Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Landasan dan asas-asas pendidikan

Disusun oleh:
1. Enggar Sambora NIM.(40121031)
2. Farah Nendi NIM.(40121026)
3. Mei Teguh Firmansyah NIM.(40121035)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Peradaban
Bumiayu
2022

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan pilar utama dalam perkembangan manusia dan masyarakat, oleh
karena itu pendidikan harus memiliki landasan pendidikan agar dapat mencapai visi, misi, dan
tujuannya yang telah diwariskan secara efektif dan efisien sesuai dengan jenjang pendidikan baik di
sekolah, pendidikan di keluarga, maupun pendidiakn di masyarakat. Melalui landasan-landasan
pendidkan tersebut akan tercipta wawasan mengenai pendidikan, dan dengan wawasan pendidikan
yang tepat serta penerapan asas-asas pendidikan yang tepat pula, peluang dalam melaksanakan
pendidikan yang tepat wawasan akan semakin mudah tercipta. Landasaan pendidikan dan asas-asas
pendidikan akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Didasari oleh latar belakang di atas rumusan masalah yang diambil adalah:
1. Apakah yang dimaksud landasan pendidikan dan asas pendidikan?
2. Apa sajakah landasan pendidikan? Jelaskan!
3. Apa sajakah asas pendidikan? Jelaskan!
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah-masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan dan macamnya
3. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidkan dan macamnya
4. Untuk membantu memudahkan pembaca dalam mendapatkan referensi mengenai nasalah
yang dibahas

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pendidikan
Landasan berasal dari kata landas yang berarti dasar atau alas sehingga dapat
disimpulkan dari kedua makna di atas, landasan merupakan dasar atau alas untuk
memulai sesuatu. Dari pengertian kata landasan di atas maka landasan pendidikan adalah
suatu dasar atau alas untuk memulai kegiatan pendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan .

1. Landasan Filosofis
a. Pengertian Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Landasan
BAB filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber
nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Pancasila sebagai landasan filosofis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Beberapa filsafat pendidikan diantaranya idealisme, realisme, perenialisme,


esensialisme, pragmatisme dan progresivisme, eksistensialisme, dan
Rekonstruksionisme. (filsafat berada diantara ilmu pengetahuan dan penalaran,
filfasat makhzab pendidikan)
 Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran
teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
 Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang mengutamakan bahan ajaran
konstan (perennial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan
universal.
 Pragmetisme dan Progresifme
Pragmetisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari
nilai kegunaaan prakris, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan
progresivisme yang menentang pendidikan tradisional
 Rekonstruksionisme

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional


Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
bedasarkan Pancasila dan UUD 1945 sedangkan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR?1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar Negara Indonesia.

2. Landasan Sosiologis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses
sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup
yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
 Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain
 hubunan kemanusiaan.
 Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
 Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk
hidup lainnya, yakni hewan.Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses
interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan
generasi muda memperkembangkan diri. Sosiologi pendidikan merupakan
analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam
sistem pendidikan. Masyakarat Indonesia sebagai landasan sosiologis sistem
pendidikan nasional (sisdiknas)
b. Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis sistem pendidikan nasional.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi
sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan
akan pendidikan semakin meningkat dan komplek. Berbagai upaya pemerintah
telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-
an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn,
Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar
sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)

3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik
secara formal maupun informal. Kebudayaan sebagai gagasan dan karya
manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan,
utamanya belajar. Kebudayaan nasional sebagai landasan sistem pendidikan
nasional (sisdiknas).
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai
denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai,
dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju
pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim
digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga
pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui
upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan
bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan
kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-
ikaan.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan
anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan
aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh
karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan
penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada
setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan
kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar
yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan
belajar yang digariskan.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan
psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena
pertumbuhan maupun karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena
pengaruh faktor internal sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan,
sedangkan perkembsangan terutama karena pengaruh lingkungan.

b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis


Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang
tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni
dengan segera memasukan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi cabang-
cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi, antropologi).
Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai
cara pengindraan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.
Pengetahudan yang memenuhi kriteria dari ontologis, epistomologis dan
aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasanya disebut ilmu ataupun
ilmu pengetahuan (science); kata sifatnya adalah ilmiah atau keilmuan,
sedangkan ahlinya disebut ilmuan.
Asas pokok pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berfikir, baik pada tahap perancanngan maupun pelaksanaan
pendidikan. Pokok-pokok asas itu memuat semboyan tut wuri handayani, ing
ngarsa sung talada, ing madya mangun karsa.
a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik
untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses
penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional
dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan
dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar
IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat
mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah


Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan
manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus
mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar
sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan
manfaatnya bagi masyarakat.

B. Asas-Asas Pokok Pendidikan


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1. Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Makna Tut wuri Handayani adalah:
a. Tut wuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian
berdasarkan cinta kasih dan tanpa pamrih.
b. Handayani: Mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk,
membimbing, dan menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi
masing-masing melalui disiplin pribadi(Arga, 2011, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan).
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung
Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.MKini ketiga semboyan tersebut telah
menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
b. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat)
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan.
b. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus:
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu
b. Mengarahkan kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dapat meningkatkan kondisi hidupnya
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri
e. Mengakui kontribusi dari semua
f. pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasik yang formal, non formal
dan informal (La Sulo, 1990: 25-26).
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seharusnya
mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu:
a. Memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efesien dan efektif
b. Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar dari
belajar sepanjang hayat
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu
akan mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di
sekitarnya. Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu
akan memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang
mempunyai warga yang belajar sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang
gemar belajar (learning society). Dengan kata lain, akan terwujudlah gagasan
pendidikan seumur hidup seperti yang tercermin di dalam sistem pendidikan nasional
Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Tujuan pendidikan seumur hidup :
a. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
b. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
Aspek-aspek yang mendukung pendidikan seumur hidup :
a. Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah
keterampilannya.
b. Aspek ekonomis, pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi
seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan
sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-
sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga
pendidikan keluarga menjadi penting.
c. Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang
menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya. Pendidikan
seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena
tersebut.
d. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh
rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga
negara lainnya.
e. Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana,
teknisi dan pemimpin di Negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan
dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju.
f. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan
kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di
sekolah.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Asas Tut Wuri Handayani dan asas belajar sepanjang hayat secara langsung sangat
erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri Handayani
didasarkan pada asumsi bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar peserta didik
mampu untuk mandiri dalam belajar. Kemandirian dalam belajar itu dapat
dikembangkan dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap
untuk membantu apabila diperlukan.Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat
hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik
mau dan mampu mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang
belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun
orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru
diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar dengan
sedemikian rupa, sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-
sumber tersebut. Sebagai informator, guru harus menyadari bahwa dirinya hanya
merupakan bagian kecil dari sumber-sumber informasi yang ada. Oleh karena itu,
guru perlu memberikan dan bahkan merangsang peserta didik untuk mencari
informasi selain dari dirinya sendiri. Sedangkan sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat memanfaatkan sumber
belajar secara maksimal(Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian
dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap
untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan
utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan
peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara
Belajar Siwa Aktif).
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat mengembangkan
kemandirian dalam belajar, yaitu:
a. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
b. Belajar dari modul, paket belajar, dan sebagainya
c. Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai.
PSB memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping
bahan di perpustakaan. Dengan dukungan PSB itu asas kemandirian dalam
belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan (Umar Tirtarahardja dan La
Sulo, 1994: 123).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Landasan filosofis berasal dari filsafat pendidikan. Perkembangan manusia dari masa ke
masa telah mempengaruhi system pendidikan nasional. Budaya dan pendidikan memiliki
hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan dan bahkan dikembangkan dengan
cara diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi melalui jalur pendidikan, baik
secara formal maupun informal. Iptek merupakan satu dari sekian banyak pemikiran manusia
yang digunakan untuk memudahkan kehidupan terutama dalam pendidikan, agar manusia dapat
mencapai kehidupan yang lebih baik.

Asas pendidikan merupakan dasar pemikiran yang berupa kebenaran, ada tiga asas
pendidiakn di Indonesia yaitu:
a. Asas Tut Wuri Handayani
b. Asas belajar sepanjang hayat
c. Asas kemandirian dalam belajar

B. KRITIK DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pidarta Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
http://makhulmathic.blogspot.com/2011/06/makalah-asas-asas-pendidikan.html
http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/landasan-azas-azas-pendidikan-dan-
penerapannya/
http://mahendracollage.blogspot.com/2011/04/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-
serta.html
http://ikaput.blogspot.com/2012/06/makalah-pengantar-ilmu-pendidikan.html
http://www.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai