Anda di halaman 1dari 119

Copyright

Cetakan 1
Cetakan 1
Pembelajaran
Sosial Emosional
Mata Kuliah Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi
Pra Jabatan Tahun 2022
Cetakan 1

Kurator/Penulis :
Dr. Clara Moningka

Penelaah:
Muhamadf Nanang Suprayogi S Psi, M. Si, Ph. D
Ana Lanah, S Psi, M. Si

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (UUGD). mengamatkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya dalam Pasal 8
UUGD menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Sesuai dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang menyiapkan Mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan
persyaratan keahlian khusus.
Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan merupakan program pendidikan yang
menyiapkan guru sebagai sumber daya manusia berkualitas untuk memenuhi
kondisi ideal guru di Indonesia yang meliputi aspek kuantitas, distribusi, kualifikasi,
dan kompetensi. PPG Prajabatan bertujuan menghasilkan guru profesional
pemula yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong royong, dan
mampu menggunakan teknologi digital, serta melahirkan hal-hal yang inovatif dan
kreatif. Selain itu, PPG Prajabatan menekankan pada konsep Merdeka Belajar,
yang berpusat kepada peserta didik dan pembelajarannya, berkomitmen menjadi
teladan dan pembelajar sepanjang hayat serta memiliki dasar-dasar
kepemimpinan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PPG Prajabatan mengedepankan penguatan
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional melalui clinical practice atau program praktik lapangan
yang diintegrasikan dalam perkuliahan. Sebagai calon guru pemula, mahasiswa
PPG Prajabatan perlu dibekali pengalaman pembelajaran yang bermakna yang
nantinya akan bermanfaat ketika mereka mengajar di kelas. Hal ini dilaksanakan
dengan perkuliahan berbasis kegiatan dan refleksi yang dikombinasikan dengan

Pembelajaran Berdiferensiasi | i
praktik lapangan, termasuk di sekolah tempat guru pemula akan ditugaskan.
Pelaksanaan PPG Prajabatan melibatkan pengajar dari unsur akademisi, praktisi
pendidikan, dan Guru Penggerak. Keterlibatan pengajar dari berbagai unsur ini
bertujuan untuk menjembatani teori dan praktik di lapangan.
Paket-paket modul digunakan dalam perkuliahan yang dilaksanakan selama dua
semester melalui tiga kelompok mata kuliah, yaitu: Mata Kuliah Inti, Mata Kuliah
Pilihan Selektif, dan Mata Kuliah Pilihan Elektif. Setiap modul perkuliahan
mencakup komponen Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan asesmen,
perangkat pembelajaran, dan isi modul. Asesmen ketercapaian CPMK
dilaksanakan di antaranya melalui projek, studi kasus, portofolio, dan tes.
Perangkat pembelajaran meliputi Lembar Kerja (LK), media, dan sumber belajar
yang dilengkapi dengan pranala ke sumber belajar lainnya sebagai pengayaan.
Isi modul disusun berdasarkan alur MERDEKA, yaitu: Mulai dari diri (M),
Eksplorasi konsep (E), Ruang kolaborasi (R), Demonstrasi kontekstual (D),
Elaborasi pemahaman (E), Koneksi antar materi (K), dan Aksi nyata (A). Modul
dengan alur MERDEKA diharapkan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan
diri dalam mencapai tuntutan profesi sebagai agen yang mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mampu mencetak generasi yang membawa perubahan ke hal yang
lebih baik.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif
mewujudkan penyelesaian modul ini serta membantu terlaksananya PPG
Prajabatan. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang
kita lakukan demi pendidikan Indonesia. Amin.

Jakarta, September 2022


Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan,

Dr. Iwan Syahril, Ph.D

ii | PPG Pra Jabatan 2022


Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah mengambil


kebijakan untuk secara bertahap mengganti guru-guru yang memasuki masa
pensiun/purna tugas melalui pengangkatan guru baru yang telah lulus Pendidikan
Profesi Guru Prajabatan (PPG Prajabatan).
Kebijakan tersebut menuntut kesiapan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) menyelenggarakan PPG Prajabatan dengan jumlah peserta
PPG Prajabatan sesuai dengan kebutuhan dan kualitas lulusan untuk menjawab
tantangan kebutuhan pendidikan di sekolah.
Menanggapi tuntutan tersebut, Direktorat Pendidikan Profesi Guru (Direktorat
PPG) mengkoordinasikan proses peningkatan kapasitas LPTK dalam
menyelenggarakan PPG Prajabatan dalam hal jumlah dan mutu pendidikan. Untuk
menanggapi tuntutan kualitas penyelenggaraan PPG Prajabatan, salah satu
aktivitas yang telah dilakukan oleh Direktorat PPG, di bawah arahan Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, telah mengembangkan Modul PPG
Prajabatan. Hasil pengembangan tersebut dimuat di dalam dokumen ini.
Modul PPG Prajabatan memuat materi, alur, aktivitas, dan penugasan mahasiswa
PPG Prajabatan. Kami berharap dengan adanya Modul PPG Prajabatan ini
penyelenggaraan PPG Prajabatan di seluruh LPTK dapat terselenggara secara
terstandar agar dihasilkan guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai
kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.
Kami berterimakasih kepada LPTK penyelenggara PPG Prajabatan atas
dukungan dan kerjasama dalam menyelenggarakan amanat Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta, September 2022
Plt. Direktur Pendidikan Profesi Guru,

Temu Ismail, S.Pd., M.Si.

Pembelajaran Berdiferensiasi | iii


Kata Pengantar Penyusun Mata Kuliah

Salam dan Bahagia,


Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Nasional merupakan ajakan untuk menumbuhkan
imperatif edukatif-moral para guru di dalam diri sendiri, komunitas para guru dan para
peserta didik. Hidup dan bertumbuh di bumi Indonesia adalah berkat dan karunia yang
mewarisi kekayaan berlimpah budaya dan nilai-nilai religius-kemanusiaan yang
ditanamkan dalam sanubari melalui pendidikan di dalam keluarga, masyarakat adat
dan budaya setempat. Rasa syukur atas warisan nilai-nilai merupakan dorongan positif
yang memuat tanggung jawab untuk mengembangkan pendidikan yang berakar pada
konteks Keindonesiaan. Kita perlu menumbuhkan keyakinan bahwa menjadi guru
adalah panggilan, tugas dan pilihan hidup yang bernilai. Belajar dari tokoh pendidikan
nasional memiliki makna ganda, yakni menyerap pengetahuan tentang pendidikan
dan mengobarkan semangat kerelaan dan kemurahan hati untuk mendampingi proses
tumbuh kembang secara integral para generasi penerus bangsa. Menjadi guru adalah
pewaris semangat dan jiwa gotong-royong untuk saling belajar, berkarya dan berjuang
demi kemajuan bangsa lewat dunia pendidikan.
Mata kuliah ini menguatkan visi diri mahasiswa tentang ‘Pendidikan itu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota
masyarakat’. Karena pendidikan itu menuntun maka tugas utama sebagai pendidikan
adalah menuntun. Dalam proses menuntun, mahasiswa perlu memahami tentang
manusia Indonesia melalui pemahaman dan pemaknaan yang mendalam tentang
Pancasila sebagai identitas dan entitas manusia Indonesia.
Pancasila menjadi pendoman Pendidikan Nasional maka mari kita saling belajar untuk
menumbuhkan spiritualitas, intelektualitas, motivasi dan kebanggaan sebagai guru
yang terus membuka diri untuk belajar sambil berkarya dan berkarya yang
menumbuhkan semangat saling belajar. Belajar menjadi ruang perjumpaan untuk
menguatkan panggilan diri sebagai seorang guru dan manusia untuk menuntun
kekuatan kodrat murid menjadi manusia Indonesia sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Salam
Pengembang MK Filosofi Pendidikan Nasional

iv | PPG Pra Jabatan 2022


Daftar Isi

Hlm.
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan ............... i

Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru ......................................... iii

Kata Pengantar Penyusun Mata Kuliah ........................................................... iv

Daftar Isi ............................................................................................................. v

CPMK dan Assessment .................................................................................. viii

Topik 1. Teori-teori yang mendasari Pembelajaran Berdiferensiasi .............. 1

A. Mulai Dari Diri........................................................................................... 1

B. Eksplorasi Konsep.................................................................................... 3

1. Pembelajaran Berdiferensiasi ............................................................. 3

C. TEORI YANG MELATARBELAKANGI PERLUNYA PEMBELAJARAN


BERDIFERENSIASI ................................................................................. 4

1. Teori Sistem Ekologi ........................................................................... 5

D. Multiple Intelligences ................................................................................ 8

1. Kecerdasan verbal-linguistik ............................................................... 9

2. Kecerdasan logis-matematis............................................................... 9

3. Kecerdasan spasial-visual .................................................................. 9

4. Kecerdasan kinestetik-jasmani ......................................................... 10

5. Kecerdasan musical ......................................................................... 10

6. Kecerdasan intrapersonal ................................................................. 10

7. Kecerdasan interpersonal ................................................................. 10

8. Kecerdasan naturalis ........................................................................ 10

E. Zone of Proximal Development (ZPD) .................................................... 11

F. Learning Modalities ................................................................................ 13

1. Visual ............................................................................................... 13

Pembelajaran Berdiferensiasi | v
2. Auditori ............................................................................................. 13

3. Kinestetik .......................................................................................... 14

B. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi Dan Cirinya............................. 14

A. PEMETAAN KEBUTUHAN BELAJAR SISWA ........................................ 19

1. Kesiapan Belajar Peserta Didik (Readiness) .................................... 20

2. Minat Peserta didik ........................................................................... 24

3. Profil Belajar Peserta Didik ............................................................... 25

B. Kelebihan Dan Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi ....................... 28

1. Kelebihan Pembelajaran Berdiferensiasi .......................................... 28

2. Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi ......................................... 29

C. Ruang Kolaborasi ................................................................................... 30

D. Demonstrasi Kontekstual........................................................................ 31

E. Elaborasi Pemahaman ........................................................................... 32

F. Koneksi Antarmateri ............................................................................... 33

G. Aksi Nyata .............................................................................................. 34

Topik 2. Aspek-Aspek Pembelajaran Berdiferensiasi ................................... 35

A. Mulai dari diri .......................................................................................... 35

B. Eksplorasi Konsep.................................................................................. 36

1. Aspek-Aspek Pembelajaran Berdiferensiasi ..................................... 36

C. Ruang Kolaborasi ................................................................................... 53

D. Demonstrasi Kontekstual........................................................................ 54

E. Elaborasi Pemahaman ........................................................................... 55

F. Koneksi Antarmateri ............................................................................... 56

G. Aksi Nyata ............................................................................................. 58

Topik 3. Strategi Pembelajaran Dan Berdiferensiasi ..................................... 59

A. Mulai Dari Diri ......................................................................................... 59

B. Eksplorasi Konsep.................................................................................. 60

vi | PPG Pra Jabatan 2022


1. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi .............................................. 60

C. Ruang Kolaborasi ................................................................................... 66

D. Demonstrasi Kontekstual........................................................................ 67

E. Elaborasi Pemahaman ........................................................................... 69

F. Koneksi Antarmateri ............................................................................... 69

G. Aksi Nyata .............................................................................................. 70

Topik 4. Rancangan Dan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi ....... 72

A. Mulai dari diri .......................................................................................... 72

B. Eksplorasi Konsep.................................................................................. 73

1. Rancangan Dan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi........... 73

C. Ruang Kolaborasi ................................................................................... 88

D. Demonstrasi Kontekstual........................................................................ 91

E. Elaborasi Pemahaman ........................................................................... 92

F. Koneksi Antarmateri ............................................................................... 93

G. Aksi Nyata .............................................................................................. 94

Topik 5. Evaluasi Pada Pembelajaran Berdiferensiasi .................................. 95

A. Mulai dari diri .......................................................................................... 95

B. Eksplorasi Konsep.................................................................................. 96

1. Evaluasi Pembelajaran Berdiferensiasi ............................................. 96

C. Ruang Kolaborasi ................................................................................... 98

D. Demonstrasi Kontekstual........................................................................ 99

E. Elaborasi Pemahaman ........................................................................... 99

F. Koneksi Antarmateri ............................................................................. 100

G. Aksi Nyata ............................................................................................ 101

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102

LAMPIRAN...................................................................................................... 103

Profil Pengembang Modul ............................................................................. 104

Pembelajaran Berdiferensiasi | vii


CPMK dan Assessment

1. Mahasiswa mampu mengenali keragaman dan kebutuhan belajar peserta didik

2. Mahasiswa mampu memahami empat aspek pembelajaran berdiferensiasi (konten,


proses, produk, lingkungan belajar)

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi strategi-strategi pembelajaran berdiferensiasi

4. Mahasiswa mampu merancang dan mengimplementasikan pembelajaran


berdiferensiasi

5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pembelajaran berdiferensiasi

No CMPK Jenis Tugas Bobot Catatan

Formatif

Membuat karya yang diunggah di platform


media sosial/website tentang pembelajaran
berdiferensiasi berisi unsur, definisi, contoh
CMPK keragaman, dan teori pendukung. karya
1. 10% Kelompok
1 berupa video atau tulisan artikel atau
infografik atau vlog (video blog), untuk
diunggah di platform media sosial atau
website untuk disebarluaskan.

Mahasiswa membuat diferensiasi pada


aspek konten, proses, produk, dan
lingkungan belajar. Boleh memilih salah
CMPK
2. satu aspek atau menggabungkan beberapa 10% Kelompok
2
aspek. Tugas boleh dibuat dalam bentuk
video, meme, infografis, ilustrasi, kemudian
diunggah di platform media sosial/website.

viii | PPG Pra Jabatan 2022


Mengidentifikasikan strategi pembelajaran
berdiferensiasi yang dipilih. Jelaskanlah
mengapa strategi pembelajaran yang dipilih
CPMK tersebut termasuk ke dalam strategi
3. 10% Kelompok
3 pembelajaran berdiferensiasi, dan seperti
apa teknisnya strategi pembelajaran yang
dijalankan tersebut. Presentasi di depan
kelas.

Membuat rancangan pembelajaran (RPP)


CPMK dan implementasi pembelajaran
4. 15% Individu
4 berdiferensiasi di kelas (micro teaching)

Membuat evaluasi pembelajaran


CPMK
5. berdiferensiasi di kelas dengan tabel 10% Individu
5
checklist.

Sumatif

Menulis paper yang berisi refleksi


6. UTS mahasiswa tentang keragaman siswa dan 20% Individu
pemenuhan target kurikulum.

Merancang pembelajaran berdiferensiasi


7. UAS 25% Individu
berdasarkan studi kasus

Pembelajaran Berdiferensiasi | ix
Topik 1. Teori-teori yang mendasari Pembelajaran
Berdiferensiasi

Durasi 2 JP

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mahasiswa mampu memahami teori tentang keragaman peserta didik


2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi keragaman peserta didik
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik

A. Mulai Dari Diri


Selamat datang para mahasiswa di sesi pembelajaran pertama. Pada sesi ini, kita
akan mulai dengan refleksi diri terhadap apa yang pernah Anda alami ketika
berinteraksi dengan orang lain.
Jangan khawatir apa yang Anda jawab adalah jawaban yang terbaik untuk Anda.
Tidak ada jawaban salah atau benar, semuanya sama saja. Pertanyaan tersebut
anggaplah sebagai pengingat diri.
Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Ketiklah jawaban/respon Anda
pada tautan yang tersedia tautan di bawah (jika Anda menggunakan laptop) atau
tulis pada kolom yang telah disediakan (jika Anda mencetak modul ini).
Tautan pengumpulan refleksi 1

Jangan lupa selalu tepat waktu dalam mengumpulkan jawaban, sehingga Anda
bisa lebih memahami materi yang akan disampaikan. Selamat berefleksi!

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 1
Pertanyaan Pemantik

Refleksi Respon

Bagaimana Anda menyadari bahwa setiap


individu itu berbeda?

Apa yang Anda butuhkan untuk dapat


belajar dengan baik?

Apa yang sedang teman Anda butuhkan


saat ini untuk mereka belajar?

Apa yang Anda ketahui tentang latar


belakang kehidupan, minat, keterampilan,
dll, dari orang-orang terdekat?

Bagaimana Anda bisa menggunakan


informasi tentang latar belakang, minat,
keterampilan, dll, dari orang terdekat Anda
untuk membantu mereka merasa nyaman
dan berkembang?

Apa yang Anda harapkan setelah selesai


mempelajari modul ini?

Terima kasih bagi yang sudah mengisi kolom refleksi diri di atas. Kami berharap
Anda dapat mengikuti pembelajaran ini dengan baik.

Peran Dosen:
1. Memastikan semua mahasiswa menyelesaikan refleksi tersebut
2. Menganalisis jawaban-jawaban mahasiswa untuk kemudian dikaitkan dengan mata
kuliah pembelajaran berdiferensiasi.

Anda akan memulai membaca dan mempelajari konsep atau materi tentang
pembelajaran berdiferensiasi. Tetaplah merujuk pada pertanyaan-pertanyaan
refleksi di atas, kemudian Anda pelajari materi pembelajaran berikut ini

2 | PPG Pra Jabatan 2022


B. Eksplorasi Konsep

1. Pembelajaran Berdiferensiasi

Gambar 1 Ilustrasi minat anak yang berbeda-beda


Sumber: Suprayogi, MN, et.al., (2022) Penerapan Differentiated Instruction dalam Pembelajaran

Bayangkan ketika Anda dulu menjadi seorang siswa (SD/SMP/SMA). Ingatlah


teman Anda satu persatu! Bagaimana karakteristik masing-masing teman Anda?
Tahukah Anda apa kelebihan dari masing-masing mereka? Apakah mereka
mempunyai minat yang berbeda-beda? Bagaimana gaya belajar mereka?
Siapakah diantara teman Anda yang paling pandai dalam berhitung dan selalu
tercepat dalam mengumpulkan tugas? Atau siapakah yang justru sebaliknya, yaitu
lama sekali dalam menangkap pelajaran? Siapakah yang level membacanya
paling tinggi? Siapakah teman Anda yang perlu dibantu untuk meningkatkan
keterampilan memahami bacaan mereka? Adakah teman Anda yang pandai
dalam pelajaran keterampilan dan seni? Adakah teman Anda yang suka
berkelompok dalam mengerjakan pelajaran ataupun dalam hal apapun? Atau
adakah teman Anda yang justru sebaliknya, ia suka dengan tugas mandiri dan
begitu juga dalam kesehariannya lebih suka dengan kesendirian? Siapakah yang
senang berbicara didepan? Siapakah yang senang dengan menggambar?
Siapakah di antara teman Anda suka tertidur ketika pelajaran Matematika karena
tidak mengerti? Dan masih banyak yang bisa Anda bayangkan dan temukan pada
teman-teman Anda dulu ketika di sekolah. Seru, ya, mengingat masa-masa
sekolah? Lantas jika Anda sebagai gurunya, jika Anda sebagai guru, maka usaha

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 3
apa yang harus dilakukan untuk menyesuaikan proses pembelajaran sehingga
terpenuhinya kebutuhan individu setiap siswa?
Sejatinya setiap individu itu berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu juga setiap
siswa di kelas pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu banyak
kebutuhan siswa yang harus dipenuhi. Tanpa disadari, guru setiap harinya
menghadapi murid dengan berbagai keragaman yang banyak sekali macamnya.
Guru selalu dihadapkan berbagai tantangan dalam mengajar dan kerap kali harus
melakukan dan memutuskan sesuatu hal dalam satu waktu. Keterampilan yang
luar biasa ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya
hal ini terjadi di kelas dan guru menghadapi tantangan tersebut menjadi hal yang
biasa baginya. Berbagai usaha dilakukan oleh para guru, tentunya tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa setiap peserta didik sukses dalam proses
pembelajarannya.
Nah, dengan melihat banyak perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta
didik yang lainya, tentunya perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi. Sebelum
beranjak ke definisi tentang apa itu pembelajaran berdiferensiasi, silahkan simak
teori-teori yang mendasari perlunya pembelajaran berdiferensiasi. Selamat
menyimak!

C. TEORI YANG MELATARBELAKANGI PERLUNYA


PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Perbedaan itu bisa Anda lihat dari sistem ekologi pada setiap individu (latar
belakang keluarga, budaya, politik, ekonomi, lingkungan, dan lain sebagainya),
multiple intelligences, zone of proximal development (ZPD), learning modalities
atau yang kita kenal dengan gaya belajar, serta masih banyak perbedaan lainnya
yang Anda mungkin dapati tentang perbedaan pada setiap individu ini. Di bawah
ini Anda akan membaca tentang beberapa teori bahwa sejatinya individu itu
berbeda. Disini akan dipaparkan 4 teori yang melatar belakangi perlunya
pembelajaran berdiferensiasi, yaitu
1. Teori sistem ekologi
2. Teori Multiple Intelligences
3. Teori Zone of Proximal Development (ZPD)
4. Learning modalities

4 | PPG Pra Jabatan 2022


Mari kita mulai dari teori pertama!

1. Teori Sistem Ekologi


Urie Bronfenbrenner merupakan ahli yang mengemukakan teori sistem mengenai
ekologi yang menjelaskan perkembangan individu dalam interaksinya dengan
lingkungan di luar dirinya yang terus-menerus mempengaruhi segala aspek
perkembangan (Hayes dkk, 2017).

Gambar 2: Ilustrasi Teori Sistem Ekologi Bronfenbrenner


Sumber : https://id.scribd.com/document/508949858/TEORI-EKOLOGI-BRONFENBRENNER

Teori sistem ekologi merupakan pandangan sosiokultural Bronfenbrenner tentang


perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan. Mulai dari pengaruh
interaksi langsung pada individu hingga pengaruh kebudayaan yang berbasis luas.
Kelima sistem ekologi tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem, dan kronosistem.
Berikut penjelasan mengenai urutan sistem tersebut:
1. Mikrosistem adalah kondisi yang melatarbelakangi anak hidup dan
berinteraksi dengan orang lain dan institusi yang paling dekat dengan
kehidupannya, seperti orang tua, teman sebaya, tetangga, dan teman sekolah;

2. Mesosistem adalah hubungan antara dalam mikrosistem. Sebagai contoh,


orang tua dan guru berinteraksi dalam sistem sekolah, anggota keluarga dan

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 5
kerabat menjadi relasinya di dalam institusi keagamaan, pelayanan kesehatan
berinteraksi dengan keluarga anak dan sekolahnya.

3. Ekosistem adalah sistem yang berisi sejumlah kondisi yang mempengaruhi


perkembangan anak di lingkungan rumah namun anak disini tidak terlibat
dalam satu peran langsung. sebagai contoh, karena adanya kondisi
kemiskinan dalam keluarga, anak terpaksa harus bekerja untuk mencari uang
dan tidak melanjutkan sekolah.

4. Makrosistem adalah sistem yang mengelilingi mikro, meso dan ekosistem dan
merepresentasikan nilai-nilai ideologi, hukum masyarakat dan budaya politik.
Sebagai contoh anak Indonesia tidak sama-sama dengan anak Amerika

5. Kronosistem adalah dimensi waktu yang menuntun perjalanan setiap level


sistem dari mikro dan makro. Sistem ini juga mencakup berbagai peristiwa
hidup yang penting pada individu dan kondisi sosio-kultural.

Pada penjelasan teori Bronfenbrenner tersebut, dijelaskan bahwa anak


mempunyai lingkungan yang berbeda-beda antara satu individu dengan yang
lainnya. Silahkan Anda perhatikan ilustrasi berikut dengan seksama, dan lihat
perbedaannya, sehingga Anda menemukan kedua individu ini berbeda:

JORIN
(Mikrosistem). Jorin adalah seorang siswi SMP Negeri kelas 2. Ia terlahir dari keluarga
berada dan berpendidikan. Ayahnya adalah keturunan Belanda sementara Ibunya
adalah keturunan Indonesia asli. Ia adalah anak sulung dari 3 bersaudara.
(Mesosistem). Jika Jorin berada di rumah, Ia mempunyai tanggung jawab untuk
mengasuh kedua adiknya, yaitu kelas 2 SD dan kelas 4 SD. Setiap ke sekolah Ia di antar
jemput oleh ayah/ibunya atau kadang pulang sendiri dengan menggunakan kendaraan
aplikasi, dan ia merasa senang akan itu. Ia terbiasa bertemu dengan banyak orang,
misalnya rekan bisnis ayah/ibunya, bertemu dengan teman dan guru les musiknya,
sering pulang pergi Indonesia-Belanda untuk mengunjungi keluarga dari Ayahnya, dan
masih banyak lagi yang memungkinkan Jorin berinteraksi dengan banyak orang.
(Ekosistem). Walaupun berkecukupan, namun Ayah/Ibunya mengajarkan kemandirian
sejak dini, sehingga ia terbiasa mandiri, misalnya saja ia terbiasa dengan pekerjaan
rumah, seperti mencuci piring setelah makan, menyapu, dan mengepel kamarnya,
sehingga Jorin terbiasa dengan hidup bersih dan mandiri.

6 | PPG Pra Jabatan 2022


(Makrosistem dan Kronositem). Sampai usia 17 tahun, Jorin memiliki dwi
kewarganegaraan yaitu Indonesia dan Belanda, dan setelah itu karena Ibu Jorin
keturunan Indonesia, maka Jorin harus memilih kewarganegaraan, apakah Belanda
atau Indonesia. Tentunya Jorin memiliki pandangan terhadap budaya dan sosial yang
berbeda, belum lagi ditambah dengan ideologi yang dianutnya dan juga hukum
masyarakat, dan juga budaya politik yang berbeda pula. Itu terbentuk sejak ia lahir
sampai seusianya.

JATI
(Mikrosistem). Jati adalah seorang siswa kelas 2 SMP Negeri yang sekelas dengan
Jorin. Ia tergolong dari keluarga biasa saja. Ia adalah anak semata wayang. Ayah dan
Ibunya keduanya berkebangsaan Indonesia bersuku madura dan jawa. Ada 2 sepupu
yang ikut tinggal di rumahnya.
(Mesosistem) Sepulang sekolah Jati membantu Ayah dan Ibunya yang bekerja
mengelola sebuah toko sayur di pasar tradisional. Jati banyak bertemu dengan banyak
orang, seperti pembeli sayur langganannya, kuli panggul pasar, mitra ayah ibunya di
pasar. Ayah dan ibu Jati sibuk sekali dengan jualannya di pasar, apalagi jika menjelang
Idul Fitri dan tahun baru, mereka sesekali mengantarkan sayuran untuk bapak dan ibu
guru ke sekolah.
(Ekosistem). Sepulang sekolah jati terbiasa membantu ayah dan ibunya berjualan sayur
di pasar. Keberadaannya di rumah hanya ada saat malam hari, yaitu sepulang dari lapak
miliknya dan itupun terkadang ayah dan ibunya masih berada di lapak, ayah ibunya
pulang ke rumah saat siang hari saja. Kondisi rumah yang kadang berantakan membuat
ia lelah untuk meneruskan belajar. Dan baginya berantakan atau tidak sama saja,
karena ia terbiasa melihat kehidupan pasar.
(Makrosistem dan Kronosistem). Pada rentang waktu yang cukup lama, kehidupan Jati
dan keluarganya, tentunya mempunyai pandangan tersendiri terhadap lingkungan,
kehidupan sosial dan budaya dan sekitarnya. Sehingga membentuk pribadi diri Jati.

Nah, Anda tentu dapat membedakan bukan kedua individu itu berbeda? Sekarang,
dari kedua kasus di atas, tentu Anda dapat membedakan apa itu makrosistem,
mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem. Pada kedua ilustrasi
tersebut dapat kita lihat kedua individu tersebut berbeda, baik dari lingkungan
keluarga, strata ekonomi, pandangan tentang makna kebersihan, lingkungan
orang-orang yang biasa berinteraksi dengan individu tersebut.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 7
Masih banyak contoh yang lain. Tentunya Anda bisa membayangkan masing-
masing dari teman sekolah Anda dulu, bahwa dari latar belakang lingkungan
mereka sangatlah beragam. Satu teman sekolah dengan teman sekolah yang
lainnya, tentunya mempunyai kekhasan, bukan? Tidak mungkin satu dengan yang
lain itu sama, namun tidak menutup kemungkinan satu sama lain mempunyai latar
belakang lingkungan atau ekologi yang mirip walau tidak sama persis.
Sekarang Anda akan beralih pada teori yang berikutnya, yang melihat bahwa tiap
individu itu berbeda. Anda akan membaca tentang teori multiple intelligences.
Harap dibaca dengan baik.

D. Multiple Intelligences
Teori tentang multiple intelligences atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut
sebagai kecerdasan majemuk. Teori ini dicetuskan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner (1993), seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan
dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Gardner
mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam
situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa intelegensi
bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang
yang tertutup dan hanya konsentrasi pada soal itu tanpa ada gangguan dari
lingkungan luar. Akan tetapi inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk
memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam.
Dapat dikatakan juga bahwa setiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan
dalam tingkat yang berbeda-beda. Pada teori multiple intelligences ini disebutkan
ada delapan bentuk kecerdasan. Delapan jenis kecerdasan itu memiliki komponen
inti dan ciri-ciri yang berbeda juga. Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan
kadar profil kecerdasannya. Dalam kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu
hadir dan muncul bersama-sama atau berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas.
Kedelapan kecerdasan tersebut, yaitu:

8 | PPG Pra Jabatan 2022


Gambar 3. Ilustrasi multiple intelligences

Sumber:https://ilovemypsychologist.wixsite.com/ilmp/post/multiple-intelligence-
kecerdasan-majemuk

1. Kecerdasan verbal-linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kemampuan berbahasa misalnya saja
melalui membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna dari kata-
kata, serta menggunakan bahasa dengan benar.

2. Kecerdasan logis-matematis
Ini merupakan kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan logika untuk
menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola visual, pola
jumlah, atau pola warna.

3. Kecerdasan spasial-visual
Kecerdasan ini merupakan kemampuan pada bidang ruang dan gambar. Individu
memiliki kekuatan dalam imajinasi dan senang dengan bentuk, gambar, pola,
desain, serta tekstur.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 9
4. Kecerdasan kinestetik-jasmani
Kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Siswa yang
memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti naik
sepeda, menari, atau olahraga. Ia juga mungkin merasa sulit duduk diam dalam
waktu lama dan mudah bosan.

5. Kecerdasan musical
Tidak hanya dapat memainkan alat musik atau mendengarkan lagu. Mereka yang
memiliki kecerdasan ini juga mampu memahami dan membuat melodi, irama,
nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi sebuah musik.

6. Kecerdasan intrapersonal
Ini merupakan kecerdasan introspektif di mana peserta didik mampu memahami
diri sendiri, mengetahui kekuatan, kelemahan, dan motivasi diri. Jika kecerdasan
ini menonjol pada diri peserta didik, biasanya dia akan bisa berbuat bijaksana dan
bisa mengendalikan keinginan serta perilakunya, juga mampu membuat rencana
dan keputusan. Kecerdasan ini dimiliki oleh penulis, ilmuwan, dan filsuf.

7. Kecerdasan interpersonal
Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta memahami dan
berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang mempunyai kecerdasan ini mampu
bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain, suka bekerja sebagai
tim, memiliki banyak teman, menunjukkan empati kepada orang lain, sensitif
terhadap perasaan dan ide-ide orang lain, memediasi konflik, dan
mengemukakan kompromi.

8. Kecerdasan naturalis
Ini adalah kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman, hewan,
dan benda-benda lain di alam, serta tertarik mempelajari spesies makhluk hidup.
Mereka yang unggul dalam kecerdasan ini biasanya suka dengan alam, misalnya
saja suka dengan bercocok tanam, suka dengan hewan peliharaan, dan aktivitas
sejenisnya yang berkaitan dengan alam.
Sebagai ilustrasi silahkan Anda simak cerita berikut:

10 | PPG Pra Jabatan 2022


Dzaki adalah seorang siswa SD kelas 6. Jika ada tugas Bahasa Indonesia diminta untuk
membuat karangan, maka ia dengan semangat mengerjakannya. Ia mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler musik di sekolahnya. Jika ada temannya yang kesulitan ia sering
membantu dan juga sering menjadi ketua kelompok jika ada tugas kelompok, maka tak
heran jika ia mempunyai banyak teman dan sahabat. Hanya saja dia paling tidak suka
dengan pelajaran berhitung, tak heran jika pelajaran matematika memiliki nilainya
kurang bagus.
Sementara Lina adalah teman sekelas Dzaki. Ia senang sekali dengan pelajaran
matematika, dan sering sekali memenangkan lomba olimpiade matematika tingkat
nasional. Setiap olimpiade matematika ia mengikutinya, hampir tak pernah absen. Di
rumahnya, ia mempunyai hewan peliharaan dan sangat sayang dengan hewan
peliharaannya. Ia merawatnya dengan senang hati dengan membantu ibunya
membersihkan kendang piaraannya. Selain itu dia adalah anak baik yang selalu
membantu ibunya menyiram tanaman dan ikut membereskan tanaman.

Pada dua cerita di atas, Anda sudah dapat melihatnya, bukan? Bahwa antara
Dzaki dan Lina, keduanya mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sekarang
coba Anda ingat-ingat teman Anda di kelas dulu waktu masih bersekolah. Pasti
dari masing-masing memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan mempunyai
keunggulan masing-masing pula. Pada satu sisi tidak unggul, bisa saja disisi lain
ia mempunyai kecerdasan pada bidang lain. Atau bisa jadi satu kecerdasan
dengan kecerdasan yang lain saling beriringan.
Berikutnya kita lanjut ke teori Zone of Proximal Development (ZPD). Silahkan
disimak baik-baik.

E. Zone of Proximal Development (ZPD)


Zone of Proximal Development (ZPD) adalah zona antara tingkat perkembangan
aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak
dari kemampuan anak menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Sedangkan
tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan anak menyelesaikan
tugas atau memecahkan masalah dengan bantuan orang dewasa. Ketika masuk
dalam ZPD, maka anak sebenarnya dapat melakukan aktifitas/tugas yang
diberikan, akan tetapi lebih optimal jika orang dewasa atau pendamping yang lebih
tahu, membantunya untuk mencapai tingkat perkembangan aktual tersebut. Hal

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 11
tersebut dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik memiliki ZPD yang berbeda-
beda, maka dari itu bimbingan dan instruksi dengan kadar yang sesuai sangat
dibutuhkan untuk dapat mengembangkan potensi masing-masing siswa
(Suprayogi et, al., 2022).
Pada teori ini terdapat dua level untuk ukuran kemampuan dan potensi peserta
didik, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan aktual peserta didik adalah ketika dia bekerja untuk
menyelesaikan tugas atau soal tanpa bantuan orang lain. Sedangkan tingkat
perkembangan potensial adalah tingkat dari kompetensi peserta didik yang dapat
tercapai ketika dia dibantu oleh orang lain. Perbedaan diantara kedua tingkat
kemampuan tersebut termasuk dalam ZPD. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa ZPD terletak diantara hal-hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik dan
hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh peserta didik tanpa pendampingan.
Ada sebuah pertanyaan, “Apakah anak harus dibantu? Tidak bisakah anak belajar
sendiri?”. Kondisi terbantu (tanpa dibantu) adalah kondisi di mana anak berada
pada tingkat perkembangan aktual. Kondisi ini akan dicapai dengan lebih optimal
dengan bantuan, jika anak memang masih belum menguasai apa yang dipelajari.
Perhatikan contoh berikut untuk lebih memudahkan memahami teori ZPD:

Bu Muniroh mengajar di kelas 1 SD. Ia mempunyai 30 murid. Dua diantaranya jika


belajar tidak mudah cepat untuk menangkap pelajaran, yaitu Siti dan Bambang. Siti
lebih suka menyendiri dan tidak mudah untuk bergaul. Sementara Bambang, senang
bergerak dan aktivitas fisik, sehingga terkesan mengganggu. Tibalah saatnya belajar
Matematika. Pada saat belajar, Siti merasa minder karena merasa tidak bisa
mengerjakan, sementara Bambang keliling kelas sehingga tidak konsentrasi ketika Bu
Muniroh menjelaskan, sesekali dipanggil namanya supaya Bambang sadar bahwa ia
sedang belajar di kelas, sehingga Bambang susah untuk menangkap pelajaran secara
klasikal. Oleh karena itu keduanya memerlukan bimbingan tersendiri dari Bu Muniroh
untuk mengerjakan soal.
Pada saat murid-murid yang lain mengerjakan tugas, Bu Muniroh berkeliling kelas untuk
memantau. Kemudian Bu Muniroh akan lebih lama di dekat Siti dan Bambang untuk
membimbing mereka belajar sesuai dengan kemampuan mereka berdua.

Nah, dari penjelasan di atas, Anda bisa melihat perbedaan dari dua tingkat
perkembangan. Tingkat perkembangan aktual telah tercapai oleh 28 murid Bu

12 | PPG Pra Jabatan 2022


Muniroh, sementara dua yang lainnya, yaitu Siti dan Bambang pada tahap tingkat
perkembangan potensial. Keduanya memerlukan bimbingan khusus dari Bu
Muniroh untuk memaksimalkan potensi yang mereka punya. Nah, jarak antara 28
murid dengan Siti dan Bambang dinamakan ZPD.
Anda sudah mengerti sampai sini, bahwa lagi-lagi individu itu berbeda, atau
peserta didik dalam kelas itu memiliki banyak perbedaan satu sama lain? Berikut
satu lagi disajikan bahwa Individu itu berbeda, yaitu dari segi modalitas belajar.
Tetap semangat, ya! Mari kita lanjutkan belajar! Baca baik-baik.

F. Learning Modalities
Perbedaan peserta didik dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari segi yang lain,
yaitu learning modalities atau modalitas dalam belajar yang kerap salah
diinterpretasikan sebagai gaya belajar.
Learning modalities ini biasa dikenal sebagai VAK atau Visual, Auditory, dan
Kinestetik. Nah, sampai disini mungkin Anda sudah familiar bukan dengan istilah
ini apa itu VAK atau learning modalities. Anda mungkin telah mengikuti tes yang
mengkategorikan modalitas belajar Anda atau diberi tahu bahwa Anda adalah tipe
pembelajar tertentu.

1. Visual
Modalitas belajar visual adalah menerima informasi lebih mudah melalui gambar.
Otak kita memproses informasi visual dengan sangat efisien. Jauh lebih mudah
untuk mengingat gambar yang jelas seperti foto daripada mengingat apa yang
dikatakan atau ditulis seseorang.

2. Auditori
Modalitas belajar auditori adalah menerima informasi lebih mudah melalui
mendengar. Siswa dengan mode ini biasanya sering mengajukan pertanyaan, dan
menggunakan diskusi untuk mengklarifikasi atau menyerap materi. Ketika Anda
berada dalam mode auditori, Anda mungkin berbicara dan membaca lebih lambat
untuk menyerap semuanya.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 13
3. Kinestetik
Modalitas kinestetik melakukan sesuatu dengan fisik, atau paling tepat
digambarkan sebagai belajar sambil melakukan (learning by doing), baik sebagai
aktivitas langsung atau melalui pengalaman, atau dengan bergerak sambil berpikir
atau belajar.
Ketiga modalitas belajar di atas, tidak secara baku bahwa siswa hanya
menggunakan satu modalitas belajar saja. Intinya: jangan terjebak dalam stereotip
tipe pelajar seperti apa peserta didik tersebut. Bisa saja peserta didik itu termasuk
kedalam pembelajar multimodal, artinya peserta didik dapat menggunakan salah
satu dari mode ini, tergantung pada situasinya.
Setelah Anda membaca dan memahami keempat teori dan beberapa ilustrasi di
atas, Anda bisa melihat bahwa tiap peserta didik juga memiliki keistimewaan
masing-masing. Nah, sekarang Anda mengerti bukan, bahwa setiap peserta didik
itu berbeda-beda. Semuanya berbeda satu sama lain. Memiliki kebutuhan yang
berbeda dan tidak bisa disama ratakan antara satu peserta didik dengan peserta
didik yang lain. Sekarang Anda mulai diperkenalkan, apa itu pembelajaran
berdiferensiasi. Semoga Anda bisa memahaminya. Simak baik-baik, ya!

B. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi Dan


Cirinya

Dibawah ini ada sebuah ilustrasi di dalam kelas. Mari kita bayangkan!

“Pak Darso adalah seorang guru kelas 2 SD di sebuah sekolah dengan jumlah murid
sebanyak 28 orang. Adapun dari 28 orang tersebut, Pak Darso memperhatikan
muridnya yang tiga orang termasuk anak yang cepat dalam mengerjakan tugas soal-
soal perkalian. Pak Darso tidak ingin ketiga anak tersebut tidak ada pekerjaan, sehingga
mengganggu teman-teman yang lainnya. Akhirnya Pak Darso pun berinisiatif untuk
menyiapkan soal tambahan untuk ketiga anak tersebut. Murid yang lain diberinya soal
sebanyak 15 soal perkalian, sementara untuk ketiga anak tersebut diberinya tambahan
10 soal, sehingga yang dikerjakan sebanyak 25 soal perkalian.”

Berdasarkan ilustrasi tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

14 | PPG Pra Jabatan 2022


1. Apakah strategi pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Darso tepat?
Mengapa?
2. Apa yang Anda lakukan jika menjadi Pak Darso? Jelaskan mengapa Anda
melakukan hal demikian?
Silahkan masukan respon jawaban dari ilustrasi tersebut. Setelah mengirimkan
respon, silahkan lanjutkan membaca tulisan di bawah ini, dan Anda boleh
menyimak video yang tersedia untuk lebih memahami konsep.
Respon pertanyaan ilustrasi.

Anda dapat melihat video berikut untuk lebih memahami apa itu pembelajaran
berdiferensiasi:

Video 1 Pembelajaran berdiferensiasi:

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=x6X47a51PGc

Deskripsi Video:
Pada video tersebut diceritakan ada sebuah sekolah hewan yang mempunyai
beragam macam murid. Pada sekolah tersebut sang jerapah sebagai kepala sekolah
memutuskan untuk mengadopsi sebuah kurikulum kegiatan yang terdiri dari berlari,
memanjat, berenang, dan terbang. Agar mudah dalam pengambilan kurikulumnya,
maka semua harus mengikuti kegiatan kurikulum tersebut.
Ada bebek yang pandai berenang bahkan ia lebih baik dari instrukturnya, namun
dalam ujian terbang nilainya hanya pas-pasan, untungnya ia tetap lulus dalam ujian
terbang tersebut. Ujian lari membuat bebek sedih, karena larinya sangat lamban, dan
mendapatkan nilai jelek, padahal ia sudah berusaha dengan sangat keras. Akhirnya ia
harus tinggal di sekolah setelah jam sekolah usia untuk berlatih pelajaran lari, dan ia
meninggalkan hobinya, yaitu berenang. Ia berlatih sangat keras hingga selaput
kakinya robek. Akibat dari selaput kaki yang robek tersebut ia tidak menghasilkan nilai
yang memuaskan dalam berlari bahkan dalam ujian berenang. Ia gagal dalam ujian
berlari dan hanya mendapatkan nilai rata-rata. Ia sedih, namun disekolah tidak ada
yang menanggapi kesedihannya.Menurut guru-gurunya nilai bebek sudah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM), jadi tidak masalah.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 15
Sementara kelinci tadinya senang karena memiliki nilai yang bagus dalam pelajaran
berlari. Namun akhir-akhir ini semangat belajarnya menurun drastis. Ia lelah, karena
tiap hari harus mengikuti kelas remedial untuk berenang.
Sementara itu, tupai adalah murid yang sangat baik dalam memanjat pohon. Tapi saat
pelajaran terbang ia sangat frustasi. Dan karena di forsir, akhirnya tupai pun kelelahan
dan mengalami kram. Akhirnya karena kondisi kakinya yang tidak sehat, saat ujian
memanjat pun ia tidak baik melakukannya dan hanya mendapatkan nilai C dan nilai D
dalam berlari.
Sementara itu elang dikategorikan sebagai anak yang bermasalah dalam disiplin,
sehingga sering kali dihukum. Pada kelas memanjat, ia selalu mengalahkan hewan
yang lain dan selalu tiba sampai di pucuk pohon terlebih dahulu. Tetapi ia berusaha
keras sampai ke pucuk pohon dengan caranya sendiri, karena menurutnya adalah
yang penting tujuan akhirnya. Ia akhirnya juga tidak lulus. Walaupun gurunya sudah
memintanya terbang dari bawah, namun ia tidak mengikuti perintah gurunya. Psikolog
sekolah mendiagnosanya memiliki oppositional defiant disorder (ODD), yaitu
Gangguan pada anak yang ditandai dengan perilaku menentang dan tidak taat kepada
figur otoritas. Rencana modifikasi perilaku yang ketat pun lalu dikembangkan untuk
elang.
Pada akhir tahun, seekor ular, yang kebetulan bisa berenang sedikit, berlari sedikit,
memanjat sedikit, dan terbang sedikit, memiliki nilai rata-rata tertinggi diantara para
hewan. Sebagai murid yang terbaik, ia pun terpilih untuk berpidato mewakili hewan-
hewan lainnya.
Sementara disisi lain, ada sekumpulan anjing-anjing laut memutuskan untuk tidak
bersekolah karena tidak ada kurikulum menggali. Para orang tua anjing laut memilih
mengirimkan anak-anaknya untuk magang kepada musang, sambil terus mengkritisi
sekolah hewan.

Setelah Anda menyimak video di atas, mungkin Anda bisa membayangkan betapa
beragamnya kebutuhan peserta didik di dalam kelas, sementara jika menerapkan
satu tujuan kurikulum saja, maka kemungkinan kebutuhan anak didik yang lain
masih belum bisa tertampung. Oleh karena itu, perlu adanya kurikulum yang
mampu mengakomodir semua kebutuhan anak didik. Maka dari itu, pembelajaran
berdiferensiasi diperlukan untuk mengakomodasi semua kebutuhan siswa. Seperti
apakah itu? Mari kita lanjutkan dengan memaparkan apa itu pembelajaran
diferensiasi. Simak baik-baik!

16 | PPG Pra Jabatan 2022


Menurut Tomlinson (2001) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik sebagai individu. Atau bisa dikatakan juga bahwa pembelajaran
berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu
mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai
dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-
beda.
Jika kita melihat kasus Pak Darso di atas, bukan berarti Pak Darso harus mengajar
dengan 28 cara yang berbeda untuk mengajar 28 murid. Bukan pula Pak Darso
harus memperbanyak soal untuk peserta didik yang lebih cepat mengerjakannya.
Bukan pula Pak Darso harus mengelompokan yang pintar dengan yang pintar dan
yang lambat dengan yang lambat. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda
pada setiap anak. Bukan pula pembelajaran yang semrawut, dimana guru harus
membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus lari
kesana kemari untuk mengajari anak satu dengan yang lainnya dalam waktu yang
bersamaan. Guru bukanlah makhluk ajaib yang harus kesana kemari berada
dalam tempat yang berbeda dalam satu waktu untuk membantu banyak peserta
didik dalam satu waktu bersamaan dan memecahkan semua permasalahan.
Lantas seperti apa sebetulnya pembelajaran berdiferensiasi itu?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal
(common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan
peserta didik. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait
dengan:
1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang”
peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar
yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu
bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun
juga peserta didiknya.
3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi
yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk
dapat menentukan peserta didik mana yang masih ketinggalan, atau

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 17
sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar
yang ditetapkan.
4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta
didiknya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia perlu
menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan
serta penilaian yang berbeda.
5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Jika kita mengacu ke kasus Pak Darso di atas, maka keputusannya untuk
memberikan soal tambahan, dengan jenis soal yang tetap sama serta tingkat
kesulitan yang juga sama, kepada tiga murid yang selesai terlebih dahulu, belum
dapat dikatakan sebagai diferensiasi. Apalagi, tujuan diberikannya soal tadi adalah
agar tiga murid tersebut ada ‘pekerjaan’ sehingga tidak mengganggu murid yang
lain. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan
belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Oleh
karena itu, Pak Darso perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih
komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan
belajar peserta didiknya, termasuk ketiga peserta didik tersebut.
Nah, lantas apa sajakah ciri-ciri dari pembelajaran berdiferensiasi ini? Mari kita
lihat!
Menurut Tomlinson (2001): pembelajaran berdiferensiasi memiliki empat ciri, yaitu:
1. Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok. Harus berfokus pada
kompetensi dasar pembelajaran.
2. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar peserta didik diakomodasi ke
dalam kurikulum; Di sini perlu adanya pemetaan kebutuhan peserta didik
kemudian dimasukan kedalam strategi pembelajaran.
3. Pengelompokan peserta didik dilakukan secara fleksibel; misalnya, bisa
secara mandiri, berkelompok berdasarkan tingkat kecerdasan, berkelompok
berdasarkan modalitas belajar, dll.

18 | PPG Pra Jabatan 2022


4. Siswa secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru.
Pembelajaran berdiferensiasi ini berpusat kepada siswa.

Apakah Anda sudah mengerti definisi dan ciri-ciri dari pembelajaran


berdiferensiasi? Jika belum, silahkan baca ulang kembali. Jika sudah memahami,
mari kita lanjutkan untuk mempelajari pemetaan kebutuhan siswa.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram pemahaman pembelajaran diferensiasi
berikut:

Diagram Pemahaman Pembelajaran Diferensiasi

Definisi: Ciri-ciri:
Pembelajaran yang memberikan 1. Berfokus pada kompetensi pembelajaran.
keleluasaan dan mampu 2. Evaluasi kesiapan dan perkembangan
mengakomodir kebutuhan peserta belajar peserta didik diakomodir ke dalam
didik untuk meningkatkan potensi kurikulum.
dirinya sesuai dengan kesiapan 3. Pengelompokan peserta didik dilakukan
belajar, minat, dan profil belajar secara fleksibel.
peserta didik yang berbeda-beda 4. Peserta didik menjadi pembelajar yang aktif.

Contoh: Bukan Contoh:


1. Mengklasifikasi materi 1. Memaksakan modalitas belajar pada peserta
2. Mendiagnosa kesiapan peserta didik.
didik 2. Memberikan banyak tugas pada peserta
3. Mendesain pembelajaran yang didik yang telah mampu di tingkat dasar
bervariasi berdasarkan minat, 3. Memberikan produk yang sama kepada
tingkat kesiapan, dan profil semua peserta didik
belajar peserta didik

Tabel:…
Diagram Pemahaman Pembelajaran Berdiferensiasi

A. PEMETAAN KEBUTUHAN BELAJAR SISWA


Sekarang, mari kita bahas bagaimana kita dapat melakukan pemetaan kebutuhan
belajar peserta didik. Baca dengan seksama!
Menurut Tomlinson (2001), ada tiga cara untuk memetakan kebutuhan belajar
peserta didik, yaitu:

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 19
1. Kesiapan belajar peserta didik (readiness);
2. Minat peserta didik; dan
3. Profil belajar peserta didik.

Mari kita pelajari satu-satu!

1. Kesiapan Belajar Peserta Didik (Readiness)


Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “kesiapan belajar”? Bayangkanlah
situasi berikut ini:

Pada pelajaran bahasa Indonesia, Bu Tia ingin mengajarkan muridnya membuat


karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian. Ia menemukan bahwa
ada tiga kelompok murid di kelasnya.
1. Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur
yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan
percaya diri dalam bekerja.
2. Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang
baik, namun kosakatanya masih terbatas.
3. Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan
struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas.

Apa yang dilakukan oleh Bu Tia di atas adalah memetakan kebutuhan belajar
berdasarkan kesiapan belajar. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas
untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat
kesiapan peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari zona nyaman
mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang
memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001)
mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan
menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk
mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser
tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan
“tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan peserta didik akan menyamakan
peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan
produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut

20 | PPG Pra Jabatan 2022


mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan
tingkat kesiapan peserta didik. Pada modul ini, kita hanya akan mencoba
membahas enam dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan
mengadaptasi alat yang disebut Equalizer.

Gambar:

Tombol equalizer dari Tomlinson

Sumber: https://www.sahabatsains.com/2021/02/modul-21-pembelajaran-
berdiferensiasi.html

a. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif


Saat sebagian peserta didik dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide
itu bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh peserta didik, mereka sering
membutuhkan informasi pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-
tele untuk memahami ide tersebut. Mereka akan perlu waktu untuk berlatih
menerapkan ide secara langsung. Jika peserta didik berada dalam tingkatan ini,
maka bahan-bahan materi yang mereka gunakan dan tugas-tugas yang mereka
lakukan harus bersifat mendasar dan disajikan dengan cara yang membantu
mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Di lain waktu, ketika
peserta didik dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka pahami atau berada di
area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan informasi yang lebih rinci
dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan
dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu
membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 21
b. Konkret - Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar peserta didik
dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret
atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.

c. Sederhana - Kompleks.
Beberapa peserta didik mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana
dengan satu abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani
kerumitan berbagai abstraksi.

d. Terstruktur - Open Ended


Kadang-kadang peserta didik perlu menyelesaikan tugas yang ditata
dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu
banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain, peserta didik siap
menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

e. Tergantung (Dependent) - Mandiri (Independent)


Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua peserta didik kita
dapat belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama
seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi
daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa peserta didik mungkin akan siap
untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

f. Lambat - Cepat
Beberapa peserta didik dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata
pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau
sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, peserta didik yang sama mungkin akan
membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik
yang lain.
Contoh Pemetaan atau identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan
belajar (Readiness):

22 | PPG Pra Jabatan 2022


Ibu Lusi akan mengajar pelajaran Matematika. Tujuan Pembelajaran yang ia tetapkan
adalah: peserta didik dapat menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan keliling bangun datar.Ia kemudian membuat pemetaan kebutuhan belajar dan
memberikan penugasa seperti di bawah ini:

Beberapa Beberapa peserta didik Beberapa peserta


peserta didik telah memahami didik
telah memahami konsep keliling; belum
Kesiapan belajar
konsep keliling; dapat melakukan memahami
(Readiness)
dapat melakukan operasi hitung konsep keliling.
operasi hitung dasar.
dasar.

Peserta didik Peserta didik Peserta didik


diminta menggunakan akan
mengerjakan bantuan benda-benda mendapatkan
soal-soal konkret untuk pembelajaran
tantangan menghitung keliling eksplisit tentang
yang bangun datar konsep keliling.
mengaplikasikan (misalnya Guru akan
konsep keliling menggunakan lidi memberikan
dalam kehidupan atau sedotan). Jika scaffolding yang
sehari-hari. mengalami kesulitan, lebih banyak
Peserta didik peserta didik diminta dalam proses ini.
Tugas
akan diminta menerapkan
untuk bekerja strategi “3 before
secara mandiri me” (bertanya
dan kepada 3 teman
saling sebelum bertanya
memeriksa langsung pada
pekerjaan guru). Guru akan
masing-masing. sesekali datang ke
kelompok ini untuk
memastikan tidak
ada miskonsepsi.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 23
Setelah Anda paham tentang pemetaan kebutuhan belajar peserta didik
berdasarkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), berikutnya akan dibahas
tentang pemetaan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat.

2. Minat Peserta didik


Peserta didik juga memiliki minat sendiri. Ada peserta didik yang minatnya sangat
besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah
salah satu motivator penting bagi peserta didik untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam
proses pembelajaran.
Seorang guru dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan
mempertimbangkan minat peserta didik diantaranya:
1. Membantu peserta didik menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan
keinginan mereka sendiri untuk belajar;
2. Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
3. Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi peserta didik sebagai
jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau
baru bagi mereka, dan;
4. Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.

Sepanjang tahun, peserta didik yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik
yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk
"menghubungkan" peserta didik pada pelajaran untuk menjaga minat mereka.
Seorang guru menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
kinerja peserta didik.
Beberapa contoh ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan minat diantaranya misalnya:
1. Meminta peserta didik untuk memilih apakah mereka ingin
mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan
pertunjukan atau menari atau bentuk lain sesuai minat mereka.
2. Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
3. Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
4. Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Peserta didik diminta mempelajari
bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan
nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.

24 | PPG Pra Jabatan 2022


Contoh pemetaan atau identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan minat.

Ibu Zaenab ingin mengajarkan murid-muridnya keterampilan membuat tulisan teks


prosedur. Ia kemudian melihat pada catatan yang dimilikinya. Ia menemukan bahwa di
kelasnya ada:
1. 8 orang murid yang sangat menyukai kegiatan olahraga;
2. 6 orang yang menyukai hal-hal yang berkaitan dengan sains.
3. 4 orang senang membuat prakarya dan.
4. 2 orang senang memasak.

Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana membuat tulisan berbentuk
prosedur, Bu Zaenab lalu meminta murid berlatih membuat sendiri tulisan berbentuk
prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk menulis dengan topik sesuai
dengan minat mereka tersebut. Ada murid yang memilih membuat tulisan prosedur
memasak nasi goreng, ada murid yang memilih membuat tulisan tentang prosedur
membuat bunga dari sedotan, dsb.

3. Profil Belajar Peserta Didik


Profil belajar peserta didik terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya,
kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan
berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Profil belajar peserta didik ini
merupakan pendekatan yang disukai peserta didik untuk belajar, yang dipengaruhi
oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.
Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar peserta didik
berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru,
kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih modalitas belajar
yang sesuai dengan modalitas belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak
memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar
guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini
adalah beberapa yang harus diperhatikan (Suprayogi et. Al., 2022):
1. Bahasa
2. Ketertarikan atau minat

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 25
3. Apa yang peserta didik pelajari di rumah
4. Gaya belajar
5. Special Needs atau kebutuhan khusus tertentu, misal disleksia, ADHD,
autis.
6. Preferensi Belajar, setiap peserta didik memiliki acuan pada pola mereka
belajar, seperti ada peserta didik yang belajar dari buku, e-book, video
Youtube, dan banyak preferensi yang lain. (Miller, 2021)
7. Latar belakang peserta didik, contohnya tentang relasi hubungan dengan
orang tua dan tempat tinggal.
8. Konsentrasi.
9. Pembelajaran dinamis, setiap peserta didik punya metodenya masing-
masing dalam menerima pembelajaran, ada pula mereka yang berfokus
pada keterampilan, berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas,
sehingga peserta didik mengambil makna dari pembelajarannya lewat
aktivitas luar (Bell, 2017)
10. Prior Knowledge; atau pengetahuan sebelumnya yang setiap peserta didik
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap informasi baru, ada
yang baru mengenal atau sudah lebih awal mengenal informasi yang baru
(TOP HAT, n.d.)
11. Culture; latar belakang budaya yang berbeda bisa juga mempengaruhi
peserta didik dalam pembelajaran.
12. Prior Experience, atau pengalaman yang dimiliki peserta didik sebelumnya.
13. Karakter. Tentunya karakter tiap peserta didik berbeda-beda.
14. Waktu dalam pengerjaan tugas. Setiap peserta didik memiliki kesempatan
waktu yang berbeda-beda dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas.
15. Status ekonomi.
16. Terakhir adalah liking school, yaitu peserta didik menyukai aktivitas
bersekolah.

Contoh pemetaan atau identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan profil pelajar


peserta didik:

Pak Herman akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar
murid dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup.
Berdasarkan identifikasi yang ia lakukan, Pak Herman telah mengetahui bahwa

26 | PPG Pra Jabatan 2022


sebagian muridnya adalah pembelajar visual, sebagian lagi adalah pembelajar auditori,
dan pembelajar kinestetik.
Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut, Pak Herman lalu
memutuskan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Saat mengajar, Pak Herman melakukan hal-hal berikut ini:

a. Ia menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan.

b. Ia juga menyediakan video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat diakses
oleh peserta didik.

c. Pak Herman juga membuat beberapa sudut belajar atau display yang ditempel
di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat
mengakses informasi.

2. Saat memberikan tugas, Pak Herman memperbolehkan murid-muridnya memilih


cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup.
Murid boleh menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar, rekaman wawancara
maupun performance atau role-play.

Perlu diperhatikan bahwa mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar


peserta didik, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru
yang memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku peserta
didik atau terbiasa mendengarkan dengan baik peserta didiknya biasanya akan
dengan mudah mengetahui kebutuhan belajar peserta didiknya.
Berdasarkan pemaparan di atas maka kita dapat menarik kesimpulan.
Pembelajaran berdiferensiasi ini adalah belajar yang berorientasi pada kebutuhan
peserta didik, minat peserta didik, dan profil peserta didik. Pembelajaran tersebut
tentunya harus tetap mengacu pada tujuan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan
untuk lebih mengoptimalkan dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya kita akan membahas tentang kelebihan dan tantangan yang harus
dihadapi dalam menjalankan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 27
B. Kelebihan Dan Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi
Jika kita merujuk pada kelebihan dalam pembelajaran berdiferensiasi, setidaknya
sudah tertuang diatas. Menurut Suprayogi, (2022) ada beberapa kelebihan dan
tantangan dalam menjalankan pembelajaran diferensiasi ini, yaitu:

1. Kelebihan Pembelajaran Berdiferensiasi


d. Memenuhi kebutuhan peserta didik;
e. Memaksimalkan kualitas pembelajaran peserta didik;
f. Apabila pembelajaran yang peserta didik terima sesuai dengan
kebutuhannya, maka peserta didik pasti akan dapat memperoleh
pengetahuan secara maksimal. Peserta didik akan mendapatkan kualitas
belajar yang baik bila pengajarnya memiliki pengertian mengenai
kebutuhan belajarnya dan dapat mengarahkannya dalam membuat pilihan-
pilihan terkait pembelajaran.
g. Meningkatkan motivasi peserta didik.
h. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah
student-centered. Student-centered adalah pendekatan dimana pengajar
tidak langsung mengajar kepada peserta didik, melainkan peserta didik
harus mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
i. Peserta didik menjadi lebih terlibat dan fokus di kelas.
j. Jika strategi pengajaran tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
maka peserta didik dapat kehilangan fokus. Sebaliknya, peserta didik akan
terpicu dan terlibat di kelas apabila tugas dan aktivitas yang dilakukan
merupakan pilihannya sendiri.
k. Peserta didik dapat merelasikan pelajaran dengan kehidupan.
l. Peserta didik dapat menghubungkan pelajaran dengan nilai-nilai yang
mereka miliki apabila pembelajaran dilakukan berdasarkan minat peserta
didik
m. Peserta didik dapat mengasah self-management skill-nya.
n. Self-management skill adalah kemampuan seseorang mengatur diri sendiri
dan mengidentifikasi langkah-langkah serta strategi yang perlu diambil
untuk mencapai suatu target tertentu
o. Meningkatkan prestasi peserta didik.

28 | PPG Pra Jabatan 2022


p. Peserta didik akan mampu mendapatkan prestasi yang baik apabila
menerima pengajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya.

2. Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi


Adapun tantangannya adalah sebagai berikut:
a. Persiapan yang memakan waktu
Guru harus dihadapkan dengan berbagai macam perangkat pembelajaran
dan juga perangkat evaluasi yang banyak. Sehingga tak jarang guru kurang
memiliki waktu persiapan yang cukup untuk menerapkannya.
b. Terbatasnya waktu di kelas,
Ada berbagai aktivitas yang dikerjakan, dan pengajar harus dapat
mendampingi serta menangani semua peserta didik dalam kelasnya
c. Guru harus memiliki management skills yang baik.
Bukan hanya peserta didik yang dituntut untuk memiliki management skill
yang baik, seperti yang tertuang pada kelebihan pembelajaran
berdiferensiasi di atas. Guru juga dituntut untuk mengatur diri sendiri dan
mengidentifikasi langkah-langkah serta strategi yang perlu diambil untuk
mencapai suatu target tertentu dalam pembelajaran.
d. Kurangnya bahan pembelajaran.
Peserta didik diberikan beragam pilihan bahan pembelajaran yang
didasarkan pada tingkat kesiapan dan gaya belajar mereka. Artinya,
pengajar harus dapat mengumpulkan beragam bahan pembelajaran untuk
mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik terpenuhi.
e. Kurangnya pelatihan bagi pengajar mengenai penggunaan pembelajaran
berdiferensiasi.
Meskipun diferensiasi didasari pada banyak teori, ternyata
pengimplementasiannya masih kurang dimengerti. Implementasi
pembelajaran berdiferensiasi dapat mengalami hambatan apabila
pengajar tidak memiliki pemahaman yang tepat mengenai pembelajaran
diferensiasi. Anda bisa mengambil contoh kasus di awal, yaitu contoh
kasus Pak Darso.

Itulah kelebihan dalam menjalankan pembelajaran berdiferensiasi dan juga


tantangan yang harus dihadapi bagi seorang guru dalam mengajar di kelas.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 29
Selamat Anda telah menyelesaikan materi pembelajaran ini. Baca kembali jika
belum benar-benar faham.

C. Ruang Kolaborasi
Setelah pemaparan konsep dari dosen tentang pembelajaran berdiferensiasi di
atas, demi membantu Anda mengkonsolidasikan pemahaman Anda dan
mempersiapkan diri untuk sesi materi yang berikutnya, kami akan meminta Anda
melakukan diskusikan dalam kelompok selama 40 menit.

Panduan diskusi kelompok:


a) Silahkan berkelompok, tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang.
b) Anda boleh memilih video mana yang akan ditonton apakah video A atau video B
c) Waktu yang disediakan untuk menonton video adalah 15 menit.
d) Waktu untuk berdiskusi adalah 25 menit
e) Buatlah mapping peserta didik untuk dijadikan bahan presentasi semenarik mungkin
untuk dipresentasikan di depan kelas.

Pada sesi pembelajaran ini, Anda akan kembali mendapatkan kesempatan untuk
berdiskusi dengan rekan Anda. Sesi kali ini disebut sebagai sesi “ruang
kolaborasi”. Kali ini kita akan berkolaborasi untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang pembelajaran kali ini.
Simak video berikut (silahkan klik pada gambar, atau website di bawah gambar)
untuk bahan diskusi. Atau Anda boleh mencari video yang lain di Youtube dengan
keyword “pembelajaran berdiferensiasi”.

Video 1: Pembelajaran berdiferensiasi 1


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=2j_fwlgFAlA

Video 2: Pembelajaran berdiferensiasi 2


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=4wELYPGeuYQ

Setelah menyimak video tersebut jawablah pertanyaan berikut:

30 | PPG Pra Jabatan 2022


1. Apakah dari video yang Anda lihat pengajaran guru tersebut sudah
termasuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi? Jelaskan!
2. Apakah guru tersebut sudah tepat dalam mengelompokan? Mengapa?
3. Pada video tersebut guru mengelompokan berdasarkan apa?
4. Bagaimana guru tersebut dapat memvariasikan materi berdasarkan
kebutuhan peserta didik? Jelaskan!

Hasil dari diskusi kelompok, selanjutnya dibuat sebuah produk presentasi. silahkan
buat sekreatif mungkin apapun bentuknya, misalnya berupa audio /visual/
audiovisual atau speech/pidato.

D. Demonstrasi Kontekstual
Selamat datang di sesi pembelajaran ini. Pada sesi ini, Anda dan kelompok diminta
untuk membuat karya berupa video atau tulisan artikel atau infografik atau vlog
(video blog), untuk diunggah di platform media sosial atau website untuk
disebarluaskan. Karya tersebut berisi pengertian pembelajaran berdiferensiasi,
contoh keragaman anak di kelas, disertai teori pendukung. Buatlah sekreatif
mungkin!

Bobot penilaian (CPMK 1):


Membuat karya yang diunggah di platform media sosial/website tentang pembelajaran
berdiferensiasi berisi unsur, definisi, contoh keragaman, dan teori pendukung. Karya
berupa video atau tulisan artikel atau infografik atau vlog (video blog), untuk diunggah
di platform media sosial atau website untuk disebarluaskan.
Tugas ini memiliki bobot: 10%

Pengumpulan tugas dapat dapat dilampirkan dibawah ini. Sertakan tautan hasil
unggahan tersebut. Jangan lupa untuk mencantumkan identitas!
Lampiran pengumpulan tugas:
Lampiran pengumpulan tugas unggahan di platform media sosial/ website
disini

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 31
Peran dosen:
Ingatkan mahasiswa untuk segera mengumpulkan tugas yang diberikan.
Penilaian tugas mengacu pada kelengkapan informasi sebagai berikut:
1. Pengertian pembelajaran berdiferensiasi,
2. Contoh keragaman peserta didik di kelas,
3. Teori pendukung

E. Elaborasi Pemahaman
Pertanyaan Pemantik elaborasi pemahaman:

1. Pada topik ini, bagian mana yang menurut Anda menarik? Mengapa?
2. Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut? Mengapa?
3. Apa yang membuat Anda penasaran pada topik ini? Mengapa?
4. Berdasarkan teori yang disampaikan pada topik ini, keragaman apa sajakah
yang kira-kira akan Anda temui pada peserta didik di kelas, jika Anda menjadi
guru nanti?

Kami yakin, saat ini Anda sudah mulai tercerahkan namun juga mungkin sekaligus
memiliki banyak pertanyaan. Tetaplah semangat, karena semua pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju
pemahaman. Silahkan bertanyalah kepada dosen Anda atau diskusikanlah
kembali dengan teman Anda jika masih belum mengerti paparan konsep teori yang
tersaji di atas.

Peran Dosen:
Pada sesi ini peran dosen sangatlah penting.
1. Dosen memberikan feedback dari hasil diskusi dan juga hasil karya mahasiswa yang
telah diunggah di lampiran tugas.

2. Dosen akan mencoba membantu mahasiswa mengelaborasi pemahamannya


tentang teori pembelajaran berdiferensiasi. Pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan oleh mahasiswa tentunya akan bervariasi dan tidak dapat diprediksi,
karena akan sesuai dengan konteks yang dihadapi oleh masing-masing mahasiswa
sendiri. Oleh karena itu, penting bagi instruktur untuk mempelajari berbagai konteks
latar belakang mahasiswa sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

32 | PPG Pra Jabatan 2022


Peran sesama rekan mahasiswa yang lain:
Memberikan tanggapan dan masukan tentang tugas yang telah dipresentasikan oleh
rekan-rekannya.

F. Koneksi Antarmateri
Pertanyaan pemantik:

1. Pengetahuan baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari topik ini?

2. Bagaimana pengetahuan baru tersebut berkontribusi terhadap pemahaman


tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?

Setelah Anda memahami materi yang ada, melakukan diskusi dan presentasi, juga
menanyakan hal-hal yang mungkin Anda masih belum mengerti, kini Anda diberi
tantangan lanjut. Pada tantangan ini Anda diminta untuk mengkoneksikan materi
yang telah dipelajari pada topik ini dengan mencari benang merah dengan
matakuliah lain, atau mungkin dengan dunia realitas yang dihadapi.
Silahkan tuangkan ide Anda dalam berbagai bentuk sekreatif mungkin. Anda juga
dapat menuangkannya pada kolom berikut jika Anda menuliskannya, atau pada
tautan berikut:
Koneksi antarmateri dengan topik mata kuliah lain atau dunia realita

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 33
G. Aksi Nyata
Selamat! Anda telah mempelajari teori tentang apa itu pembelajaran
berdiferensiasi. Anda boleh merefleksikan tentang apa yang sudah Anda pelajari
dan akan lakukan. Semoga pembelajaran tentang topik ini banyak memberikan
efek positif bagi Anda untuk melakukan pembelajaran yang lebih baik lagi.
Refleksi aksi nyata:
1. Apakah Anda puas dengan proses belajar pada topik ini? Mengapa?
2. Ide apa yang Anda dapatkan setelah belajar pada topik ini?
3. Bagaimana caranya supaya Anda dapat merealisasikannya?
4. Apa yang melatarbelakanginya?
5. Apa tujuannya dari kegiatan tersebut?
6. Apa indikator keberhasilannya?
7. Bagaimana langkahnya?

Tautan pengumpulan aksi nyata

34 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 2. Aspek-Aspek Pembelajaran Berdiferensiasi

Durasi 3 JP

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mahasiswa mampu memahami tentang aspek-aspek pembelajaran berdiferensiasi

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi aspek-aspek pembelajaran berdiferensiasi

A. Mulai dari diri


Selamat datang para mahasiswa pada pembelajaran kali ini!
Bagaimana perasaan Anda memasuki pembelajaran ini? Jangan lupa untuk
berdoa terlebih dahulu sebelum memulai belajar agar diberikan pemahaman yang
utuh. Mari kita jawab beberapa pertanyaan pemantik berikut untuk refleksi diri
sebelum memulai belajar.
Pertanyaan pemantik

Refleksi Respon

Pikirkan tentang sebuah mata kuliah atau


seorang dosen yang Anda sukai, mengapa
Anda menyukai dosen/materi tersebut?

Apakah materi yang disampaikan oleh


dosen sudah sesuai dengan kebutuhan
Anda? Mengapa?

Saat pembelajaran berlangsung, Anda


menyadari bahwa kemampuan teman-
teman di kelas berbeda-beda. Apa yang
harus Anda lakukan untuk menghadapi
teman-teman dengan kemampuan
berbeda-beda?

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 35
Anda melihat minat belajar teman-teman
berbeda-beda, ketika dosen memberikan
tugas, ternyata mereka mengerjakan tugas
berbeda-beda pula. Bagaimana Anda
melihat keberagaman tugas teman Anda?

Anda lebih suka belajar dan mengerjakan


tugas kampus di kafe, sementara teman
Anda merasa kurang nyaman, karena
berisik dengan live show yang diadakan
kafe. Teman Anda merasa nyaman belajar
di perpustakaan kampus, karena
suasananya yang tenang. Apakah teman
Anda salah jika tidak ikut belajar bersama
Anda? Mengapa?

Anda boleh menuliskan jawaban dari pertanyaan pemantik tersebut dan


menuliskannya sebagai refleksi Anda sebelum belajar lebih lanjut pada kolom
tersedia, atau Anda dapat mengklik tautan di bawah jika menggunakan laptop.
Selamat berefleksi.
Respon pertanyaan pemantik klik di sini

B. Eksplorasi Konsep

1. Aspek-Aspek Pembelajaran Berdiferensiasi


Setelah Anda mempelajari dan mampu mengidentifikasi atau memetakan bahwa
peserta didik itu beragam dari berbagai sisi, misal latar belakang keluarga dan
lingkungan, minat atau ketertarikan, kebutuhan peserta didik, dan lain sebagainya,
kini Anda akan belajar tentang aspek-aspek dalam pembelajaran diferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran
(hasil tugas, ujian, dsb), tapi juga fokus pada aspek diferensiasi yang lain, yaitu
proses dan juga konten/materi. Penerapan aspek-aspek pembelajaran diferensiasi
ini dapat diterapkan hampir pada semua mata pelajaran.
Mari kita lihat ilustrasi berikut:

36 | PPG Pra Jabatan 2022


Bu Atun mengajar IPS di sebuah sekolah swasta di daerah Jakarta. Materi yang
disampaikan adalah tentang pemanfaatan sumber daya alam. Karena kondisi pada
saat PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) maka tidak memungkinkan untuk bu Atun
melakukan pembelajaran secara tatap muka langsung. Bu Atun tidak kehabisan akal
untuk melaksanakan pembelajaran. Materi dan tugas ia sampaikan melalui media
whatsapp atau google classroom dan sejenisnya. Materi yang ia susun sangat menarik,
ia membuatnya dengan menggunakan berbagai macam warna dan gambar, juga video.
Kemudian ia melakukan video conference untuk menerangkan kembali materi dan tugas
yang telah ia share sebelumnya. Sementara Joko adalah salah satu murid berkebutuhan
khusus (slow learner) yang ikut di kelas bu atun untuk pelajaran IPS ini. Bu Atun
menyapa Joko secara khusus pada video conference tersebut dan menanyakan apakah
sudah faham atau belum, jika belum, Bu Atun menyampaikan secara sederhana sesuai
kemampuan Joko. Pada saat pemberian tugas, siswa dibebaskan membuat karya
seperti apa sesuai yang mereka mampu. Ketika siswa bertanya tentang boleh tidaknya
mereka membuat sesuatu dari bahan alam yang sudah ada, Bu Atun selalu bilang boleh.
Tugas dikirimkan dalam bentuk gambar atau video Selain itu mereka bebas
mengerjakannya mau dimana saja sesuai kenyamanan mereka.

Apa yang dilakukan oleh Bu Atun di atas, Anda dapat melihat bahwa pembelajaran
berdiferensiasi memiliki 4 (empat) aspek, yaitu:
1. Konten/isi
2. Proses
3. Produk
4. Lingkungan belajar

Mari kita bahas satu persatu.

a. Konten/Isi;
Guru akan melakukan modifikasi dalam pembelajaran, pada komponen ini guru
bisa melihat kesiapan tentang apa yang peserta didik pelajari. Pada aspek konten
dalam penerapan pembelajaran diferensiasi, seorang pengajar melakukan
diferensiasi yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajari peserta didik dalam
proses pembelajaran. Selain itu, seorang pengajar perlu untuk dapat mengetahui
hal-hal yang perlu untuk dipelajari oleh setiap peserta didik. Berkaitan dengan hal
tersebut, pengajar perlu untuk melakukan modifikasi metode pembelajaran terkait

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 37
dengan bagaimana setiap peserta didik akan mempelajari topik pada proses
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam melakukan diferensiasi
tersebut, seorang pengajar dapat melakukan diferensiasi ataupun penyesuaian.
Konten merupakan materi yang diajarkan atau disampaikan pada peserta didik
tentunya dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik
baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat peserta didik dan aspek profil
belajar peserta didik atau kombinasi dari ketiganya.
Strategi diferensiasi konten, perlu di pahami konten itu segala sesuatu yang
diajarkan kepada peserta didik, termasuk di dalamnya tiga aspek yaitu, kesiapan
belajar, minat, dan profil belajar.
Jika kita berbicara tentang kesiapan belajar peserta didik, maka dapat dilihat dari
kemampuan awal peserta didik. Misalnya saja ada sebagian peserta didik yang
secara pemahaman masih pada tingkat awal atau mendasar atau pada tingkatan
berpikir konkrit, maka pemberian materi yang diberikan merupakan yang terkait
dengan fakta dan prinsip, misalnya saja dengan memberikan benda-benda yang
memberikan pemahaman yang nyata. Sementara, ada juga peserta didik yang
sudah siap transformational, maka pemberian materi juga harus lebih progresif,
misalnya dengan memberikan tantangan, question research, atau dengan cara
memperluas ide-ide peserta didik. Biasanya peserta didik yang sudah bisa berpikir
abstrak, sudah bisa mengerjakan di lembar kerja, misal hanya dengan gambar
saja, tidak perlu lagi dengan benda konkrit.
Berdasarkan minat peserta didik, contoh peserta didik belajar teks narasi. Guru
menyediakan tentang topik yang yang disukai oleh peserta didik. Jika dilihat dari
aspek profil belajar peserta didik, guru memastikan peserta didik belajar sesuai
dengan modalitas belajarnya. Belajar dengan modalitas visual, diberikan dalam
bentuk gambar. Peserta didik dengan modalitas belajar auditori dapat diberikan
materi dalam bentuk audio, dan modalitas belajar kinestetik dapat menggunakan
pekerjaan yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Pada penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa merancang pembelajaran
berdiferensiasi ini mirip seperti menggunakan tombol equalizer pada stereo
(Tomlinson, 2001). Seperti yang telah dikatakan di atas, guru perlu menentukan
jenis informasi yang harus disiapkan. Memetakan siapa yang mendapatkan
informasi yang bersifat foundational dan transformatif. Guru juga dapat melihat
kesiapan belajar peserta didik apakah peserta didik siap belajar secara konkret

38 | PPG Pra Jabatan 2022


atau belajar secara abstrak. Diferensiasi konten juga dapat dilakukan berdasarkan
minat peserta didik. Berdasarkan minat peserta didik guru dapat menyediakan
jenis-jenis topik yang mereka minati sesuai dengan pokok bahasan atau materi
pembelajaran. Diferensiasi konten berdasarkan profil belajar peserta didik, guru
harus memahami modalitas belajar peserta didik, yang lebih cenderung kepada
pembelajaran visual, audio, bahkan audio visual. Silahkan Anda baca juga artikel
di bawah ini.

Pendekatan Konten dalam Pembelajaran, Sudahkan Dilaksanakan?


Oleh: SYAIFUL BAHRI
Pendekatan konten adalah diferensiasi konten merujuk pada strategi
membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten
adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari oleh
murid berdasar kurikulum.
Pembelajaran konten merupakan hal yang esensial dalam pembelajaran.
Konten ini ditujukan untuk membantu siswa dalam memahami materi.
Pembelajaran berbasis konten mengutamakan pemahaman materi.
Namun pelaksanaannya, siswa tidak sekadar dituntut memahami materi, yang
paling penting adalah menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep
yang dapat diterapkan di berbagai konteks kehidupan peserta didik. Tercapai
tidaknya tujuan pembelajaran sebenarnya, apabila pendekatan konten ini dapat
berjalan dengan baik. Artinya semua siswa akan dapat menguasai materi dan
konsep yang dipelajari.
Pada proses pembelajaran, guru dapat melihat hasil pemahaman dari ranah
”pengetahuan” saat memberikan evaluasi seperti ulangan formatif setelah
pembelajaran pada KD tertentu sudah dilakukan. Saat itu, guru akan
menemukan persentase siswa yang telah mencapai ketuntasan KD tersebut.
Pada sekolah yang menerapkan program SKS, pendekatan konten sangat
menentukan kecepatan belajar siswa dalam suatu KD tertentu. Sehingga siswa
dengan kecepatan tinggi akan dapat menyelesaikan KD-nya lebih awal dalam
satu semester.
Bagaimana halnya dengan sekolah yang belum melaksanakan program SKS?
Apakah diferensiasi konten juga dibutuhkan, dan bagaimana guru menerapkan?

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 39
Berikut ini ilustrasi masalah yang dihadapi guru yang salah berasumsi bahwa
mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak
pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit.
Misalnya, guru X memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang
lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku. Sementara murid
yang kemampuannya lebih rendah, hanya satu laporan saja. Atau seorang
murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika, hanya diharuskan
menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan. Sementara murid yang
lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan ditambah soal-
soal cerita.
Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal,
namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu
buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang
kesulitan. Jadi, pembelajaran berdiferensiasi bukan bersifat kuantitatif
melainkan kualitatif.
Ilustrasi di atas bagi guru yang mengajar di kelas dengan program SKS, tidak
akan mengalami kesulitan. Karena apabila tugas yang diberikan sudah
mencapai ketuntasan, maka murid bisa melanjutkan materi pada tugas
berikutnya. Namun yang mengajar di kelas program konvensional, guru
sebagaimana ilustrasi tersebut harus memberikan soal yang tingkat
kesulitannya lebih tinggi dalam materi yang sama. Bukan malah menambah
jumlah soal dengan bobot yang sama. Hal ini tidak akan menambah peningkatan
kompetensi anak yang rajin atau cerdas.
Murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika,
akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit.
Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah
sifat tugas.
Berikut beberapa tips membuat pembelajaran dengan pendekatan konten yang
lebih baik:
Pertama, kontekstual. Yakni konten yang menghubungkan materi pembelajaran
dengan konteks kehidupan nyata yang dialami siswa. Konten harus berdasar
kebutuhan siswa. Informasi yang beragam juga langsung ditujukan pada
konteks pembelajaran yang sesuai. Ketika membuat konten, pastikan siswa

40 | PPG Pra Jabatan 2022


akan dapat memahami apa yang mereka ingin ketahui dan apa yang harus
diketahui.
Kedua, pembelajaran konten yang tidak ”to the point.” Sering mendesain
pembelajaran konten terlalu terburu-buru untuk ”langsung ke intinya”, yakni
menemukan jawaban yang benar. Alangkah lebih baik, siswa digiring mengenal
informasi terlebih dahulu. Lalu beralih mengaplikasikan pengetahuan dan
melakukan diskusi yang efektif. Dengan kata lain, informasi selalu disajikan
tersurat. Sehingga jawaban yang diberikan siswa akan dapat menemukan
jawaban dengan benar karena sudah ”to the point”. Hal ini akan membuat siswa
menjadi pasif untuk berpikir ke arah yang lebih kritis dan menantang.
Jadi, hindari memberikan penjelasan juga dengan cara deduktif, yang gagasan
utama diberikan lebih awal. Sebaiknya cara induktif sangat disarankan untuk
memotivasi siswa menemukan ide atau pokok masalah, setelah mereka
membaca atau menganalisis materi yang diberikan. Contoh penjelasan dengan
memulai atau langsung dengan memberikan formula atau rumus-rumus sangat
tidak menunjukkan pembelajaran konten yang baik. Jauh lebih menantang,
apabila guru memberikan pembelajaran dengan memberikan permasalahan,
kemudian siswa menyimpulkan permasalahan dalam suatu formula yang dapat
ditemukan sendiri oleh siswa. Atau mulai dengan skenario berhipotesis, lalu
mintalah dugaan situasional. Sajikan sebagian kecil informasi dan minta peserta
berdiskusi implikasinya tanpa mengetahui konteks sepenuhnya. Terakhir, ajak
siswa menemukan dan mengeksplorasi, serta berakhir pada penemuan
pengetahuan.
Ketiga, jangan lupakan tema besar materi. Setiap orang pasti setuju dengan
konten lebih kecil adalah langkah yang baik dalam menyiapkan materi. Ketika
konten disusun lebih kecil dan fokus pada satu materi kecil. Namun, saat itu juga
terdapat kemungkinan siswa akan kehilangan gambaran besar dari keseluruhan
materi. Selain itu, terkadang siswa kesulitan menghubungkan antara satu
pengetahuan dengan pengetahuan lain. Memilih materi itu baik, namun jangan
melupakan gambaran dari tema besar materi tersebut. Lihat saja sebagai
contoh: Tema ”Transportasi” akan lebih menggiring siswa ke elaborasi dengan
berbagai macam transportasi dan pada jenis transportasi dan seterusnya,
daripada memberikan atau menyajikan tema hanya dengan ”pesawat udara”.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 41
Keempat, merancang pembelajaran pada pendekatan konten yang
meningkatkan kolaborasi. Sering guru lupa mendesain pembelajaran konten
untuk kolaborasi. Untuk itu, perlu melihat materi pembelajaran yang dapat
menstimulasi inkuiri dan percakapan untuk siswa yang mempelajari.
Menstimulasi dengan pertanyaan akan menghasilkan diskusi yang sesuai.
Percakapan akan membawa kepada jawaban benar dari pertanyaan tersebut.
Seperti apa materi yang dapat menstimulasi inkuiri, kita lihat pernyataan berikut:
”Orang yang telah divaksin akan terhindar dari Covid-19”. Pernyataan ini tentu
akan menggiring siswa dengan menanyakan ”apa iya sih?” Bagaimana orang-
orang yang meninggal karena Covid-19 padahal sudah divaksin? Ini yang
dimaksud dengan materi yang dapat menstimulasi inkuiri dan percakapan siswa
yang mempelajari materi atau pernyataan tersebut.
Kelima, apersepsi yang merupakan kegiatan yang dilakukan saat akan memulai
kegiatan pembelajaran. Menurut KBBI, apersepsi adalah pengamatan secara
sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri
yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide baru.
Sebagai seorang guru, sering dalam pembelajaran dengan pendekatan konten
menempatkan diri sebagai ”orang yang lebih tahu” sedang memberi tahu ”orang
yang belum tahu”. Guru memperlakukan siswa secara merata bahwa mereka
”tidak tahu apa pun”. Jangan lupa bahwa siswa bisa saja sudah memiliki
pengetahuan sebelumnya. Uji pengetahuan siswa mengenai materi yang akan
diajarkan akan penting untuk menguji apersepsi.
Keenam, mudah dipahami dan interaktif. Jika memungkinkan, buat pengalaman
belajar yang menyenangkan melalui interaktif dan eksperimen. Berikan ruang
bagi siswa untuk eksplorasi. Biarkan mereka bermain dengan ide-ide terlebih
dahulu, tanpa konsekuensi dari atau kekhawatiran tentang kesalahan, sebelum
beralih ke pengajaran yang lebih formal. Pengajar saat ini tidak hanya
membagikan ilmunya lewat ceramah, tetapi juga mampu merancang dan
membuat pembelajaran dengan pendekatan konten yang dapat membuat siswa
lebih mudah memahami materi. Dengan memanfaatkan pembelajaran dengan
fasilitas platform tertentu, misalnya Google Classroom dan fasilitas lain di
Google Suite, akan lebih memudahkan siswa dalam memecahkan
permasalahan karena dengan gaya belajarnya sendiri.

42 | PPG Pra Jabatan 2022


Sumber:https://radarbanyuwangi.jawapos.com/kolom/02/11/2021/pendek
atan-konten-dalam-pembelajaran-sudahkan-dilaksanakan

b. Proses
Diferensiasi pada proses, peserta didik akan mendapatkan informasi tentang
pembelajaran yang baru dan mendapatkan cara belajar sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Selanjutnya Anda silahkan simak dengan baik artikel di
bawah ini!

Strategi Pembelajaran Diferensiasi Proses


Oleh: Deswati, M.Pd
Strategi diferensiasi proses, mengacu bagaimana siswa akan memahami,
memaknai atas informasi atau materi yang akan dipelajari. Cara memenuhi atau
proses yang perlu disiapkan. Guru harus mengetahui apakah kesiapan belajar
siswa secara mandiri maupun kelompok.
Pada diferensiasi proses, guru perlu memberikan bantuan belajar kepada siswa.
Guru harus melihat siswa mana yang perlu mendapat bantuan dalam belajar,
dapat dilakukan dengan pertanyaan pemandu. Apakah siswa bisa belajar
secara mandiri. Hal ini merupakan skenario yang direncanakan oleh guru. Cara
melakukan strategi ini misalnya:
1) Kegiatan berjenjang, semua siswa bekerja membangun pemahaman
dan keterampilan yang sama. Dilakukan dengan dukungan dan
tantangan komplek yang berbeda-beda.
2) Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan, akan mendorong
siswa untuk mengeksplorasi berbagai materi yang sedang dipelajari
menarik minat siswa. Contohnya belajar jenis karangan. Guru bisa
meminta siswa untuk membuat karangan yang terkait dengan minatnya.
Begitu juga jika siswa berminat dengan pelajaran yang lain guru
memberikan ruang untuk siswa mendalami minat tersebut.Pertanyaan
pemandu disesuaikan dengan level kemampuan siswa.
3) Membuat agenda individu untuk siswa. Guru membuat tugas untuk
dikerjakan siswa. Sebagai pekerjaan umum untuk seluruh kelas dan

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 43
pekerjaan yang terkait dengan tugas individu. Setelah selesai
mengerjakan pekerjaan umum maka siswa boleh mengerjakan tugas
individu khusus.
4) Memvariasikan lama waktu untuk menyelesaikan tugas, untuk
memberikan dukungan tambahan, mendorongan siswa memanfaatkan
waktu. Memberikan waktu untuk siswa agar dapat mempelajari topik
secara mendalam
5) Mengembangkan kegiatan bervariasi. Mengakomodasi gaya belajar.
Visual, auditori, kinestetik.
6) Menggunakan pengelompokan yang fleksibel sesuai dengan kesiapan,
kemampuan dan minat.
Sumber:http://deswati094748.gurusiana.id/article/2021/02/strategi-
pembelajaran-diferensiasi-proses-2974167?bima_access_status=not-
logged

c. Produk
Diferensiasi pada produk berupa variasi hasil dari tugas pembelajaran, atau variasi
untuk penilaian hasil belajar peserta didik. Tugas dan penilaian untuk masing-
masing peserta didik dibuat beragam namun masih tetap mengacu pada tujuan
pembelajaran yang sama.

STRATEGI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PRODUK


Oleh: Atik Siti Maryam
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk
adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes,
pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling
penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Cara mendiferensiasi produk dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan
mempertimbangkan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu sebelum memberikan
penugasan produk. Penugasan produk harus membantu murid secara individual atau
kelompok, menentukan kembali atau memperluas apa yang mereka pelajari selama

44 | PPG Pra Jabatan 2022


periode waktu tertentu (satu semester atau satu tahun). Produk sangat penting karena
mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang luas, produk juga merupakan
elemen kurikulum yang langsung dapat dimiliki oleh murid.
Diferensiasi produk meliputi dua hal yaitu memberikan tantangan atau keragaman dan
memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran
yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan ekspektasi pada murid, di
antaranya menentukan: 1) kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; 2) konten apa yang
harus ada pada produk; 3) Bagaimana cara mengerjakannya; 4) Sifat dari produk akhir
apa yang diharapkan
Walaupun murid memberikan informasi tambahan membantu guru memodifikasi
prasyarat produk yang harus dihasilkan agar sesuai dengan kesiapan, minat dan
kebutuhan belajar individu namun gurulah yang tetap harus mengetahui dan
mengkomunikasikan indikator kualitas dari produk tersebut.
Sumber:https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/stategi-pelaksanaan-
pembelajaran-berdiferensiasi/

d. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
berkaitan dengan keberlangsungan suatu proses pembelajaran dalam kelas.
Berkaitan dengan hal ini, apa yang dimaksud dengan lingkungan belajar adalah
suatu kondisi, pengaruh, serta rangsangan yang berasal dari luar, yang memberi
pengaruh pada peserta didik, dimana hal-hal tersebut juga meliputi beberapa hal
seperti pengaruh fisik, sosial dan intelektual (Suprayogi, 2022).
Lingkungan belajar dapat mengoptimalkan kondisi kelas secara fisik maupun
psikologis. Kondisi kelas yang mendukung pembelajaran akan membantu peserta
didik untuk belajar sendiri maupun secara berkelompok, lalu guru juga bisa
mengendalikan kelas agar kondusif selama pembelajaran, contohnya seperti
memberikan tugas kelompok diskusi suatu topik, membuat peserta didik untuk
beropini sesuai dengan sumbernya masing-masing, dan menciptakan ruang kelas
tenang. Silahkan Anda baca juga artikel di bawah ini!

Lingkungan yang Mendukung Pembelajaran yang Berdiferensiasi

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 45
Oleh: Atik Siti Maryam
Apa yang kita lakukan sebagai guru untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi harus
dibangun dengan “learning community” atau komunitas belajar yaitu komunitas
yang semua anggotanya adalah pembelajar. Guru akan mengembangkan
murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang
selalu mendukung lingkungan belajar. Komunitas belajar yang efektif
mendukung pembelajaran berdiferensiasi adalah:
Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan
baik. Iklim ini bukan hanya dilihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan
menyambut murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan antar murid. Ruang kelas
akan dipenuhi dengan hasil belajar murid atau berbagai hal di mama murid
berperan di dalamnya.
Setiap orang dalam kelas akan saling menghargai. Baik guru murid orang tua
maupun kepala sekolah akan berbagi kebutuhan, perasaan diterima, dihormati,
aman sukses dan sebagainya. Apapun perbedaan yang dimiliki mereka semua
tentu memiliki perasaan dan emosi manusia yang sama oleh karena itu dalam
kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi guru akan
membelajarkan murid muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka
miliki terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang dan nilai dari orang tersebut.
Guru membantu murid memecahkan secara konstruktif dan tidak akan pernah
membuat perasaan siapapun menjadi kecil.
Murid akan merasa aman. Aman tidak hanya secara fisik tetapi juga secara
psikis. Murid-murid yang berada dalam kelas tahu persis mereka boleh bertanya
jika membutuhkan bertanya, mengatakan tidak tahu jika tidak tahu. Mereka tahu
bahwa dalam belajar mereka dapat mengambil risiko untuk mencoba berbagai
ide-ide kreatif.
Ada harapan bagi pertumbuhan. Tujuan pembelajaran berdiferensiasi untuk
membantu setiap murid tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya.
Dengan demikian guru akan berusaha mengetahui perkembangan setiap
muridnya dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan. Murid juga akan
belajar memaknai pertumbuhan mereka sendiri. Mereka akan berbicara tujuan
pembelajaran dan cara pencapaiannya. Semua pertumbuhan yang ditunjukkan

46 | PPG Pra Jabatan 2022


murid seberapa kecilnya akan layak dicatat dan diperhatikan oleh guru.
Pertumbuhan setiap murid akan berbeda-beda bentuknya. Pertumbuhan
tersebut adalah sebuah perayaan dan pertumbuhan tersebut tidak akan lebih
daripada apapun.
Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan. Guru mencari tahu di mana posisi
murid dikaitkan dengan tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai dan
kemudian memberikan pengalaman belajar yang akan mendorong murid sedikit
lebih jauh dan lebih cepat daripada kemampuan mereka saat ini atau zona
nyaman mereka. Guru akan merancang pembelajaran yang sedikit melampaui
apa yang murid kuasai saat itu, pada saat itu murid akan keluar dari zona
nyaman mereka dan merasakan sedikit tantangan. Saat murid mengalami
tantangan tersebut guru akan memastikan bahwa dukungan akan diberikan
pada murid tersebut, sehingga tantangan tersebut dapat dilampaui sehingga
murid tidak akan menjadi frustasi. Bantuan atau dukungan inilah yang disebut
“scaffolding”. Jadi pembelajaran yang dirancang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit sehingga setiap murid dapat merasakan kesuksesan.
Ada keadilan dalam bentuk nyata. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi, adil berarti berusaha memastikan semua murid
mendapatkan apa yang dia butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Murid dan guru
adalah sebuah tim untuk berusaha untuk berusaha memastikan bahwa kelas
berjalan dengan baik untuk semua orang di kelas tersebut.
Guru dan berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama. Setiap
orang harus mengambil tanggung jawab baik untuk kesejahteraan diri mereka
sendiri maupun kesejahteraan orang lain. Untuk itu guru dan murid bekerja
sama untuk kesuksesan bersama. Walaupun guru pemimpin kelas, namun
murid juga secara sadar mengambil tanggung jawab untuk kesuksesan
kelasnya. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan mereka,
memecahkan semua permasalahan dengan cara yang konstruktif dan akan
membantu mengembangkan rutinitas yang efektif.
Sumber:https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/stategi-
pelaksanaan-pembelajaran-berdiferensiasi/

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 47
Gambar 3. Siswa Bebas Memilih Tempat Belajar
Sumber: https://www.slbpelitanusa.sch.id/

Lingkungan belajar meliputi tata letak pengaturan ruang kelas untuk kegiatan
belajar. Pengaturan/setting ruang kelas disesuaikan dengan berbagai jenis
aktivitas kegiatan pembelajaran. Tempat duduk peserta didik dibuat tidak
monoton, dan diatur sesuai dengan aktifitas yang dilakukan. Tempat duduk
peserta didik bisa dibuat melingkar, berkelompok, kotak, berbaris, berpasangan.
Berikut beberapa contoh setting ruang kelas yang bisa dilakukan untuk berbagai
jenis aktivitas pembelajaran.

Gambar 4. Contoh Setting Tempat Duduk Siswa

48 | PPG Pra Jabatan 2022


Selain penjelasan di atas, mungkin Anda ingin menyaksikan video yang berkaitan
dengan diferensiasi berdasarkan konten, proses, dan produk. Berikut ada video
yang berisikan tentang penjelasan tersebut yang telah dibuat oleh guru penggerak
(diferensiasi konten ada pada menit 1:44, diferensiasi proses ada pada menit 7:37,
dan diferensiasi produk ada pada menit 10.36). Anda boleh menyimak video
berikut atau jika tidak ingin menyimak video berikut, Anda boleh melanjutkan
membaca yang berikutnya.
Setelah Anda mengetahui apa itu konten, proses, produk, dan lingkungan belajar,
selanjutnya mari kita ingat-ingat kembali dengan ilustrasi kelas Bu Atun di awal
materi ini. Pada ilustrasi pelajaran IPS yang Bu Atun jalankan, Anda bisa melihat
ke empat aspek di atas, mari jabarkan satu persatu-satu.

Video penjelasan diferensiasi konten, proses, dan produk.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=nYG2eAzU5KA

1. Konten: Bu Atun menyusun materi sesuai dengan kebutuhan peserta didik


dalam pembelajaran. Bu Atun menampilkan materi pembuatan karya seni
dari pemanfaatan sumber daya alam dalam berbagai bentuk audio visual
yang variatif. Dengan konten yang variatif, guru dapat mengakomodir
keragaman siswa dengan modalitas belajar audio, visual, dan kinestetik.
2. Proses: Bu Atun memiliki strategi pengajaran yang baik, misal dengan
memanfaatkan teknologi yang bisa gunakan peserta didik lewat gawai
orang tuanya. Selain itu strategi yang dilakukan Bu Atun untuk anak

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 49
berkebutuhan khusus seperti Joko yang susah menangkap pelajaran bisa
diterima Joko dengan menerangkan, menanyakan, dan memberikan
instruksi secara sederhana dan jelas. Joko merupakan anak yang perlu
dibantu, dan Bu Atun membantunya dengan senang hati dan juga
memperhatikannya lebih dari teman yang lainnya.
3. Produk: Hasil karya peserta didik semuanya mendapatkan apresiasi
bagaimanapun bentuknya, akan tetapi tujuan pembelajaran pada materi itu
tercapai.
4. Lingkungan belajar: Peserta didik merasa nyaman dengan pembelajaran
Bu Atun. Dibebaskan untuk memilih tugas, dan juga pembelajaran
berlangsung dengan menyenangkan, sehingga tercipta lingkungan belajar
yang nyaman.

Contoh yang lainnya lagi adalah Anda dapat lihat pada ilustrasi berikut:

Gambar 5. Ilustrasi pembelajaran berdiferensiasi pada aspek produk

Sumber: Suprayogi, MN, et.al., (2022) Penerapan Differentiated Instruction


dalam Pembelajaran

Pada ilustrasi di atas, pembelajaran diferensiasi dilakukan pada aspek produk.


Sebut saja Bu guru pada ilustrasi di atas adalah Bu Kokom. Bu Kokom
memberikan peserta didik sebuah tugas untuk membuat profil tokoh sejarah.

50 | PPG Pra Jabatan 2022


Peserta didik dibebaskan dalam memilih tokoh dan hasil pembuatan tugas seperti
apa, yang terpenting tujuan pembelajaran tercapai, yaitu peserta didik mampu
mengenal tokoh sejarah Indonesia.
Pada ilustrasi di atas dapat dilihat bahwa peserta didik Bu Kokom muncul banyak
ide untuk mengerjakan tugas mereka. Ada yang bermain peran kemudian dibuat
video. Ada yang menulis biografinya kemudian membuat cerita tentang si tokoh
yang dipilih. Ada yang tercetus ide untuk membuat sebuah komik sejarah tokoh.
Dan ada juga yang membuat kartun animasi yang bisa bergerak.
Pada dua ilustrasi di atas, Anda dapat memilih aspek pembelajaran berdiferensiasi
yang mana yang akan Anda jalankan. Anda boleh menggabungkan keempat
aspek tersebut menjadi sebuah pembelajaran diferensiasi yang utuh, atau boleh
memilih aspek mana saja yang akan dijalankan. Hal yang paling penting adalah
tujuan pembelajaran tercapai.

e. Evaluasi aspek diferensiasi


Berikut merupakan panduan evaluasi untuk mengukur dan memastikan
pembelajaran berdiferensiasi dari empat aspek yang telah dijelaskan.

No Keterangan Penjelasan Checklist

1 Profile siswa

Guru memiliki data profil


kemampuan belajar peserta didik
Kemampuan belajar
dan menerapkannya dalam
kegiatan pembelajaran

Guru memiliki data minat belajar


Minat belajar peserta didik dan menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran

Guru memiliki data kesiapan


belajar peserta didik dan
Kesiapan belajar
menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 51
Guru memiliki data modalitas
Modalitas belajar
belajar peserta didik dan
(auditori, visual, dan
menerapkannya dalam kegiatan
kinestetik
pembelajaran

2 Diferensiasi Konten

Keragaman sumber informasi


Sumber informasi (buku teks, internet, audio, visual,
dan media massa)

Jumlah konten/materi
Jumlah konten
pembelajaran disesuaikan untuk
pembelajaran
masing-masing peserta didik

3 Diferensiasi Proses

Keragaman instruksi/penugasan
Instruksi/penugasan disesuaikan dengan profil belajar
peserta didik

Keragaman instruksi/penugasan
Strategi pembelajaran disesuaikan dengan profil belajar
peserta didik

Dilakukan pengelompokan
Pengelompokan
peserta didik

Keragaman aktivitas
Aktivitas pembelajaran pembelajaran disesuaikan dengan
profil belajar peserta didik

52 | PPG Pra Jabatan 2022


4 Diferensiasi Produk

Pilihan produk akhir Memberikan ragam/pilihan tugas

Penilaian tergantung dari masing-


Penilaian
masing individu

Diferensiasi
5
Lingkungan Belajar

Tata letak meja/kursi


Tata letak meja dan
menyesuaikan dengan kebutuhan
kursi
dalam pembelajaran

Pencahayaan Pencahayaan ruang memadai

Suhu ruangan Suhu ruangan kelas kondusif

Sekarang Anda sudah dapat memahami dan mengidentifikasi tentang aspek-


aspek pembelajaran berdiferensiasi. Semoga apa yang disampaikan dapat
difahami.

C. Ruang Kolaborasi
Pada ruang kolaborasi kali ini, Anda diminta untuk berdiskusi terlebih dahulu
sebelum memasuki pemaparan dan elaborasi konsep dengan dosen Anda.
Silahkan berdiskusi selama 40 menit dengan rekan kelompok Anda.

Panduan diskusi kelompok:


1) Silahkan membuat 4 kelompok dalam satu kelas. (dalam satu kelompok
terdiri dari 7-8 orang). Anggota kelompok dosen yang akan memilih.
2) Tiap kelompok akan berdiskusi dengan topik yang berbeda-beda. (satu
kelompok satu tema, silahkan bebas pilih tema mana yang akan dipilih

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 53
apakah konten, proses, produk, atau lingkungan belajar. Jangan ada
yang sama)
3) Waktu yang diperlukan untuk berdiskusi adalah 40 menit.
4) Hasil dari diskusi kelompok, selanjutnya dibuatkan bahan presentasi di
kelas, silahkan sekreatif mungkin.

Peran Dosen:
1) Pada tema ini, yang didahulukan adalah diskusi kelompok, baru
kemudian pemaparan materi dari dosen jika masih ada yang kurang.
(strategi pembelajaran jigsaw).
2) Dosen memilih anggota kelompok berdasarkan mapping yang dibuat
dosen. Dan pastikan kelompok hanya berjumlah 4 (empat),
3) Memastikan tiap kelompok mendapatkan topik yang berbeda dalam
diskusi kelompok. Tema pada masing-masing kelompok, yaitu: konten,
proses, produk, dan lingkungan belajar.

D. Demonstrasi Kontekstual
Pada sesi ini Anda dan kelompok diminta untuk membuat diferensiasi pada pilihan
aspek konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Anda Boleh memilih salah
satu aspek atau menggabungkan beberapa aspek. Tugas boleh dibuat dalam
bentuk video, meme, infografis, atau ilustrasi, kemudian diunggah di platform
media sosial/website. Buatlah sekreatif mungkin!
Penilaian

Bobot penilaian (CPMK 2):


Mahasiswa membuat diferensiasi pada aspek konten, proses, produk, dan
lingkungan belajar. Boleh memilih salah satu aspek atau menggabungkan
beberapa aspek. Tugas boleh dibuat dalam bentuk video, meme, infografis,
ilustrasi, kemudian diunggah di platform media sosial/website.
Tugas ini memiliki bobot 10%

54 | PPG Pra Jabatan 2022


Pengumpulan tugas dapat dapat dilampirkan di bawah ini. Sertakan link hasil
unggahan tersebut. Jangan lupa untuk mencantumkan identitas! Selamat
mengerjakan tugas. Tetap semangat.
Lampiran pengumpulan tugas:

Peran dosen:
1. Dosen mengingatkan mahasiswa untuk mengumpulkan tugas yang
diberikan.

2. Dosen melihat unsur yang dinilai dalam tugas ini berupa adanya satu atau
lebih aspek diferensiasi.

E. Elaborasi Pemahaman
Pertanyaan Pemantik elaborasi pemahaman:

1. Pada topik ini, bagian mana yang menurut Anda menarik? Mengapa?
2. Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut? Mengapa?
3. Apa yang membuat Anda penasaran pada topik ini? Mengapa?
4. Berdasarkan penjelasan dari materi diatas, aspek diferensiasi manakah yang
paling menantang untuk diimplementasikan? Mengapa?

Kami yakin, saat ini Anda sudah mulai tercerahkan namun juga mungkin sekaligus
memiliki banyak pertanyaan. Tetaplah semangat, karena semua pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju
pemahaman. Silahkan bertanyalah kepada dosen Anda atau diskusikanlah
kembali dengan teman Anda jika masih belum mengerti paparan konsep teori yang
tersaji di atas.

Peran Dosen:
Pada sesi ini peran dosen sangatlah penting.
1. Dosen memberikan feedback dari hasil diskusi dan juga hasil karya
mahasiswa yang telah di upload di lampiran tugas.
2. Dosen akan mencoba membantu mahasiswa mengelaborasi
pemahamannya tentang teori pembelajaran berdiferensiasi.
Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh mahasiswa tentunya

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 55
akan bervariasi dan tidak dapat diprediksi, karena akan sesuai dengan
konteks yang dihadapi oleh masing-masing mahasiswa sendiri. Oleh
karena itu, penting bagi instruktur untuk mempelajari berbagai konteks
latar belakang mahasiswa sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka.

Peran sesama rekan mahasiswa yang lain:


Memberikan tanggapan dan masukan tentang tugas yang telah dipresentasikan
oleh rekan-rekannya.

F. Koneksi Antarmateri
Pertanyaan pemantik:
1. Pengetahuan baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari topik ini?
2. Bagaimana pengetahuan baru tersebut berkontribusi terhadap pemahaman
tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?

Setelah Anda memahami materi yang ada, melakukan diskusi dan presentasi, juga
menanyakan hal-hal yang mungkin Anda masih belum mengerti, kini Anda diberi
tantangan lanjut. Pada tantangan ini Anda diminta untuk mengkoneksikan materi
yang telah dipelajari pada topik ini dengan mencari benang merah dengan
matakuliah lain, atau mungkin dengan dunia realitas yang dihadapi.
Kami akan membantu Anda untuk membuat sebuah peta konsep pada topik kali
ini:

56 | PPG Pra Jabatan 2022


Gambar:
Peta konsep pembelajaran berdiferensiasi

Silahkan tuangkan ide Anda dalam sebuah peta konsep dan kaitkan dengan
kegiatan pembelajaran. Anda dapat menuliskannya pada kolom berikut, atau pada
link berikut:
Link peta konsep

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 57
G. Aksi Nyata
Selamat Anda telah mempelajari teori tentang apa itu aspek-aspek pembelajaran
berdiferensiasi. Anda boleh berrefleksi tentang apa yang sudah Anda pelajari dan
Anda (akan) lakukan. Semoga pembelajaran tentang topik ini banyak memberikan
efek positif bagi Anda untuk melakukan pembelajaran yang lebih baik lagi.
Refleksi aksi nyata:
1. Apakah Anda puas dengan proses belajar pada topik ini? Mengapa?
2. Ide apa yang Anda dapatkan setelah belajar pada topik ini?
3. Bagaimana caranya supaya Anda dapat merealisasikannya?
4. Apa yang melatarbelakanginya?
5. Apa tujuannya dari kegiatan tersebut?
6. Apa indikator keberhasilannya?
7. Bagaimana langkahnya?

Anda boleh menuliskan refleksi tersebut sebagai jurnal perkuliahan Anda.

58 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 3. Strategi Pembelajaran Dan Berdiferensiasi

Durasi 2 JP

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi strategi-strategi pembelajaran berdiferensiasi

A. Mulai Dari Diri


Bagaimana perasaan Anda memasuki pembelajaran ini? Jangan lupa untuk
berdoa terlebih dahulu sebelum memulai belajar agar diberikan pemahaman yang
utuh. Mari kita jawab beberapa pertanyaan pemantik berikut untuk refleksi diri
sebelum memulai belajar.
Pertanyaan pemantik

Refleksi Respon

Seberapa penting bagi Anda sebuah


strategi/perencanaan dalam menghadapi persoalan?

Jika menghadapi sesuatu yang dirasa perlu


pemecahan masalah, strategi apa yang Anda
lakukan?

Apakah perencanaan Anda matang ketika memulai


sebuah rencana yang akan dijalankan, sehingga
tidak merasa gugup tentang apa yang mesti Anda
jalankan ketika melaksanakan sebuah rencana
tersebut?

Jika Anda mempunyai strategi tertentu dalam


menghadapi sebuah rencana, apakah sebuah
rencana tersebut berjalan dengan lancar? Mengapa?

Andaikan Anda tidak mempunyai strategi dalam


menghadapi sesuatu, apakah berjalan dengan
lancar?

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 59
Anda boleh menuliskan jawaban dari pertanyaan pemantik tersebut dan
menuliskannya sebagai refleksi Anda sebelum belajar lebih lanjut. Atau Anda juga
boleh mengisi link berikut untuk mengisinya.
Respon pertanyaan pemantik klik disini

B. Eksplorasi Konsep

1. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi


Pada sesi ini kita akan membahas tentang strategi pembelajaran berdiferensiasi.
Silahkan Anda simak baik-baik.
Strategi pengajaran adalah teknik, metode, atau perencanaan edukasional
mengenai kegiatan atau interaksi kelas agar pembelajaran dapat efektif dan dapat
mencapai target pembelajaran yang disiapkan pengajar sebelum mengajar
(Suprayogi, 2022). Strategi pengajaran merupakan upaya atau strategi yang
dilakukan oleh pengajar untuk mendorong peserta didik untuk belajar secara aktif
dan memiliki motivasi yang tinggi. Rancangan strategi pengajaran harus dapat
mendorong peserta didik untuk mengobservasi, menganalisa, menciptakan
hipotesis, menyuarakan pendapat, menggali pengetahuan sendiri, dan mencari
solusi.
Strategi pengajaran merupakan perencanaan untuk mencapai target
pembelajaran yang disiapkan oleh pengajar sebelum mengajar. Satu sesi kelas
dapat terdiri dari beberapa tujuan pembelajaran. Sementara, waktu untuk tiap sesi
kelas terbatas. Maka dari itu, dalam strategi pengajaran, setiap aktivitas
pembelajaran harus memiliki lebih dari satu fungsi dan memenuhi lebih dari satu
tujuan pembelajaran, sehingga pengajar harus mengkombinasikan beberapa
tujuan pembelajaran menjadi satu kegiatan belajar dengan begitu, semua tujuan
pembelajaran akan mampu dicapai dalam satu sesi kelas. Strategi pengajaran
membantu pengajar untuk menyusun proses pembelajaran sehingga
memungkinkan terpenuhinya semua tujuan pembelajaran lewat aktivitas-aktivitas
di kelas dalam waktu yang terbatas.

60 | PPG Pra Jabatan 2022


Macam-macam strategi pengajaran dalam pembelajaran berdiferensiasi
Strategi pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:
1. Strategi pengajaran langsung (direct instruction),
2. Strategi pengajaran tak langsung (indirect instruction),
3. Strategi pengajaran interaktif (interactive learning),
4. Strategi pengajaran mandiri (self-learning), dan
5. Strategi pengajaran melalui pengalaman (experimental).

Apa pun strategi pengajaran yang digunakan harus memperhatikan dan


menerapkan diferensiasi. Penerapan strategi pengajaran bukan sekedar
menggunakan strategi pengajaran tertentu saja, namun harus memperhatikan
aspek-aspek diferensiasi. Strategi pengajaran yang digunakan harus dapat
mengakomodir keragaman peserta didik dan kebutuhan belajar peserta didik.
Berikut akan diberikan beberapa contoh penerapan strategi pengajaran dengan
menerapkan aspek-aspek diferensiasi.

a. Project-Based Learning.
Project-based learning adalah strategi pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengelola kegiatan belajar di
kelas dengan membuat suatu project. Hal ini digunakan dengan cara
peserta didik membuat kelompoknya masing-masing lalu memecahkan
masalah dari project yang diberikan. Contohnya seperti kelompok-
kelompok yang ada di kelas diminta untuk membuat suatu proyek yang
diberikan oleh pengajar lalu proyek itu dapat dicari referensinya dari media
mana saja.
Proyek yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok adalah proyek yang
berbeda-beda namun tetap untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
sama.
Perhatikan contoh berikut:

Bu Fatonah mengajar pelajaran Kreasi Seni Budaya dan Prakarya (SBDP) di


kelas 6 SD. Materi yang sedang Bu Fatonah sampaikan pada minggu itu
adalah tentang teknik membuat patung. Adapun tujuan pembelajrannya adalah

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 61
memahami karya seni patung dan membuat karya seni patung. Bu Fatonah di
awal pertemuan menyampaikan bahwa nanti peserta didik akan ada projek
membuat patung, oleh karena itu di awal pertemuan kelas mereka membahas
tentang karya seni patung dan berbagai macam teknik pembuatannya.
Kemudian setelahnya Bu Fatonah meminta peserta didik membuat kelompok
untuk membuat projek patung dengan berbagai teknik.
Saat itu Bu Fatonah hanya memberikan dua pilihan teknik yang mudah diikuti
oleh siswa, yaitu membuat patung tanah liat/plastisin/sabun batangan dengan
teknik butsir (memijat, menambah, dan mengurangi bahan yang dibentuk
dengan alat butsir jika ada) dan teknik kedua yaitu teknik cetak/cor dari bahan
dasar semen.
Bu Fatonah membagi kelompok menjadi 4 kelompok, dengan 2 kelompok
teknik butsir, dua kelompok teknik cetak/cor. Kemudian dari 4 kelompok
tersebut tidak boleh membuat patung yang sama. Bu Fatonah membebaskan
keempat kelompok itu membuat apa saja sesuai keinginan mereka.
Bu Fatonah membantu kelompok untuk memilih teknik apa yang akan mereka
kerjakan dan patung apa yang akan mereka buat. Tujuannya adalah agar
peserta didik membuat patung sesuai dengan teknik yang diajarkan dan tidak
ada pembuatan patung yang sama.
Pada pembuatan patung tersebut, Bu Fatonah juga memberikan tugas yang
beragam agar semua peserta didik dapat turut berpartisipasi dalam projek ini.
Misalnya ada peserta didik yang membuat bagian dasar patung, ada yang
bagian memberikan warna, ada yang menuliskan identitas dan informasi atau
cerita dari patung yang mereka buat, serta nanti ada yang mempresentasikan
patung buatannya.

