Anda di halaman 1dari 11

LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN

Noviza Hesty Amalina (1988201068)


Salisa Asroful Umma (1988201030)
Syafi’ Ainul Yahya (1988201105)
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
novizahestya@gmail.com
salisaasroful@gmail.com
syafiay521@gmail.com

Abstrak : Pendidikan adalah proses merubah seseorang menuju kematangan.


Pendidikan menjadikan manusia bermakna bagi dirinya sendiri, lingkungan,
masyarakat, bangsa, dan Negara.Beberapa tahun terakhir ini terdapat pendapat
yang sangat kuat mengatakan pendidikan harus bisa membawa adanya rasa
keterkaitan antara peserta didik dan lingkungannya. Peserta didik diharapkan
tidak hanya mengenal lingkungannya (alam social, dan budaya) akan tetapi
juga mau dan mampu mengembangkannya.
Guna mencapai tujuan ini maka pendidikan harus memiliki landasan-landasan
dalam proses kegiatannya. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang maha
Kuasa dan merupakan makhluk social budaya. Oleh karena itu, pendidikan
sekurang-kurangnya harus dilandasi oleh nilai agama, filsafat, moral, dan
hukum. Landasan-landasan inilah yang perlu diperhatikan oleh tenaga
pendidik dan orang-rang yang berperan dalam pendidikan.
Kata Kunci : Landasan-landasan pendidikan
Pendahuluan
Pendidikan sebagai usaha sadar yag sistematis-sistematik selalu bertolak
dari sejumlah landasan-landasan tertentu. Landasan tersebut sangat penting,
karena merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan tersebut adalah landasan
filosofis, landasan hokum, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan
landasan ilmiah dan teknologi, yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan dan akan mendorong pendidikan menjemput
masa depan.
Pembahasan
Pendidikan sebagai usaha dari yang sistematis sistemik selalu
bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas
tertentu. Landasan- landasan tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat
bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan
teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masadepan.
Disini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas
pendidikan,serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya.
Landasan - landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural,
psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia adalah
asas TutWuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam
belajar.
Landasan, istilah landasan mengandung arti sebagai alas, dasar
atau tumpuan (KBBI, 1995:560). Istilah landasan juga dikenal sebagai
fundasi. Landasan adalah alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal : suatu
titik tumpu atau titik tolak dari suatu hal : atau suatu fundasi tempat
berdirinya suatu hal.
Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan
titik tolak dalam rangka pendidikan.

1. Landasan Filososfis
Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan
oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu
pengetahuannya itu. Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup
logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk),
estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”,
termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik (filsafat pemerintahan).
Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai makna-
makna terdalam atau hakikat pendidikan. Landasan filosofis adalah
landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat). Kata filsafat
(philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein berarti mencintai, dan
sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah
sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan
konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanngan dalam
filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia,
keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang
kehidupan yang lebih baik di jalankan.
a) Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang
menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis.
Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme
tersebut menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme
dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme
memberikan dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang sangat
diutamakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realism,
karena matematika adalah alat menghitung penjumlahan dari apa-apa
yang riil, materiil dan nyata.
b) Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan
ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada
kebaikan universal. Perenialisme hampir sama dengan essensialisme,
tetapi lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau
kenikmatan (perenial=konstan), yaitu hal-hal yang ada sepanjang masa
(Imam Barnadib, 1988: 34). Perenialisme mementingkan hal-hal
berikut: a) pendidikan yang abadi, b) inti pendidikan yaitu
mengembangkan keunikan manusia yaitu kemampuan berfikir, c)
tujuan belajar yaitu untuk mengenal kebenaran abadi dan universal, d)
pendidikan merupakan persiapan bagi hidup yang sebenarnya, e)
kebenaran abadi diajarkan melalui pelajaran dasar, yang mencakup
bahasa, matematika, logika, dan IPA dan sejarah.
c) Pragmatisme dan Progresifme Prakmatisme adalah aliran filsafat yang
memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional.
d) Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami
perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan
progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri
pada beberapa prinsip. Progresivisme menggunakan prinsip
pendidikan sebagai berikut: a) Proses pendidikan ditemukan dari asal,
tujuan, dan maksud yang ada pada siswa termasuk didalamnya minat
siswa. b) Siswa itu aktif bukan pasif, c) Peran guru sebagai penasehat,
pemberi petunjuk, dan mengikuti keinginan siswa, bukan otoriter dan
direktur kelas, d) Sekolah merupakan bentuk kecil dari sebuah
masyarakat, e) Aktifitas kelas berpusat pada problem solving bukan
mengajarkan berbagai mata pelajaran, f) Suasana social kelas
kooperatif dan demokratis.
e) Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara
berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar
tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah,
tapi haruslah mempelopori masyarakat kearah masyarakatbaru yang
diinginkan. Dan dalam pengertian lain, Rekonstruksionisme adalah
mahzab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga
pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat
f) Behaviorisme memiliki beberapa akar atau sumber ideology atau
filsafat yaitu realism dan positivism. Behaviorisme pendidikan
memandang perilaku siswa ditentukan oleh sitimulus dan respon.
Tokoh dari konsep ini adakah Pavlov, Skinner, dan Thorndike.
g) Humanism merupakan kelanjutan dari prinsip progresivisme karna
telah menganut banyak prinsip dari aliran tersebut seperti pendidikan
yang berpusat pada siswa, guru tidak otoriter, focus pada aktivitas
dan partisipasi siswa.
h) Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional.
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Sedangkan Ketetapan
MPR RI No.II / MPR/ 1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar Negara
Indonesia.

2. Landasan Sosiologis
a. Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masayarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisi
ilmiah tentang prosessosial dan pola-pola interaksisosial di dalam sistem
pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan
meliputi empat bidang :
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2) Hubungan kemanusiaan.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara
sekolah dengan kelompok social lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan
Nasional Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa kemasa telah
mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan
pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal
menumbuh kembangkan KeBhinekatunggalIka-an, baik melalui kegiatan
jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan
Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4,masyarakatan P4 non penataran)

3. Landasan Hukum
Landasan hukum pendidikan adalah peraturan yang dijadikan tolak ukur
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Tetapi, tidak semua kegiatan
pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan ini, seperti cara mengajar dan
membuat persiapan mengajar, sebagian besar dikembangkan sendiri oleh
pendidik.
Undang-undang Pendidikan :
a) Menurut Undang-Undang Dasar 1945
Pasal-pasal yang berhubungan dengan pendidikan dalam Undang
Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan 32. Pasal 31
mengatur tentang pendidikan kewajiban pemerintah membiayai wajib
belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan minimal 20%
dari APBN dan APBD, dan sistem pendidikan nasional. Sedangkan
pasal 32 mengatur tentang kebudayaan.
b) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi
pendidikan nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang
ketentuan umum(istilah-istilah terkait dalam dunia pendidikan), dasar,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan
pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua dan
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa
pengantar, estándar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pendanaan
pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam
pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan
pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain,
pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan
penutup.
c) Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang
ketentuan umum(istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan
fungsi dan tujuan , prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang
guru dan dosen dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai
organisasi profesi dan kode etik, sangsi bagi guru dan dosen yang tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan
dan ketentuan penutup.

4. Landasan Psikologis

Kegiatan pendidikan tentunya melibatkan aspek kejiwaan manusia.


Pada umunya pendidikan akan terkait dengan pemahaman dan
penghayatan akan perkembangan manusia, khususnya dalam proses
belajar mengajar. Maka, pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan
aspek kejiwaan merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Beberapa
contoh aspek kejiwaan tersebut antara lain perbedaan karakteristik
individu karena perbedaan aspek kejiwaan manusia, misalnya bakat,
minat, kecerdasan, dan lain-lain.
Kebutuhan dasar yang bermacam-macam pada manusia dan
perkembangan peserta didik termasuk perkembangan pribadi peserta
didik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, intelegensi, teori
belajar, semua hal tersebut berdasarpada teori-teori yang ada pada aspek
psikologis.
Seperti di kemukakan Maslow, kategori kebutuhan menjadi lima
kategori meliputi (Umar Tirtarahardja & La Sulo, 1994: 107):
a. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup
(makan, tidur, istrahat dan sebagainya).
b. Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus untuk merasa
aman dan bebas dari ketakutan.
c. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan: kebutuhan rasa kasih
sayang dalam kelompok.
d. Kebutuhan akan alkuturasi diri: kebutuhan akan potensi
potensi yang di miliki.
e. Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan
berkaitan dengan penguasaan IPTEKS.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis

Pendidikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS)


memiliki hubungan yang sangat erat. IPTEKS merupakan salah satu
materi pengajaran yang menjadi bagian dari pendidikan. Sehingga peran
pendidikan sebagai pewaris dan pengembangan IPTEKS sangat penting.
IPTEKS merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan
manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan
yang tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir tahunan
sungai Nil menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan
kegiatan survey.
Disisi lain, perkembangan pendidikan juga sangat tergantung pada
kemajuan IPTEKS, sehingga tersedia berbagai informasi yang tepat cepat
yang menunjang proses pendidikan itu sendiri. Perlu diperhatikan bahwa
seni disini bermanfaat sebagai pembentukan manusia secara utuh dan
harmonis.
➢ Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga
pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang
teknologi kedalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang
berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah
mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK
tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon
pakar IPTEK itu.
➢ Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah Iptek merupakan salah
satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga
pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar
sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan
dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi
itu dan manfaatnya bagi masyarakat.

Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera
tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu.
Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berkaitan dengan
kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya
Kenyataan ini menuntut agar pendidik itu dirancang dan dilaksanakan
secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan untuk mencapai
tujuan dari pendidikan hendaknya menguasai landasan pendidikan agar mampu
menyesuaikan kebutuhan material dan spiritualnya, pendidikan harus mampu
memberikan pandangan hidup, mampu memberikan sifat penyesuaian terhadap
peserta didik dan pendidik serta lingkungannya, pendidikan dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, maka
pendidik harus menguasai landasan hokum dari proses pendidikan dan
selanjutnya pendidikan harus mampu menanamkan moral yang baik bagi
peserta didik.
Pendidik juga harus mengetahui keinginan atau kepekaan yang di
inginkan oleh peserta didik, apa yang di butuhkan peserta didik, dan
mengetahui porsi yang dimiliki peserta didik. Jika peserta didik mengalami
kelambatan dalam pemahaman maka pendidik harus mengajarkan dengan
tekun atau mengganti suasana saat pembelajaran
Dengan menyesuaikan di era globalisasi ini, pendidik harus mengetahui
tentang perkembangan pembelajaran dimasa globalisasi, agar peserta didik
tidak mengalami kekunoan dalam pembelajaran, dengan adanya internet
peserta didik juga dapat mencari materi yang telah diberikan oleh pendidik
Di pendidikan juga terdapat peraturan yang dijadikan tolak ukur dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan. Tetapi, tidak semua kegiatan pendidikan
dilandasi oleh aturan-aturan ini, seperti cara mengajar dan membuat persiapan
mengajar, sebagian besar dikembangkan sendiri oleh pendidik.
Saran
Landasan pendidikan di Indonesia yakni Pancasila, implikasi terhadap
pendidikan harus menyesuaikan dan menyelaraskan tujuan pendidikan
nasional, kurikulum pendidikan, metode pendidikan, kejelasan peranan
pendidik dan peserta didik. Dengan strategi trsebut maka harapan yang di
inginkan akanterrpenuhi sejalan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
➢ http://syahrilfitriadi.blogspot.com/2016/03/landasan-pendidikan.html
➢ Hartono. 2010. Landasan – Landasan Pendidikan. ( Oline ). Dimuat
dalamhttp://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii-landasan-
dan-asas-asas-pendidikan-serta-penerapannya/
➢ https://www.academia.edu/29178710/Landasan_Pendidikan.pdf

Anda mungkin juga menyukai