Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Negara Indonesia bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, dan
masyarakat merasa berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, oleh sebab itu
tarik menarik antar kewjaiban dan hak tersebt seharusnya dapat dijadikan modal yang
kuat. Oleh sebab itu pendidikan merupakn solusi dalam menjelaskan dan
memposisikan antara hak masyarakat dan kewajiban negara dalam pendidikan.
Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia jelas dikelola dan
dilindungi oleh negara. Filsafat sebagai induknya ilmu pengetahuan banyak
memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan. Filsafat sebagai salah satu asas
dalam penyelenggaraan pendidikan di Indionesia yang menjiwai seluruh proses
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran melalui pancasila sebagai falsafah bangsa
dan negara sebagai landasan filosofisnya. Landsan filosofis akan memberikan
kekuatan, untuk menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan yang timbul
dalam pelaksanaannya. Itulah sebabnya lahirlah filsafat pendidikan sebagai jawaban
atas persoalan-persoalan pendidikan yang menjiwai secara utuh dalam
pelaksanaannya. Untuk lebih jelas mengenai posisi, letak dan peran filsafat
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, maka paper ini akan
mencoba menjelaskannya secara keseluruhan.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian filsafat pendidikan?
2. Urgensi filsafat terhadap pendidikan di Indonesia?
3. Penjelasan pancasila sebagai filsafat pendidikan atau filsafat pancasila?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan
Setelah membahas secara dalam dan luas mengenai filsafat dan pendidikan
secara terpisah, maka pada bagian ini akan dibahas mengenai filsafat pendidikan itu
secara utuh, sehingga menghasilkan sebuah konsep yang jelas mengenai hakikat
filsafat pendidikan.
Kita menyadari bahwa semua aspek kehidupan ini mulai dari alam, ekonomi,
politik, sosial, budaya diilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran filsafat.
Pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan jelas juga berpdoman dan berasal dari
filsafat, agar pendidikan dapat berkembang secara terus menerus maka filsafat adalah
kuncinya.

Manusia sebagi pribadi ataupun sebagi masyarakat, sebagi bangsa dan negara
hidup dalam sosio budayanya. Aktivitas untuk mewariskan dan mengembangkan
sosio-budaya itu terutama melalui pendidikan. Untuk menjamin agar pendidikan itu
benar prosesanya secara efektif dan efisien maka dibutuhkan landasan-landasan yang
kuat pula, itulah yang dinamakan dengan landasan filosofis dan landsan ilmiah
sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan. Karena pendidikan
sebagi usaha pembudyaan kehidupan manusia, sehingga pendidikan bukanlah sekedar
usaha yang spekulatif tanpa perkiraan. Nmun sesungguhnya pendidikan harus secara
fundamental didasarkan atas asas-asa filosofis dan ilmiah yang menjamin pencapian
tujuan yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya bahkan harkat dan martabat
bangsa1.

Menurut Jalaludin, filsafat pendidikan dapat diartikan sebagai kaidah filosofis


dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah
umum dan menitik bertakan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercyaan yang

1
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Malang:, 1984), hlm 39.

2
menjadi dasar dari filsafat umumdalam upaya memecahkan persoalan pendidikan
secara praktis.

Menurut Hasan Langgulung menyatakan bahwa Filsafat pendidikan adalah


penerapan metoda dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang
disebut pendidikan2. Filsafat pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat
menyelaraskan gejala yang berbeda-beda dalam pendidikan dan suatu rencana
menyeluruh, menjelasakan istilah-istilah pendidikan, mengajukan prinsip-prinsip atau
asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus mengenai
pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang berhubungan antara
pendidikan dan bidang-bidang kepribadian manusia.

Dari beberapa asumsi yang bersumber dari pengertian filsafat, pendidikan


kemudian membahas secara awal mengenai filsafat pendidikan maka dapatlah ditarik
sebuah defenisi yang luas dan mendalam bahwa filsafat pendidikan merupakan
terapan dari llmu filsafat yang memabahas mengenai seluk-beluk pendidikan dalam
rangka enkulturasi kebudayaan yang mampu menjawab segala permasalahan-
permasalahan pendidikan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat menuju
kemajuan bangsa.

