Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA


PENERAPANNYA

OLEH

NAMA : KETTY RATIH

NIM : (A1K117073)

JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA S1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb .....

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN, Kami menyusun makalah ini
guna memberi penjelasan mengenai landasan dan asas-asas pendidikan serta
penerapannya dan untuk lebih jelasnya kami akan menjabarkannya dalam
makalah ini Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Masalah Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu:


pendidikan berwujud sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai
keseluruhan gagasan terpadu yang mengatur usaha-usaha sadar untuk membina
seseorang mencapai harkat kemanusiaannya secara utuh, pendidikan berwujud
sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan usaha-usaha
untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaan
seseorang secara utuh, dan pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya pendidikan
dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses
pendidikan berlangsung. Kegiatan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan yang setua dengan usia manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada
usaha-usaha pendidikan, dalam rangka memberi kemampuan kepada peserta didik
untuk dapat hidup secara mandiri di dalam masyarakat. Sistem pendidikan yang
dianut oleh setiap negara akan mewarnai operasionalisasi pendidikannya, baik
menyangkut isi, bentuk, struktur kurikulum, maupun komponen pokok pendidikan
yang lain. Tampaknya terdapat adanya korelasi antara sistem pendidikan dengan
tingkat kemajuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Makin
tinggi kebudayaan suatu bangsa, makin tinggi dan makin kompleks, proses
pendidikan yang terdapat pada bangsa yang bersangkutan.upaya pendidikan sebagai
suatu sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) pada landasan yang
digunakan dalam proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah
dasar-dasar, titik pijak yang melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Landasan
pendidikan secara umum menyangkut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis,
(3) landasan kultural, (4) landasan psikologis, dan (5) landasan ilmiah dan teknologis.
Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah fundamen (dasar)
yang menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Dari kesebelas asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional menurut
rumusan KPPN tersebut di atas, yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan
yang dibahas secara khusus di sini, adalah: asas tut wuri handayani, dan asas
pendidikan seumur hidup yang berintikan belajar seumur hidup, dan asas
kemandirian dalam belajar.
II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri dengan hanya


mengkaji masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Landasan Pendidikan?


2. Bagaimana Asas Pendidikan?
3. Bagaimanan penerapan asas-asas pendidikan di sekolah dan di luar sekolah?

III. Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Landasan Pendidikan.
2. Menjelaskan Asas-asas Pendidikan.
3. Menjelaskan penerapan asas-asas pendidikan di sekolah dan di luar sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan
Landasan adalah sesuatu yang mendasari atau yang menjadi dasar alas untuk
berdirinya suatu bangunan. Misalnya, suatu rumah memerlukan suatu pondasi agar
kuat. Begitu juga pendidikan. Macam Landasan Pendidikan di Indonesia : 1.
Landasan Filosofis, Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan
makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha mempelajari masalah-masalah pokok
seperti : arti pendidikan, manfaat pendidikan, tujuan pendidikan dan lain lainnya.
Landasan filosofis bersifat filsafat ( philosophi ). Filsafat sendiri bersumber dari
bahasa yunani philein artinya mencintai dan sophos artinya hikmah atau arif. Filsafat
mempelajari sesuatu secara menyeluruh yang menghasilkan teori-teori kehidupan dan
dunia yang bersumber dari dua faktor :

1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan.


2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran.
Filsafat berada di antara keduanya.
PengertianYH tentang Landasan Filosofis bersumber dari pandangan-
pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakinan terhadap hakekat
manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang
kehidupan yang lebih baik dijalankan. Landasan filosofis pendidikan erat
kaitannya dengan filsafat. Berikut beberapa contoh yang menjelaskan bahwa
fislafat dapat mendasari pendidikan : Meta fisika membicarakan kebenaran
mendalam hal-hal yang ada dibalik bendanya atau dibalik dunia fisik, ini akan
memberikan dasar-dasar pemikiran cita-cita pendidikan.
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional Pasal 2
UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
negara Indonesia.
3) Landasan Sosiologis

Pengertian Landasan Sosiologis Dasar sosiologis berkenaan dengan


perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan
merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di
dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi
pendidikan meliputi empat bidang: Hubungan sistem pendidikan dengan aspek
masyarakat lain. Hubungan kemanusiaan. Pengaruh sekolah pada perilaku
anggotanya. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara
sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan


Nasional Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah
mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan
dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuh kembangkan
KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya
dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun
jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)

4) Landasan Kultural
Pengertian Landasan Kultural Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan
dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan
jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Anggota masyarakat
berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan
zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru
sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut
transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya
sekolah dan keluarga.
Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional Pelestarian
dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ika’an masyarakat dan bangsa
Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan
dan persatuan bangsa dan negara Indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
5) Landasan Psikologis

Pengertian Landasan Filosofis Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-


prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik,
utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis
sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Sebagai implikasinya
pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik,
sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati hati
dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis
besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis Pemahaman


tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisie.