Nah, dari cerita Bu Fatonah di atas, Anda dapat melihat, bukan, bahwa semua
peserta didik akan terlibat dan mereka dapat bekerja selaras dengan interest atau
minatnya? Bagi yang membuat bentuk, suka mewarnai, suka membaca dan
mencari informasi, semua minatnya terpenuhi. Inilah prinsip diferensiasi yang
diterapkan. Semua siswa dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran, dengan
melakukan berbagai ragam kegiatan sesuai dengan minatnya.

b. Small Group Discussion

62 | PPG Pra Jabatan 2022


Strategi pengajaran Small Group Discussion atau diskusi kelompok kecil
merupakan elemen belajar secara aktif. Dengan aktivitas kelompok kecil,
peserta didik akan belajar menjadi pendengar yang baik, memberikan dan
menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati pendapat orang lain,
mendukung pendapat dengan bukti dan lain-lain. Aktivitas diskusi
kelompok dapat berupa membangkitkan ide, menyimpulkan poin penting,
mengakses tingkat skill dan pengetahuan, memungkinkan memproses
outcome pembelajaran pada akhir kelas, dan dapat menyelesaikan
masalah.
Adapun langkah-langkah penerapan strategi small group discussion
sebagai berikut: Pertama, guru menentukan kelompok diskusi dengan
anggota lima peserta didik dalam setiap kelompok. Selanjutnya guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Pokok
masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan oleh guru. Dengan
bimbingan guru para peserta didik membentuk kelompok- kelompok
diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor, mengatur
tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya). Kemudian, para peserta
didik berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru
berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain menjaga ketertiban
serta memberikan dorongan dan bantuan setiap anggota kelompok
berpartisipasi aktif agar diskusi berjalan lancar. Guru memberikan bantuan
kepada kelompok yang dirasa butuh bantuan lebih.
Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya
yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua peserta didik (terutama dari
kelompok lain). Guru selanjutnya memberi ulasan atau penjelasan
terhadap laporan-laporan tersebut. Terakhir para peserta didik mencatat
hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan atau ringkasan hasil diskusi
dari tiap-tiap kelompok sesudah peserta didik mencatatnya.
Penerapan small group discussion dengan prinsip diferensiasi disini
dilakukan dengan memberikan topik diskusi yang beragam untuk masing-
masing kelompok. Misalnya dalam pelajaran Pendidikan kewarganegaraan
yang membahas Pancasila. Masing-masing kelompok diskusi diberikan
topik masalah yang terkait dengan lima sila dalam pancasila.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 63
Setiap kelompok akan membahas masalah yang berbeda. Dengan
penerapan strategi ini, semua peserta didik dilibatkan dan semua peserta
didik mendapatkan tanggung jawab yang berbeda-beda, namun untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sama.

c. Jigsaw Reading
Strategi pengajaran jigsaw reading ini menerapkan strategi belajar yang
kooperatif yang bertujuan agar para peserta didik mendapatkan
kenyamanan belajar sesuai dengan diri mereka. Langkah-langkahnya
sebagai berikut: pertama, guru membagi para peserta didik kedalam
beberapa kelompok kecil, setiap kelompok berisi peserta didik yang nanti
akan bertugas untuk membaca dan mempelajari sub-topik yang diberikan.
Lalu guru akan memberikan sub-topik materi yang harus dibaca dan
dipelajari peserta didik di masing-masing kelompok. Setelah masing-
masing peserta didik mempelajari sub-topik materi tersebut, mereka akan
dikelompokkan kedalam kelompok baru yang disebut sebagai kelompok
expert. Kelompok expert ini merupakan kumpulan peserta didik yang
membahas sub-topik yang sama dari masing-masing kelompok awal. Di
dalam kelompok expert masing-masing peserta didik akan mendiskusikan
pemahaman mereka masing-masing. Antar satu dengan yang dirinya akan
kembali ditempatkan di kelompok yang berbeda, kemudian ia diminta untuk
mengajarkan teman atau peserta didik lainnya. Teknik seperti ini dapat
menghidupkan suasana belajar karena mereka dapat mendapatkan
tantangan untuk melibatkan diri mereka sendiri dalam situasi pembelajaran
tersebut.
Berikut contoh penerapan dari strategi Jigsaw ini.

Pak Roni adalah guru pelajaran IPA. Pada pertemuan tersebut, topiknya adalah
tentang reboisasi. Pak Roni membagi kelompok sejumlah dengan sub topik
reboisasi, yaitu sebanyak tiga kelompok. Adapun sub-topiknya, yaitu (1) kenapa
perlu dilakukan reboisasi, (2) manfaat reboisasi, (3) apa yang terjadi bila tidak
dilakukan reboisasi.

64 | PPG Pra Jabatan 2022


Sebelum melakukan diskusi, Pak Roni memberikan sepotong informasi
mengenai ‘’reboisasi’’. Pak Roni hanya sekilas saja menerangkannya, tidak
secara utuh, karena nanti akan didiskusikan di kelompok.
Setelah itu, Pak Roni meminta untuk memilih salah satu di setiap grup tersebut
seorang ketua. Ketua inilah yang nantinya memimpin diskusi pada
kelompoknya.
Setelah terpilih ketua, kemudian Pak Roni meminta siswa untuk mengeksplorasi
informasi terkait reboisasi tersebut sesuai sub topik yang mereka pilih. Mereka
akan membahasnya dalam grup.
Setelah para siswa sudah memahami hal-hal terkait dengan reboisasi ini sesuai
topik, mereka (ketua) akan ditugaskan kembali untuk memasuki kelompok yang
anggotanya berbeda. Kemudian, mereka akan melakukan tutor sebaya yang
tujuannya untuk saling memberikan dan menambah informasi yang mungkin
sebelumnya belum mereka ketahui.

d. Strategi Problem-Based Instruction.


Strategi pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran yang
menunjang keterlibatan peserta didik untuk melakukan pembelajaran dan
pemecahan masalah autentik yang dihadapi. Strategi ini melibatkan
pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman mengenai
peserta didik mengenai topik-topik yang diajarkan di kelas, sehingga
mereka belajar cara-cara yang tepat untuk mengkonstruksi kerangka
masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi
argumentasi terkait pemecahan masalah, serta memecahkan
permasalahan dengan bekerja baik secara secara individual, maupun
kolaborasi dengan peserta didik lainnya.
Pada pengaplikasiannya, strategi ini juga membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan bersosialisasinya. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya keefektifan dalam interaksi sosial, proses teacher-asisted
instruction yang menuntut adanya kedekatan antara pengajar dan peserta
didik, serta pengajar yang tidak banyak berperan sebagai penyebar
pengetahuan. Maka dari itu, pengajar perlu mengembangkan perannya
sebagai pebimbing dan negosiator.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 65
Manfaat yang akan didapatkan dari penggunaan strategi ini adalah peserta
didik akan mempunyai pemahaman mengenai hubungan pengetahuan
dengan dunia nyata serta bagaimana cara yang tepat untuk
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam masalah yang kompleks.
Bahkan, metode ini dapat membantu menciptakan lingkungan kelas yang
lebih positif dan demokratis, sehingga strategi ini juga efektif untuk
mengatasi keragaman peserta didik yang ada di dalam suatu kelas.

Contoh dari strategi problem-based instruction adalah ketika seorang pengajar


SMP menugaskan siswanya untuk membuat makalah penelitian pertama
mereka dengan memecah proses pembuatannya menjadi beberapa langkah
terpisah yang disertai dengan bimbingan yang banyak dari pengajar tersebut.
Pengerjaan makalah penelitian ini dilakukan secara individual. Meskipun begitu,
strategi ini juga bisa digunakan untuk tugas kolaborasi. Pertamanya, pengajar
akan memperlihatkan dan mendefinisikan masalah yang berkaitan dengan
materi pelajaran tertentu. Kemudian, siswa dibantu untuk mengklarifikasi
masalah tersebut, serta mencari tahu dan menentukan bagaimana cara
menginvestigasinya, sehingga hal ini tentunya memerlukan beragam sumber
belajar, informasi, serta data yang bervariasi. Setelah itu, pengajar akan
membantu siswa untuk membuat makna yang berkaitan dengan hasil dari
pemecahan masalah tersebut yang nantinya akan dilaporkan, seperti melihat
bagaimana siswa memecahkan masalah tersebut. Lalu, siswa akan melakukan
pengorganisasian laporan tersebut dan akhirnya mereka presentasikan dengan
melibatkan seluruh siswa di dalam kelas beserta dengan pengajar yang telah
membimbingnya dari awal proses hingga selesai.

C. Ruang Kolaborasi
Anda tentu sudah mempelajari materi di atas tentang strategi pembelajaran
berdiferensiasi. Sebelum Anda beranjak pada ruang kolaborasi, kami meminta
Anda untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian “demonstrasi kontekstual”
(silahkan baca apa yang harus dilakukan).
Demi membantu Anda mengkonsolidasikan pemahaman Anda dan juga dunia
realitas atau dunia praktek yang sesuangguhnya sehingga Anda lebih faham akan
pembelajaran, kami meminta Anda untuk mengundang satu guru penggerak
sebagai narasumber ekspert (guru yang sudah memiliki waktu yang cukup lama

66 | PPG Pra Jabatan 2022


dalam menekuni bidang pendidikan di sekolah) untuk berbagi pengalaman
mengenai strategi pembelajaran berdiferensiasi di sekolah yang pernah mereka
jalani. Silahkan diskusikan dengan rekan sekelas Anda siapa yang akan Anda
undang pada sesi ini.
Jika Anda tidak mempunyai referensi tentang siapa yang akan diundang untuk
pertemuan ini, Anda bisa minta rekomendasi dari dosen Anda untuk menghadirkan
guru penggerak.
Pada sesi ini Anda diminta untuk berinteraktif dengan rekan sekelas dan juga guru
penggerak. Berdiskusilah dan bertanyalah dari pengalaman guru penggerak.
Seraplah ilmu yang didapat supaya Anda semakin kaya akan pengetahun di dunia
praktis.

Panduan diskusi:
1. Diskusi dibuka oleh salah satu mahasiswa

2. Perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil dari tugasnya (paling


lama 7 menit) (40 menit)

3. Setelah selesai presentasi kemudian moderator mempersilahkan


narasumber untuk berbagi pengalaman.

4. Guru penggerak sebagai narasumber ekspert diberi waktu 30 menit untuk


memberikan komentar dan memberikan masukan sekaligus juga berbagi
pengalaman mengenai strategi pembelajaran diferensiasi yang telah
dijalankannya.

5. Kemudian selanjutnya sesi tanya jawab selama 30 menit.

D. Demonstrasi Kontekstual
Pada sesi ini Anda diminta berkelompok berjumlah 5-6 orang. Kemudian Anda dan
kelompok diminta untuk memilih salah satu strategi pembelajaran yang
berdiferensiasi selain yang telah diuraikan di atas. Jelaskanlah mengapa
strategi pembelajaran yang dipilih tersebut termasuk ke dalam strategi

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 67
pembelajaran berdiferensiasi, dan seperti apa teknisnya strategi pembelajaran
yang dijalankan tersebut.
Silahkan presentasikan di depan kelas. Masing-masing kelompok melakukan
presentasi paling lama 15 menit untuk mendapatkan masukan dari rekan dan juga
dosen. Buatlah sebaik mungkin!

Bobot penilaian (CPMK 3):


Mengidentifikasikan strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dipilih.
Jelaskanlah mengapa strategi pembelajaran yang dipilih tersebut termasuk ke
dalam strategi pembelajaran berdiferensiasi, dan seperti apa teknisnya strategi
pembelajaran yang dijalankan tersebut. Presentasi di depan kelas.

Tugas ini memiliki bobot 10%.

Peran dosen:
1. Ingatkan mahasiswa untuk segera mengumpulkan tugas yang diberikan
sebelum memasuki ruang kolaborasi untuk bertemu dengan narasumber
ekspert, yaitu dari guru penggerak.

2. Dosen melihat unsur yang dinilai dalam tugas ini berupa adanya satu atau
lebih aspek diferensiasi.

Pengumpulan tugas dapat dapat dilampirkan di bawah ini. Sertakan tautan hasil
unggahan tersebut. Jangan lupa untuk mencantumkan identitas! Selamat
mengerjakan tugas. Tetap semangat!
Lampiran pengumpulan tugas:

68 | PPG Pra Jabatan 2022


E. Elaborasi Pemahaman
Pertanyaan Pemantik elaborasi pemahaman:

1. Pada topik ini, bagian mana yang menurut Anda menarik? Mengapa?
2. Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut? Mengapa?
3. Apa yang membuat Anda penasaran pada topik ini? Mengapa?
4. Berdasarkan penjelasan dari materi di atas, strategi pembelajaran manakah
yang paling menarik untuk diimplementasikan? Mengapa?

Kami yakin, saat ini Anda sudah mulai tercerahkan namun juga mungkin sekaligus
memiliki banyak pertanyaan. Tetaplah semangat, karena semua pertanyaan
tersebut akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju pemahaman.
Silahkan bertanyalah kepada dosen Anda atau diskusikanlah kembali dengan
teman Anda jika masih belum mengerti paparan konsep teori yang tersaji di atas.

Peran Dosen:
Pada sesi ini dosen berperan:
1. memberikan feedback dari hasil diskusi dan juga hasil karya mahasiswa
yang telah di upload di lampiran tugas.
2. membantu mahasiswa mengelaborasi pemahamannya tentang teori
pembelajaran berdiferensiasi. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
oleh mahasiswa tentu akan bervariasi, sesuai dengan konteks yang dihadapi
oleh masing-masing mahasiswa sendiri. Oleh karena itu, penting bagi dosen
untuk mempelajari berbagai konteks latar belakang mahasiswa sebelum
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Peran sesama rekan mahasiswa yang lain:


Memberikan tanggapan dan masukan tentang tugas yang telah dipresentasikan
oleh rekan-rekannya.

F. Koneksi Antarmateri
Pertanyaan pemantik:
1. Pengetahuan baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari mata kuliah
ini?

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 69
2. Bagaimana pengetahuan baru tersebut berkontribusi terhadap pemahaman
tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?

Setelah Anda memahami materi yang ada, melakukan diskusi dan presentasi, juga
menanyakan hal-hal yang mungkin Anda masih belum mengerti, kini Anda diberi
tantangan lanjut. Pada tantangan ini Anda diminta untuk mengkoneksikan materi
yang telah dipelajari pada topik ini dengan mencari benang merah dengan
matakuliah lain, misalnya saja dengan mata kuliah design thinking atau mata
kuliah lain yang terkait atau mungkin dengan dunia realitas yang dihadapi.
Silahkan buat peta konsep dari materi yang telah dipelajari dikaitkan dengan
kegiatan pembelajaran.
Link koneksi antar materi

G. Aksi Nyata
Selamat Anda telah mempelajari teori tentang apa itu strategi pembelajaran
berdiferensiasi. Anda boleh refleksi tentang apa yang sudah Anda pelajari dan
Anda (akan) lakukan. Semoga pembelajaran tentang topik ini banyak memberikan
efek positif bagi Anda untuk melakukan pembelajaran yang lebih baik lagi.
Refleksi aksi nyata:
1. Apakah Anda puas dengan proses belajar pada topik ini? Mengapa?
2. Ide apa yang Anda dapatkan setelah belajar pada topik ini?
3. Bagaimana caranya supaya Anda dapat merealisasikannya?
4. Apa yang melatarbelakanginya?
5. Apa tujuannya dari kegiatan tersebut?

70 | PPG Pra Jabatan 2022


6. Apa indikator keberhasilannya?
7. Bagaimana langkahnya?

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 71
Topik 4. Rancangan Dan Implementasi
Pembelajaran Berdiferensiasi

Durasi 5 JP

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mahasiswa mampu merancang dan mengimplementasikan pembelajaran


berdiferensiasi.

A. Mulai dari diri


Hallo para mahasiswa hebat! Ini adalah awal perjumpaan kita setelah UTS.
Bagaimana perasaan Anda memasuki pembelajaran ini? Semoga Anda bahagia
selalu sehingga dapat belajar dengan tenang dan mudah untuk mencerna
pelajaran. Jangan lupa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai belajar
agar diberikan pemahaman yang utuh. Saatnya Anda memulai beraksi dengan
materi yang tak kalah menarik dari materi yang sebelumnya.
Sebelum kita memulai pelajaran, silahkan Anda baca beberapa pertanyaan
pemantik berikut untuk refleksi diri sebelum memulai belajar.
Pertanyaan pemantik
1. Jika Anda menjadi guru kelak, apa yang ingin Anda capai?
2. Jika Anda menjadi guru kelak, apakah Anda tahu apa yang diinginkan peserta
didik dari pembelajaran yang akan disampaikan?
3. Jika Anda menjadi guru, darimana Anda memulai dan langkah apa yang harus
dicapai untuk mendapatkan apa yang Anda harapkan tersebut?
4. Apakah Anda pernah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sebelumnya?
5. Apa yang Anda ingat tentang materi pada mata kuliah ini sebelumnya?

72 | PPG Pra Jabatan 2022


Respon pertanyaan pemantik

Anda tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun boleh


menuliskan jawaban dari pertanyaan pemantik tersebut dan menuliskannya
sebagai refleksi Anda sebelum belajar lebih lanjut. Atau jika Anda menggunakan
laptop, bisa klik link di bawah ini untuk mengisi respon pertanyaan pemantik di
atas.
Respon pertanyaan pemantik klik disini

B. Eksplorasi Konsep

1. Rancangan Dan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi


Halo para calong guru hebat. Impian bagi para pendidik tentunya menjadikan
peserta didiknya berprestasi dan mampu mengasah kemampuannya masing-
masing. Para gurulah yang mendampingi peserta didiknya dalam proses
pembelajaran selama masa sekolah. Salah satu cara untuk membantu peserta
didik menggapai tujuannya adalah dengan menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah “Dari mana para pendidik
memulainya?”

a. Langkah awal melakukan pembelajaran berdiferensiasi


Sebagai seorang pendidik tentunya sudah tidak asing dengan istilah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum melakukan penyusunan rancangan
RPP Suprayogi et. al.(2022) menyebutkan paling tidaknya ada 12 langkah untuk
membantu para pendidik dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Apa
sajakah itu? Berikut uraiannya:

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 73
1) Pemetaan peserta didik
Langkah awal untuk melakukan pemetaan adalah dengan melakukan refleksi
diri dengan pertanyaan “apa yang ingin saya capai dengan peserta didik
saya?” (Anda telah belajar pada topik 1 tentang pemetaan peserta didik, Anda
bisa membacanya kembali). Pemetaan bisa dilakukan dengan melihat 3 hal
berikut:
a) Melihat dari kompetensi peserta didik. Pada kompetensi siswa ini bisa
dilihat dari kompetensi intelektual peserta didik, kompetensi sosial, dan
kompetensi psikomotorik.

• Kompetensi intelektual
Mencakup prestasi peserta didik, semangat belajar, kemampuan
menangkap informasi, berfikir kritis, kemampuan menguasai lapangan atau
praktik, kemampuan linguistic, dll.

• Kompetensi sosial
Kemampuan peserta didik berkomunikasi dengan teman sebaya dan
gurunya.

• Kompetensi psikomotorik,
yaitu peserta didik yang berkaitan dengan keterampilannya bertindak
setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu.
b) Melihat dari minat atau keinginan peserta didik
Temukanlah minat peserta didik sehingga ketika para pendidik mampu
membedakan dan membagi peserta didik sesuai dengan kemampuannya,
motivasi peserta didik akan bertambah dan pembelajaran berdiferensiasi pun
akan berjalan dengan baik dan lancer.
c) Melihat dari kebutuhan siswa
Para pendidik diharapkan mengerti akan kebutuhan peserta didiknya dalam
pembelajaran, sehingga para pendidik tahu bentuk dukungan apa yang
nantinya para pendidik berikan dalam pendampingan di pembelajaran yang
berlangsung.

74 | PPG Pra Jabatan 2022


2) Dapatkan wawasan tentang peserta didik untuk mengetahui metode
pembelajaran
Peserta didik menjadi tidak bergantung sepenuhnya kepada Anda sebagai
guru kelak jika Anda mendapatkan wawasan peserta didik dengan mencari
tahu minat atau keinginan dan kebutuhan peserta didik. Para pendidik akan
menjadi tahu metode pembelajaran apa yang akan diterapkan oleh peserta
didiknya kelak.

3) Pengelompokan
Berkelompok dengan teman sebaya mengajak peserta didik untuk saling
belajar melepas ketergantungan dari guru sebagai pendidik. Memfungsikan
guru sebagai mentor, dan rekan sebaya menjadi tutor.
Kelompok dapat berubah sesuai dengan kebutuhan kurikulum yang
dibutuhkan, missal kelompok kecil, besar, atau berpasangan. Variasikan
komposisi kelompok dengan peserta didik sesuai dengan penangkapan
materi, penguasaan, dan pemahaman yang berbeda, dengan begitu peserta
didik akan saling mengajarkan dan juga bertukar informasi dari temannya.

4) Peserta didik diberikan pilihan


Pada pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik dapat negosiasi, tidak saklek
apa kata guru, asalkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Artinya saat
pembelajaran berlangsung peserta didik dan guru membuat kesepakatan
dengan materi yang akan diajarkan oleh peserta didik. Peserta didik dapat
memilih dari mana peserta didik tersebut mendapatkan informasi dan
bagaimana cara memprosesnya. Bukan hanya materi, melainkan peserta didik
juga diberikan pilihan dalam mengerjakan tugas.
Selain peserta didik dapat memilih, guru juga sebaiknya menjelaskan mengapa
metode dan cara pembelajarannya dibedakan pada setiap peserta didik,
sehingga peserta didik dapat bekerja mandiri dan focus pada keterampilannya.
Contoh:

Bu Khodijah sedang mengajar Bahasa inggris di kelas 1 dengan tema greetings


and partings. Tujuan pembelajarannya adalah siswa dapat melakukan perkenalan
diri dengan menggunakan greetings (kalimat sapaan) dan partings (kalimat

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 75
perpisahan). Pembelajaran yang dilakukan bu Khodijah dilakukan dengan praktek
langsung di dalam kelas dengan anak-anak, selain itu juga Bu Khodijah
menggunakan video sebagai alat bantu ilustrasi. Di Luar kelas, ketika anak-anak
bertemu dengan Bu Khodijah diminta untuk menyapa Bu Khodijah dengan
Bahasa inggris dan Bu Khodijah berpura-pura tidak mengerti jika tidak ada
greeting dalam Bahasa inggris. Atau juga Bu Khodijah mempraktekannya
langsung dengan menyapa anak-anak dengan menggunakan greetings dan
partings dan jika Bu Khodijah bertemu siswa-siswinya diluar kelas.
Pada saat memberikan tugas, Bu khodijah meminta siswa diminta untuk membuat
perkenalan dengan menggunakan kalimat greetings dan partings. Bu Khodijah
meminta siswanya berpasangan untuk mengerjakan tugas. Bu Khodijah
memberikan Pilihan tugas dan siswa boleh memilihnya, yaitu boleh dalam bentuk
video, atau juga boleh dalam bentuk voice note, atau juga boleh jika siswa mau
membuatnya dalam bentuk komik, atau bahkan boleh hanya dalam bentuk tulisan
saja.

5) Informasi dalam berbagai bentuk


Menyajikan informasi (materi/teori) dalam berbagai bentuk. Tidak hanya
berupa papan tulis dan spidol saja, melainkan sajikan dengan seunik mungkin
sehingga peserta didik mudah dalam menyerap. Misalnya saja dengan
menerangkan teori kemudian diberikan ilustrasi, contoh kasus, tayangan
pendek/video, dan metode-metode yang baru yang lain dari biasanya.
Mengapa demikian, mungkin saja satu peserta didik mudah menyerap dengan
hanya membaca teorinya saja, sementara peserta didik yang lain bisa
menyerap pelajaran dengan adanya ilustrasi kasus, atau mungkin video, atau
mungkin yang lainnya, karena perbedaan modalitas belajar. Bisa lihat contoh
kasus Bu Khodijah di atas.

6) Jangan berikan latihan umum


Siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Jika memberikan latihan
dengan memberikan latihan umum, maka hanya peserta didik yang
kemampuan intelektualnya tinggilah yang dapat menyelesaikan dengan
mudah, sementara yang lain mungkin akan sulit dan bahkan akan lambat

76 | PPG Pra Jabatan 2022


dalam mengerjakan latihan yang diberikan di awal pembelajaran. Hal tersebut
membuat guru harus selalu menyediakan latihan sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik. Atau berilah peserta didik pilihan tugas yang
sekiranya peserta didik dapat melakukannya sesuai dengan minatnya. Bisa
lihat contoh kasus Bu Khodijah.

