FARKHAN
NIM : 220203502020
TUGAS UAS
1. Al-syaibany Filosofi Pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan
filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
2. John dewey Filosofi Pendidikan merupakan sesuatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (
emosional), menuju tabiat manusia.
3. Imam barnadid Filosofi Pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan baginya filosofi pendidikan merupakan
aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
4. Brubachen Filosofi Pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda,
dan filosofi dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filosofi
Pendidikan berdiri secara bebas memperoleh keuntungan karena mempunyai kaitan dengan
filsafat umum.
Tujuan pendidikan adalah efisiensi sosial dengan cara memberikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi pemenuhan kepentingan dan kesejahteraan
bersama secara bebas dan maksimal. Mengenai konsep demokrasi dalam pendidikan, Dewey
berpendapat bahwa dalam proses belajar peserta didik harus diberikan kebebasan
mengeluarkan pendapat. Peserta didik harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang
diberikan oleh guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana agar peserta didik senantiasa
merasa haus akan pengetahuan, karena pendidikan merupakan proses masyarakat dan banyak
terdapat macam masyarakat, maka suatu kriteria untuk kritik dan pembangunan pendidikan
mengandung cita-cita utama dan istimewa. Masyarakat yang demikian harus memiliki
semacam pendidikan yang memberikan interes perorangan kepada individu dalam hubungan
kemasyarakatan dan mempunyai pemikiran yang menjamin perubahan perubahan
sosial.Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan itu sendiri. Pendidikan
dan pembelajaran membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya
menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang
lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-
fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan..
c. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
d. Sekolah harus mempertahankan metode- metode tradisional yang berkaitan dengan disiplin
mental.
2. Progresivisme Paham ini berdasar pada falsafah naturalisme romantik dari Ressou dan
pragmatisme John Dewey. Pandangan Ressou tentang hakikat manusia dan ajaran minat dan
kebebasan dalam teori pengetahuan menjadi dasar dari aliran ini. Naturalisme berpendapat
bahwa manusia dilahirkan dalam kebaikan alam ke tengah masyarakat yang tidak baik.
Walaupun masyarakat tidak harus dihilangkan, dengan alasan kontrak sosial, tetapi sedapat
mungkin keadaan alamiah itu harus dipelihara di dalam persekutuan sosial yang terdapat
kebebasan dan persamaan. Kemudian pragmatisme menambahkan bahwa hidup akan
senantiasa berubah. Dalam proses pembaharuan itulah letak pentingnya pendidikan yang
memiliki tujuan tertentu. Dalam merumuskan tujuan progresivisme mengemukakan tiga
kriteria, yakni:
3. Tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas. Perlu dicatat pula bahwa dalam
paham ini tujuan bersifat temporal, yang berarti jika suatu tujuan sudah tercapai maka
hasilnya dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya. Menurut aliran ini, tujuan
pendidikan adalah untuk mencapai kehidupan yang baik bagi individu dan masyarakat.
Kehidupan terbaik bagi individu adalah kehidupan yang intelegen, bebas dan memiliki
kontrol terhadap pengalamannya.Sedangkan yang terbaik bagi masyarakat adalah kehidupan
demokratis, dan tidak ada stratifikasi sosial, kesamaan kesempatan merupakan jaminan bagi
setiap orang untuk ambil bagian dalam setiap kegiatan sosial.
c. Filosofi Pendidikan dari Segi Ontologi,Epistimologi,dan Aksiologi
Memahami filosofi pendidikan akan lebik efektif jika pembahasan filosofi pendidikan juga
ditinjau dari segi ontologi pendidikan, epistimologi pendidikan dan aksiologi pendidikan.
❖ Bagi Negara.
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Meningkatkan produktifitas nasional.
c. Meningkatkan penghasilan negara.
d. Mengurangi pengangguran
C. Fungsi Kurikulum
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fungsi kurikulum, yaitu :
1. Fungsi Penyesuaian Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki
sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
2. Fungsi Integrasi Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.
Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh
karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup
dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi Diferensiasi Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap
perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik
maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi Persiapan Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya sesuatu hal,
tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
E. Macam-macam Kurikulum
1. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947.
Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran)
ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947
bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan
kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk
kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi
perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru
diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga
disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya
memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta
garis-garis besar pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan
pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan
pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah
Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar
pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu
Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan,
Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi
Pekerti, dan Pendidikan Agama
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu
mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas
periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan
dan Tanjung Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana
Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis