Anda di halaman 1dari 13

Filsafat Pendidikan Dalam pemikiran Pendidikan Di Indonesia

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pancasila

Dosen Pengampu : Ulfa Laili Qodriyah,M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Nor Qomariyah (NIM. 11022045)


2. Nur Fahrida (NIM. 11022046)
3. Rika Indah Sari (NIM. 11123006)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI

JURUSAN TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan nagara yang besar baik dari segi penduduk, wilayah, dan
kekayaan alam. Semua kekayaan tersebut seharusnya dikelola dengan baik oleh seluruh
putra-putri bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan itu maka pendidikan merupakan suatu
upaya dan proses untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita mulia negara Indonesia.
Negara bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, dan masyarakat putra-
putri bangsa berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, oleh sebab itu tarik
menarik antar kewjaiban dan hal tersebut seharusnya dapat dijadikan modal yang kuat.
Oleh sebab itu pendidikan merupakn solusi dalam menjelaskan dan memposisikan
antara hak masyarakat dan kewajiban negara dalam pendidikan.
Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia jelas dikelola dan
dilindungi oleh negara. Filsafat sebagai induknya ilmu pengetahuan banyak
memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan. Filsafat sebagai salah satu asas
dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang menjiwai seluruh proses
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran melalui pancasila sebagai falsafah bangsa
dan negara sebagai landasan filosofisnya. Landasan filosofis akan memberikan
kekuatan, untuk menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan yang timbul dalam
pelaksanaannya. Itulah sebabnya lahirlah filsafat pendidikan sebagai jawaban atas
persoalan-persoalan pendidikan yang menjiwai secara utuh dalam pelaksanaannya.
Maka dari itu dalam makalah kami ini, akan membahas filsafat Pendidikan dan
Pancasila sebagai kebijakan dalam pemikiran Pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terminologi filsafat pendidikan dalam pemikiran Pendidikan di
Indonesia?
2. Bagaimana praktik Pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana Pancasila sebagai landasan kebijakan Pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan terminologi filsafat pendidikan dalam pemikiran Pendidikan di
Indonesia.
2. Untuk menjelaskan praktik Pendidikan di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan Pancasila sebagai landasan kebijakan Pendidikan di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terminologi Filsafat Pendidikan Dalam Pemikiran Pendidikan Di Indonesia.


Pengertian filsafat, berasal dari kata “philos”, “philore”, dan “shopos” atau
“shopia” yang artinya kebijakan, kebaikan, kebenaran. Melalui pengertian secara
bahasa tersebut dapatlah dipahami bahwa filsafat adalah sebuah kajian yang menyadari
tidak adanya kesempurnaan dalam jiwa manusia maupun lingkungannya, karena filsafat
akan mulai dari keraguan dan akan berakhir pada keraguan pula. Berfilsafat berarti
reflektif untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan mendasar (radikal) dan universal
dengan jawaban tersebut disusun secara sistematis, diuji secara kritis dan terbuka untuk
memperoleh kebenaran yang sesungguhnya (hakiki).1
Pendidikan secara bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu to educate yaitu kata
kerja yang berarti mendidik, oleh sebab itu secara terminologis pendidikan menjadi
sebuah pengetian yang sangat luas. Indonesia sebagai negara yang berdaulat sangat
mengakui dan menyadari bahwa pendidikan merupakan hak yang wajib diterima oleh
setiap warga negara. Ini berarti hak memperoleh pendidikan dalam arti yang seluas-
luasnya merupakan hak setiap individu yang dijamin oleh undang-undang dan
dilindungi oleh hukum.2
Filsafat pendidikan yang artinya adalah sebuah ilmu filsafat yang terfokus pada
bidang pendidikan. Dalam hal ini, filsafat benar-benar difokuskan di setiap bagian dari
bidang pendidikan dari mulai kulit hingga akar-akarnya. Kita menyadari bahwa semua
aspek kehidupan ini mulai dari alam, ekonomi, politik, sosial, budaya diilhami dan
berpedoman pada ajaran-ajaran filsafat. Pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan
jelas juga berpdoman dan berasal dari filsafat, agar pendidikan dapat berkembang secara
terus menerus maka filsafat adalah kuncinya.
Dalam mewujudkan Pendidikan yang efektif dan efesien maka dibutuhkan
landasan-landasan yang kuat pula, itulah yang dinamakan dengan landasan filosofis dan
landsan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan. Karena
pendidikan sebagi usaha pembudayaan kehidupan manusia, sehingga pendidikan
bukanlah sekedar usaha yang spekulatif tanpa perkiraan. Namun sesungguhnya
pendidikan harus secara fundamental didasarkan atas asas-asa filosofis dan ilmiah yang

1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 242-243
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 3
menjamin pencapian tujuan yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya bahkan
harkat dan martabat bangsa3.
Filsafat pendidikan akan membahas ilmu mengenai pendidikan itu sendiri secara
mendalam dan meluas di setiap bagian dari ilmu pendidikan. Mengenai filsafat
pendidikan, ini merupakan suatu cara pandang, tentang bagaimana cara pelaksanaan
ataupun perbaikan proses pendidikan. Baik di tenaga pendidik, pesertadidik, sampai
sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan suatu proses pendidikan.Hubungan
antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebabia menjadi
dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalahaktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dantujuan
yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan,
dan pengalaman manusia4
Menurut Hasan Langgulung menyatakan bahwa Filsafat pendidikan adalah
penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang
disebut pendidikan5. Filsafat pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat
menyelaraskan gejala yang berbeda-beda dalam pendidikan dan suatu rencana
menyeluruh, menjelasakan istilah-istilah pendidikan, mengajukan prinsip-prinsip atau
asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus mengenai
pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang berhubungan antara
pendidikan dan bidang-bidang kepribadian manusia.
Dari beberapa asumsi yang bersumber dari pengertian filsafat, pendidikan
kemudian membahas secara awal mengenai filsafat pendidikan maka dapatlah ditarik
sebuah defenisi yang luas dan mendalam bahwa filsafat pendidikan merupakan terapan
dari llmu filsafat yang memabahas mengenai seluk-beluk pendidikan dalam rangka
enkulturasi kebudayaan yang mampu menjawab segala permasalahan-permasalahan
pendidikan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat menuju kemajuan bangsa.

3
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Malang:,
1984), 39
4
Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010), 56
5
Zaprulkhan, Filsafat Umum, 303
B. Filsafat Pendidikan Terhadap Praktik Pendidikan di Indonesia.
Filsafat Pendidikan sebagai Upaya para pemikir pendagogis untuk memecahkan
masalah dunia Pendidikan. Ini bisa berupa masalah guru dan siswa, sistem Pendidikan
orientasi Pendidikan, Lembaga Pendidikan dan lain-lain. Mengingat banyaknya
kekurangan dalam dunia pendidikan apalagi didalam perkembangan zaman yang
semakin modern. Adanya “seharusnya” atau perbedaan antara apa yang terjadi di dunia
pendidikan dengan apa yang seharusnya, memerlukan banyak bahan refleksi guna
memecahkan masalah yang ada. Pemikir filosofis yang akan membagikan pandangan
mereka tentang apa yang harus dilakukan dalam dunia Pendidikan di Indonesia. Untuk
mengendalikan dan membimbing perkembangan dunia Pendidikan di Indonesia
merupakan tugas ataupun fungsi dari filsafat pendidikan. Pada saat yang sama, tujuan
dari filosofi pendidikan adalah untuk mengatur proses pembelajaran yang ideal dalam
perkembangan zaman.6
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung
pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Dalam
menetukan landasan filosofis terhadap pendidikan di Indonesia perlu memperhatikan
hal ini yaitu;
1. Pandangan tentang manusia Indonesia.
Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya; makhluk individu dengan
segala hak dan kewajibannya; makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup
dalam masyarakat yang pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya,
lingkungan hidup, dan segi kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia di
tengah-tengah masyarakat global yang senantiasa berkembang dengan segala
tantangannya
2. Pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri.
Dalam pandangan filosofis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial
yang selalu berinteraksi dengan kelembagaan sosial lainnya dalam masyarakat.
Menurut John Dewey, filsafat Pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir
(intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia,