B. Urgensi Filsafat terhadap pendidikan di Indonesia

Filsafat mengajarkan manusia, untuk berpikir secara logistik dengan


menggunakan berbagai sudut pandang, sebelum akhirnya membuat suatu keputusan,
ini berarti tanggung jawab merupakan suatu tanggung jawab dalam berfilsafat.
Filsafat membantu menjamin agar tujuan selalu menentukan pilihan-pilihan sarana,
mempertajam dan menjelaskan seni, dan menumbuhkan keterampilan. Tujuan
pendidikan adalah untuk menumbuhkan dalam diri peserta didik kebebasan sehingga
membentuk subjek moral yang bertanggung jawab. Ilmu pengetahuan yang
memungkinkan untuk menjelasakan, mengontrol, dan memprediksi tetap

2
Zaprulkhan, Filsafat Umum...., hlm 303

3
mendasarkan diri pada ideal moral untuk mendidik para individu yang berkarakter,
mandiri dan mampu mengendalikan dirinya.

Mengapa ilmu pendidikan selalu mengandalkan filsafat sebagai landasan


utama, karena memang landasan filosofis sebagai landasan dasar akan membantu
menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan yang menyangkut antropologi,
epistemik, dan politik.

1. lapis antropologis bertitik tolak dari pengandaian bahwa manusia adalah


makhluk yang memiliki potensi dan harus dikembangkan melalui
pendidikan. Pendidikan menjadi kekhasan manusia yang hidup dalam
budaya dan bahasa. Bahsa yang menjadi kekhasan manusia dibandingkan
dengan makhuk lain. Pendidikan membantu manusia untuk mengatur
dirinya sendiri dan mengatur hubungannya dengan orang lain. Oleh sebab
itu kajian-kajian masyarakat secara kolektif dalam pendidikan perlu
menjadi kajian utama, karena dalam masyarakat kolektif akan banyak
timbul keinginan-keinginan setiap individu yang akan berpadu, sehingga
filsafat akan membantu pendidikan dalam menyelesaikan masalah yang
timbul akaibat permasalahan kolektif dari masyarakat tersebut.
2. lapis epistemik menjadi penting karena masyarakat modern membawa
kekhasan analisis dan pertanyaan yang selalu timbul dalam benak mereka.
Lapis epistemik memperhitungkan keseluruhan pengetahuan atau struktur
pemaknaan yang khas bagi suatu kelompok masyarakat tertentu. Sebagian
pendidikan berlangsung di sekolah. Sekolah tidak bisa dipisahkan dari
penggunaan metode, tapi subjek rasional harus tetap diperhitungkan
sebagai faktor utama dalam penyebaran dan penenrapan pengetahuan.
3. lapis politik karena pendidikan telah menjadi sarana dan bagian politik
pemerintahan, karena pendidikan utama diselenggarakan oleh negara,
jelas dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan tentulah
melewati kebijakan-kebijakan politik terlebih dahulu. Hal itu merupakan
hal yang wajar dalam tatanan masyarakat demokrasi seperti Indonesia.

4
Oleh sebab itu pada lapis politik ini pendidikan diharapkan akan
memungkinkan terlaksananya tiga unsur integrasi yaitu3:
a) Integrasi budaya budaya bangsa sebagai kesatuan politik
b) Integrasi sosial karena berkat pendidikan sesorang bisa sukses di
masyarakat
c) Integrasi subjektif yang mendefinisikan nilai-nilai moral yang
memungkinkan setiap individu bisa mandiri sebagi makhluk sosial.

Kebutuhan dasar belajar itu meliputi baik sarana belajar yang pokok
(membaca/menulis, kemampuan berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah)
maupun isinya (pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap) yang diperlukan manusia
agar bisa bertahan, untuk bisa mengembangkan kemampuan-kemampuan secara
penuh, hidup dan bekerja sesuai dengan martabatnya, ambil bagian secara penuh
dalam pembangunan, meningkatkan kualitas hidup mereka, memperoleh informasi
untuk kepuusan-keputusan mereka dan selalu belajar dan bekelanjutan.

