Anda di halaman 1dari 17

A.

Capaian Pembelajaran*)
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa :
1. Mampu menggunakan landasan pendidikan dan menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran serta mengembangkannya sesuai dengan
kebutuhan praksis pendidikan
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, ditetapkan indikator
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian landasan pendidikan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai macam landasan pendidikan
dalam kegiatan pembelajaran
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penerapan landasan pendidikan dalam
kegiatan pembelajaran
C. Pokok – Pokok Materi
Pokok-pokok materi yang akan dibahas pada modul ini adalah :
1. Pengertian landasan pendidikan
2. Macam-macam landasan pendidikan
3. Penerapan landasan pendidikan

D. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi
lebih ditemtukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan
rangkaian kegiatan menuju pendewasaaan guna menuju kehidupan yang lebih
berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari oarng taunya dan manakala anak
anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak –anaknya ,
begitu juga disekolah dan diperguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar
oleh guru dan dosen.

Tugas dan fungsi utama pendidikan adalah membangun manusia


yang beriman, cerdas dankompetitif. Selain itu, fungsi pendidikan harus
menanamkan keyakinan kepeda pesertadidik bahwa untuk mencapai kemajuan
bangsa yang lebih baik dimasa yang akan datangharuslah dengan ilmu
pengetahuan. Secara teknis dan kelembagaan, pendidikan berfungsi
untuk memfasilitasi proses pembelajaran bagi peserta didik, sehingga ia
mampumentransmisi pengetahuan yang diperolehnya dengan baik dan
efektif. Tujuan pendidikan adalah untuk mengmbangnkan potensi peserta
didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia,
sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri,demokratis dan bertanggung jawab

Pandangan klasik tentang pendidikan, umumnya dikatakan sebagai


pranata yang dapat menjalankan tiga fungsi sekaligus. Pertama, mempersiapkan
generasi muda untuk memegang peranan- peranan tertentu pada masa
mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang
diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan
dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat
dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengertian bahwa
pendidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value.
Dengan demikian pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia.
Landasan pendidikan merupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan.

Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di


Negara kita Indonesia ,agar pendidikan yang sedang berlangsung di Negara kita
ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di
setiap Negara tidak sama.

1) Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat
bertumpu atau dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan
kenyataan (fakta) tentang kebijakan dan praktek pendidikan (Moeliono, 1989;
Soedomo, 1989/1990). Kajian analisis kritis terhadap kaidah dan fakta tersebut
dapat dijadikan titik tumpu atau dasar dalam upaya penemuan kebijakan dan
praktek pendidikan yang tepat guna dan bernilai guna. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar bagi upaya
pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya.

Terdapat beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai titik tumpu


dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan dalam
rangka membuat kebijakan dan praktek pendidikan, sebagaimana akan dibahas
berikut ini.

a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna
atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok
dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan
diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Sehubungan
dengan itu, landasan filosofis merupakan landasan yang berdasarkan atau
bersifat filsafat. Sesuai dengan sifatnya, maka landasan filsafat menelaah sesuatu
secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-
konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.

Konsepsi-konsepsi tentang kehidupan dan dunia tersebut bersumber dari


religi dan etika serta ilmu pengetahuan. Religi dan etika bertumpu kepada
keyakinan. Sedangkan ilmu pengetahuan bertumpu pada penalaran. Oleh karena
itu, filsafat, termasuk filsafat pendidikan, yang menghasilkan konsepsi tentang
kehidupan dan dunia termasuk dalam kawasan religi dan etika ditambah dengan
ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, filsafat lebih dekat dengan ilmu
pengetahuan. Sebab, sama halnya dengan ilmu pengetahuan, filsafat berawal
dari keraguan dan mengandalkan penalaran.

Oleh karena filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan


konseptual berdasarkan religi dan etika, terutama sekali ilmu pengetahuan yang
mengandalkan penalaran, maka tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk
pendidikan, berarti berpikir bebas sejauh-jauhnya tentang sesuatu, dalam hal ini
yakni pendidikan. Dari berpikir bebas sejauh-jauhnya tersebut diharapkan akan
muncul sesuatu yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam mengambil
kebijakan serta pertimbangan dalam praktek pendidikan.

Antara filsafat dengan pendidikan terdapat kaitan yang sangat erat.


Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat.
Sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Rumusan tentang
harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan
cara-cara penyelenggaraan pendidikan. Rumusan tentang harkat dan martabat
manusia beserta masyarakatnya di Indonesia dilandasi oleh filsafat yang dianut
oleh bangsa Indonesia, yakni Pancasila.

Pasal 2 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa


pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Rincian tentang dasar pendidikan tersebut tercantum dalam penjelasan Undang-
Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk pendidikan adalah
pengamalan Pancasila. Sehubungan dengan itu, pendidikan nasional
mengusahakan pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan
yang tinggi kualitasnya dan mandiri. Hal tersebut berarti bahwa Pancasila adalah
jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan dasar negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia


dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang
menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam
pendidikan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pancasila adalah sumber
sistem nilai dalam pendidikan. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Pancasila adalah landasan filosofis dalam segala kebijakan dan praktek
pendidikan.

b. Landasan Sosiologis
Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalam latar
interaksi sosial. Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak dapat dilepaskan
dari upaya dan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara individu yang
terlibat didalamnya. Dalam posisi yang demikian, apa yang dinamakan pendidik
dan peserta didik, menunjuk kepada dua istilah yang dilihat dari kedudukannya
dalam interaksi sosial. Artinya, siapa yang bertanggung jawab atas perilaku dan
siapa yang memiliki peranan penting dalam proses mengubahnya. Karena itu,
proses pendidikan sering kali sukar untuk menunjukkan siapa yang menjadi
pendidik dan siapa yang menjadi peserta didik secara permanen, karena
keduanya dapat saling berubah fungsi dan kedudukan.

Suatu hal yang dapat dipastikan adalah bahwa pendidikan tidak akan
pernah terjadi dalam kehampaan sosial, artinya pendidikan tidak akan pernah
terjadi tanpa interaksi antara individu, antara satu generasi dengan generasi
lainnya, dan bahkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Namun,
oleh karena pendidikan membawa misi normatif maka keluasan interaksi
tersebut dibatasi oleh tata nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Sehubungan dengan itu pula, lembaga pendidikan tidak pernah
berada di dalam kehampaan sosial. Jika lembaga pendidikan bergerak secara
dinamis, maka masyarakat pun akan berkembang dengan cara yang sama, jika
masyarakat bergerak secara dinamis, maka lembaga pendidikan akan
berkembang dengan cara yang sama. Sebaliknya, jika lembaga pendidikan
mengalami stagnasi, masyarakat juga akan mengalami stagnasi, jika masyarakat
mengalami stagnasi, lembaga pendidikan akan mengalami hal yang sama.

Berkenaan dengan latar sosiologis masyarakat Indonesia, maka dia


mempunyai perjalanan sejarah yang panjang, telah dimulai pada zaman
prasejarah, zaman kerajaan nusantara, zaman penjajahan, sampai zaman
kemerdekaan sekarang ini. Dari dulu hingga kini, ciri yang menonjol dari
masyarakat Indonesia adalah sebagai masyarakat majemuk (dari segi suku
bangsa, agama, adat istiadat, dan kebudayaan) yang tersebar di ribuan pulau di
Nusantara. Melalui perjalanan yang panjang, masyarakat yang Bhinneka
tersebut akhirnya mencapai suatu kesatuan politik untuk mendirikan satu negara
serta mewujudkan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

Selain itu, sampai saat ini masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri
yang unik. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan sosial atau
komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan.
Secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan
atas, menengah dan bawah. Ketelitian dalam memahami semua latar sosial
tersebut, proses perubahan dan dampak ikutannya akan menentukan
keberhasilan pendidikan dan sebaliknya. Artinya, latar sosial masyarakat
Indonesia yang berbeda tersebut harus dijadikan sebagai tempat bertumpu atau
dasar dalam melakukan analisis kritis dalam upaya menentukan, mengarahkan,
dan mengembangkan kebijakan dan praktek pendidikan.

Oleh karena landasan sosiologis merupakan tempat bertumpu dalam


menentukan, mengarahkan, dan mengembangkan kebijakan serta praktek
pendidikan, maka dalam hal tersebut, menurut Ardhan (1986) secara sosiologis
perlu dikaji empat bidang. Pertama, hubungan sistem pendidikan dengan
berbagai aspek kemasyarakatan, yang mencakup (a) fungsi pendidikan dalam
kebudayaan, (b) hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dengan
sistem kekuasaan yang menentukan kebijakan pendidikan, (c) fungsi sistem
dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan, (d)
hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status, dan (e)
fungsionalisasi sistem pendidikan dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan,
atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Kedua, hubungan kemanusiaan di sekolah. Sifat kebudayaan sekolah


yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah. Hal tersebut dikarenakan
peserta didik yang datang ke sekolah berasal dari berbagai latar sosial budaya
yang masing-masingnya berbeda, sementara itu, sekolah mempunyai pola
interaksi dan struktur sosial sendiri. Keadaan yang demikian, disamping akan
mendatangkan berbagai konflik sosial budaya, dari sisi pendidikan adalah juga
tidak mungkin untuk melakukan pendekatan yang sama terhadap peserta didik
yang berbeda tersebut.

Ketiga, pengaruh sekolah terhadap perilaku anggotanya. Kajian


pengaruh-pengaruh perilaku sekolah terhadap anggotanya ini mencakup: (a)
peranan sosial guru, (b) sifat kepribadian guru, (c) pengaruh kepribadian guru
terhadap perilaku peserta didik, dan (d) fungsi sekolah dalam sosialisasi peserta
didik.

Keempat, interaksi antara kelompok sosial sekolah dengan kelompok


lain dalam komunitasnya. Kajian ini meliputi: (a) lukisan tentang komunitas
seperti yang tampak pengaruhnya terhadap organisasi sekolah, (b) analisis
tentang proses pendidikan dalam hubungannya dengan sistem sosial setempat,
dan (c) faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi
sekolah.

c. Landasan Legalistik (Hukum)


Pendidikan merupakan peristiwa multidimensi, bersangkut-paut dengan
berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat. Kebijakan,
penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dalam masyarakat perlu
disalurkan oleh titik tumpu hukum yang jelas dan sah. Dengan berlandaskan
hukum, kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dapat
terhindar dari berbagai benturan kebutuhan. Setidaknya dengan landasan hukum
segala hak dan kewajiban pendidik dan peserta didik dapat terpelihara.

Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa berbagai pihak yang terkait dengan
kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan disamping perlu
memperoleh perlindungan hukum, dengan landasan hukum semua pihak
tersebut mengetahui hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Semuanya itu, dapat diketahui melalui perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku. Selain daripada itu, dengan landasan hukum dapat dikaji posisi, fungsi,
dan permasalahan pendidikan dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu,
tata urut berbagai produk peraturan perundang-undangan perlu ditemukenali
dalam rangka pengambilan kebijakan dan penyelenggaraan praktek pendidikan
agar penyimpangan dan kealpaan diketahui sedini mungkin.

d. Landasan Kultural
Peristiwa pendidikan adalah bagian dari peristiwa budaya. Hal tersebut
dikarenakan pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik.
Kebudayaan dapat dilestarikan dan/atau dikembangkan dengan jalan
mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pendidikan,
baik pendidikan informal, nonformal, maupun formal (sekolah). Sebaliknya,
ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat tempat proses pendidikan berlangsung. Oleh sebab itu, langkah-
langkah pengembangan pendidikan tidak boleh bebas dari kebudayaan tempat
pendidikan tersebut diselenggarakan dan dikembangkan. Oleh sebab itu pula,
perancang, pengambil kebijakan, dan pelaksana pengembangan pendidikan
harus memperhitungkan faktor sosial budaya dalam merancang, mengambil
kebijakan, dan melaksanakan pengembangan pendidikan agar supaya segala
kegiatan tersebut tidak menimbulkan kegoncangan budaya.

Untuk menghindarkan kegoncangan budaya dalam penyelenggaraan


pendidikan, Dewantara (1977) memberikan tiga asas yang disebut trikon, untuk
dipedomani. Pertama, kontinuitet, yang berarti bahwa garis hidup sekarang harus
merupakan lanjutan dari hidup yang silam, jangan sekedar merupakan
pengulangan atau tiruan dari garis hidup masa lalu atau bangsa lain. Kedua,
konvergensi, merupakan keharusan untuk menghindari hidup menyendiri atau
mengisolasi diri. Sehubungan dengan itu, tidak tertutup kemungkinan untuk
belajar dan menggunakan budaya lain untuk mampu hidup bersama dengan
berbagai bangsa di dunia. Ketiga, konsentristet, yang berarti bahwa kebudayaan
lain boleh saja digunakan dan diintegrasikan dengan kebudayaan sendiri, namun
jangan sampai kehilangan jati diri.
Berhubungan dengan pentingnya memperhitungkan faktor budaya dalam
pengembangan pendidikan, maka pengembangan pendidikan dalam budaya
nasional difokuskan kepada upaya: (a) melestarikan dan mengembangkan nilai-
nilai luhur budaya bangsa, (b) mengembangkan nilai-nilai budaya dan pranata
sosial dalam menunjang proses pembangunan nasional, dan (c) merancang
kegairahan masyarakat untuk menumbuhkan kreativitas ke arah pembaharuan
dalam usaha pendidikan yang tanpa mengabaikan kepribadian bangsa.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan
dapat diwariskan denganjalan meneruskan kepada generasi penerus
melalui pendidikan. Sebaliknyapelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh
kebuadayaan masyarakat dimana prosespendidikan berlangsung.

e. Landasan Psikologis
Psikologi Pendidikan menurut John W. Santrock adalah adalah cabang
ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa
psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin ilmu yang berupaya menggunakan
konsep atau prinsip-prinsip psikologis dalam memecahkan masalah-masalah
yang terjadi dalam dunia pendidikan. Pendidikan selalu melibatkan aspek
kejiwaan manusia. Oleh sebab itu, landasan psikologis merupakan salah satu
landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Landasan psikologis
pendidikan terutama tertuju kepada pemahaman manusia, khususnya berkenaan
dengan proses belajar manusia (baca: peserta didik). Pemahaman terhadap
peserta didik, terutama sekali yang berhubungan dengan aspek kejiwaan,
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Oleh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya,
pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan dan ciri-ciri pertumbuhan
setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk pengembangan
kepribadian.

Untuk maksud tersebut, yakni pengembangan kepribadian yang


merupakan tugas pendidikan, psikologi menyediakan sejumlah informasi
tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi khususnya. Hal tersebut dikarenakan setiap
individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo dan irama
perkembangan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Adalah tidak
mungkin untuk mengharapkan kesamaan antara dua orang individu atau lebih.

Salah satu informasi penting dalam hal pengembangan kepribadian ialah


bahwa kepribadian itu mencakup aspek behavioral dan aspek motivasional.
Selain daripada itu, kepribadian harus dipandang sebagai sistem psikofisik,
yakni merupakan kesatuan antara berbagai keadaan kondisi fisik dengan kondisi
rohani yang saling mempengaruhi yang pada gilirannya menghasilkan pribadi
yang utuh. Oleh karena itu, pemahaman terhadap peserta didik haruslah
dilandaskan pada aspek behavioral dan motivasional serta aspek fisik dan rohani
secara utuh dan dinamis.

f. Landasan Ilmiah dan Teknologi


Pendidikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS)
mempunyai kaitan yang sangat erat. Hal tersebut dikarenakan IPTEKS menjadi
bagian utama dalam pendidikan, terutama dalam bentuk pembelajaran. Oleh
karena itu, tidak dapat tidak, pendidikan berperan sangat penting dalam
pewarisan dan pengembangan IPTEKS. Sementara itu, dewasa ini,
perkembangan IPTEKS sangatlah pesat. Oleh karena muatan utama dari
kegiatan pendidikan adalah IPTEKS, maka setiap perkembangan IPTEKS, harus
segera diakomodasi oleh pendidikan, yakni dengan segera memasukkan hasil
pengembangan IPTEKS tersebut ke dalam isi bahan ajar.

Mengakomodasi perkembangan IPTEKS ke dalam bahan ajar tidaklah


mudah, diperlukan pula berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dapat
mengakomodasikan hal tersebut, terutama sekali ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu
perilaku lainnya, seperti sosiologi, psikologi, dan antropologi. Ilmu-ilmu
tersebut juga mengalami kemajuan yang pesat, yang menyebabkan tersedianya
informasi empiris yang cepat dan tepat, yang pada gilirannya diterjemahkan
menjadi program, alat dan/atau prosedur kerja dalam kegiatan pendidikan.
Dengan kata lain dapat dikatakan, kemajuan IPTEKS dijadikan sebagai landasan
dalam menentukan kebijakan dan praktek pendidikan.

g. Landasan Ekonomi
Manusia pada umumnya tidak bisa lepas dari kebutuhan ekonomi. Sebab
kebutuhan dasar manusia membutuhkan ekonomi. Orang tidak mampupun
memerlukan uang untuk mengisi perutnya dan sekedar berteduh di waktu
malam. Dengan demikian pembahasan tentang ekonomi tidak hanya
menyangkut orang kaya saja, melainkan semua orang, termasuk dunia
pendidikan yang ditekuni.

Dunia sekarang ini tidak hanya ditimbulkan oleh dunia politik, melainkan
juga masalah dari dunia ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan
penghasilan Negara bertambah, walaupun hutang luar negeri cukup besar dan
penghasilan rakyat kecil masih minim. Perkembangan ekonomipun menjadi
pengaruh dalam bidang pendidikan.Globalisasi ekonomi yang melanda dunia,
otomatis mempengaruhi hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Alasannya sederhana, yaitu karena takut digulung dan dihempaskan oleh
gelombang globalisasi ekonomi dunia.

Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang


pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak
angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Perkembangan
lain yang menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sistem
ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada sejumlah pendidikan,
yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar
mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para pemimpin perusahaan atau
industri akan pentingnya pendidikan.

Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro


adalah munculnya sejumlah sekolah unggul. Inti tujuan pendidikan ini adalah
membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil
kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan
kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.

h. Landasan Historis (Sejarah)


Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau
kegiatan yang didasari oleh konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi
yang mengandung kejadian-kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori,
praktik-praktik, moral, cita-cita dan sebagainya. Informasi yang lampau ini
terutama yang bersifat kebudayaan pada umumnya berisi konsep, praktik, dan
hasil yang diperoleh. Setiap bidang kegiatan yang dikerjakan oleh manusia untuk
maju, pada umumnya dikaitkan juga dengan bagaimana keadaan bidang itu pada
masa lampau. Demikian juga dalam bidang pendidikan sebelum menangani
bidang itu, terlebih dahulu mereka memeriksa sejarah tentang pendidikan baik
yang bersifat nasional maupun internasional

Landasan sejarah memberikan peranan yang penting karena dari sebuah


landasan sejarah bisa membuat arah pemikiran kepada masa kini. Menurut
Pidharta, (2007: 109) sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala
macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu.
Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model,
konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya.

Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia


untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang
tersebut pada masa yang lampau (Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya
dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding
untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.

i. Landasan Religius
Landasan religius merupakan landasan yang paling mendasari dari
landasann-landasan pendidikan, sebab landasan agama adalah landasan yang
diciptakan oleh Allah SWT. Landasan agama berupa firman Allah SWT dalam
kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis berupa risalah yang dibawakan oleh
Rasulullah SAW untuk umat manusia yang berisi tentang tuntutan-tuntutan atau
pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia
maupun diakhirat, serta merupakan rahmat untuk seluruh alam.

Bahkan Sistem Pendidikan Nasional mengharuskan setiap peserta didik


mengikuti pendidikan agama tidak hanya pendidikan formal saja. Karena sistem
pendidikan agama diharapkan tidak saja sebagai peyangga nilai-nilai, akan tetapi
sekaligus sebagai penyeru pikiran-pikiran produktif dan berkolaborasi dengan
kebutuhan zaman yang semakin modern. Pendidikan agama adalah hak setiap
peserta didik dan bukan Negara atau organisasi keagamaan.

Pendidilkan yang idealnya dapat meningkatkan kualitas hidup dan


kesejahteraan serta berupaya merekontruksi suatu peradaban adalah salah satu
kebutuhan asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Hal ini juga yang
merupakan pekerjaan wajib yang harus diemban oleh Negara agar dapat
membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
menjalankan fungsi-fungsi kehidupan yang selaras dengan fitrahnya serta
mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke
masa. Kesemuanya itu tidak luput dari peran ilmu agama sebagai pembentuk
karakteristik dan mental peserta didik yang berbudi luhur. Sehingga penguasaan
terhadap ilmu pengetahuan-teknologi, aspek-aspek teknologi (hasil-hasil
teknologi) dan kemajuan-kemajuan lainnya merupakan sesuatu yang harus
disadari oleh peserta didik sebagai kebutuhan dan kewajiban yang harus selslu
dilaksanakan dalam menjaga keharmonisan kehidupan.

Pembentukan karakter dan mental merupakan bagian penting dari proses.


agama yang menjadi sistem kontrol dalam pembentukan karakter dan mental
peserta didik hanya ditempatkan pada posisi yang minimal, dan tidak menjadi
landasan dari seluruh aspek. Padahal agama sangat dibutuhkan dalam
penyusunan kurikulum, demi terwujudnya suasana belajar dalam proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri untuk
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penerapan pendidikan sekuler
materialistik melahirkan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Kondisi
kualitas sumber daya manusia yang rendah ini memperburuk kehidupan
bermasyarakat. Memang dengan pendidikan sekarang masih melahirkan
generasi yang ahli dalam pengetahuan sains dan teknologi, namun ini bukan
merupakan prestasi, karena pendidikan seharusnya menghasilkan generasi
dengan kepribadian yang unggul dan sekaligus menguasai ilmu pengetahuan
yang mampu bersikap luhur dari masa-kemasa
E. Aktivitas Pembelajaran
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran daring dan luring, maka
mahasiswa dapat mengikuti aktifitas pembelajaran sebagai berikut :
Menu Aktifitas Keterangan
Informasi, Kehadiran dan Tatap Maya
1. Informasi Mahasiswa melihat
Perkuliahan informasi terbaru terkait
perkuliahan melalui menu
Announcement
2. Presensi Mahasiswa melakukan
Online pengisian presensi online

3. Tatap Maya Mahasiswa melakukan


tatap maya (web
conference) sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan
oleh dosen (opsional)
Sumber Belajar
3. Modul Ajar Mahasiswa mempelajari
materi kuliah melalui
Modul Ajar
4. Slide Mahasiswa mempelajari
intisari materi melalui slide
presentasi

5. Video Mahasiswa menyaksikan


Pendukung tayangan video pendukung
dan mencatat poin-poin
utama yang disajikan
Aktifitas Belajar
6. Forum Mahasiswa mengikuti dan
Diskusi berpartisipasi dalam forum
diskusi yang dibuat oleh
dosen Pembina Mata
Kuliah

7. Tugas Mahasiswa menjawab dan


menyelesaikan tugas yang
diberikah oleh Dosen

8. Tes Online Mahasiswa mengikuti Tes


yang dilakukan pada akhir
topik bahasan materi
(Opsional)
F. Rangkuman*)
Landasan pendidikan ialah dasar atau titik tumpu dalam penentuan
kebijakan dan praktek pendidikan. Sedangkan asas pendidikan adalah
pertimbangan yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan
diselenggarakan. Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka landasan
pendidikan Indonesia terdiri dari landasan filosofis, sosiologis, hukum, kultural,
psikologis, ilmiah dan teknologis, ekonomi, sejarah, dan agama.

G. Latihan/Kasus/Tugas**)
1. Buatlah peta konsep tentang landasan pendidikan sebagaimana
diuraikan di atas.
2. Sebutkan definisi landasan pendidikan.
3. Sebutkan empat jenis landasan pendidikan berdasarkan
sumbernya.
4. Jelaskan fungsi landasan pendidikan bagi tenaga kependidikan

H. Tes Formatif & Kunci Jawaban**)


I. Daftar Rujukan**)
Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo 2017. Landasan Pendidikan Jakarta :
Bumi Aksara
Made Pidarta. (2007). Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan
bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
M. Dimyati. (1988). Landasan Kependidikan: Suatu Pengantar Pemikiran
Keilmuan tentang Kegiatan Pendidikan. Jakarta: P2LPTK.
Depdikbud.
Pokja Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan. (2005). Peta Keilmuan
Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan PT. Ditjen Dikti.
Prayitno. (2005). Sosok Keilmuan Ilmu Pendidikan.Padang: FIP UNP.
Syafril, Zelhendri Zen, 2017.. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media Group.

Anda mungkin juga menyukai