Makalah
Disusun Oleh :
JURUSAN TARBIYAH
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan nagara yang besar baik dari segi penduduk, wilayah, dan
kekayaan alam. Semua kekayaan tersebut seharusnya dikelola dengan baik oleh seluruh
putra-putri bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan itu maka pendidikan merupakan suatu
upaya dan proses untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita mulia negara Indonesia.
Negara bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, dan masyarakat putra-
putri bangsa berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, oleh sebab itu tarik
menarik antar kewjaiban dan hal tersebut seharusnya dapat dijadikan modal yang kuat.
Oleh sebab itu pendidikan merupakn solusi dalam menjelaskan dan memposisikan
antara hak masyarakat dan kewajiban negara dalam pendidikan.
Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia jelas dikelola dan
dilindungi oleh negara. Filsafat sebagai induknya ilmu pengetahuan banyak
memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan. Filsafat sebagai salah satu asas
dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang menjiwai seluruh proses
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran melalui pancasila sebagai falsafah bangsa
dan negara sebagai landasan filosofisnya. Landasan filosofis akan memberikan
kekuatan, untuk menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan yang timbul dalam
pelaksanaannya. Itulah sebabnya lahirlah filsafat pendidikan sebagai jawaban atas
persoalan-persoalan pendidikan yang menjiwai secara utuh dalam pelaksanaannya.
Maka dari itu dalam makalah kami ini, akan membahas filsafat Pendidikan dan
Pancasila sebagai kebijakan dalam pemikiran Pendidikan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terminologi filsafat pendidikan dalam pemikiran Pendidikan di
Indonesia?
2. Bagaimana praktik Pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana Pancasila sebagai landasan kebijakan Pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan terminologi filsafat pendidikan dalam pemikiran Pendidikan di
Indonesia.
2. Untuk menjelaskan praktik Pendidikan di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan Pancasila sebagai landasan kebijakan Pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 242-243
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 3
menjamin pencapian tujuan yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya bahkan
harkat dan martabat bangsa3.
Filsafat pendidikan akan membahas ilmu mengenai pendidikan itu sendiri secara
mendalam dan meluas di setiap bagian dari ilmu pendidikan. Mengenai filsafat
pendidikan, ini merupakan suatu cara pandang, tentang bagaimana cara pelaksanaan
ataupun perbaikan proses pendidikan. Baik di tenaga pendidik, pesertadidik, sampai
sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan suatu proses pendidikan.Hubungan
antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebabia menjadi
dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalahaktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dantujuan
yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan,
dan pengalaman manusia4
Menurut Hasan Langgulung menyatakan bahwa Filsafat pendidikan adalah
penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang
disebut pendidikan5. Filsafat pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat
menyelaraskan gejala yang berbeda-beda dalam pendidikan dan suatu rencana
menyeluruh, menjelasakan istilah-istilah pendidikan, mengajukan prinsip-prinsip atau
asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus mengenai
pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang berhubungan antara
pendidikan dan bidang-bidang kepribadian manusia.
Dari beberapa asumsi yang bersumber dari pengertian filsafat, pendidikan
kemudian membahas secara awal mengenai filsafat pendidikan maka dapatlah ditarik
sebuah defenisi yang luas dan mendalam bahwa filsafat pendidikan merupakan terapan
dari llmu filsafat yang memabahas mengenai seluk-beluk pendidikan dalam rangka
enkulturasi kebudayaan yang mampu menjawab segala permasalahan-permasalahan
pendidikan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat menuju kemajuan bangsa.
3
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Malang:,
1984), 39
4
Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010), 56
5
Zaprulkhan, Filsafat Umum, 303
B. Filsafat Pendidikan Terhadap Praktik Pendidikan di Indonesia.
Filsafat Pendidikan sebagai Upaya para pemikir pendagogis untuk memecahkan
masalah dunia Pendidikan. Ini bisa berupa masalah guru dan siswa, sistem Pendidikan
orientasi Pendidikan, Lembaga Pendidikan dan lain-lain. Mengingat banyaknya
kekurangan dalam dunia pendidikan apalagi didalam perkembangan zaman yang
semakin modern. Adanya “seharusnya” atau perbedaan antara apa yang terjadi di dunia
pendidikan dengan apa yang seharusnya, memerlukan banyak bahan refleksi guna
memecahkan masalah yang ada. Pemikir filosofis yang akan membagikan pandangan
mereka tentang apa yang harus dilakukan dalam dunia Pendidikan di Indonesia. Untuk
mengendalikan dan membimbing perkembangan dunia Pendidikan di Indonesia
merupakan tugas ataupun fungsi dari filsafat pendidikan. Pada saat yang sama, tujuan
dari filosofi pendidikan adalah untuk mengatur proses pembelajaran yang ideal dalam
perkembangan zaman.6
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung
pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Dalam
menetukan landasan filosofis terhadap pendidikan di Indonesia perlu memperhatikan
hal ini yaitu;
1. Pandangan tentang manusia Indonesia.
Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya; makhluk individu dengan
segala hak dan kewajibannya; makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup
dalam masyarakat yang pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya,
lingkungan hidup, dan segi kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia di
tengah-tengah masyarakat global yang senantiasa berkembang dengan segala
tantangannya
2. Pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri.
Dalam pandangan filosofis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial
yang selalu berinteraksi dengan kelembagaan sosial lainnya dalam masyarakat.
Menurut John Dewey, filsafat Pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir
(intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia,
6
Sudarsono, A, Filosofi Pendidikan Indonesia.(Bandung: Raja Grafindo Persada, 2019), 46-66
maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Brubachen
berpendapat bahwa filsafa tpendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di
depan seekor kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar
tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan
memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan dengan filsafat umum, meskipun
kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan karena filsafat sering diartikan
sebagai teori pendidikan secara umum
Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu dan sebagai warga masyarakat.7 Pendidikan dipandang
mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan
anak. Dalam sejarah pendidikan, dapat dijumpai berbagai pandangan atau teori
mengenai perkembangan manusia dan hasil pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1. Empirisme, bahwa hasil pendidikan dan perkembangan itu bergantung pada
pengalamanyang diperoleh anak didik selama hidpnya. Pengalaman itu
diperolehnya di luar dirinyaberdasarkan perangsang yang tersedia baginya, John
Locke berpendapat bahwa anak yangdilahirkan di dunia ini bagaikan kertas kosong
atau sebagai meja berlapis lilin (tabula rasa)yang belum ada tulisan diatasnya.
2. Nativisme, teori yang dianut oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwa bayi lahir
dengan pembawan baik dan pembawan yang buruk. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, ia berpendapat bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan itu
ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperolehnya sejak lahir. Aliran ini
berpendapat bahwa Pendidikan tidak dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan
berhubungan dengan perkembangan anak didik. Dengan kata lain, aliran nativisme
merupakan aliran Pesimisme dalam pendidikan, berhasil tidaknya perkembangan
anak tergantung pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimilikinya.
3. Naturalisme, dipelopori oleh J.J Rousseau, ia berpendapat bahwa semua anak yang
baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak seorang anak pun lahir dengan
pembawaan buruk. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik hanya wajib
membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya, diserahkan saja
selanjutnya kepada alam (negativisme). Pendidikan tidak diperlukan, yang
7
Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, …. 4
dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam agar pembawaan yang baik
tidak rusak oleh tangan manusia melalui proses pendidikan.
4. Konvergensi, dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Hasil pendidikan itu bergantung dari
pembawaan dan lingkungan. Pendidikan diartikan sebagai penolong yang diberikan
kepada lingkugan anak didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan
mencegah berkembangnya pembawan yang buruk. Dalam kehidupan suatu bangsa,
pendidikan mempunyai perananyang amat penting untuk menjamin perkembangan
dan kelangsungan kehidupan bangsa.Indonesia adalah negara yang berdasarkan
pada Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 yang di dalamnya diatur bahwa
pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintahsebagai satu sistem
pengajaran nasional.
8
Slamet Sutrisno, Filsafat Dan Ideologi Pancasila. (Yogyakarta; An, 2006), 32
9
Darmohardja, Pokok-Pokok Filsafat Hukum. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), 63
adalah hidup kemanusiaan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri kemanusiaan
yang terlihat dari Pancasila yaitu integral, etis, dan religius. Filsafat pendidikan
Pancasila mengimplikasikan ciri-ciri tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Integral Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah kemanusiaan yang
integral, yakni mengakui manusia seutuhnya. Manusia diakui sebagai suatu
keutuhan jiwa dan raga, keutuhan antara manusia sebagai individu dan makhluk
sosial. Kedua hal itu sebenarnya adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia.
