Anda di halaman 1dari 4

Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Dalam subjek pendidikan, manusia merupakan makhluk monopluralis sekaligus


monodualis, yang artinya sebagai berikut :
A. Monodualis adalah suatu paham yang menganggap bahwa hakikat sesuatu
adalah merupakan dua unsur yang terkait menjadi satu kebulatan. Dalam hal
manusia sebagai subjek pendidikan maka manusia sebagai makhluk individu
memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.
Katiannya dengan karakteristik peserta didik maka unsur yang termasuk dalam
makhluk monodualis adalah perkembangan moral dan spiritual, perkembangan
emosi, perkembangan kognitif, perkembangan motorik, perkembangan sosial
yang ada dari dalam diri peserta didik.
B. Monopluralis adalah paham yang mengakui bahwa bangsa indonesia terdiri dari
berbagai unsur beraneka ragam, seperti suku, adat dan budaya, agama namun
semuanya terkait menjadi satu kesatuan. Paham dimana suatu kerangka interaksi
yang mana setiap kelompok penampilan rasa hormat dan toleran satu sama lain,
berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembauran). Manusia sebagai subjek
dalam pendidikan, berarti bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki
beraneka ragam perbedaan khususnya dalam bidang pendidikan. Misalnya : Gaya
belajar, motivasi, etnik, kultural, status sosial, minat, dan kemampuan awal.
Perbedaan tersebut muncul dari luar diri peserta didik.
Dengan memperhatikan dua subjek tersebut dalam hubungannya dengan
karakteristik peserta didik adalah guru harus memahami hakikat peserta didik
sebagai makhluk monodualis dan makhluk monopluralis. Semua perbedaan yang
melekat pada diri peserta didik baik dari dalam maupun dari luar harus benar-
benar diperhatikan, digali, dan dimanfaatkan oleh guru terkait dengan penerapan
praktek pendidikan. Seorang guru yang telah memperhatikan karakteristik peserta
didik secara keseluruhan dengan baik, maka guru tersebut mampu mengkoordinir
pelaksanaan pembelajaran dengan baik. Pemahaman karakteristik peserta didik
tersebut dimanfaatkan oleh guru dalam penerapan teori belajar, strategi belajar,
metode belajar, dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing siswa, maka pembelajaran di dalam kelas akan lebih
menyenangkan dan bermakna sesuai tuntutan perkembangan jaman dan
kurikulum 2013 saat ini.

Di era perkembangan pengetahuan yang sangat pesat ini, kurikulum tidak lagi dianggap
sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengelaman belajar peserta didik,
Pandangan lama menganggap kurikulum sebagai kumpulan dari mata pelajaran atau
bahan ajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari siswa, sedangkan pandangan
yang kemudian lebih menekankan pada pengalaman belajar. Selain itu, ada yang
mengklasifikasikan konsep-konsep kurikulum berdasarkan pandangan tradisional dan
pandangan modern. Pandangan tradisional menganggap kurikulum tidak lebih dari
sekadar rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran apa yang harus
ditempuh siswa di suatu sekolah, itulah kurikulum, sedangkan pandangan modern
menganggap kurikulum lebih dari sekadar rencana pelajaran. Kurikulum dianggap
sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam
keseluruhan proses pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat mutlak dan
bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Peran kurikulum dalam
pelaksanaan pembelajaran:
A. Peranan Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai
sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang
dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal
ini para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini
sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan, yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan
nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
B. Peranan Kreatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi
setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang
terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa
mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu
setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk
memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuankemampuan baru,
serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
C. Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan
budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan
sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu
disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu,
perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum
tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peranan kurikulum
tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil
perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk
menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan-penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang dan
harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi
ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum pendidikan
menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi
tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, di antaranya
pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan
demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya dapat memahami betul apa
yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang
tugas masing-masing.

Sebagai seorang guru harus memiliki standar kompetensi, diantaranya kompetensi


pedagogi. Aspek dari kompetensi pedagogi, antaralain adalah melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Sebagai kegiatan terakhir dari pelaksanaan pembelajaran, refleksi


merupakan cara mengevaluasi berhasil tidaknya rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pada kegiatan refleksi ini pula guru dapat menentukan tindak lanjut
yang harus dilakukan. Melaui proses refleksi, seorang guru akan terbantu
untuk menemukan metode terbaik dalam proses belajar mengajar. Di samping itu,
guru menjadi lebih mudah ketika mengeksplorasi dan memaksimalkan potensi
peserta didik karena telah memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada.
Untuk melaksanakan refleksi ini, guru harus memiliki Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sesuaikan dengan situasi dan kondisi
mengajar saat ini. Guru juga hendaknya memiliki jurnal mengajar yang merupakan
catatan atau dokumentasi kegiatan belajar mengajar. Ada baiknya pada saat
mengajar dengan sistem tanpa tatap muka, interaksi terhadap peserta didik tetap
berjalan. Guru tetap memberikan masukan dan penilaian atas pekerjaan peserta
didik sebagai bentuk interaksi dalam sebuah proses pembelajaran. Seorang guru
juga dapat meminta bantuan dari rekannya sesama guru untuk mengevaluasi
kemampuan dan kompetensi mengajar dirinya dengan tujuan mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi tentang mengajar. Seburuk apapun hasil evaluasi
tersebut harus diterima dan dijadikan bahan masukan agar dapat meningkatkan
kualitas mengajar seorang guru. Berbagai tahapan ini sangat diperlukan sebagai
bahan untuk menelaah kembali apa yang sudah dilakukan sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya dapat diperbaiki kualitasnya.
Hasil refleksi dapat menentukan langkah apa saja yang akan kita ambil dan
laksanakan selanjutnya. Bisa kita tuangkan kembali dalam bentuk RPP yang
merupakan hasil analisis dan interpretasi dari data yang sudah kita peroleh.
Disinilah kita melakukan kembali proses perencanaan pembelajaran berkaitan
dengan permasalahan dan situasi dan kondisi saat ini. Ini bukan sesuatu yang
mudah. Apalagi bagi guru yang belum pernah melaksanakan refleksi. Berfikir
kritis, analitik, menyiapkan data menjadi sebuah rumusan, hingga tindakan
alternatif yang memunculkan solusi, butuh pengetahuan dan pengalaman terkait
dengan materi pembelajaran. Ketika seorang guru telah mampu melakukan
refleksi untuk mengukur tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar peserta
didik, mengevaluasi proses pembelajaran, dapat mengidentifikasi penyebab tidak
berhasilnya proses belajar, dan memperbaiki kualitas pembelajaran, maka kita
bisa berharap tujuan pembelajaran akan tercapai dengan kualitas dan kompetensi
yang dapat dibanggakan.

Anda mungkin juga menyukai