Anda di halaman 1dari 14

Nama: Muhammad Ilhammudin

Kelas: MPI 3 C
Nim: 1860207222093
1. Komponen-komponen kurikulum yang terdiri dari 1) tujuan, 2) isi/bahan, 3)
pola atau model aktivitas belajar (strategi pembelajaran), dan 4) evaluasi;
agar memiliki relevansi dan tingkat fleksibilitas yang tinggi perlu di
topang oleh lima landasan kurikulum (filosofis, IPTEK, sosio-kultur/budaya,
psikologis, organisatoris-teori belajar.
a. Jelaskan orientasi dari masing-masing landasan Jelaskan pula kotribusi dari masing-
masing tersebut disertai contoh!?
Sebuah bangunan gedung yang tinggi tentu membutuhkan landasan atau fondasi yang
kuat agar dapat berdiri tegak, koko, dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak
memiliki fondasi yang kokoh maka cepat ambruk atau hancur. Hal ini juga berlaku dalam
pengembangan kurikulum. Apabila landasan atau fondasi pendidikan/kurikulum lemah dan
tidak kokoh maka yang dipertaruhkan adalah manusianya (peserta didik). Landasan
pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan
dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu kurikulum lembaga pendidikan,
baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Menurut salah seorang ahli kurikulum yang bernama Robert S. Zais (1976),
kurikulum suatu lembaga pendidikan didasarkan kepada lima landasan (foundation) yang
digambarkan dalam suatu model yang disebut “An Eclectic Model of the curriculum and its
foundation” yaitu suatu kurikulum yang komponen-komponennya terdiri atas tujuan (aims,
goals, objectives), isi/bahan (content), aktivitas belajar (learning activities) dan evaluasi
(evaluation), agar memiliki tingkat relevansi dan fleksibilitas yang tinggi perlu ditopang oleh
lima landasan. Landasan utama dari kurikulum tersebut yaitu landasan filosofis
(philoshophical assumption), sedangkan landasan lainnya yaitu hakikat ilmu pengetahuan
(epistemology), masyarakat dan kebudayaan (society and culture), individu peserta didik (the
individual), dan teori-teori belajar (learning theory).
Senada dengan pendapat Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein &
Hunkins,1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang
melandasi suatu kurikulum (dalam hal ini disebut school purposes) melalui visualisasi
sebagai berikut

Dengan memperhatikan kedua pandangan tersebut, secara umum terdapat tiga aspek
pokok yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, dan landasan sosiologis.
Untuk lebih memperjelas pemahaman mengenai landasan kurikulum, berikut ini diuraikan
ketiga aspek pokok yang menjadi landasan dalam mengembangkan suatu kurikulum.

A. Landasan Filosofis

Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”.
Philos, artinya cinta yang mendalam, dan shopia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan
demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan.
Secara populer filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau
pendirian hidup bagi individu.

Contoh Landasan Filsafat : Hendak dibawa ke mana siswa yang dididik itu?
Masyarakat bagaimana yang harus diciptakan malalui ikhtiar pendidikan? Apa hakikat
pengetahuan yang harus dipelajari dan dikajo siswa? Norma-norma atau sistem nilai yang
bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Bagaimana
sebaiknya proses pendidikan berlangsung?

B. Landasan IpTek

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis


yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan
teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang
dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh
penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John
Dewey, Archimides, dan lain-lain. Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami
perkembangan yang pesat.

Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan


temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan dan kurikulum. Industri dengan
teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau
tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia
yang handal untuk mengaplikasikannya. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari
penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan
lainnya.

Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program


pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin
canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para
guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Pendidikan dan kurikulum harus mampu
merespon perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang begitu cepat, karena
pendidikan merupakan upaya menyiapkan peserta didik menghadapi masa depan yang lebih
baik

Contoh Landasan Iptek Kurikulum

Adanya covid-19 membuat dunia pendidikan harus banyak berinovasi dalam dunia iptek,
sekolah dari gmeet dan alat pembelajaran penunjang lain adalah hasil dari perkembangan
iptek

C. Landasan Sosio-Kultural/Budaya

August Comte berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk yang dituntut

untuk selalu hidup bersama dengan sesamanya. Menurut Abu Ahmadi, sosial adalah

merupakan tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah

memandang hakekat suatu masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah.

Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan

prinsip-prinsip yang mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan

perkembangan pribadi. Kata kultur berasal dari bahasa Inggris yaitu culture sedangkan

jika dikaji secara mendalam kultur memiliki arti yaitu sebuah budaya. Budaya ini

berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya yang artinya adalah suatu bentuk jamak

dari kata buddhi (budi dan akal). Landasan sosiokultural mengandung makna norma

dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh

suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa harus bersimpati

pada berbagai dimensi kultur terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai makhluk yang
“belum selesai” dan harus berkembang, maka kultur juga terkait dengan usaha

pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi, maka dari itu dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

1. Kultur dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi

lingkungannya.

2. Kultur merupakan suatu system yang terkait dengan system sosial. Budaya

dari satu pihak mengkondisikan suatu system sosial dalam arti ikut serta

membentuk atau mengarahkanm tetapi juga dikondisikan oleh system

sosial.

Contoh Landasan Sosio-Kultural/Budaya

1. Mendorong kurikulum untuk mencerminkan keberagaman dan inklusivitas,


memastikan representasi yang adil dari berbagai kelompok etnis, agama, bahasa, dan
budaya dalam materi pembelajaran,

2. Melibatkan orang tua, wali, dan masyarakat dalam proses pengembangan kurikulum
sehingga kurikulum dapat mencerminkan nilai-nilai lokal dan aspirasi masyarakat

C. Landasan Psikologis

Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan seseorang

dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan. Lingkungan yang dimaksud dapat

berasal dari proses pendidikan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan

dalam pendidikan tentu saja berkaitan dengan proses perubahan yang terjadi

pada peserta didik. Dengan adanya kurikulum diharapkan perubahan yang

terjadi pada peserta didik dapat membentuk kemampuan atau kompetensi aktual

maupun potensial.

Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan


perkembangan merupakan kajian dari psikologi perkembangan. Oleh karena itu,

dalam pengembangan kurikulum harus senantiasa berhubungan dengan program

pendidikan untuk kepentingan peserta didik maka landasan psikologi mutlak

harus menjadi dasar pengembangan kurikulum. Perkembangan-perkembangan

yang dialami oleh peserta didik, pada umumnya diperoleh melalui proses

belajar. Guru/pendidik harus selalu mencari upaya untuk dapat membelajarkan

peserta didik. Cara belajar dan mengajar yang dapat memberikan hasil optimal

tentu memerlukan pemikiran yang mendalam, yaitu dilihat dari kajian psikologi

belajar (Susilana, dkk.: 2006). Anak adalah pribadi yang unik harus diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri dan
memiliki perbedaan dan juga persamaan. Implikasinya adalah:

a. setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat,

minat dan kebutuhannya

b. di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang

wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran yang

sesuai dengan minat anak

c. kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan, juga

menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat

di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang

pendidikan berikutnya

d. kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan,

nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi

yang utuh lahir dan batin.


D. Organisatoris-Teori belajar.

Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten


kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi menjadi mata pelajaran,
program, lessons, topik, unit, dan sebagainya untuk mencapai efektivitas pendidikan
(Muhammad Ansyar, 2015).

Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus
disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan
(Zainal Arifin, 2011). Berdasarkan pengertian di atas bahwa organisasi kurikulum adalah pola
dan susunan komponen-komponen kurikulum yang diorganisasi menjadi mata pelajaran,
program, lessons, topik, unit yang tujuannya untuk mempermudah siswa memahami apa yang
diajarkan sehingga menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

Menurut Jhon D. McNeil, tidak ada teori organisasi kurikulum yang dapat dianggap
memadai. Sekalipun demikian, terdapat beberapa konsep dan prinsip yang dapat diterapkan
dalam teori dan praktik. Para pengembang kurikulum diharapkan dapat mengembangkan
berbagai program pendidikan yang lebih bersifat komprehensif, konsisten, dan efektif.
Kegiatan belajar di sekolah tentu berbeda dengan kegiatan belajar di luar sekolah. Di sekolah,
semua kegiatan dan pengalamn belajar diatur dan diorganisasikan secara formal, terutama
berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan belajar dilakukan.

Sekalipun demikian, apa yang harus dipelajari peserta didik tetap harus terstruktur,
terutama berkaitan dengan mata pelajaran (Zainal Arifin, 2011).

Berikut terdapat dua dimensi pokok organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin, 2011)
yaitu: dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar.

Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum dalam Meningkatkan Pendidikan di


Indonesia Dimensi isi lebih banyak diterima oleh para pengembang kurikulum dibandingkan
dengan dimensi pengalaman belajar. Padahal, dalam organisasi kurikulum bukan hanya
mengandung dimensi isi melainkan juga dimensi pengalaman belajar (Zainal Arifin, 2011).
Adapun unsur-unsur organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin, 2011)

antara lain: a. Konsep Yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan adanya
hubungan empiris. Hampir setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun berdasarkan konsep,
seperti peserta didik, masyarakat, kebudayaan, kuantitas, dan kualitas, ruangan, dan evolusi.

b. Generalisasi Membuat kesimpulan-kesimpulan yang jelas dari suatu fenomena di


sekitarnya.

c. Keterampilan Yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan


digunakan sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan. Misalnya,
organisasi pengalaman belajar berhubungan dengan keterampilan komprehensif,
keterampilan dasar untuk mengerjakan matematika, dan keterampilan menginterpretasikan
data.

d. Nilai-nilai Yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat
absolut untuk mengendalikan perilaku. Misalnya, menghargai diri sendiri, menghargai
kemuliaan dan kedudukan setiap orang tanpa memperhatikan ras, agama, kebangsaan, dan
status sosial-ekonomi. Mengorganiasi unsur-unsur kurikulum bahwa mampu memilih tujuan
yang jelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik minta maupun bakat peserta
didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan dengan domain moral dan etika sebagai fungsi dan
integratif, maka nilai-nilai merupakan unsur organisasi yang tepat (Zainal Arifin, 2011).

b. Jelaskan pula kotribusi dari masing-masing


landasan tersebut dalam pengembangan kurikulum; apa kontribusinya ke tujuan, ke
isi, ke stratregi pemelajaran, dan ke evaluasi/penilaian!
Terkait dengan pengembangan kurikulum, terdapat beberapa landasan yang dapat dijadikan
acuan, yaitu landasan filsafat, psikologi, sosiologi, dan Organisatoris-teori belajar. Setiap
landasan memiliki kontribusi yang berbeda-beda dalam pengembangan kurikulum
 Landasan Filsafat: Landasan ini memberikan kontribusi dalam menentukan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Filsafat pendidikan yang dianut akan mempengaruhi
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Selain itu, landasan ini juga memberikan
kontribusi dalam menentukan isi kurikulum. Isi kurikulum harus sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai.
 Landasan Psikologi: Landasan ini memberikan kontribusi dalam menentukan
strategi pembelajaran yang tepat. Psikologi membahas tentang bagaimana cara belajar
yang efektif dan efisien. Dengan memahami psikologi, pengembang kurikulum dapat
menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
 Landasan Sosiologi: Landasan ini memberikan kontribusi dalam menentukan isi
kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kurikulum harus disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat agar peserta didik dapat mengembangkan diri sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
 Landasan Organisatoris-Teori Belajar: Landasan ini memberikan kontribusi dalam
menentukan evaluasi/penilaian yang tepat. Organisatoris-Teori belajar membahas
tentang bagaimana cara mengukur hasil belajar peserta didik. Dengan memahami
teori pembelajaran, pengembang kurikulum dapat menentukan evaluasi/penilaian
yang sesuai dengan hasil belajar yang ingin dicapai.
2. Pada saat sekaranf istilahn kurikulum
sekurang-kurangnya memiliki epat dimensi pengertian; dimana satu dimensi dengan
dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut adalah
adalah: kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai rencana/dokumen, kurikulum
sebagai proses/implementasi, kurikulum sebagai suatu hasil/produk.
a. Jelaskan masing-masing dimensi tersebut
diseertai contoh masing-masing!?
Kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung
makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam
pengembangan kurikulum selanjutnya.
Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:
1) "....the content of instruction without reference to instructional ways or means" (Henry C.
Morrison, 1940).
2) "....curriculum is the substance of the school program. It is the content pupils are expected
to learn" (Donald E.Orlosky and B. Othanel Smith, 1978).
3) "...curriculum it self is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex
idea or set of ideas" (Oliva, 1997:12).
Contoh dari kurikulum sebagai dimensi/ide yaitu tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum dimensi rencana adalah sebagai seperangkat rencana dan cara
mengadmistrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan
tertentu.
Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:
1) ".....A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the learning
process and the development of the individual has bearing on the shaping of curriculum"
(Hilda Taba, 1962).
2) "....all planned learning outcomes for which the school is responsible" (W. Popham and
Eva L. Baker, 1970).
3) "....the planned and guided learning experiences and intended learning outcomes,
formulated through the systematic reconstruction of knowledge and experiences of the
school, for learner's continuous and will full growth in personal-social competence" (Daniel
Tanner and Laurel Tanner, 1975).
Contoh dari dimensi ini ialah rancangan proses pembelajaran ( RPP )
Kurikulum sebagai proses/implementasi dapat juga diartikan sebagai aktualisasi
kurikulum tertulis (written curriculum) kedalam bentuk pembelajaraan.
Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan dan penerapan. Ada beberapa
pendapat yang dikutip dari Binti Maunah diantaranya pendapat Majone dan Wildavky (1979)
yang menegemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan (dalam pressma. dan Wildavzky, 1984).
Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide dan konsep.
Adapun kurikulum dapat diartikan dokumen kurikulum (kurikulum potensial). Dikemukakan
juga bahwa implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai
penegembangan kurikulum , dan peserta didika sebagai subjek belajar.
Contoh dari dimensi ini ialah praktek pembelajaran/ proses belajar mengajar.
Kurikulum sebagai dimensi hasil produk memandang kurikulum itu sangat
memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.
Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:
1) “....a structured series of intended learning outcomes "(Mauritz Johnson, Jr., 1967).
2) "Curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan
concerned with purposes, with what is to be learned and with the result of instruction" (Unruh
and Unruh, 1984:96).
3) "segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan
dalam situasi di dalam ataupun di luar sekolah " (Hilda Taba dalam Nasution, Azas-azas
kurikulum).
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam dunia
pendidikan dan persekolahan di negara kita, yaitu kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yang disusun guna memperlancar proses pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum seperti yang tertera dalam
Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa "kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu".
Contohnya ialah tes baik tulis maupun tulisan dan ujian nasional.
B. Kemukakan definisi kurikulum d=secara
preskriptife dan deskriptif menurut para ahli kurikulum!?
Caswell and Campbell
Dilansir dari buku Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan Abad 21 (2021), definisi
kurikulum menurut Caswell and Campbell adalah: "Kurikulum adalah penyusunan pengalaman yang
digunakan guru sebagai proses untuk membimbing anak didiknya menuju kedewasaan." Caswell dan
Campbell menyatakan bahwa kurikulum yang dianggap sebagai bidang studi, tidak mewakili keterbatasan
isi, melainkan sebagai proses juga prosedur.

Ralph Tyler
Definisi kurikulum menurut Ralph Tyler adalah semua pelajaran murid yang direncanakan serta
dilaksanakan pihak sekolah, guna mencapai tujuan pendidikannya.

Murray Print
Dikutip dari buku Pengantar Kurikulum (2015) oleh Sarinah, menurut Murray Print, pengertian
kurikulum adalah: "Kurikulum merupakan ruang pembelajaran yang terencana, dan diberikan langsung
kepada siswa oleh lembaga pendidikan, yang dapat dinikmati sesuai penerapannya." Grayson

Menurutnya, kurikulum diartikan sebagai perencanaan untuk mendapat pengeluaran yang


diharapkan dari suatu proses belajar.

Good V. Carter
Pengertian kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematis, atau urutan subyek yang
dipersyaratkan demi kelulusan atau sertifikasi pelajaran mayor.

