KURIKULUM
Landasan-landasan Kurikulum:
1. Psikologi
Nilai-nilai asasi (fitrah) anak. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi
antar-individu, yaitu antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara
peserta didik dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan
makhluk lainnya seperti binatang, benda dan tumbuhan karena salah satunya
yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya. Benda dan tanaman tidak mempunyai
aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki taraf psikologis yang lebih
tinggi dibanding manusia yang juga memiliki akal sebagai titik pembeda di
antara keduanya. Kondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik
seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku
dalam interaksi dengan lingkungan”. Perilaku-perilakunya merupakan
manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak
tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang
berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana
perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar
itu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dan besar
kaitannya dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan
psikologi belajar.
2. Sosiologi
Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang berlaku di masyarakat. Landasan
sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang
dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa kurikulum harus
berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari
masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal
dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya
dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam
melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan
perkembangan masyarakat tersebut.
Sosiologi dalam pembahasannya mencakup secara garis besar akan
perkembagan masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam
masyarakat yang da di Indonesia ini. Karena beraneka ragamnya budaya
masyarakat yang ada di negeri ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya
juga harus menyesuaikan pada budaya masyarakat yanga akan menjadi objek
pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan tersebut. Tidak bisa kita
menggunakan kurikulum pendidikan untuk orang – orang pedalaman untuk
diajarkan kepada orang-orang maju seperti di kota dan pendidikan luar wilayah
tersebut yang lebih maju.
3. Historis
Kurikulum yang mampu memfasilitasi peserta didik belajar sesuai zamannya, yaitu :