6
Sudarsono, A, Filosofi Pendidikan Indonesia.(Bandung: Raja Grafindo Persada, 2019), 46-66
maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Brubachen
berpendapat bahwa filsafa tpendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di
depan seekor kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar
tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan
memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan dengan filsafat umum, meskipun
kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan karena filsafat sering diartikan
sebagai teori pendidikan secara umum
Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu dan sebagai warga masyarakat.7 Pendidikan dipandang
mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan
anak. Dalam sejarah pendidikan, dapat dijumpai berbagai pandangan atau teori
mengenai perkembangan manusia dan hasil pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1. Empirisme, bahwa hasil pendidikan dan perkembangan itu bergantung pada
pengalamanyang diperoleh anak didik selama hidpnya. Pengalaman itu
diperolehnya di luar dirinyaberdasarkan perangsang yang tersedia baginya, John
Locke berpendapat bahwa anak yangdilahirkan di dunia ini bagaikan kertas kosong
atau sebagai meja berlapis lilin (tabula rasa)yang belum ada tulisan diatasnya.
2. Nativisme, teori yang dianut oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwa bayi lahir
dengan pembawan baik dan pembawan yang buruk. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, ia berpendapat bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan itu
ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperolehnya sejak lahir. Aliran ini
berpendapat bahwa Pendidikan tidak dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan
berhubungan dengan perkembangan anak didik. Dengan kata lain, aliran nativisme
merupakan aliran Pesimisme dalam pendidikan, berhasil tidaknya perkembangan
anak tergantung pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimilikinya.
3. Naturalisme, dipelopori oleh J.J Rousseau, ia berpendapat bahwa semua anak yang
baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak seorang anak pun lahir dengan
pembawaan buruk. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik hanya wajib
membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya, diserahkan saja
selanjutnya kepada alam (negativisme). Pendidikan tidak diperlukan, yang

7
Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, …. 4
dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam agar pembawaan yang baik
tidak rusak oleh tangan manusia melalui proses pendidikan.
4. Konvergensi, dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Hasil pendidikan itu bergantung dari
pembawaan dan lingkungan. Pendidikan diartikan sebagai penolong yang diberikan
kepada lingkugan anak didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan
mencegah berkembangnya pembawan yang buruk. Dalam kehidupan suatu bangsa,
pendidikan mempunyai perananyang amat penting untuk menjamin perkembangan
dan kelangsungan kehidupan bangsa.Indonesia adalah negara yang berdasarkan
pada Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 yang di dalamnya diatur bahwa
pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintahsebagai satu sistem
pengajaran nasional.

Aristoteles mengatakan, bahwa tujuan pendidikan sama dengan tujuan


didirikannya suatu negara. Demikian juga dengan Indonesia. Pendidikan selain sebagai
sarana transfer ilmu pengetahuan, sosial budaya juga merupakan sarana untuk
mewariskan ideologi bangsa kepada generasi selanjutnya. Pendidikan suatu bangsa akan
secara otomatis mengikuti ideologi suatu bangsa yang dianutnya. Pancasila adalah dasar
dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi dalam hidup dan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia. Filsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh untuk mencari kebenaran, dan filsafat pendidikan adalah pemikiran yang
mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat, apabila kita hubungkan secara
fungsi.
Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, bahwa
Pancasila pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karena
itu, system pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari, dan
mencerminkan identitas Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara
melembaga dalam system pendidikan nasioanl yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu
keyakinan, pandangan hidup dan filosofi tertentu. Inilah dasar pikiran mengapa filsafat
pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional dan sistem filsafat pendidikan
Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pnacasila. Dengan memperhatikan fungsi
pendidikan dalam membangun potensi bangsa, khususnya dalam melestarikan
kebudayaan dan kepribadian bangsa yang ada pada akhirnya menentukan eksistensi dan
martabat bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila
seyogyanya terbina secara optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian
bangsa. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau spiritual sistem
pendidikan nasional, tiada sistem pendidikan nasional tanpa filsafat Pendidikan

