2. Landasan Sosiologis
Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang berlaku di masyarakat. Landasan sosiologis
kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam
pengembangan kurikulum. Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan
sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal,
maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh
karena itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Sosiologi dalam
pembahasannya mencakup secara garis besar akan perkembagan masyarakat dan budaya yang
ada pada setiap ragam masyarakat yang da di Indonesia ini. Karena beraneka ragamnya
budaya masyarakat yang ada di negeri ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya juga
harus menyesuaikan pada budaya masyarakat yanga akan menjadi objek pendidikan dan
penerima dari hasil pendidikan tersebut. Tidak bisa kita menggunakan kurikulum pendidikan
untuk orang – orang pedalaman untuk diajarkan kepada orang-orang maju seperti di kota dan
pendidikan luar wilayah tersebut yang lebih maju.
3. Landasan Psikologis
Nilai-nilai asasi (fitrah) anak. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu,
yaitu antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang
yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, benda dan
tumbuhan karena salah satunya yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya. Benda dan tanaman
tidak mempunyai aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki taraf psikologis yang
lebih tinggi dibanding manusia yang juga memiliki akal sebagai titik pembeda di antara
keduanya. Kondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai
individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan lingkungan”.
Perilaku-perilakunya merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengembangan
kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi
kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik
belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dan
besar kaitannya dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan
psikologi belajar.
4. Landasan Yuridis
Ketentuan hukum yang berlaku. Bahwa kurikulum yang dihasilkan harus berdasarkan
hukum yang berlaku di Indonesia. Hukum-hukum yang berlaku di Indonesia dijadikan pijakan
dalam pengembangan kurikulum atau sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam kurikulum yang telah dibuat.