George A. Beauchamp
Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik. Pengajaran ini dilakukan lewat pembagian mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, serta
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Kerr, J. F.
Menurutnya, kurikulum adalah pembelajaran yang dirancang serta dilaksanakan oleh individu atau
kelompok, baik di dalam maupun luar sekolah. Baca juga: Kurikulum: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan
Komponennya

C. Kemukakan pula disertai contoh yang dimaksud


“Hidden Curriculum” dalam PAI untuk SD-SMP-SMA dan “Hidden Kurrikulum”
dalam pembelajaran
Qur’an -Hadis, Akhlak, Fiqih dan SKI untuk Madrasah MI-MTs-MA??

"Hidden Curriculum" atau kurikulum tersembunyi merujuk pada nilai-nilai, norma,


dan perilaku yang tidak diajarkan secara eksplisit dalam kurikulum formal, tetapi diakui atau
diterapkan dalam konteks pendidikan. Untuk pendidikan agama Islam, termasuk Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SD-SMP-SMA dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), "Hidden Curriculum" mencakup nilai-nilai spiritual,
etika, dan norma-norma moral yang terkandung dalam ajaran agama Islam.
Contoh "Hidden Curriculum" dalam PAI (Pendidikan Agama Islam) untuk SD-SMP- SMA:

1. Kesadaran Beribadah: Meskipun kurikulum formal mungkin fokus pada


pemahaman ajaran agama Islam, "Hidden Curriculum" dapat mencakup kesadaran
dan penghargaan terhadap ibadah harian seperti shalat, puasa, dan zakat. Guru dan
lingkungan sekolah dapat memperkuat nilai-nilai ini dengan mencontohkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Toleransi dan Kerjasama: "Hidden Curriculum" di bidang PAI juga bisa mencakup
nilai-nilai toleransi antar agama dan kerjasama antar individu. Melalui interaksi sosial
di sekolah, siswa dapat belajar untuk menghormati perbedaan agama dan bekerja
sama dengan sesama.

3. Kepemimpinan Berbasis Moral: Meskipun tidak diajarkan secara eksplisit, sekolah


dapat mempromosikan kepemimpinan berbasis moral. Siswa dapat diajak untuk
mengambil inisiatif dalam membantu sesama, mengutamakan keadilan, dan menjadi
teladan bagi nilai-nilai positif.

Sedangkan untuk "Hidden Kurikulum" dalam pembelajaran Qur'an, Hadis, Akhlak, Fiqih, dan
SKI (Studi Kritis Islam) untuk Madrasah MI-MTs-MA, contohnya dapat melibatkan:

1. Sikap Hormat terhadap Kitab Suci: Selain mempelajari isi Al-Qur'an dan Hadis
secara formal, "Hidden Kurikulum" dapat mencakup pengembangan sikap hormat
terhadap Al-Qur'an sebagai Kitab Suci. Guru dan lingkungan sekolah dapat
memperkuat keberkahan dan keagungan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kemampuan Berpikir Kritis: Dalam pembelajaran Fiqih dan SKI, "Hidden


Kurikulum" mungkin mencakup pengembangan kemampuan berpikir kritis terhadap
ajaran agama. Siswa dapat diajarkan untuk mempertanyakan, menganalisis, dan
memahami konteks serta relevansi ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan modern.

3. Pengembangan Akhlak Mulia: "Hidden Kurikulum" juga dapat memperkuat


pengembangan akhlak mulia melalui contoh-contoh praktis dari kehidupan sehari-hari
yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, siswa dapat diajak untuk berperilaku
jujur, menghormati sesama, dan berbuat baik kepada orang lain.
Keduanya, "Hidden Curriculum" dalam PAI dan "Hidden Kurikulum" dalam pembelajaran
agama Islam di Madrasah, memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai
moral siswa di luar kurikulum formal yang diajarkan.

3. Deskripsikan menurut Anda pernyataan ini!? Manajemen merupakan salah


satu hal penting dalam implementasi kurikulum, terutama kurikulum baru.
Implementasi kurikulum merupakan salah satu bagian penting pula dari manajemen
kurikulum. Implementasi kurikulum merupakan bagian dari keseluruhan
manajemen
kurikulum yang mencakup 1) pengembangan kurikulum (curriculum development) 2)
implementasi (implementation), 3) umpan balik (feedback), 4) evaluasi (evaluation),
dan 5) modifikasi (modification), dan
6) kontruksi kurikulum (curriculum
construction).

Menurut Suharsini Arikunto (2000:8), manajemen kurikulum adalah penerapan jenis


kegiatan dan fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian) dalam kurikulum.
Sedangkan, menurut Lunenberg dan Orstein (2000) dalam manajemen kurikulum terdapat
tiga proses yaitu, perencanaan kurikulum (planning the curriculum), pelaksanaan kurikulum
(implementation the curriculum) dan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum (evaluating
the curriculum).

1. Perencanaan kurikulum

Perencanaan kurikulum harus memerhatikan karakteristik kurikulum yang baik


meliputi isinya, pengorganisasian maupun peluang – peluang untuk menciptakan yang
baik untuk mudah diwujudkan oleh pelaksana kurikulum yaitu, guru. Rencana
pembelajaran dapat berupa persiapan mengajar, silabus, program semester, program
tahunan, pemilihan bahan ajar, pemilihan strategi pembelajaran dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dirinci
menjadi dua yakni,

a. Tingkat Pusat
1) Tujuan pendidikan
2) Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)
3) Pedoman – pedoman pelaksanaan yang dilaksanakan di sekolah meliputi :
a) Struktur program (susunan mata pelajaran dan alokasi waktu)
b) Pedoman penyusunan kalender pendidikan
c) Pedoman penyusunan jadwal pelajaran
b. Tingkat Sekolah, merencanakan :
1) Program tahunan
2) Program semester (caturwulan)
3) Silabus
4) Satuan pelajaran
5) Jadwal pelajaran sekolah
2. Pelaksanaan Kurikulum
Tahap pelaksanaan kurikulum merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran,
sedangkan kegiatan manajemen kurikulum pada tahap ini berupa kegiatan
pengelolaan pembelajaran, misalnya melalui manajemen kelas. Dalam
pelaksanaan kurikulum guru mempunyai hak penuh untuk mengaplikasikan
rencana – rencana yang telah dibuat. Hasil dari pembelajaran bergantung pada
guru dalam mengolah sehingga dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang
diinginkan.
KBM  Latihan Teori & Praktek  Tes Lulus  KBM berikutnya
3. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi atau penilaian kurikulum dimaksudkan untuk melihat atau menaksir
keefektifan kurikulum yang digunakan oleh guru yang mengaplikasikan
kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum dapat dijadikan umpan balik dari
pencapaian tujuan kurikulum secara maksimal. Evaluasi di sekolah dapat dibagi
menjadi dua yaitu, (1) evaluasi formatif, evaluasi yang dilakukan oleh guru
setelah pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa, (2) evaluasi sumatif, evaluasi
yang dilakukan oleh guru setelah satu jangka waktu trtentu (semester).
4. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dapat dikatan sebagai perubahan sistem kurikulum
yang terjadi karena adanya perkembangan kehidupan dan IPTEKS. Hal ini
diperlukan untuk merespon perkembangan IPTEKS, perubahan sosial di luar
sistem pendidikan, pemenuhan kebutuhan siswa, kemajuan dalam pendidikan dan
perubahan sistem pendidikan itu sendiri. Di Indonesia, sudah ada sekian
perubahan atau pergantian kurikulum yang masing – masing kurikulum memiliki
kekurangan dan kelebihannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1990. Organisasi Administrasi. Jakarta: CV Rajawali.
Burhanudin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamalik Oemar.2006. Manejemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Hamalik Oemar , 2007. dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Bandung
Depdiknas. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, Tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.
Danin, Sudarwan. (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. Bandung:Pustaka Setia.
Danin Sudarwan. 2002 . Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Banung: CV. Pustaka Setia
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Dalam konteks menyukseskan MBS
dan KBK.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman.(2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Program Studi Pengembangan Kurikulum
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanusi, A.(dkk),(1991) Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan. Laporan Penelitian. Bandung: IKIP Bandung.
Sergiovani, J.T.(et.al), (1987). Educational Governance and Administration. New
York:Pretince-Hall Inc.
Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Wahjosumidjo.(1995). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjuan Teoretik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Yamin Martinis. 2006. Profesionalisme Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press.

Anda mungkin juga menyukai