7) Hubungkan pembelajaran ke dunia siswa


Sebagai seorang pendidik sebaiknya ketika mentransfer ilmu kepada peserta
didik tidak berpusat hanya pada buku saja, melainkan berikanlah contoh yang
jelas, konkrit, dan relevan. Tentunya baik jika mengajak peserta didik untuk
berinteraktif berdasarkan perspektif dan minat mereka. Lakukan eksplorasi
terhadap apa yang telah mereka tahu tentang materi yang diajarkan.
Contoh:

Bu Mini mengajar tematik kelas 6, dengan tema Masyarakat sejahtera


dengan sub tema Masyarakat peduli lingkungan.Bu mini bertanya kepada
siswanya siapa yang tahu arti peduli lingkungan? Kemudian siswanya
banyak yang mengangkat tangan berebut ingin didengar pendapatnya.
Setelah itu bu mini memberikan contoh yang masuk akal dan dapat
dilakukan siswa di sekolah sebagai bentuk peduli lingkungan itu seperti
tidak membuang sampah pada tempatnya, dan jika tidak menemukan
tempat sampah bisa menggunakan saku atau tas kita sebagai tempat
sampah sementara, sampai menemukan tempat sampah yang sesuai
fungsinya.

8) Kombinasi kekuatan pengajaran


Alangkah lebih baiknya jika memungkinkan guru berkolaborasi dengan mitra
guru lainnya atau juga narasumber ekspert di bidangnya. Pada satu kali
pembelajaran melibatkan dua guru, sehingga mempunyai kekuatan lebih
untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Atau dengan mendatangkan
narasumber ekspert juga akan membantu guru dalam menampilkan resource
pembelajaran yang beragam,sehingga peserta didik mendapatkan input
langsung dari narasumber ekspert.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 77
9) Latihan untuk menyempurnakan
Jam terbang guru merupakan pengalaman dan kunci dari pembelajaran
berdiferensiasi yang akan membentuk pembelajaran yang sempurna. Para
pendidik dianjurkan untuk menguasai keterampilan, pengetahuan yang
menyeluruh tentang materi, manajemen kelas, dan kemampuan
mengendalikan pembelajaran dengan baik.

10) Memulai dengan sesuatu hal


Keberhasilan pembelajaran diferensiasi tidaklah instan, tentu melalui berbagai
proses. Memulai dengan tahap belajar tentu lebih baik daripada tidak
menerapkannya sama sekali. Misal tahap awal dengan membangun materi
dan menguasainya terlebih dahulu, dan jangan lupa tujuan untuk menentukan
tujuan pembelajaran.

11) Percobaan
Jika tidak berani mencoba, maka kapan akan memulai. Ingat, bahwa ujian itu
bukan hanya sekedar seberapa dapat nilai Anda bisa mengerjakan soal pada
sebuah kertas, namun sebuah proses juga tidak kalah penting yang harus
diperhatikan. Cobalah!
Pembelajaran berdiferensiasi ini masih belum akrab diterapkan di berbagai
institusi pendidikan. Ada baiknya semua pengajar terus memberikan dukungan
dan mempelajari dengan baik bagaimana peserta didiknya dalam pembelajaran di
kelas dan diluar kelas, sehingga membantu antar para pendidik dalam menyusun
sebuah kurikulum. Pada pembelajaran juga ada baiknya para pendidik mengikuti
perkembangan peserta didiknya daripada memaksa peserta didik untuk mengikuti
perkembangan gurunya. Sudah terbayang bukan, dari mana akan memulainya?
Selanjutnya Anda akan memulai membuat RPP yang sudah tidak asing bagi Anda.
Hanya saja RPP kali ini memasukan unsur pembelajaran berdiferensiasinya.

b. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdiferensiasi


Kami yakin, Anda sudah belajar apa dan bagaimana merancang sebuah RPP
pada umumnya yang Anda tahu. Anda mungkin sudah tidak asing dengan apa itu
RPP. Sekedar mengingatkan kembali, silahkan Anda baca kembali apa itu RPP.

78 | PPG Pra Jabatan 2022


Sebagai pengingat lagi, bahwa RPP adalah sebuah alat perangkat pembelajaran
seorang guru dalam mengajar di dalam kelas. RPP dibuat oleh guru untuk
membantunya dalam mengajar agar sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar pada hari tersebut.
RPP berisi pengaturan yang berkenaan dengan perkiraan atau proyeksi tentang
apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,
kemungkinan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah direncanakan atau pun tidak karena proses
pembelajaran bersifat situasional, apabila perencanaan disusun secara matang
maka proses dan hasil pembelajaran tidak akan jauh dari perkiraan.
RPP yang berdiferensiasi ini bisa dijabarkan pada rincian kegiatan, Anda boleh
memilihnya berdiferensiasinya pada aspek apa. Apakah pada aspek konten,
proses, produk, ataukah lingkungan belajar?
Berikut contoh RPP pembelajaran berdiferensiasi

Tujuan pembelajaran:
Materi: • Peserta didik mampu memahami rumus
Menghitung luas bidang menghitung luas bidang datar
datar • Peserta didik dapat menghitung luas
bidang datar

Pra Pembelajaran:
4) Guru mempelajari informasi tentang learning profile peserta didik pada
pelajaran matematika (pengetahuan, motivasi belajar, gaya belajar)
5) Guru menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik.
6) Guru menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada peserta didik dan
dibuat dalam beberapa versi menyesuaikan dengan learning profile peserta
didik.

Pembukaan: (Guru dan peserta didik masuk dalam ruang zoom)


1) Guru mengucapkan salam
2) Guru menyapa para peserta didik dan menanyakan kabar mereka hari ini
3) Guru menyampaikan bahwa hari ini akan belajar tentang menghitung luas
bidang datar

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 79
4) Guru menyampaikan bahwa peserta didik nanti akan mengerjakan tugas
secara berkelompok
5) Guru meminta peserta didik untuk menyiapkan alat ukur (penggaris atau
meteran), dan alat tulis untuk mengerjakan tugas.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran:


1) Guru menjelaskan materi tentang menghitung luas bidang datar.
2) Guru memberikan contoh menghitung luas bidang datar. Contoh
menghitung luas persegi panjang, dan menghitung luas lingkaran.
3) Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya bila masih
ada yang belum dipahami.
Pembagian kelompok
1) Guru memberikan tugas kepada para peserta didik secara berkelompok.
Setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda-beda.
2) Guru membuat kelompok dalam breakout room zoom
3) Guru masuk ke dalam setiap ruang breakout room secara bergantian untuk
mengecek kegiatan peserta didik.

Aktivitas pembelajaran: (dalam ruang breakout room)


1) Peserta didik mengerjakan tugas menghitung luas bidang datar
2) Kelompok satu, peserta didik mencari minimal 5 benda bidang datar yang
ada di lantai (karpet, keramik, Meja makan, meja komputer, meja tamu dll)
dan menghitung luasnya.
3) Kelompok dua, peserta didik mencari minimal 5 benda bidang datar yang
ada di dinding (foto, kalender, pintu, jendela, jam dinding, dll) dan
menghitung luasnya.
4) Kelompok tiga, peserta didik mencari benda-benda bidang datar yang ada
di teras rumah (Meja, Pagar, lantai teras, halaman, dll) dan menghitung
luasnya.

Penutup: (Siswa Kembali ke ruang utama zoom)


1) Guru menanyakan tentang hasil tugas peserta didik.
2) Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk menyampaikan
hasil kerjanya

80 | PPG Pra Jabatan 2022


3) Guru menanyakan kepada siswa bila ada peserta didik yang belum mengerti
untuk dijelaskan kembali.
4) Guru menutup pelajaran.

c. Contoh Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi


Contoh-contoh pembelajaran berdiferensiasi di kelas atau di sekolah regular
sudah banyak sajian contoh kasus tertuang pada topik-topik di atas. Anda bisa
membaca kembali contoh-contoh kasus pada topik-topik sebelumnya. Dapat Anda
temukan tulisan yang berada di kotak-kotak untuk memudahkan Anda mencari
contoh-contohnya kembali.
Berikut akan disajikan beberapa contoh kasus, seperti kasus di sekolah inklusi,
kelas pembelajaran dengan moda daring, dan sekolah multicultural.
1) Contoh Penerapan Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Inklusi

Bu Lely merupakan seorang guru di sebuah sekolah inklusi. Ia mengajar


di kelas 1 SD dengan jumlah 22 orang siswa. Salah satunya ada siswa
dengan autistic spectrum disorder (ASD), sebut saja namanya adalah
Arif, berumur 8 tahun.
Bu Lely menggunakan pendekatan individual approach atau merancang
beberapa strategi yang dibuat khusus untuk Arif. Bu Lely Menyusun
Individual Education Plan (IEP) untuk Arif supaya bisa mengikuti
pelajaran.
Ketika pelajaran berlangsung, Arif duduk dekat pada kursi yang telah
disediakan khusus untuknya serta didampingi oleh Bu Ramlah sebagai
shadow teacher yang membantu Bu Lely dalam menjalankan program
untuk Arif.
Arif ikut menyimak penjelasan Bu Lely di depan kelas, namun saat Arief
terlihat tidak mengerti dengan penjelasan Bu Lely, maka Bu Ramlah ikut
membantu Arif untuk menjelaskan kepada Arif dengan bahasa dan
konsep yang tersendiri yang dipakai sehari-hari dan dapat dipahami
dengan mudah oleh Arif. Sama halnya ketika Arif terlihat lelah dan tidak
konsentrasi dengan penyampaian materi, maka Bu Ramlah bertugas

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 81
untuk mengajak Arif keluar kelas dan memberikan variasi kegiatan atau
permainan sederhana, hal ini disebut dengan teknik pull-out. Atau dirasa
ketika Arif tidak dapat mengikuti materi, maka Bu Ramlah membantu Bu
Lely untuk memberikan Arif materi yang lain yang sesuai dengan
kebutuhan Arif.
Tak jarang teman-teman Arif pun membantu Arif dengan banyak
menyapa Arif dan berinteraksi dengannya, sehingga tutorial teman
sebaya pun berjalan juga, oleh karena itu Arif juga semakin meningkat
kemampuan komunikasinya karena teman-temannya banyak
membantu. Tak jarang juga Bu Lely untuk meminta bantuan teman-
teman Arif untuk membantu Arif, tidak hanya Bu Ramlah yang berperan
aktif membantu Arif. Selain itu, rekan guru-guru yang lain juga tidak
pernah lelah juga untuk membantu, menyapa bahkan berinteraksi
dengan Arif setiap kali melihat dan bertemu Arif.
Disisi lain, pemenuhan kebutuhan Arif yang dirasa ketika belajar
atensinya lebih besar jika menggunakan media visual, maka Bu Lely
yang dibantu Bu Ramlah merancang beberapa media yang dapat
memenuhi kebutuhan Arif, diantaranya yaitu:
a) Media for shaping, diginakan Bu Lely dan Bu Ramlah untuk melatih
dan meningkatkan ekspresi verbal dari Arif, sehingga Arif dapat
meningkatkan komunikasi mengenai kehidupannya dengan orang
lain yang ada di sekitarnya.
b) Media for Discrete Trial Training (DTT), dengan bantuan gambar
untuk memudahkan Arif mengerti akan sesuatu. Misalnya seperti ini
pemberian instruksi, prompting atau memberikan bantuan atau
dorongan, kemudian memberikan reward. Media yang digunakan Arif
adalah kartu bergambar. Misalkan ketika Bu Lely meminta semua
siswa untuk berdiri karena akan melakukan suatu aktivitas, kemudian
Bu Lely meminta kepada Arif dengan instruksi “Arif ayo berdiri, ya,
begini seperti Bu Lely”, jika Arif tidak merespon, maka Bu Lely
memberikan gambar/kartu instruksi berdiri (orang dengan gambar
berdiri). Jika Arif melakukannya, maka Bu Lely dan Bu Ramlah
memberikan reward berupa pujian kepada Arif, “Hebat, Pintar”.

82 | PPG Pra Jabatan 2022


c) Media Matching, digunakan oleh bu Lely dan Bu Ramlah untuk.
Melatih Arif mengidentifikasi bentuk yang ada kemudian mencoba
untuk mencari persamaan atau menjodohkan.
d) Media for discriminating training. Teknik ini sebetulnya mirip dengan
media matching, hanya saja lebih banyak gambar yang dipakai,
misalnya untuk mengidentifikasi bentuk, warna, tempat, atau bahkan
orang yang berbeda. Misalnya Arif belajar tentang alat transportasi
dan tempatnya. Ketika pelajaran tematik Bu Ramlah mengajak Arif
untuk keluar kelas karena terlihat lelah sehingga mudah sekali untuk
Arif tantrum. Bu Ramlah membawa sejumlah kartu keluar kelas dan
belajar di luar ruangan, sebelumnya Arif diajak main sebentar. Bu
Ramlah meletakan beberapa gambar didepan Arif, ada gambar
stasiun, bandara, dan pelabuhan. Setelah itu menginstruksikan Arif,
“Ini gambar Apa?” Arif menjawab Pesawat. Bu Ramlah melanjutkan
bertanya “Dimanakah pesawat parkir, coba cari gambarnya?”
Kemudian Arif mencari dari tiga gambar tersebut. Jika benar Bu
Ramlah memberikan reward “pintar”, tetapi jika salah Bu Ramlah
memberikan kata-kata punishment, yaitu “tidak”.
e) Media for fading technique. Media ini juga digunakan oleh Bu Lely
dan Bu Ramlah, yaitu berisi kartu bergambar tentang sebuah
peraturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tujuannya
adalah untuk menurunkan tingkat ketergantungan Arif dan
meningkatkan tingkat kemandirian Arif.

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa Bu Lely Menyusun IEP untuk Arif
dengan bantuan Bu Ramlah merupakan penerapan pembelajaran
berdiferensiasi di sekolah inklusi yang menangani peserta didik yang
berkebutuhan khusus.
2) Contoh Penerapan Pembelajaran Diferensiasi dengan Moda Daring
Karena mewabahnya covid 19 belakangan ini tentu membuat sistem
pendidikan pun ikut bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. Kalau
begitu, Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan pembelajaran daring
belakangan ini, bukan? Mari kita simak contoh pembelajaran daring beserta
diferensiasinya:

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 83
Bu Melanial mengajar di kelas 6 SD, Mata pelajaran Tematik IPA dengan
tema “penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungan”. Bu Melanial
menggunakan moda zoom untuk pembelajaran tatap maya.
Sebelum materi dimulai, Bu Melanial menyapa masing-masing siswa dan
selalu mengingatkan mereka supaya kamera tetap menyala, “Hallo Verro
apa kabar? Mana nih wajah gantengnya, belum terlihat di layar?”
Demikian Bu Melanial menyapa siswanya satu persatu.
“Terima kasih Andin, Yara, Ziya, Mawar, Fedrik (menyebutkan semua
siswa yg sudah menyalakan kamera) yang sudah menyalakan
kameranya. Terima kasih juga Verro dan Kay yang baru saja
menyalakan kameranya, semoga kalian semua senang belajar dengan
Bu Melanial”.
Setelah semua on camera, Bu Melanial memulai pembelajarannya
dengan ice breaking dengan meminta semua menyalakan microphone
juga.
Bu Melanial menyapa kelas dengan sebuah yel-yel,
“Kelas 6C dimana, ya”,
“hai, kami disini”, serempak siswa menjawab
“Apa kabar?”
“Kabar dahsyat, hebat, giat”,
“Siapa yang dahsyat?”
“6C”
“Siapa yang hebat?”
“6C”
“Siapa yang giat?”
“6C”
“Tepuk semangat untuk 6C” kemudian tepuk irama dari siswa pun saling
bersautan.
Kemudian Bu Melanial menanyakan perasaan mereka pada saat itu,
tujuannya adalah supaya tahu masing-masing apa yang mereka
rasakan. Bu Melanial menggunakan gambar beragam ekspresi yang di
share via zoom. “Bagaimana perasaan Anda saat ini? Silahkan tulis

84 | PPG Pra Jabatan 2022


nama Anda pada ekspresi gambar yang mewakili”. Bu Melanialpun
mencontohkan, menuliskan namanya pada salah satu gambar tersebut.

sumber: https://id.depositphotos.com/stock-photos/anak-dengan-
banyak-ekspresi.html

“Terima kasih semangatnya pagi ini anak-anak hebat. Kita akan


melanjutkan ke materi kita kali ini, ya, yaitu tentang penyesuaian makhluk
hidup dengan lingkungan”.
Kemudian Bu Melanial memulai dengan sebuah video interaktif dalam
pembelajarannya. Siswanya diminta untuk tetap menyalakan
microphonenya kecuali ketika video sedang diputar, tujuannya adalah
agar siswa bisa berinteraksi secara langsung, sementara video juga bisa
terdengar suaranya ketika mematikan microphone. Selain itu Bu Melanial
menggunakan padlet sebagai papan onlinenya, sehingga siswa bisa
tetap berinteraksi dan belajar dengan senang.
Ditengah pembelajaran Bu Melanial membagi siswa kedalam 3 (tiga)
kelompok untuk mengerjakan tugas, ada berbagai alternatif yang Bu
Melanial buat tugasnya, sehingga mereka bisa memilih tugas yang mana
yang akan dikerjakan oleh kelompok. Bu Melanial menggunakan
breakout room untuk pembagian kelompok, dan sebelumnya Bu Melanial
memetakan kebutuhan siswa terlebih dahulu berdasarkan nilai ulangan
harian sebelumnya. Adapun kategorinya adalah low (69 kebawah),
medium (70-87), dan hight (88 ke atas). Bu Melanial memberikan waktu
untuk berdiskusi dan mengerjakan tugas yang diberikan. Bu Melanial

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 85
mengunjungi ruang break out room setiap kelompok didahului dari grup
hight, karena diasumsikan tidak banyak yang akan dibantu. Kemudian
lanjut ke kelompok medium, dan paling terakhir mengunjungi kelompok
low, disanalah Bu Melanial banyak memberikan bantuan.
Selain moda daring yang Bu Melanial pakai di atas, banyak moda daring
yang Bu Melanial pakai dalam pembelajaran, misalnya menggunakan
quiziz, kahoot, googleform, mentimeter, edpuzzle, dan masih banyak
media pembelajaran online lainnya yang bisa dipakai.

Jelas terlihat pada contoh di atas model pembelajaran diferensiasi yang


digunakan , yaitu Bu Melanial tidak melakukan pembelajaran hanya satu arah
saja, melainkan melibatkan murid untuk interaktif. Selain itu, Bu Melanial
melakukan pemetaan peserta didik berdasarkan nilai ulangan harian
sebelumnya. Selain itu, beragam sajian tugas dan peserta didik bisa memilih
tugas mana yang akan dikerjakan.
3) Contoh Penerapan Pembelajaran Diferensiasi di sekolah Multikultural
Perbedaan pada sekolah multikultural adalah terlihat pada ras,etnis, budaya,
latar belakang keluarga yang kemungkinan dari pernikahan antar negara, dan
yang terlihat paling mencolok adalah perbedaan bahasa yang digunakan oleh
guru maupun peserta didik.
Biasanya pada sekolah multicultural, bahasa yang dijadikan pengantar adalah
bahasa inggris sebagai bahasa internasional yang digunakan untuk bahasa
utamanya. Akan tetapi, peserta didik atau pun pengajar sering kali berasal dari
negara yang bukan bahasa inggris sebagai bahasa utamanya.
Karena perbedaan bahasa itulah, sering kali peserta didik yang tidak fasih atau
kurang pandai dalam bahasa inggris mereka tidak mengerti materi yang
disampaikan oleh gurunya. Begitu pula dengan gurunya, karena faktor bahasa
kadang menghambat jalannya pengajaran dan pertukaran informasi antara
peserta didik dengan guru.
Berikut Suprayogi et.al (2022) memberikan gambaran pembelajaran
berdiferensiasi di sekolah multicultural:
Perbedaan bahasa tidak menjadikan para pengajar kesulitan dalam
melakukan pembelajaran, melainkan dengan melakukan pembelajaran

86 | PPG Pra Jabatan 2022


berdiferensiasi guru mampu mengatasinya, tentunya dengan menerapkan dan
memperhatikan aspek-aspek penting yang ada, yaitu: konten, proses, produk,
dan lingkungan belajar.
Pada aspek konten, dapat dilihat, pihak sekolah dan pengajar menerapkannya
dengan mempersiapkan dan membuat secara seksama pemetaan-pemetaan
kurikulum serta silabus-silabus yang akan dipakai sebagai pedoman bagi
pengajar dalam menyampaikan materi dan kegiatan bagi peserta didiknya.
Persiapan sumber yang digunakan dan tugas-tugas yang akan diberikan
nantinya kepada peserta didik dapat membantu agar pembelajaran berjalan
secara efektif.
Pada aspek proses, pengajar menyiapkan dan menyampaikan program-
program yang dapat membantu peserta didik seperti adanya program teman
membaca, pembuatan portofolio untuk mendokumentasikan karya-karya yang
telah peserta didik buat, sekaligus membantu peserta didik untuk dapat melatih
kemampuan pemecahan masalah mereka secara kreatif.
Pada aspek produk, setelah seluruh peserta didik mendapatkan materi secara
menyeluruh maka selanjutnya mereka dapat menciptakan produk-produk yang
tentunya dilakukan sesuai minat dan bakat masing-masing peserta didik,
tentunya masih dengan tujuan yang sama pada setiap kegiatannya. Masing-
masing peserta didik membuat karya dengan bentuk yang berbeda-beda
seperti brosur, poster, komik, power point, dan juga presentasi secara lisan.
Pada aspek lingkungan belajar, pengajar juga telah menyiapkan peralatan-
peralatan yang mampu mendukung kegiatan dan juga motivasi para peserta
didik untuk belajar, seperti tersedianya perpustakaan mini, pojok baca, inquiry
table, hingga reward chart dalam masing-masing kelas.
Penggunaan asesmen pada peserta didik juga merupakan salah satu penerapan
pembelajaran berdiferensiasi. Adapun penilaian-penilaian yang telah dilakukan
menggunakan formative assessment dan summative assessment tersebut
kemudian dijadikan acuan oleh pengajar sebagai pengelompokkan bagi peserta
didik di semester atau kelas selanjutnya. Selamat! Sampai disini, Anda telah
menyelesaikan materi pada topik 4 tentang Rancangan dan Implementasi
Pembelajaran Berdiferensiasi.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 87
Catatan:
Apakah Anda sudah mengerti dengan penjelasan di atas? Jika sudah mengerti
Anda boleh melanjutkan ke tahap berikutnya. Namun jika belum paham betul,
silahkan baca dan pahami kembali topik 1 dan 2, atau Anda bisa berdiskusi
dengan rekan Anda.

C. Ruang Kolaborasi
Anda tentu sudah mempelajari materi di atas tentang rancangan dan implementasi
pembelajaran berdiferensiasi. Sebelum beranjak ke ruang kolaborasi, silahkan
Anda membuat tugas 1 terlebih dahulu di bagian “Demonstrasi
Kontekstual”. Setelah selesai membuat tugas, kembalilah membaca ruang
kolaborasi.
Pada ruang kolaborasi ini ada beberapa tahap yang perlu dijalankan dan
memerlukan waktu 3 x pertemuan, yaitu:

1) Ruang Kolaborasi 1 (100 menit):


Mengundang 3 narasumber ekspert dari guru penggerak. (1
narasumber dari sekolah regular, 1 narasumber dari sekolah inklusi
yang memegang anak berkebutuhan khusus, 1 narasumber dari
sekolah multicultural)

Panduan diskusi dengan narasumber ekspert:


1) Kegiatan sharing session dengan narasumber ekspert ini bisa
melalui online atau offline, atau blended learning (mahasiswa
hadir secara offline, sementara narasumber ekspert melalui
moda online).
2) Sesi sharing ini dilaksanakan selama satu kali pertemuan full
hanya untuk sesi sharing dengan narasumber ekspert (100
menit).
3) Acara dipandu oleh mahasiswa
4) Sambutan dari dosen untuk membuka kegiatan (5 menit)

88 | PPG Pra Jabatan 2022


5) Masing-masing narasumber ekspert diberi kesempatan untuk
sharing dengan waktu @15 menit (total 45 menit) terkait dengan
pengalaman para narasumber dalam merancang dan
mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di
sekolahnya masing-masing.
6) Waktu sisanya adalah untuk diskusi dan tanya jawab dengan
narasumber ekspert.
7) Penutup. Serahkan kembali waktu dan tempat kepada dosen

Peran dosen:
1) Menjadi mentor pada saat diskusi berjalan, arahkan jika keluar
dari topik.
2) Setelah selesai diskusi mengingatkan mahasiswa untuk
membuat RPP berdiferensiasi dan akan dibahas, koreksi, serta
memberikan masukan bersama.
3) Pertemuan berikutnya, bahas kembali tentang pengalaman-
pengalaman para narasumber ekspert, kemudian meminta
mahasiswa memasuki ruang kolaborasi 2.