C. Pancasila Sebagai Landasan Kebijakan Pendidikan Di Indonesia.


Indonesi aadalah salah satu negara ang memberikan perhatian besar terhadap
bidang prndidikan. Dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia perlu dirumuskannya
pemikiran-pemikiran yang menjadi dasat atau landasan dalam membuat sistem
kebijakan. Dengan kata lain, perlu dipertimbangkan kriteria-kriteria atau ideal dari
tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan. Idealisme tersebut berkaitan dengan cita-
cita pelaksanaan pendidikan nasional, yang berisikan tentang standar atau ukuran baik
dan buruknya pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Pelaksanaan Pendidikan dilandasi atau didasari oleh adanya paradigma
pendidikan yang secara umum terdiri atas tiga asumsi filosofis, yaitu asumsi ontologis
yang mengkaji tentang manusia sebagai subjek pendidikan; asumsi epistemologis yang
mengkaji tentang pengertian pengetahuan serta bagaimana pengetahuan tersebut dapat
diperoleh dan dikelola; serta asumsi aksiologis yang membahas tentang kriteria nilai
yang dijunjung tinggi danyang menentukan baik dan buruknya pelaksanaan pendidikan.
Ketiga asumsi tersebut tentunya saling berhubungan satu dengan yang lain.8
Filsafat Pendidikan menyebutkan Pancasila secara ontologis berdasarkan pada
pemikiran tentang negara, bangsa, masyarakat, dan manusia. Secara epistemologis
berdasarkan sebagai suatu pengetahuan intern struktur logis dan konsisten
implementasinya. Secara aksiologis bedasarkan pada yang terkandung di dalam hirarki
dan struktur nilai konsep etika. Dasar ontologis Pancasila sebagai sistem filsafat bisa
diinterpretasikan bahwa adanya negara perlu dukungan warga negara.Kualitas negara
sangat bergantung pada kualitas warga negara. Kualitas warga negara sangaterat
berkaitan dengan pendidikan. Hubungan ini juga menjadi timbal-balik karena landasan
pendidikan haruslah mengacu pada landasan negara. Esensi landasan negara harus
benarp-benar memperkuat landasan pendidikan untuk mencapai tujuan bersama adanya
keserasian hubungan antara negara dengan warga negara.9
Demokrasi Pancasila menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk masyarakat, Negara, dan masyarakat bangsa. Orientasi hidup kita