6) Landasan Ilmiah dan Teknologi


Pengertian Landasan IPTEK Kebutuhan pendidikan yang mendesak
cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsi teknologi dari berbagai
bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang
berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat
perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan
bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan
manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan
akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek
tersebut. b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah Iptek merupakan
salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,
yang dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan
iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara
memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat
B. Asas-asas pendidikan

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri
Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar. 1.
Asas Tut Wuri Handayani Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti
dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara,
seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.

Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang


dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari
depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan
baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki
Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan.dalam era
kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas
pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24).

Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan
usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada
tindakan (hukuman) dari pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu
tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan
yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada
pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik. Menurut
asas tut wuri handayani : Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan
Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among,
ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan
tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan
selamat.momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut
kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak
sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.

Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede) Pendidikan tidak ngujo
(memanjakan anak), dan Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah,
memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak
didik) Asas ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing
Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu
kesatuan asas yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri
Handayani : jika di depan memberi contoh : jika ditengah-tengah memberi dukungan
dan semangat : jika di belakang memberi dorongan 2. Asas Belajar Sepanjang
Hayat Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).

Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan


memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal
dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di
masa depan. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan
martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu
membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan
pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN,
1993:94).

Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap


manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya,
keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan
satu dengan yang lain atau merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu,
pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara
selaras, serasi, dan seimbang.untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada
keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya. Keseimbangan dan
keterpaduan dapat dilihat dari segi:

a. Jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain;
sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi
nurani
b. Material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan,
dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan
kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan
batiniah.
c. Individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan
pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya.
d. Dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.
e. Spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki
kemampuan kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga
menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri. Untuk mencapai
integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya
sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara
Indonesia:
1) Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian
sepanjang hidupnya.
2) Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan
dapat bersifat formal, informal, non formal.
3) Mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat,
minat, dan kemampuan dalam rangka pengembangan pribadi secara utuh
menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
4) Mendapat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun Asas Kemandirian dalam
Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan
kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru,
namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam


peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang
memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem
CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

C. Penerapan asas-asas pendidikan

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Pandangan
tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berfikir utama yang sangat penting
dalam pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu
dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Seperti diketahui, manusia yang
dilahirkan hampir tanpa daya dan sangat tergantung pada orang lain (orang tuanya,
terutama ibu) namun memiliki potensi yang hampir tanpa batas untuk dikembangkan.
Bayi itu melalui pendidikan dapat dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat
merancang dan membuat pesawat angkasa luar yang dapat menjelajah ruang angkasa,
dan mampu merekayasa genetika yang memicu revolusi hijau dengan berbagai bibit
unggul, ataupun sebaliknya mampu membuat bom yang dapat menghancurkan
manusia dan kebudayaannya. Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan
terdahulu ada tiga asas utama yang menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian
dalam Belajar. Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di
atas berturut-turut akan dibicarakan: keadaan yang ditemui sekarang, permasalahan
yang ada, dan pengembangan penerapan asas-asas pendidikan.

Keadaan yang Ditemui Sekarang Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat,
dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang: Usaha pemerintah
memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan
semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung
baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal berbagai
jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan
tinggi. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga
kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan
tugasnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil
pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik
didalam negeri maupun diluar negeri. Usaha pembaharuan kurikulum dan
pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan.
Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.

Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan


masyarakat yang bertujuan untuk: o o Meningkatkan sumber penghasilan keluarga
secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya. Usaha pengadaan
berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan,
kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur. Usaha pengadaan berbagai
program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan
olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang
olahraga Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat,
sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknolosgi, ketrampilan
serta ketahanan mental. Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah
secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan
asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana,
kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang. Dalam kaitan penerapan
asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui
sekarang, yakni: Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta
didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, Peserta didik mendapat
kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat
mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang
diinginkannya. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan
kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan
gaya dan irama belajarnya. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau
mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai
dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.
Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki
kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari
potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)
Permasalahan Yang Ada:

a. Masalah Peningkatan, Mutu Pendidikan, Kebijakan peningkatan, mutu


pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan pemerataan
pendidikan. karena peningkatan kualitas pendidikan harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun sumber daya
manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain.
Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, antara lain: Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan,
Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa,
Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa. Sesuai dengan
uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam menghadapi masalah
peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru
dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum
dan isi kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan nilai-nilai budaya bangsa.
b. Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan Kebijaksanaan peningkatan relevansi
pendidikan mengacu pada keterkaitannya dengan: ke-bhineka tunggal ika-an
masyarakat, letak geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia
Indonesia yang multidimensional. Pemerintah telah dan sedang mengusahakan
peningkatan relevansi penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien
Meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat daerah,
daerah daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan
lancar Desiminasi inovasi pendidikan: kelembagaan sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu,
dan Peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya
meningkatkan relevansi pendidikan. Sesuai dengan uraian diatas secara singkat
dapat dikemukakan: dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan,
pemerintah melakukan berbagai upaya: Usaha menemukan cara baru dan
pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
yang beragam Usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan
kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan Usaha
pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan
sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.

D. Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan


a. Pengembangan penerapan asas Tut Wuri Handayani Fungsi guru tidak lagi
berfungsi menggurui atau sebagai pusat kegiatan atau perhatian siswa,
melainkan siswalah yang menjadi penentu keberhasilan studinya, sehingga
guru berfungsi sebagai fasilitator saja yang membantu siswa atau anak untuk
mengembangkan kemampuannya secara optimal. Dengan kata lain guru
harus dapat mengusahakan iklim pendidikan yang dapat menunjang
keberhasilan siswa secara efektif misalnya menciptakan kondisi yang hangat,
bersemangat, penuh gairah, memberikan tugas yang menantang, memberikan
kebebasan berpikir, menyelesaikan tugas, mengontrol disiplin, mengevaluasi,
dan lain lain.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat (Pendidikan Seumur Hidup) Pendidikan
seumur hidup sama atau sejalan dengan pendidikan manusia Indonesia
seutuhnya.untuk mencapai keutuhan manusia tidak dapat dikembangkan pada
suatu saat saja, tetapi perlu pengembangan yang berkelanjutan terus mene
rus. Hal ini didasarkan bahwa potensi subyek manusia sebagai subyek yang
berkembang terus menerus ini tercermin didalam kebutuhan-kebutuhan
manusia, yaitu kebutuhan jasmaniah dan rohaniahnya. Kebutuhan-kebutuhan
hidup manusia inilah yang merupakan isi pendidikan seumur hidup.
Pelaksanaan pndidikan ini tidak terpancar adanya batasan waktu, umur, dan
tempat, sehingga tidak ada istilah terlambat atau terlalu dini dan dapat
dilaksanakan dimana saja dan kapan saja Berdasarkan uraian di atas inilah
yang merupakan penerapan dan pengembangan asas pendidikan khususnya
pendidikan seumur hidup.
c. Asas Kemandirian dalam Belajar Baik asas tut wuri handayani maupun
belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas
kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak
dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam
belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin di kembangkan
kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru,
namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya,
asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan
pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar,
karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila
selau tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain. Perwujudan asas
kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama
sebaga fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain: Informator,
organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga
memudahkan peserta didik berinterkasi dengan sumber-sumber tersebut.
Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta
didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian
dalam belajar ini seyogyanya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler, yang
dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan
ekstra-kurikuler. Atau, untuk latar perguruan tinggi:
Dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan
dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau
intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-
cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar
pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentukbentuk kegiatan
terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ekstrakurikuler itu. Terdapat berbagai
strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat
memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar.
Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang
memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau
memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah,
umpamanya melalui lembaga kerja. Di samping itu, beberapa jenis kegiatan
belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian
dalam belajar itu, seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran
berprogram, dan sebagainya. Keseluruhan upaya itu akan dapat terlaksana
dengan semestinya apabila setiap lembaga pendidikan, utamanya sekolah,
didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. Seperti
diketahui, PSB itu memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber
belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekaman
elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas, dan sebagainya.
Dengan dukungan PSB itu asas-asas kemandirian dalam belajar akan lebih
dimantapkan dan dikembangkan.
BAB lll
PENUTUP

Kesimpulan

a. Pendidikan adalah sebuah proses pemartabatan manusia menuju puncak optimis


potensi kognitif, efektif, dan psikomotorik yang di milikinya, dan pendidikan
juga merupakan proses membimbing, melatih, memandu manusia agar terhindar
dari kebodohan dan pembodohan, pendidikan juga dapat dijadikan sebagai proses
elevasi yang dilakukan secara non-dikriminasi, dinamis dan intensif menuju
kedewasaan individu, yang dilakukan secara kontinyu dengan sifat yang adaptif
dan nirlimit atau tiada akhir.
b. Tugas dan fungsi utama pendidikan adalah membangun manusia yang beriman,
cerdas dan kompetitif. Selain itu fungsi pendidikan harus menanamkan keyakinan
kepada peserta didik bahwa untuk mencapai kemajuan bangsa yang lebih baik
dimasa yang akan datang haruslah dengan ilmu pengetahuan. Secara teknis dan
kelembagaan, pendidikan berfungsi untuk memfasilitasi proses pembelajaran
bagi peserta didik, sehingga mampu mentransmisi pengetahuan yang
diperolehnya dengan baik dan efektif.
c. Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,sehat berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
DATAR PUSTAKA

Jahid Hamzah, 2012. Sumber Asas Dan Landasan Pendidikan. Jurusan Pendidikan
Agama Islam.Volume.7.No.2.Makassar

Anda mungkin juga menyukai