yang direncanakan serta
dilaksanakan pihak sekolah, guna mencapai tujuan pendidikannya.
Murray Print
Dikutip dari buku Pengantar Kurikulum (2015) oleh Sarinah, menurut Murray Print, pengertian
kurikulum adalah: "Kurikulum merupakan ruang pembelajaran yang terencana, dan diberikan langsung
kepada siswa oleh lembaga pendidikan, yang dapat dinikmati sesuai penerapannya." Grayson
Good V. Carter
Pengertian kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematis, atau urutan subyek yang
dipersyaratkan demi kelulusan atau sertifikasi pelajaran mayor.
George A. Beauchamp
Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik. Pengajaran ini dilakukan lewat pembagian mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, serta
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kerr, J. F.
Menurutnya, kurikulum adalah pembelajaran yang dirancang serta dilaksanakan oleh individu atau
kelompok, baik di dalam maupun luar sekolah. Baca juga: Kurikulum: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan
Komponennya
2. Toleransi dan Kerjasama: "Hidden Curriculum" di bidang PAI juga bisa mencakup
nilai-nilai toleransi antar agama dan kerjasama antar individu. Melalui interaksi sosial
di sekolah, siswa dapat belajar untuk menghormati perbedaan agama dan bekerja
sama dengan sesama.
Sedangkan untuk "Hidden Kurikulum" dalam pembelajaran Qur'an, Hadis, Akhlak, Fiqih, dan
SKI (Studi Kritis Islam) untuk Madrasah MI-MTs-MA, contohnya dapat melibatkan:
1. Sikap Hormat terhadap Kitab Suci: Selain mempelajari isi Al-Qur'an dan Hadis
secara formal, "Hidden Kurikulum" dapat mencakup pengembangan sikap hormat
terhadap Al-Qur'an sebagai Kitab Suci. Guru dan lingkungan sekolah dapat
memperkuat keberkahan dan keagungan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
1. Perencanaan kurikulum
a. Tingkat Pusat
1) Tujuan pendidikan
2) Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)
3) Pedoman – pedoman pelaksanaan yang dilaksanakan di sekolah meliputi :
a) Struktur program (susunan mata pelajaran dan alokasi waktu)
b) Pedoman penyusunan kalender pendidikan
c) Pedoman penyusunan jadwal pelajaran
b. Tingkat Sekolah, merencanakan :
1) Program tahunan
2) Program semester (caturwulan)
3) Silabus
4) Satuan pelajaran
5) Jadwal pelajaran sekolah
2. Pelaksanaan Kurikulum
Tahap pelaksanaan kurikulum merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran,
sedangkan kegiatan manajemen kurikulum pada tahap ini berupa kegiatan
pengelolaan pembelajaran, misalnya melalui manajemen kelas. Dalam
pelaksanaan kurikulum guru mempunyai hak penuh untuk mengaplikasikan
rencana – rencana yang telah dibuat. Hasil dari pembelajaran bergantung pada
guru dalam mengolah sehingga dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang
diinginkan.
KBM Latihan Teori & Praktek Tes Lulus KBM berikutnya
3. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi atau penilaian kurikulum dimaksudkan untuk melihat atau menaksir
keefektifan kurikulum yang digunakan oleh guru yang mengaplikasikan
kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum dapat dijadikan umpan balik dari
pencapaian tujuan kurikulum secara maksimal. Evaluasi di sekolah dapat dibagi
menjadi dua yaitu, (1) evaluasi formatif, evaluasi yang dilakukan oleh guru
setelah pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa, (2) evaluasi sumatif, evaluasi
yang dilakukan oleh guru setelah satu jangka waktu trtentu (semester).
4. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dapat dikatan sebagai perubahan sistem kurikulum
yang terjadi karena adanya perkembangan kehidupan dan IPTEKS. Hal ini
diperlukan untuk merespon perkembangan IPTEKS, perubahan sosial di luar
sistem pendidikan, pemenuhan kebutuhan siswa, kemajuan dalam pendidikan dan
perubahan sistem pendidikan itu sendiri. Di Indonesia, sudah ada sekian
perubahan atau pergantian kurikulum yang masing – masing kurikulum memiliki
kekurangan dan kelebihannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1990. Organisasi Administrasi. Jakarta: CV Rajawali.
Burhanudin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamalik Oemar.2006. Manejemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Hamalik Oemar , 2007. dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Bandung
Depdiknas. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, Tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.
Danin, Sudarwan. (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. Bandung:Pustaka Setia.
Danin Sudarwan. 2002 . Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Banung: CV. Pustaka Setia
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Dalam konteks menyukseskan MBS
dan KBK.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman.(2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Program Studi Pengembangan Kurikulum
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanusi, A.(dkk),(1991) Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan. Laporan Penelitian. Bandung: IKIP Bandung.
Sergiovani, J.T.(et.al), (1987). Educational Governance and Administration. New
York:Pretince-Hall Inc.
Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Wahjosumidjo.(1995). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjuan Teoretik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Yamin Martinis. 2006. Profesionalisme Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press.