8
Slamet Sutrisno, Filsafat Dan Ideologi Pancasila. (Yogyakarta; An, 2006), 32
9
Darmohardja, Pokok-Pokok Filsafat Hukum. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), 63
adalah hidup kemanusiaan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri kemanusiaan
yang terlihat dari Pancasila yaitu integral, etis, dan religius. Filsafat pendidikan
Pancasila mengimplikasikan ciri-ciri tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Integral Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah kemanusiaan yang
integral, yakni mengakui manusia seutuhnya. Manusia diakui sebagai suatu
keutuhan jiwa dan raga, keutuhan antara manusia sebagai individu dan makhluk
sosial. Kedua hal itu sebenarnya adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia.
Hakekat manusia yang seperti inilah yang merupakan hakekat subjek didik.
2. Etis Pancasila merupakan kualifikasi etis. Pancasila mengakui keunikan
subjektivitas manusia, ini berarti menjungjung tinggi kebebasan, namun tidak dari
segalanya seperti liberalisme. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang
bertanggung jawab.
3. Religius Sila pertama pancasila menegaskan bahwa religius melekat pada hakikat
manusia, maka pandangan kemanusiaan Pancasila adalah paham kemanusiaan
religius. Religius menunjukan kecendrungan dasar dan potensi. Pancasila mengakui
Tuhan sebagai pencipta serta sumber keberadaan dan menghargai religius dalam
masyarakat sebagai yang bermakna. Kebebasan agama adalah satu hak yang paling
asasi diantara hak-hak asasi manusia karena kebebasan agama itu langsung
bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak
kebebasan agama bukan pemberian negara atau pemberian perorangan atau
golongan. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sendiri tidak
memaksa setiap manusia untuk memeluk agama tertentu.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dimaknai bahwa landasan dalam
kebijakan pendidkan di Indonesia merupakan hasil dari penerapan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah falsafah yang merupakan pedoman
berperilaku bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan kultur kita bangsa Indonesia yang
memiliki adat ketimuran. Kebijakan dalam Pendidikan di Indonesia sudah seharusnya
terkandung dari nilai-nilai Pancasila, agar terciptanya manusia Indonesia yang cerdas,
berperilaku baik, mampu hidup secara individu dan sosial,memenuhi hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang baik serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Semuanya telah mencakup filsafat Pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri yaitu
integral, etis dan reigius. Seorang pendidik haruslah sadar akan pentingnyapendidikan
karakter. Salah satu cara untuk menerapkan pendidikan karakter adalah
denganmelaksanakan nilai-nilai Pancasila. Di bawah ini ada beberapa poin yang harus
dilakukan olehpendidik dalam melaksanakan nilai-nilai Pancasila:
1. Harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut.
2. Menjadikan Pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan.
3. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik
dengan baik.10

10
Yoga Putra Semmadi, Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa
Berkarakter, (Jurnal Filsafat Indoensia: Vol. 2 No. 2 2019), 6-11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendalami segala aspek
dalam dunia pendidikan atau proses pendidikan. Demikian juga filsafat pendidikan
adalah usaha untuk mendalami konsep pendidikan, dan berusaha mencari yang hakiki
dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Guru sangat perlu
memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan sebagai tujuan dari
pendidikan akan bersentuhan langsung dengan tujuan dari kehidupan itu sendiri.
Rumusan filsafat pendidikan nasional bersifat perenialisme yang berpusat pada
pelestarian dan pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang
berpusat pada pengembagan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan
perenialisme yang progresif melihat subjek didik sebagai bagian dari warga dunia, dan
mengingatkan warga negara agar tidak didikte oleh perubahan dan tetap
mempertahankan akar budaya nasional.
Kajian filsafat terhadap Pancasila berangkat dari pemahaman tentang lapangan
filsafat yang mencakup metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Metafisika berkenaan
dengan sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan asas dan sumber dari
segala eksistensi kehidupan, sila Kemanusiaan, yang mana bangsa Indonesia memiliki
ciri yang khas, yakni adil dan beradab. Adil dan berdab ditunjukkan dalam perilaku yang
tidak hanya mementingkan kepentingan jasmani saja, akan tetapi juga mengutamakan
kepentingan rohani. Berikutnya adalah sila Persatuan Indonesia, pada hakikatnya
bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, adat, tradisi, budaya, agama, kepercayaan
dan yang lainnya, akan tetapi semuanya itu adalah satu kesatuan. Sila keempat, yaitu
Kerakyatan menunjukkan kebersamaan dalam memecahkan persoalan atas dasar
musyawarah dan mufakat. Sila terakhir adalah Keadilan Sosial, esensinya adalah adil,
dalam artian menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA

Bagus,Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002)


Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
Syam, Muhammad Noor, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila, (Malang:, 1984)
Sadullah, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010)
A,Sudarsono, Filosofi Pendidikan Indonesia.(Bandung: Raja Grafindo Persada, 2019
Sutrisno, Slamet, Filsafat Dan Ideologi Pancasila. (Yogyakarta; An, 2006),
Darmohardja, Pokok-Pokok Filsafat Hukum. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011),
Semmadi, Yoga Putra, Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju
Bangsa Berkarakter, (Jurnal Filsafat Indoensia: Vol. 2 No. 2, 2019)

Anda mungkin juga menyukai