2) Ruang kolaborasi 2
Pada ruang kolaborasi dua ini, mahasiswa diminta untuk saling mengoreksi
hasil RPP yang telah dibuat oleh masing-masing.

Panduan ruang kolaborasi 2 (100 menit):


1) Mahasiswa diminta untuk saling berpasangan
2) Setelah itu saling tukar RPP yang telah mereka buat, kemudian beri
masukan atau saling koreksi masing-masing. (20 menit)
3) Setelah saling koreksi satu dengan yang lain, mahasiswa diminta
untuk saling sharing di kelas, dan dipandu oleh dosen.

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 89
Peran dosen:
1) Menanyakan hasil koreksian pada masing-masing pasangan.
Bagaimana RPP yang telah dibuat? Apa yang perlu diperbaiki?
2) Memberikan masukan juga terkait dengan RPP yang telah dibuat.
3) Menanyakan kepada mahasiswa lain, apakah ada masukan atau
tidak terkait RPP yang telah rekannya buat tersebut.
4) Mengingatkan kepada mahasiswa untuk segera merevisi RPP yang
telah dibuat dan telah mendapat masukan.
5) Mengingatkan kepada mahasiswa bahwa pertemuan berikutnya
adalah tahap implementasi dari RPP yang telah mereka susun.
6) Menawarkan kepada mahasiswa untuk pertemuan berikutnya, siapa
yang akan praktek mengajar dengan RPP pembelajaran
berdiferensiasi yang telah disusun (tentunya yang sudah di revisi).
Dipersilahkan untuk lima orang, sisanya praktek diluar jam pelajaran
dengan menyerahkan video kreatifnya.

3) Ruang Kolaborasi 3
Pada ruang kolaborasi 3 ini adalah simulasi praktek mengajar. Terbagi
menjadi termin, yaitu termin 1 untuk mahasiswa yang praktek langsung
diperlukan kelompok besar atau kolaborasi massal, yaitu melibatkan
semua mahasiswa. Mahasiswa yang sebelumnya sudah siap praktek
mengajar di kelas dipersilahkan untuk simulasi.

Panduan ruang kolaborasi 3:


Term 1: Kolaborasi masal (100 menit)
1) Hanya 5 mahasiswa yang diperkenankan untuk implementasi
dengan kolaborasi massal dikarenakan masalah waktu yang
terbatas
2) Mahasiswa yang simulasi mengajar diberikan waktu 15 menit
3) Sisanya adalah waktu untuk memberikan tanggapan baik dari
dosen atau mahasiswa.
Term 2: Kolaborasi kelompok
1) Dilakukan dimana saja dan kapan saja untuk prakteknya

90 | PPG Pra Jabatan 2022


2) Berkelompok terdiri dari 7-8 orang
3) Praktek mengajar divideokan dengan durasi maksimal 15 menit,
paling sedikit 8 menit.
4) Berikan keterangan setiap tahapan video. Dan beri keterangan
dimana letak pembelajaran berdiferensiasinya.
5) Masing-masing bergantian menjadi guru dan peserta didik.

Peran dosen:
1) Pada saat pembuatan kelompok, dosen yang harus memilih
berdasarkan mapping dosen di kelas.
2) Memberikan tanggapan terhadap microteaching mahasiswa di
term 1/kolaborasi massal. Dan dianggap sudah menyelesaikan
tugas microteaching.
3) Mengingatkan mahasiswa pada term 2 untuk mengumpulkan
tugas microteaching-nya tepat waktu.
4) Mengingatkan mahasiswa semua untuk menyerahkan RPS
pembelajaran berdiferensiasi tepat waktu pula.

D. Demonstrasi Kontekstual
Pada sesi ini, Anda diminta untuk membuat sebuah RPP. Selain itu Anda juga
akan ada microteaching.
Tugas 1 RPP
Membuat RPP. Pada pembuatan RPP ini Anda bebas memilih pelajaran apa saja
dan jenjang apa saja. Pastikan terlihat bagian mana pembelajaran tersebut
berdiferensiasi. Apakah di bagian konten, proses, produk, dan micro atau
lingkungan pembelajaran. Silahkan bebas memilih dan berkreasi dengan RPP.
Mengenai mata pelajaran, lebih disarankan sesuai dengan bidang studi Anda
(nanti) akan Anda ajar.
Tugas 2 Micro teaching
Melakukan micro teaching. Pada micro teaching ini, mahasiswa
mengimplementasikan dari RPP yang telah dibuatnya yang sesuai dengan
pembelajaran berdiferensiasi. Mahasiswa diberikan kesempatan 5 orang untuk

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 91
implementasikan/mempraktekannya di kelas secara langsung dan dikoreksi oleh
dosen serta teman-teman secara langsung. Sementara sisanya membuat video
microteaching yang dijalankannya. Durasi video minimal 8 menit dan maximal 15
menit.

Bobot Penilaian CPMK 4:


Membuat rancangan pembelajaran (RPP) dan implementasi pembelajaran
berdiferensiasi di kelas (micro teaching)
Tugas ini memiliki bobot penilaian untuk RPP 7% dan Microteaching 8%

Pengumpulan tugas dapat dapat dilampirkan dibawah ini. Sertakan link hasil
unggahan tersebut. Jangan lupa untuk mencantumkan identitas! Selamat
mengerjakan tugas!
Peran dosen:
Ingatkan mahasiswa untuk segera mengumpulkan tugas yang diberikan.
Melihat tugas mahasiswa dengan standar tugas mengacu pada kelengkapan
informasi sebagai berikut:
1. RPP dibuat berdiferensiasi pada salah satu aspek atau menggabungkan
beberapa aspek berdiferensiasi

2. Micro teaching mampu memperlihatkan pembelajaran yang berdiferensiasi.

Lampiran pengumpulan tugas 1

Lampiran pengumpulan tugas 2

E. Elaborasi Pemahaman
Pertanyaan Pemantik elaborasi pemahaman:
1. Pada topik ini, bagian mana yang menurut Anda menarik? Mengapa?
2. Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut? Mengapa?
3. Apa yang membuat Anda penasaran pada topik ini? Mengapa?
4. Berdasarkan penjelasan dari materi diatas, langkah apa yang harus diterapkan
untuk menyusun RPP pembelajaran berdiferensiasi?

92 | PPG Pra Jabatan 2022


Kami yakin, saat ini Anda sudah mulai tercerahkan namun juga mungkin sekaligus
memiliki banyak pertanyaan. Tetaplah semangat, karena semua pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju
pemahaman. Silahkan bertanyalah kepada dosen Anda atau diskusikanlah
kembali dengan teman Anda jika masih belum mengerti paparan konsep teori yang
tersaji di atas.

Peran Dosen:
Pada sesi ini peran dosen sangatlah penting.
1. Dosen memberikan feedback dari hasil diskusi dan juga hasil karya
mahasiswa yang telah di upload di lampiran tugas.

2. Dosen akan mencoba membantu mahasiswa mengelaborasi


pemahamannya tentang teori pembelajaran berdiferensiasi. Pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan oleh mahasiswa tentunya akan bervariasi
dan tidak dapat diprediksi, karena akan sesuai dengan konteks yang
dihadapi oleh masing-masing mahasiswa sendiri. Oleh karena itu, penting
bagi instruktur untuk mempelajari berbagai konteks latar belakang
mahasiswa sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Peran sesama rekan mahasiswa yang lain:


Memberikan tanggapan dan masukan tentang tugas yang telah dipresentasikan
oleh rekan-rekannya.

F. Koneksi Antarmateri
Pertanyaan pemantik:
1. Pengetahuan baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari topik ini?
2. Bagaimana pengetahuan baru tersebut berkontribusi terhadap pemahaman
tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?

Setelah Anda memahami materi yang ada, melakukan diskusi dan presentasi, juga
menanyakan hal-hal yang mungkin Anda masih belum mengerti, kini Anda diberi
tantangan lanjut. Pada tantangan ini Anda diminta untuk mengkoneksikan materi

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 93
yang telah dipelajari pada topik ini dengan mencari benang merah dengan
matakuliah lain, atau mungkin dengan dunia realitas yang dihadapi.
Silahkan tuangkan ide Anda dalam sebuah peta konsep! Anda dapat
menuliskannya pada kolom berikut, atau pada link berikut:
Link koneksi antar materi

G. Aksi Nyata
Selamat Anda telah mempelajari teori tentang apa itu perencanaan dan
implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Anda boleh berrefleksi tentang apa
yang sudah Anda pelajari dan Anda (akan) lakukan. Semoga pembelajaran
tentang topik ini banyak memberikan efek positif bagi Anda untuk melakukan
pembelajaran yang lebih baik lagi.
Refleksi aksi nyata:
1. Apakah Anda puas dengan proses belajar pada topik ini? Mengapa?
2. Ide apa yang Anda dapatkan setelah belajar pada topik ini?
3. Bagaimana caranya supaya Anda dapat merealisasikannya?
4. Apa yang melatarbelakanginya?
5. Apa tujuannya dari kegiatan tersebut?
6. Apa indikator keberhasilannya?
7. Bagaimana langkahnya?

94 | PPG Pra Jabatan 2022


Topik 5. Evaluasi Pada Pembelajaran
Berdiferensiasi

Durasi 2 JP

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa dapat

1. Mahasiswa mampu mengevaluasi pembelajaran berdiferensiasi.

A. Mulai dari diri


Hallo para mahasiswa hebat! Mari kita lanjutkan kegiatan belajar kita. Bagaimana
perasaan Anda mengikuti pembelajaran ini? Semoga Anda bahagia selalu
sehingga dapat belajar dengan tenang dan mudah untuk mencerna pelajaran.
Jangan lupa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai belajar agar diberikan
pemahaman yang utuh. Saatnya Anda memulai beraksi dengan materi yang tak
kalah menarik dari materi yang sebelumnya.
Sebelum kita memulai pelajaran, silahkan Anda baca beberapa pertanyaan
pemantik berikut untuk refleksi diri sebelum memulai belajar.
Pertanyaan pemantik
1. Apa saja yang harus dievaluasi untuk pembelajaran berdiferensiasi?
2. Bagaimana cara Anda memastikan bahwa Anda sudah menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi ?
3. Apa yang harus Anda lakukan untuk memastikan pembelajaran berdiferensiasi
berjalan dengan baik?
Respon pertanyaan pemantik

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 95
Anda tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun boleh
menuliskan jawaban dari pertanyaan pemantik tersebut dan menuliskannya
sebagai refleksi Anda sebelum belajar lebih lanjut. Atau jika Anda menggunakan
laptop, bisa klik link dibawah ini untuk mengisi respon pertanyaan pemantik di atas.
Respon pertanyaan pemantik klik disini

B. Eksplorasi Konsep

1. Evaluasi Pembelajaran Berdiferensiasi


Hallo para calon guru hebat.
Untuk memastikan pembelajaran yang dilakukan sudah menerapkan diferensiasi,
tentu kita perlu melakukan evaluasi. Para guru perlu memiliki pedoman untuk
melakukan evaluasi pembelajaran berdiferensiasi. Nah, yang menjadi pertanyaan
adalah “Bagaimana mengevaluasi pembelajaran berdiferensiasi?”
Lebih singkatnya, silahkan Anda gunakan tabel checklist berikut untuk mengecek
kembali apakah RPP atau pembelajaran yang akan dilaksanakan sudah sesuai
dengan kaidah pembelajaran diferensiasi atau belum.
Cek List Evaluasi Pembelajaran Berdiferensiasi

No Keterangan Penjelasan Cheklist

1 Profile siswa

Guru memiliki data profil kemampuan


belajar peserta didik dan
Kemampuan belajar
menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran

Guru memiliki data minat belajar


Minat belajar peserta didik dan menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran

Guru memiliki data kesiapan belajar


Kesiapan belajar peserta didik dan menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran

96 | PPG Pra Jabatan 2022


Guru memiliki data modalitas belajar
Modalitas belajar (auditori,
peserta didik dan menerapkannya
visual, kinestetik
dalam kegiatan pembelajaran

2 Diferensiasi Konten

Keragaman sumber informasi (buku


Sumber informasi teks, internet, audio, visual, dan media
massa)

Jumlah konten/materi pembelajaran


Jumlah konten
disesuaikan untuk masing-masing
pembelajaran
peserta didik

3 Diferensiasi Proses

Keragaman instruksi/penugasan
Instruksi/penugasan disesuaikan dengan profil belajar
peserta didik

Keragaman instruksi/penugasan
Strategi pembelajaran disesuaikan dengan profil belajar
peserta didik

Pengelompokan Dilakukan pengelompokan siswa

Keragaman aktivitas pembelajaran


Aktivitas pembelajaran
disesuaikan dengan profil belajar siswa

4 Diferensiasi Produk

Pilihan produk akhir Memberikan ragam/pilihan tugas

Penilaian tergantung dari masing-


Penilaian
masing individu

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 97
Diferensiasi Lingkungan
5
Belajar

Tata letak meja/kursi menyesuaikan


Tata letak meja dan kursi dengan kebutuhan dalam
pembelajaran

Pencahayaan Pencahayaan ruang memadai

Suhu ruangan Suhu ruangan kelas kondusif

Selamat! Sampai disini, Anda telah menyelesaikan materi pada topik 5 tentang
Evaluasi Pembelajaran Berdiferensiasi.

C. Ruang Kolaborasi
Anda tentu sudah mempelajari materi di atas tentang evaluasi pembelajaran
berdiferensiasi. Saatnya Anda berkolaborasi satu dengan yang lainya.

Panduan Ruang Kolaborasi:


1) Siapkan RPP yang telah saling koreksi di minggu sebelumnya.
2) Silahkan berpasang-pasangan.
3) Koreksilah RPP yang telah dibuat oleh rekan Anda dengan
menggunakan lembar checklist di atas.
4) Jika masih belum ada yang sesuai, mintalah rekan Anda untuk
memperbaikinya kembali.
5) Tidak mesti semua harus terchecklist, jika salah satunya ada, maka rpp
yang dibuat sudah cukup untuk melakukan pembelajaran
berdiferensiasi.

Peran dosen:
1) Menjadi mentor pada saat diskusi berjalan, arahkan jika keluar dari topik.

98 | PPG Pra Jabatan 2022


2) Cek masing-masing dari pasangan

D. Demonstrasi Kontekstual
Pada sesi ini, Anda diminta untuk mengevaluasi pembelajaran berdiferensiasi dari
RPP yang telah Anda buat. Gunakanlah lembar checklist di atas. Silahkan
kumpulkan lembar cheklist yang telah diisi, kemudian kumpulkan melalui link
berikut:
Link pengumpulan tugas

Bobot Penilaian (CPMK 5):


Membuat evaluasi pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan tabel checklist.
Bobot penilaian 10%

Peran dosen:
Ingatkan mahasiswa untuk segera mengumpulkan tugas yang diberikan.
Melihat tugas mahasiswa dengan standar tugas mengacu pada kelengkapan informasi
sebagai berikut:
1) Kelengkapan checklist
2) Mengumpulkan tepat waktu.

E. Elaborasi Pemahaman
Pertanyaan Pemantik elaborasi pemahaman:

1. Pada topik ini, bagian mana yang menurut Anda menarik? Mengapa?
2. Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut? Mengapa?
3. Apa yang membuat Anda penasaran pada topik ini? Mengapa?
4. Berdasarkan penjelasan dari materi diatas, evaluasi apa sajakah yang harus
diperhatikan pada 4 (empat) aspek diferensiasi (konten, proses, produk,
lingkungan belajar)?

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 99
Kami yakin, saat ini Anda sudah mulai tercerahkan namun juga mungkin sekaligus
memiliki banyak pertanyaan. Tetaplah semangat, karena semua pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju
pemahaman. Silahkan bertanyalah kepada dosen Anda atau diskusikanlah
kembali dengan teman Anda jika masih belum mengerti paparan konsep teori yang
tersaji di atas.

Peran Dosen:
Pada sesi ini peran dosen sangatlah penting.
1) Dosen memberikan feedback dari hasil diskusi dan juga hasil karya
mahasiswa yang telah di upload di lampiran tugas.
2) Dosen akan mencoba membantu mahasiswa mengelaborasi
pemahamannya tentang teori pembelajaran berdiferensiasi. Pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan oleh mahasiswa tentunya akan
bervariasi dan tidak dapat diprediksi, karena akan sesuai dengan
konteks yang dihadapi oleh masing-masing mahasiswa sendiri. Oleh
karena itu, penting bagi dosen untuk mempelajari berbagai konteks latar
belakang mahasiswa sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka.

F. Koneksi Antarmateri
Pertanyaan pemantik:
1. Pengetahuan baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari topik ini?
2. Apa kontribusi Anda tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi
seiring dengan penambahan pengetahuan tersebut?
3. Ada koneksi apa kaitannya dengan materi yang sekarang Anda pelajari
dengan mata kuliah lain yang Anda pelajari?

Setelah Anda memahami materi yang ada, melakukan diskusi dan presentasi, juga
menanyakan hal-hal yang mungkin Anda masih belum mengerti, kini Anda diberi
tantangan lanjut. Pada tantangan ini Anda diminta untuk mengkoneksikan materi
yang telah dipelajari pada topik ini dengan mencari benang merah dengan
matakuliah lain, atau mungkin dengan dunia realitas yang dihadapi.

100 | PPG Pra Jabatan 2022


Silahkan tuangkan ide Anda dalam dalam bentuk peta konsep. Tulislah pada
kolom berikut ini atau pada link berikut:
Koneksi antar materi

G. Aksi Nyata
Selamat Anda telah mempelajari teori tentang apa itu evaluasi pembelajaran
berdiferensiasi. Topik ini adalah topik terakhir di mata kuliah kali ini. Anda boleh
refleksi tentang apa yang sudah Anda pelajari dan Anda (akan) lakukan. Semoga
pembelajaran tentang topik ini banyak memberikan efek positif bagi Anda untuk
melakukan pembelajaran yang lebih baik lagi.
Refleksi aksi nyata:
1. Apakah Anda puas dengan proses belajar pada topik ini? Mengapa?
2. Ide apa yang Anda dapatkan setelah belajar pada topik ini?
3. Bagaimana caranya supaya Anda dapat merealisasikannya?
4. Apa yang melatarbelakanginya?
5. Apa tujuannya dari kegiatan tersebut?
6. Apa indikator keberhasilannya?
7. Bagaimana langkahnya?

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 101


DAFTAR PUSTAKA

De Grout, Maya., Delanghe Jorin., Suprayogi MN., Rombot Olifia. (2018).


Pedoman untuk Penerapan Diferensiasi di Kelas.

Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligent: The Theory in Practice.


https://id.scribd.com/document/508949858/TEORI-EKOLOGI-
BRONFENBRENNER

Hall, T. E., Meyer, A., & Rose, D. H. (Eds.). (2012). Universal design for learning
in the classroom: Practical applications. Guilford Press.

Hayes, Noirin., O’toole, Leah. Halpenny, Ann Marie. (2017). Introduction


Bronfenbrenner: a guide for practitioner and student in Early Years
Education.

Hockett, J. A. (2018). Differentiation Strategies and Examples: Grades 6-12.


ASCD.

Morgan, H. (2014). Maximizing student success with differentiated learning. The


Clearing House: A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 87(1),
34-38.

Spencer-Waterman, S. (2014). Handbook on differentiated instruction for middle &


high schools. Routledge.

Subban, P. (2006). Differentiated instruction: A research basis. International


Education Journal, 7(7), 935–947.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ854351.pdf

Suprayogi, MN, et.al., (2022) Penerapan Differentiated Instruction dalam


Pembelajaran

Tomlinson, C. A. (2014). The differentiated classroom: Responding to the needs


of all learners. ASCD.

Tom Linson, CA., (2001). How to Differentiate instruction in mixed-ability


classrooms 2nd Ed

102 | PPG Pra Jabatan 2022


LAMPIRAN

Rubrik Penilaian UTS


Excellent (85- Good (75- Average (65- Poor
Soal Indikator
100) 84) 74) (<=64)

Tulisan Tulisan
Mampu menuliskan Tulisan lengkap
Paper keragaman lengkap kurang Tulisan
keragaman peserta dan terstruktur
siswa dan serta ada lengkap dan tidak
didik disertai dengan serta ada data
pemenuhan target data yang data kurang lengkap
data (60%) yang valid
kurikulum valid valid

Tulisan Tulisan
Tulisan lengkap
lengkap kurang Tulisan
Tulisan disertai teori dan terstruktur
serta ada lengkap dan tidak
pendukung (40%) serta ada data
data yang data kurang lengkap
yang valid
valid valid

Rubrik Penilaian UAS


Soal Indikator Excellent (85- Good (75-84) Average Poor
100) (65-74) (<=64)

Mampu menuliskan Tulisan lengkap Tulisan lengkap Tulisan Tulisan


rancangan dan detail serta dan detail kurang tidak
Rancangan pembelajaran memenuhi namun tidak ada lengkap lengkap
pembelajaran dengan lengkap dan unsur unsur dan kurang
berdiferensiasi detail (60%) diferensiasi diferensiasi detail
berdasarkan studi
kasus Tulisan berdasar Tulisan lengkap Tulisan lengkap Tulisan Tulisan
pada studi kasus dan detail serta dan detail kurang tidak
(40%) berdasar pada namun tidak lengkap lengkap
studi kasus berdasar pada dan kurang
studi kasus detail

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 103


Profil Pengembang Modul

Muhamad Nanang Suprayogi, S.Psi, M.Si, Ph.D


Penulis adalah dosen psikologi pendidikan di Bina Nusantara University, Jakarta.
Penulis menamatkan pendidikan doktor di Gent University, Belgia, dengan
beasiswa dari Erasmus Mundus Uni-Eropa. Disertasi yang ditulisnya tentang
differentiated instruction. Penulis juga telah menerbitkan beberapa buku
diantaranya berjudul “Penerapan Differentiated Instruction Dalam Pembelajaran”.
Dalam dunia organisasi, penulis tercatat pernah menjadi Presiden Persatuan
Pelajar Indonesia (PPI) Belgia periode 2014-2015, dan Ketua Tanfidziyah
Pengurus Cabang Istimewa Nahdhotul Ulama (PCINU) Belgia perdana 2016-
2017. Penulis juga merupakan pengurus HIMPSI JAYA bidang riset.
Korekspondensi dapat dilakukan melalui: msuprayogi@binus.edu

Ana I’anah, S.Psi, M.Psi


Penulis adalah praktisi pendidikan. Penulis menamatkan pendidikan S1 dan S2
bidang psikologi pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Penulis tercatat sebagai wisudawan terbaik baik pada jenjang S1 dan S2.
Penulis berpengalaman dalam menulis Modul “Pembelajaran Berbasis Teknologi”
pada Program Kampus Merdeka di Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora,
Universitas Bina Nusantara. Jakarta Indonesia pada tahun 2021. Penulis juga
editor buku berjudul “Penerapan Differentiated Instruction Dalam Pembelajaran”.
Dalam dunia organisasi, penulis tercatat pernah menjadi Pengurus Cabang
Istimewa Nahdhotul Ulama (PCINU) Belgia perdana 2016-2017, Pengurus
KOHATI, dan pengurus HMI Ciputat. Korekspondensi dapat dilakukan melalui:
ana.ida.iha@gmail.com

104 | PPG Pra Jabatan 2022


Back cover

Pembelajarannya Berdiferensiasi | 105

Anda mungkin juga menyukai