Betapa mulianya sebenarnya tujuan pendidikan yang diselenggrakan oleh


negara, karena negara menyadari bahwa individu-individu merupakan generasi
penenrus yang tutut mengemabngkan negara pada masa kini maupun yang akan
datang. Menilik sejarah bahwa sesungguhnya pendidikan di zaman dahulu aksesnya
sangat terbatas, yang membedakan manusia-manusia berdasarkan posisi-posisinya,
distulah peran filsafat sebagai penyelaras perbedaan, sehingga pendidikan untuk
semua yang selaama ini menjadi slogan pendidikan, bukan hanya slogan semata
tetapi benar-benar terwujud dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Filsafat adalh induknya semua ilmu pengetahuan, dengan sudut pandang yang
komprehensif yang disebut dengan hakikat. Artinya filsafat memandang setiap objek
dari segi hakikatnya. Sedangkan pendidikan adalah suatu bidang ilmu pengetahuan
yang tujuan utamanya adalah mengembangkan potensi individu sehingga
mewujudkan pribadi yang matang bukan hanya dari sisi akademis juga sisi mentalitas

3
Zaprulkhan, Filsafat Umum...., hlm 307

5
yang mampu mandiri dan mengendaikan diri. Jadi jelaslah bahwa filsafat pendidikan
memandang persoalan sentral berupa hakikat pematangan manusia. Tradisi filsafat
adalah selalu berpikir dialektis dari tingkat metafisis, teoritis, sampai pada tingkat
praktis. Tingkat metafisis disebut aspek ontologi, tingkat teoritis disebut epistimologi,
dan tingkat praktis disebut aspek aksiologi.

Jika diterapakan pada kegiatan pendidikan, aspek ontologi adalah proses


pendidikan dengan penenkanan pada pendirian filsafat hidup, suatu pandangan hidup
yang dijiwai dengan nilai keluhuran budaya dan nilai-nilai moral budaya. Dari filsafat
hidup tersebut, diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan
spritual dan emosional setiap diri individu.

Aspek epistimologi pendidikan menekankan sistem kegiatan pendidikan pada


pembentukan sikap ilmiah, suatu yang dijiwai oleh nilai kebenaran, dari sikap ilmiah
itu, diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan intelektual,
berupa kreativitas dan keterampilan hidup. Sedangkan aspek aksiologi pendidikan
menekankanpada sistem kegiatan pada pengembangan perilaku dan tanggung jawab,
suatu perilaku yang dijiwai dengan nilai keadilan. Dan akan memberikan manfaat
bukan hanya kepada individu itu sendiri tetapi lebih jauh kepada masyarakat, bangsa
dan negara4.

Ketiga taraf sistem pendidikan tersebut saling berhubungan antara satu aspek
dengan yang lainnya secara kausalistik. Aspek ontologi mendasari aspek
epistimologi, dan aspek epistimologi memberikan jalan atau metode kepada aspek
aksiologi yang menhasilkan produk dari pendidikan, yaitu individu yang matang dan
dewasa dalam kepribadiannya.

Selanjutnya dapat diasumsikan bahwa jika paradigma filosofi pendidikan


tersebut dipergunakan sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
baik di dalam keluarga, sekolah, maupun dalam kehidupan masyarakat, dapat

4
Chaedar Al wasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2008)

6
diharapkan kehidupan masyarakat bisa meliputi nilai-nilai kejujuran, kebenaran,
kearifan loka, spritual keagamaan dalam bingkai pancasila dan UUD 1945. Dengan
demikian maka sudah bisa dipastikan pendidikan di Indonesia akan menjadi sebuah
model pendidikan yang khas dan sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia itu
sendiri.

C. Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan atau filsafat pancasila

Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia yang memiliki fungsi dalam
hidupan dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak saja sebagai dasar negara
RI, tetapi juga alat untuk mempersatukan bangsa, kepribadian bangsa, pandangan
hidupa bangsa, sumber dari segala sumber hukum positif dan sumber ilmu
pengetahuan di Indonesia5.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa terkandung dalam konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicitta-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila
seabagi pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat Indonesia maka pandangan hdupa tersebut dijunjung tingg
karena pandangan hidupa Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup
masyarakt. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang
bhineka tunggal ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak
boleh mematikan kenekaragaman.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia didasarkan atas prinsip
konstitusionlisme. Sebuah konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme
negara modern pada proses reformasiuntuk mewujudkan demokrasi, pada umumnya
bersandar pada tiga elemen kesepakatan, yaitu :
a) keseakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama

5
buku Pengantar Pendidikan, (Jakarta:UT, 2011)

7
b) Kesepakatan tentang landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
pemerintahan negara
c) Kesepakatan tentang bentuk insitusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
Dalam sudut pandang Pancasila sebagai jati diri bangsa yang akan
mencerminkan visi dan landasan filsafat pendidikannya, dapat terlebih dahulu
dinyatakan bahwa proses terjadinya Pancasila tidak seperti ideoleogi-ideologi
lannnnya yang hanya merupakan hasil pemikiran seseorang

Dalam kaitan Pancasila sebagai filsafat pendidikan maka harus dipahami


bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup yang diyakini dan menjiwai kehidupan
masyrakatnya. Untuk mengidealisasikan dalam proses berbangsa maka harus ada
upaya yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat
dilaksanakan melalui proses pendidikan. Pancasila meenjadi sumber nilai untuk
mengarahkan proses pendidikan yang menyangkut secara jelas pendidikannya agar
mampu menghasilkan manusia Indonesia yang diidealkan sebagaimana yang
dikehendaki, yakni manusiayang mampu mengenali seluruh potensi kediriannya
sehingga mampu menjalankan kehidupanya dengan penuh tanggung jawab dalam
semua aspek atau dimensi kehidupannya

1. Aspek Ontologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Ontologi adalah cabang filsafat yang persoalan pokoknya adalah


mempertanyakan mengenai kenyataan atau realitas. Persoalan-persoalan ni identik
dengan pembicaraan mengenai hakikat “ada”. Hakikat “ada” dapat berarti tidak apa-
apa, karena merujuk dan menunjuk pada hal umum (abstrak umum universal).
Pengertian ini bar menjadi kongkret sejauh diberikan sesuatuu dibelakangnya6
Demikian halnya dengan Pancasila sebagai filsafat, ia memiliki isi yang abstrak
umum dan universal. Pengertian abstrak umum dan universal dalam hal ini adalah
pengertian pokok yang terdapat dalam setiap unsur-unsur sila dari Pancasila.

6
Haryatmoko, Dominasi Penuh Muslihat, (Jambi: Gramedia, 2010)

8
Pancasila terdiri dari sila-sila yang mempunyai awalan dan juga kahiran, yang dalam
tata bahasa membuat abstrak; dari kata dasarnya yang artinya meliputi hal yang
jumlahnya tidak terbatas dan tidak berubah, terlepas darii keadaan, tempat , dan
waktu. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjiwai sistem
pendidikan nasional tidak bisa dipisahkan denga kenyataan yang ada, karena
pendidikan nasional itu dasarnya adalah Pancasila dan UUD 1945, sehingga hal ini
menjadi bentuk kesatuan yang utuh.
Hal inilah yang kemudian secara konsisten harus masuk didalam tujuan dari
sistem pendidikan nasional yang disebutkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

a). Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila ini menjiwai sila-sila yang lainnya Di dalam sistem
pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dengan sila pertama ini, maka hasil
proses pendidikan diharapkan dapat menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagiandari sistem pendidikan nasional. Hal ini
karena sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk menjadikan manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karenanya dalam
lingkungan yang memungkinkan proses pendidikan berlangsung, yaitu di keluarga,
sekolah dan di masyakat ditanamkan nilai-nilai keagamaan dan Pancasila7.

7
Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011)

9
Dalam aspek praksis maka dikembangka sejumlah mata pelajaran yang
menunjang pencapaian tujuan pada bagian ini yaitu melalui pelajaran Agama serta
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Mata pelajaran ini harus mampu
tercerminkan dari sikap anak didik yang harus memiliki kepercayaan kepada Tuhan,
menghormati antar pemeluk agama, yang semuanya harus tercermin dalam kehidupan
sehari-hari

b). Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Manusia yang ada di bumi ini memiliki harkat dan matabat yang sama yang
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah
Oleh karenanya pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya
dalam menuntut ilmu8. Setiap manusia memiliki kebebasan dalam menuntut ilmu,
mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh
karena yang dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai
Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil
dan makmur baik spiritual maupun material,

c). Sila ketiga, Persatuan Indoenesia

Persatuan merupakan nilai dasar yang penting dalam menunjang eksistensi


bangsa Indonesia. Persatuan kebangsaan ini akan mampu mengikis semangat
kedaerahn ataupun kelompok. Pancasila dan UUD 1945 serta semangat nasionalisme
terhadap bangsa Indonesia akan dapat menghapus perasaan primordialisme yan
sempit dan merugikan bangsa. Sila ketiga Pancsila ini tidak membatasi golongan
tertentu untuk memperoleh pendidikan. Semua golongan harus dapat menerima
pendidikanyang baik , hingga setingg-tingginya sampai dengan batasan kemampuan
berfikir yang dimilikinya sebagaimana terjamin dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1. 9

8
Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,(perpustakaan umum,2008)
9
UUD 1945 pasal 31 ayat 1.

10
d). Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan /Perwakilan
Sila keempat mencerminkan semangat demokrasi yang selalu hadir dan
mewarnai kehidupan masyarakat di Indonesia. Banyak sekali praktek-praktek hidup
masyarakat yang menjadikan musyawarah sebagai intisari demokrasi yang dapat
ditemukan hingga saat ini, karena iniah ciri hidup masyarakat Indonesia.10
Dalam aspek pendidikan , demokrasi sangat relevan untuk terus
dikembangkan dan mencerminkan prinsip –prinsip dalam pendidikan yang
mengajarkan tentang penghargaan atas pendapat dan pikiran orang lain. Selain itu
sangat sejalan dengan UUD 145 pasal 28 yang secara jelas berkaitan dengan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan. Oleh
karenanya dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari banyak orang
demi kemajuan pendidikan di Indonesia.

e). Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Tujuan negara salah satunya adalah untuk mewujudkan keadilan sosial dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana termaktub dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Keadilan yang hendak diwujudkan meliputi
keadilan dalam bidang materila dan spiritual.
Dalam sistem pendidikan nasional maka maksud adil dalam arti yang luas
mencakup seluruh aspek pendidikan yang ada. Adil dalam hal ini adalah adil dalam
melaksanakan pendidikan. Adil dalam pendidikan yang berorientasi pada
pembentukan ketakwaan kepada Tuhan maupun pendidikan yang berorientasi pada
keunggulan lahiriahnya yang terwakili dalam kemampuan penguasaan ilmu dan
teknologi. Adil juga dimaknai sebagai sikap ataupun kebijakan yang memberikan
kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan

10
Soetrisno, Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2009)

11
secara layak, serta tidak ada diskriminasi-diskriminasi apapun dalam bidang
pendidikan yang telah menjadi hak warga negara ini

2. Aspek Epistemologis Filsafat Pendidikan Pancasila


Epistemologi merupakan studi filsafat yang berfokus pada sumber, syarat, dan
proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas, serta hakikat ilmu penegtahuan.
Melalui filsafat kita dapt menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi
peningkatan ketenangan da kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara.
Dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideoelogi ersumber pada nilai-nilai dasarnya
yaitu filsafat Pancasila. Sumber pengetahuan Pancasila adalah ilai-nilai yang ada pada
bangsa Indonesia yang ditemukan dalam adat istiadat serta kebudayaan dan nilai
religious
a.) Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa

Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh


melalui akal atau panca indera dan dar ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir
tidak secara tiba-tiba, tetapi melalui proses pangang yang dimatangkan dengan
perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara,
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita
dan perjanjian luhur rakyat Indonesia ( Widjaya, 1985:176-177). Oleh karenanya
Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia yang prosesnya melalui perjuangan rakyat
dengan bersumberkan pada nilai-nilai keutamaan hidup yang telah lama dijiwai dan
hidup dalam diri masyarakat Indonesia.
b.) Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Pribadi manusia adaalah subjek yang seara potensial dan aktif berkesadaran
tahu atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bla di suatu ruang dan
waktu “tidak ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri
Manusia memiliki potensi atau basis yang daat dikembangkan. Pancasila
adalah ilu yang dperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan
memiliki ilmu moral , diharapkan tidak ada segala bentuk kekerasan dan

12
kesewenang-wenangan manusia terhadap lainnya. Tingkat kedalaman pengetahuan
merupakan perwujudan dari potensi rasio dan intelegensi yang tinggi. Proses
pembentukan pengetahuan melalui lembaga pendidikan secara tehnis edukatif lebh
sederhana. Tidak boleh ada monopoli kebenaran. Nilai pengetahuan dalam pribadi telah
menjadi kualitas dan martabat kepribadian subjek pribadi yang bersangkuta, baik secara
intrinsik, dan bahkan lebih-lebih secara praktis.11

c.) Sila ketiga, Persatuan Indonesia

Proses terbentuknya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama


atau produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar dengan aktor kondisi
lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. Dalam hal ini, pendidikan
secara jelas mencontohkan bagaiaman interaksi sosial adalah bagian kodrati manusia.
Hubungan atau interkasi inilah yang memerlukan pedoman yaitu salah satunya
Pancasila.
d.) Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memiliki peran yang sangat
besar tetapi harus dperlukan kesadaran yanglebih tinggi bahwa ada institusi-isntitusi
diluar pendidikan formal yang juga berperan bagi keberhasilan sebuah pendidikan,
yaitu keluarga dan masyarakat.
Pelibatan keluarga dan masyarakat inilah yang dapat memperkuat tercapainya
tujuan pendidikan nasional yang akan semakin mampu mendorong setiap manusia
memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat dengan melalaui lembaga
pendidikan atau saluran informal lainnya. Mampu mewujudkan ruang dialog sebagai
cerminan nilai- nilai demokrasi secara luas namun bertanggung jawab

11
Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)

13
e.) Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Semua proses pendidikan dan tujua pendidikan harus diarahkan pada
tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan menjadi rujukan penting
untuk diwujudkan. Pendidikan yang dikembangkan dapatt berusmber dari pendidikan
yang bersifat informal, formal maupun non formal.

3. Aspek Aksiologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang memfokuskan perhatian pada


persoalan nilai. Nilai tidak akan timbul dengan sendirinya, nilai timbul karena manusia
memiliki bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Sehingga masyarakat
menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan memiliki nilai apabila berguna,
benar,bermoral, etis dan bernilai religius ( Jalaludin, 2007:179).
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan cita-cita,
harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu memiliki tingkatan dan bobot yang
berbeda, namun tidak saling bertentangan. Pancsila merupakan substansi utuh atau
kesatuan organik.
Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki nilai-
nilai; ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyataan dan keadilan. Nilai ideal,
material, spiritual, dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan
religious.
a.) Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Kepercayaan kepada Tuhan merupakan hal utama dalam stiap ajaran agama
yang mencerminkan sikap religiusitas manusia. Oleh karena itu pendidikan harus
mampu mendorong manusia untuk semakin meningkatkan tingkat religiusitasnya
dengan baik. Pendidikan dari semua tingkatan harus menjadi ladang persemaian yang
baik dalam menumbuhkan ketakwaan kepada Tuhan. Olehkarenanya pula kurikulum

14
pendidikan harus memastikan bidang-bidang yang berkaiatan dengan keagamaan
masuk didalamnya12.
b.) Sila ke dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Keadaaan yang penuh kedamaian, kerukunan merupakan kunci keberhasilan
dalam mewujudkan harkat dan martabat manusia yang sesungguhnya. Keberadaban
hanya bisa dibangun ketika suasana persaudaraan tumbuh dalam lingkungan manusia.
Pendidikan dalam hal ini harus mampu mendorong semangat kedamaian, kerukunan
dan persaudaraan untuk dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab, sebab hal ini merupakan nilai luhur yang dicita-citakan
c.) Sila ke tiga, Persatuan Indonesia
Kerukunan adalah dasar dari nilai persatuan sehingga pendidikan dalam
semua level atau tingkatan harus bisa dan mampu menumbuhkembangkan jiwa
kerukunan, sebab kerukunan adalah salah satu dari jiwa Pancasila. Kerukunan juga
mengandaikan semangat rela berkorban untuk kepentingan yang lebih besar yaitu
persatuan masyarakat. Pendidikan harus diarahkan untuk memantabkan perasaan
akan pentingnya persatuan dalam menjadi kehidupan berbangsa dan bernegara.
d.) Sila ke empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Pendidikan harus mampu mewujudkan semangat demokrasi yang egaliter
sebagai sebuah prinsip yang penting dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kesediaan orang lain untuk mendengarkan pendapat orang lain
serta menghargainya merupakan cita-cta yang harus diwujudkan melalui pendidikan.
Tanpa semangat dari nilai ini maka pendidikan akan kehilangan roh yang sesungguhnya.
Sebab kebebasan dalam pendidikanlah yang akan mampu memberikan pembebasan bagi
manusia untuk bisa memahami siapa dirinya dan harus dengan cara yang bagaiaman ia

12
Buku Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012)

15
menempatkan orang lain. Nilia dasar inilah yang menjadi roh dari Pancasila yang harus
ada dalam sistem pendidikan nasional Indonesia
e.) Sila ke lima, Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam hal ini ini, dalam segi
pendidikan, adil itu seimbang antara ilmu yang berkaiatan dengan pembentukan
ketakwaan manusia dengan ilmu yang berorientasi pada penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Mengembangkan perbuatan luuhur, menghormati hak orang lain, suka
memberi pertolongan, bersikap benar, mengharga hasil karya orang lain merupakan
nilai-nilai yang harsu terus dihidupkan.
Dengan demikian, filsafat Pendidikan Pancasila adalah tuntutan formal yang
fungsional dari kedudukan dan fungsi dasar negara Pancasila sebagai sistem kenegaraan
Republik Indonesia Kesadaran memiliki dan mewarisi sistem kenegaraan Pancasila
adalah dasar pengamalan dan pelesariannya, sedangkan jaminan utamanya adalah subjek
manusia Indonesia seutuhnya. Subjek manusia Indonesia tersebut terbina melalui sistem
pendidikan nasional yang dijiwai oleh filsafat pendidikan Pancasila

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat menyelaraskan
gejala yang berbeda-beda dalam pendidikan dan suatu rencana menyeluruh,
menjelasakan istilah-istilah pendidikan, mengajukan prinsip-prinsip atau asumsi-
asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus mengenai pendidikan
dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang berhubungan antara pendidikan dan
bidang-bidang kepribadian manusia.
Filsafat pendidikan akan menjiwai seluruh pelaksanaan pendidikan di
Indonesia, terutama menyangkut falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan
UUD 1945. Oleh sebab itu penyelenggraan pendidikan di Indonesia tetap akan
berlandaskan pada kedua hal tersebut. Dan filsafat pendidikan lahir untuk menjawab
permasalahan-permasalahan pendidikan yang timbul dalam pelaksanaannya baik
menyangkut desain kurikulum, pembelajaran, penyampaian guru. Semua itu menjadi
bagian yang tidak terpisahkan bagi pelaksanaan pendidikan terkhusus di Indonesia.

B. Saran
Sekedar saran kepada seluruh penyelenggara pendidikan di Indonesia, maka
sudah sepatutnyalah, nilai-nilai falsafah negara yaitu pancasila dan UUD 1945 yang
dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, karena
memang filosofis terdalam bangsa indonesia adalah kedua falsafah tersebut.

17
DAFTAR FUSTAKA
Chaedar Al wasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, (Bandung: Rosda
Karya, 2008)
buku Pengantar Pendidikan, (Jakarta:UT, 2011)
Haryatmoko, filsafat pendidikan , (Jambi: Gramedia Pustaka, 2010)
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (bandung: Gramedia, 2008)
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila, (perpustakaan umum:2009)
Soetrisno, Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi,
2007)
Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)
Buku Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012)

18

Anda mungkin juga menyukai