Hakekat manusia yang seperti inilah yang merupakan hakekat subjek didik.
2. Etis Pancasila merupakan kualifikasi etis. Pancasila mengakui keunikan
subjektivitas manusia, ini berarti menjungjung tinggi kebebasan, namun tidak dari
segalanya seperti liberalisme. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang
bertanggung jawab.
3. Religius Sila pertama pancasila menegaskan bahwa religius melekat pada hakikat
manusia, maka pandangan kemanusiaan Pancasila adalah paham kemanusiaan
religius. Religius menunjukan kecendrungan dasar dan potensi. Pancasila mengakui
Tuhan sebagai pencipta serta sumber keberadaan dan menghargai religius dalam
masyarakat sebagai yang bermakna. Kebebasan agama adalah satu hak yang paling
asasi diantara hak-hak asasi manusia karena kebebasan agama itu langsung
bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak
kebebasan agama bukan pemberian negara atau pemberian perorangan atau
golongan. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sendiri tidak
memaksa setiap manusia untuk memeluk agama tertentu.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dimaknai bahwa landasan dalam
kebijakan pendidkan di Indonesia merupakan hasil dari penerapan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah falsafah yang merupakan pedoman
berperilaku bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan kultur kita bangsa Indonesia yang
memiliki adat ketimuran. Kebijakan dalam Pendidikan di Indonesia sudah seharusnya
terkandung dari nilai-nilai Pancasila, agar terciptanya manusia Indonesia yang cerdas,
berperilaku baik, mampu hidup secara individu dan sosial,memenuhi hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang baik serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Semuanya telah mencakup filsafat Pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri yaitu
integral, etis dan reigius. Seorang pendidik haruslah sadar akan pentingnyapendidikan
karakter. Salah satu cara untuk menerapkan pendidikan karakter adalah
denganmelaksanakan nilai-nilai Pancasila. Di bawah ini ada beberapa poin yang harus
dilakukan olehpendidik dalam melaksanakan nilai-nilai Pancasila:
1. Harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut.
2. Menjadikan Pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan.
3. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik
dengan baik.10
10
Yoga Putra Semmadi, Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa
Berkarakter, (Jurnal Filsafat Indoensia: Vol. 2 No. 2 2019), 6-11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendalami segala aspek
dalam dunia pendidikan atau proses pendidikan. Demikian juga filsafat pendidikan
adalah usaha untuk mendalami konsep pendidikan, dan berusaha mencari yang hakiki
dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Guru sangat perlu
memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan sebagai tujuan dari
pendidikan akan bersentuhan langsung dengan tujuan dari kehidupan itu sendiri.
Rumusan filsafat pendidikan nasional bersifat perenialisme yang berpusat pada
pelestarian dan pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang
berpusat pada pengembagan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan
perenialisme yang progresif melihat subjek didik sebagai bagian dari warga dunia, dan
mengingatkan warga negara agar tidak didikte oleh perubahan dan tetap
mempertahankan akar budaya nasional.
Kajian filsafat terhadap Pancasila berangkat dari pemahaman tentang lapangan
filsafat yang mencakup metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Metafisika berkenaan
dengan sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan asas dan sumber dari
segala eksistensi kehidupan, sila Kemanusiaan, yang mana bangsa Indonesia memiliki
ciri yang khas, yakni adil dan beradab. Adil dan berdab ditunjukkan dalam perilaku yang
tidak hanya mementingkan kepentingan jasmani saja, akan tetapi juga mengutamakan
kepentingan rohani. Berikutnya adalah sila Persatuan Indonesia, pada hakikatnya
bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, adat, tradisi, budaya, agama, kepercayaan
dan yang lainnya, akan tetapi semuanya itu adalah satu kesatuan. Sila keempat, yaitu
Kerakyatan menunjukkan kebersamaan dalam memecahkan persoalan atas dasar
musyawarah dan mufakat. Sila terakhir adalah Keadilan Sosial, esensinya adalah adil,
dalam artian menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA