Anda di halaman 1dari 11

JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 192

Penerapan Teknik Pemberian Reinforcement (Penguatan) Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas
VIII.A SMP PGRI Bajeng Kabupaten Gowa
Fitriani1), Abd. Samad2), Khaeruddin3)
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar1), 2), 3)
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian Pra Eksprimen yang bertujuan: untuk mengetahui besarnya hasil belajar
Fisika peserta didik kelas VIII.A SMP SMP PGRI Bajeng dan untuk mengetahui hasil belajar fisika
memenuhi standar KKM yang telah ditentukan jika diajar dengan menggunakan teknik pemberian
Reinforcement (penguatan) tahun ajaran 2013/2014. Subjek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas VIII SMP PGRI Bajeng tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 109 peserta didik (4 kelas)
dengan sampel 28 peserta didik yang ditentukan melalui acak kelas. Disain penelitian yang digunakan
adalah The One-shot case study design”. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar
fisika yang memenuhi kriteria valid dengan reliabilitas 0,645. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil analisis deskriptif
menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII.A SMP PGRI Bajeng setelah
diajar dengan teknik pemberian reinforcement (penguatan) sebesar 74,42 dan standar deviasi 8,28. Hasil
analisis inferensial menunjukkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII.A SMP PGRI Bajeng
tahun ajaran 2013/2014 setelah diajar dengan teknik pemberian reinforcement (penguatan) memenuhi
standar KKM yang telah ditentukan.

Kata kunci: Penelitian Pra-eksperimen, Teknik Reinforcement, statistik deskriptif, statistik inferensial.

ABSTRACT

This study is aimed at experimental rheumatology research: to determine the learning outcomes of
students grade VIII.A Physics SMP SMP PGRI Bajeng and physics to determine the learning outcomes
meet predetermined standards KKM if taught using techniques of reinforcement (strengthening) of the
school year in 2013 / 2014. Subject population in this study were all eighth grade students of SMP PGRI
Bajeng academic year 2012/2013 a total of 109 students (4 classes) with a sample of 28 students is
determined through a random class. The research design used was The One-shot case study design ". The
instrument used in this study is physics achievement test which meets the criteria valid at 0.645
reliability. The data analysis technique used in this study are descriptive statistics and inferential
statistics. Descriptive analysis showed the average value of the results of the class students learn physics
VIII.A SMP PGRI Bajeng after being taught the techniques of reinforcement (reinforcement) of 74.42 and
a standard deviation of 8.28. Inferential analysis results indicate that the learning outcomes of students
grade physics VIII.A SMP PGRI Bajeng academic year 2013/2014 after being taught the techniques of
reinforcement (reinforcement) KKM meet predetermined standards.

Keywords: Pre-experimental research, reinforcement techniques, descriptive statistics, inferential


statistics.

I. PENDAHULUAN arah dan tujuan dari suatu proses


pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen
Pemberian reinforcement (penguatan)
dalam sistem pembelajaran untuk
adalah suatu respon positif dari guru kepada
meningkatkan kemampuan peserta didik,
peserta didik yang telah melakukan suatu
memiliki peranan penting dalam menentukan
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 193

perbuatan yang baik atau berprestasi dalam satu komponen penunjang dalam keberhasilan
interaksi belajar mengajar. Dalam proses proses pembelajaran.
pembelajaran, penghargaan dan pujian Pemberian reinforcement (penguatan)
termasuk perbuatan yang baik dari peserta dalam pembelajaran kelihatannya sederhana
didik dan merupakan hal yang sangat saja yaitu tanda persetujuan guru terhadap
diharapkan / diperlukan sehingga peserta tingkah laku peserta didik yang biasanya
didik terus berusaha berbuat baik. Misalnya dinyatakan dalam bentuk kata-kata
guru tersenyum atau mengucapkan kata-kata membenarkan, kata-kata pujian, senyuman
bagus, santun kepada peserta didik. atau anggukan, namun mempunyai pengaruh
Pernyataan itu akan berpengaruh besar yang sangat penting bagi peserta didik.
terhadap peserta didik. Peserta didik akan Bayangkan seandainya peserta didik telah
merasa puas dan merasa diterima atas hasil berusaha untuk menunjukkan pekerjaan yang
yang dicapai. Coba dibayangkan jika peserta baik, akan tetapi guru acuh tak acuh, tidak
didik sudah mati-matian mengerjakan tugas memberikan komentar apa pun, dapat
yang diberikan guru tetapi tidak ada respon membuat peserta didik patah semangat.
apapun dari guru. Betapa kecewanya peserta Peserta didik tersebut tidak akan mengerti
didik dan menganggap tidak dihargai bahkan apakah tugas yang dikerjakan berkenan dihati
berpikir buat apa bersusah-susah kerja tugas, guru atau tidak, sehingga membuat peserta
tidak ada juga yang peduli. didik kecewa dan enggan mengerjakan
Penghargaan mempunyai arti penting, tugasnya lagi.
sehingga kenyataan di lapangan apabila Memberi penghargaan sebenarnya tidak
peserta didik diberi pujian oleh guru, maka berat, namun kenyataannya masih jarang guru
memungkinkan mereka memiliki motivasi melakukannya di dalam proses pembelajaran.
belajar yang tinggi dan akan bergairah Tidak jarang kita temui guru-guru yang hanya
melakukan kegiatan. Akibatnya belajar akan memberi komentar negatif terhadap peserta
lebih berhasil bila respon peserta didik didik yang melakukan kesalahan dan jarang
terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan memberikan respon positif terhadap tingkah
rasa senang dan puas. Dalam proses laku peserta didik yang baik. Padahal
pembelajaran fisika, guru memiliki peranan pemberian penguatan dapat meningkatkan
yang sangat penting membangkitkan motivasi usahanya dalam kegiatan belajar mengajar
dalam mengikuti pelajaran fisika karena dan mengembangkan hasil belajarnya.
peserta didik menjadikan guru sebagai
pendorong semangat dalam belajar. Pada
kenyataannya guru sering kali mengabaikan
pemberian penguatan yang merupakan salah
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 194

II. LANDASAN TEORI ini adalah terbentuknya suatu perilak yang


diinginkan. Perilaku yang diinginkan
A. Landasan Teori
mendapat penguatan positif dan perilaku yang
1. Teori Belajar behaviorisme
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
(Tingkah Laku)
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
Banyak teori tentang belajar yang telah
yang tampak. Dalam teori belajar ini guru
berkembang mulai abad ke 19 sampai
tidak banyak memberikan ceramah, tetapi
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori
instruksi singkat yang diikuti contoh baik
belajar yang berkembang pesat dan memberi
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
banyak sumbangan terhadap para ahli
Menurut teori belajar Behaviorisme, belajar
psikologi adalah teori belajar Behaviorisme
adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
(Tingkah Laku) yang awal mulanya
dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu
dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan
menunjukkan perubahan tingkah laku, yang
Pavlav (1900) dengan teorinya yang dikenal
terpenting adalah input (masukan) berupa
dengan istilah Classical Conditioning
stimulus dan output (keluaran) berupa respons
(Pengkondisian Klasik) dan kemudian teori
(Hendy Hermawan, 2010:27).
belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh
Secara umum (Hendy Hermawan,
beberapa ahli psikologi yang lain seperti
2010:29), aplikasi teori behaviorisme meliputi
Edward Thorndike, Watson, Hull, Guthrie
beberapa langkah:
B.F Skinner dan Gestalt (dalam Hendy
a. Menentukan tujuan-tujuan
Hermawan, 2010:1).
intruksional.
Menurut teori Behaviorisme (Tingkah
b. Menganalisis lingkungan kelas
Laku), belajar adalah perubahan dalam
termasuk mengidentifikasi
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
pengetahuan awal Peserta didik.
antara stimulus dan respons atau perubahan
c. Menentukan materi pelajaran.
yang dialami Peserta didik dalam hal
d. Membagi materi pelajaran menjadi
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
bagian-bagian kecil.
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
e. Menyajikan materi pembelajaran.
stimulus dan respons (Hendy Hermawan,
f. Memberikan stimulus yang
2010:1).
mungkin berupa: pertanyaan (lisan
Teori belajar Behaviorisme ini
atau tulisan), tes, latihan, dan tugas-
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
tugas
diamati. Pengulangan dan pelatihan
g. Mengamati dan mengkaji respons
digunakan supaya perilaku yang diinginkan
yang diberikan.
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
h. Memberikan Reinforcement
diharapkan dari penerapan teori behavioristik
(Penguatan)
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 195

i. Memberikan stimulus baru. Hakekat Belajar


j. Mengamati dan mengkaji respons Dalam proses pembelajaran, berhasil
yang diberikan (mengevaluasi hasil tidaknya pencapaian tujuan banyak
belajar). dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar
2. Teori Belajar Condisioning yang dialami oleh peserta didik. Ada
Operan B.F SKINNER beberapa pengertian belajar ditinjau dari
Asas pengkondisian operan B.F Skinner beberapa sumber (dalam Sobry Sutikno,
dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu 2013:31) di antaranya, Skinner mengartikan
keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya Belajar sebagai proses adaptasi atau
teori-teori S-R.pada waktu itu model penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
kondisian klasik dari Pavlov (1900) telah secara progresif. Selanjutnya menurut Slavin,
memberikan pengaruh yang kuat pada belajar merupakan proses perolehan
pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti kemampuan yang berasal dari pengalaman,
cues (pengisyaratan), purposive behavior dan menurut C.T. Morgan mengartikan
(tingkah laku purposive) dan drive stimuli belajar sebagai suatu perubahan yang relatif
(stimulus dorongan) dikemukakan untuk menetap dalam tingkah laku sebagai akibat
menunjukkan daya suatu stimulus untuk atau hasil dari pengalaman yang lalu.
memunculkan atau memicu suatu respon Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
tertentu. disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
Menurut Skinner (dalam Tedi Priatna, proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
2012:88) tingkah laku organisme itu dapat memperoleh suatu perubahan yang baru,
dikontrol melalui pemberian reinforcement sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
(penguatan) yang tepat dalam lingkungan interaksi dengan lingkungannya.
baru. Skinner mengemukakan bahwa setiap 3. Prinsip-Prinsip Belajar
memperoleh stimulus, maka seseorang akan Ada beberapa prinsip belajar yang
memberikan respons berdasarkan hubungan menunjang tumbuh kembangnya belajar
S-R. Respons yang diberikan ini dapat sesuai peserta didik aktif :
(benar) atau tidak sesuai (salah) dengan apa
a. Stimulus belajar
yang diharapkan. Respons yang benar perlu
b. Perhatian dan motivasi
diberi Reinforcement (penguatan) agar orang
c. Respons yang dipelajari.
tersebut ingin melakukannya kembali.
d. Penguatan.
Konsepsi Skinner tentang reinforcement
e. Pemakaian dan pemindahan
(penguatan), yang membentuk ciri sentral
4. Hasil Belajar
pandangan teorinya tentang belajar, tidak
Menurut (Oemar Hamalik 2001:30),
mesti bergantung pada ganjaran.
hasil belajar adalah kemampuan yang
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 196

diperoleh peserta didik setelah kegiatan Selanjutnya (Sobry Sutikno 2010:82)


belajar mengemukakan tujuan pemberian penguatan
Hakekat Pembelajaran IPA Fisika dalam proses pembelajaran (1) meningkatkan
Mata pelajaran fisika adalah salah satu perhatian peserta didik terhadap pelajaran, (2)
mata pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat merangsang dan meningkatkan motivasi
sains adalah ilmu pengetahuan yang objek belajar, (3) Meningkatkan kegiatan belajar
pengamatannya adalah alam dengan segala dan membina tingkah laku peserta didik yang
isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan, produktif
serta manusia. Sains adalah ilmu pengetahuan 3. Prinsip Penggunaan
yang diperoleh dengan menggunakan metode- Reinforcement ( Penguatan )
metode berdasarkan observasi. Penggunaan penguatan secara efektif
B. Pemberian Penguatan dalam Kegiatan harus memperhatikan tiga (3) prinsip (Sobry
Pembelajaran Sutikno, 2010:84) yaitu:
1. Pengertian Reinforcement
1. Kehangatan dan Keantusiasan
(penguatan)
2. Kebermaknaan
Reinforcement (penguatan) adalah segala
3. Menghindari penggunaan respon
bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun
negatif
nonverbal, yang merupakan bagian dari
4. Cara penggunaan Reinforcement (
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah
penguatan )
laku peserta didik, yang bertujuan untuk
Cara penggunaan penguatan dalam
memberikan informasi atau feed back (umpan
pembelajaran fisika (Suprijono, 2003: 24),
balik) bagi si penerima (peserta didik) atas
yaitu:
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan
ataupun koreksi (Hamid Darmadi, 2010:2). a. Penguatan kepada pribadi tertentu.
b. Penguatan kepada kelompok peserta
2. Tujuan Pemberian Reinforcement
didik
(penguatan)
c. Pemberian penguatan dengan
Reinforcement (penguatan) sebagai satu
segera.
bagian kegiatan dalam proses pembelajaran
d. Penguatan yang ditunda
dan mempunyai tujuan yang sangat penting.
e. Penggunaan variasi
Menurut (Sobry Sutikno 2010:82) disamping
5. Teknik Pemberian Reinforcement
sebagai pendorong bagi peserta didik untuk
(Penguatan)
lebih giat melakukan suatu kegiatan,
Dalam keterampilan dasar mengajar
Reinforcement (penguatan) juga dapat
(Hamid Darmadi, 2010:3), Reinforcement
meningkatkan frekuensi suatu tingkah laku
(penguatan) terbagi atas dua Teknik yaitu:
positif yang ditampilkan oleh peserta didik.
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 197

A. Penguatan verbal. Komentar berupa menang lomba. Cara seperti ini


pujian, pengakuan, dorongan yang disebut dengan sentuhan.
digunakan untuk menguatkan perilaku Penggunaan penguatan ini harus
peserta didik merupakan penguatan dipertimbangkan dengan cermat,
verbal yang dapat dinyatakan dalam dua agar sesuai dengan umur, jenis
bentuk, yaitu (a) kata kata, contohnya: kelamin, latar belakang budaya.
Bagus, Benar, Ya, Tepat, Betul. (b) d) Penguatan dengan melakukan
kalimat, contohnya: pekerjaanmu bagus kegiatan yang menyenangkan. Guru
sekali, pekerjaanmu makin lama makin dapat menggunakan kegiatan-
baik, saya senang dengan pekerjaanmu, kegiatan atau tugas-tugas yang
cara memberi penjelasan sangat teratur. disenangi peserta didik sebagai
B. Penguatan non verbal penguatan yang terkait dengan
a) Penguatan berupa mimik dan penampilan yang diberi penguatan.
gerakan badan (gestural), seperti: Contoh: peserta didik yang berhasil
senyuman, anggukan, acungan ibu melakukan suatu kegiatan
jari, kadang - kadang disertai praktikum, peserta didik diminta
penguatan verbal. untuk membimbing teman lainnya
b) Penguatan dengan cara mendekati, dalam kegiatan praktikum tersebut.
ialah mendekatnya guru kepada e) Penguatan berupa simbol atau
peserta didik untuk menyatakan benda. Berupa simbol, seperti: tanda
perhatian dan kesenangannya √ (cek), komentar tertulis pada buku
terhadap pekerjaan atau prilaku peserta didik. Berupa benda, seperti
peserta didik. Cara tersebut dapat lencana, dan benda lain yang
dilakukan antara lain dengan cara mempunyai arti simbolis.Walaupun
berdiri di samping peserta didik, penguatan berupa benda dapat
duduk disamping peserta didik, dipakai sebagai insentif yang
berjalan di sisi peserta didik. berguna tetapi sebaiknya jangan
Seringkali penguatan ini berfungsi terlalu sering, agar tidak terjadi
untuk memperkuat penguatan kebiasaan peserta didik mengharap
verbal. untuk memperoleh benda sebagai
c) Penguatan dengan sentuhan. Guru imbalan penampilannya.
dapat menyatakan persetujuan dan f) Penguatan tak penuh. Jika ada
penghargaannya terhadap perilaku, peserta didik memberikan jawaban
penampilan peserta didik dengan yang hanya sebagian benar, guru
menepuk-nepuk bahu peserta didik, jangan langsung menyalahkannya,
menjabat tangan peserta didik yang tetapi berikan penguatan tak penuh.
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 198

Contoh: bila ada peserta didik yang b. Reliabilitas


memberikan jawaban sebagian Perhitungan reliabilitas tes didekati
benar, penguatan guru: ya, dengan rumus Kuder dan Richardson (KR-20)
jawabanmu sudah bagus, tetapi yang dirumuskan :
masih perlu disempurnakan.  n  S   pq 
2

r11   
 n  1  S2 
C. Motivasi dalam Pembelajaran Fisika  2)
Kata motivasi berasal dari kata “motif”,
Teknik Analisis Data
diartikan yang pada hakekatnya merupakan
Uji Normalitas
terminolog umum yang memberikan makna Untuk pengujian tersebut digunakan
“daya dorong”, “keinginan”, “kebutuhan”, rumus Chi- kuadrat yang dirumuskan sebagai
dan “kemauan”. Motif yang telah aktif berikut
disebut motivasi. Motif dapat dikatakan
k (O i –E i )²
𝑥2 = i=1 3)
sebagai daya penggerak dari dalam dan di E i

dalam subjek untuk melakukan aktivitas- Uji hipotesis

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Untuk menghitung uji z digunakan

Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu rumus sebagai berikut :


𝑥 𝑛− 𝜋 0
kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari 𝑧= 4)
𝜋 0 1− 𝜋 0 𝑛
kata “motif” itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-
A. Hasil Penelitian
saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Peserta Didik
Statistik Nilai statistik
III. METODE PENELITIAN Ukuran sampel 28
Standar deviasi 8,28
Penelitian ini merupakan pra-eksperimen Nilai tertinggi 88
dengan desain “The One-shot case study Nilai terendah 60
Nilai ideal 74
design” . seperti digambarkan berikut ini. Rentang data 32
Treatment Posttest Median 76
Banyaknya kelas interval 6
X O Panjang kelas interval 5
Teknik Pengumpulan Data Nilai rata-rata 74,42
a. Uji Validitas
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa Nilai
Persamaan yang digunakan untuk
tertinggi yamg dicapai Peserta didik yang
keperluan tersebut adalah sebagai berikut :
diberikan pembelajaran dengan penerapan
𝑀𝑝 −𝑀𝑡 𝑝
γpbi = 1) teknik pemberian reinforcement (penguatan)
𝑆𝑡 𝑞

dalam pembelajaran Fisika, yaitu Nilai


tertinggi 88 dan Nilai terendah yang dicapai
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 199

Peserta didik adalah 60. Adapun Nilai rata- z(0,45) = 1,64 untuk taraf nyata α = 0,05,
rata yang diperoleh Peserta didik adalah 74,42 karena z hitung > z tabel maka hipotesis H0
dengan standar deviasi 8,28. ditolak H1 diterima. Hal ini berarti hasil
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal, belajar Fisika peserta didik setelah diterapkan
maka banyaknya Peserta didik yang mencapai teknik Reinforcement (penguatan) pada
ketuntasan belajar ≥ 70 yaitu 24 orang umumnya telah memenuhi standar KKM
dengan persentase 85,71% dan banyaknya individual dan KKM secara klasikal standar
Peserta didik yang tidak mencapai ketuntasan sekolah (standar ketuntasan sekolah 70%).
belajar < 70 yaitu 4 orang dengan persentase B. Pembahasan
14,29 %. Berdasarkan hasil analisis yang telah
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial dilakukan, menunjukkan bahwa teknik
a. Uji Normalitas pemberian reinforcement (penguatan)
Analisis statistik inferensial dengan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
menggunakan rumus Chi-kuadrat diperoleh Peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil data post-test dengan nilai X2 tabel = analisis statistik deskriptif dan analisis
7,815 dan berdasarkan tabel distribusi Chi- inferensial. Pada analisis deskriptif
kuadrat pada taraf signifikansi α = 0,05 dan menunjukkan bahwa nilai rata-rata 74,42
dk = (k-3) = (6-3) = 3 diperoleh X2 hitung = dengan nilai tertinggi 88 dari 100 dan nilai
4,4059. Karena diperoleh nilai X2hitung < X2tabel terendah yang dicapai Peserta didik adalah 60
atau 4,4059 < 7,815 maka data berasal dari dengan standar deviasi 8,28.
populasi berdistribusi normal. Jika disesuaikan dengan standar minimal
b. Uji Validasi yang dicapai yaitu 70%, sehingga dapat
Tes ini diujikan pada 28 peserta didik, dikemukakan bahwa Peserta didik yang
Kemudian item-item dari lembaran peserta memenuhi standar minimal (70%) yakni nilai
didik dianalisis untuk mengetahui 70 ke atas sebanyak 24 peserta didik
validitasnya. (85,71%). Fakta empiris ini memberi indikasi
c. Uji Reabilitas bahwa teknik pemberian reinforcement
Berdasarkan perhitungan, reliabilitas (penguatan) dapat meningkatkan hasil belajar
item setelah diuji cobakan adalah 0,645 ini Fisika. Selanjutnya dari analisis inferensial
berarti bahwa item yang digunakan reliabel pada pengujian hipotesis, hasil yang diperoleh
d. Uji Hipotesis adalah Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji- menunjukkan bahwa hasil belajar Fisika
z satu pihak (uji pihak kanan) dengan n = 28, Peserta didik yang diajar dengan menerapkan
x = 24, π0 = 0,70. Berdasarkan hasil analisis teknik pemberian reinforcement (penguatan)
inferensial, diperoleh bahwa z hitumg = 1,81 pada umumnya telah memenuhi standar KKM
sedangkan hasil interpolasi diperoleh z tabel =
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 200

individual dan juga KKM klasikal sekolah menjadi yang terbaik karena dalam teknik
yakni 70%. pemberian reinforcement (penguatan)
Jika dilihat dari hasil belajar yang kelompok yang memiliki nilai tertinggi akan
dicapai Peserta didik melalui teknik diberi penghargaan.
pemberian reinforcement (penguatan) Teknik pemberian reinforcement
membuat Peserta didik termotivasi dalam (penguatan), dilakukan dalam bentuk
mengikuti materi pembelajaran karena Peserta kelompok, dengan penilaian individual.
didik saling membantu dalam belajar dengan Peserta didik tetap belajar sesuai dengan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Teknik kecepatan dan kemampuan masing-masing
pemberian reinforcement (penguatan) peserta didik dan inilah keunggulan teknik
merupakan segala bentuk respon, apakah pemberian reinforcement (penguatan),
bersifat verbal ataupun nonverbal, yang dibanding teknik pembelajaran yang lain.
merupakan bagian dari modifikasi tingkah Teknik pemberian reinforcement
laku guru terhadap tingkah laku peserta didik, (penguatan), pada peserta didik kelas VIII.A
yang bertujuan untuk memberikan informasi SMP PGRI Bajeng cenderung juga
atau feed back (umpan balik) bagi si penerima meningkatkan aktivitas sosial peserta didik,
(peserta didik) atas perbuatannya sebagai sehingga di dalam belajar tidak mengenal
suatu tindak dorongan ataupun koreksi. adanya kompetisi antar individu sebaliknya
Banyaknya Peserta didik yang tuntas, menekankan kerjasama atau gotong royong
ada kecenderungan disebabkan karena Peserta sesama peserta didik dalam mempelajari
didik belajar berdasarkan kemampuannya materi pelajaran, maupun mengerjakan tugas
sendiri. Dengan teknik pemberian kelompok. Dalam pemberian penguatan
reinforcement (penguatan), peserta didik kepada peserta didik, guru patut
diberikan LKPD yang merupakan perangkat menampakkan kehangatan dan keantusiasan,
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya yang merupakan bagian yang tampak dari
oleh guru yang harus dikerjakan oleh peserta interaksi guru-peserta didik. Sikap dan gaya
didik secara berkelompok yang dinilai secara guru, seperti: suara, mimik, gerakan tubuh,
individu. Hal ini dilakukan agar peserta didik akan menunjukkan adanya kehangatan dan
bisa berusaha sendiri terlebih dahulu keantusiasan, sebaliknya tanpa kehangatan
kemudian mereka mendiskusikan bersama dan keatusiasan peserta didik akan mendapat
dengan teman kelompoknya. kesan bahwa guru tidak memberikan
Selama proses pembelajaran, peserta penguatan.
didik terlihat aktif dalam kelas. Mereka Menurut Sobry Sutikno (2010:82)
mempelajari materi yang diberikan, reinforcement (penguatan) sebagai satu
menyelesaikan tugas dan diskusi dengan bagian kegiatan dalam proses pembelajaran
teman kelompoknya. Mereka berusaha dan mempunyai tujuan:
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 201

1) Sebagai pendorong bagi peserta menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar


didik untuk lebih giat melakukan fisika melalui pemberian reinforcement
suatu kegiatan. (penguatan) yang ditandai dengan
2) Untuk meningkatkan frekuensi meningkatnya jumlah peserta didik yang
suatu tingkah laku positif yang tuntas belajar, dengan menerapkan cara
ditampilkan oleh peserta didik. pemberian dan bentuk reinforcement
3) Untuk meningkatkan perhatian (penguatan) dalam pembelajaran, yaitu:
peserta didik terhadap pelajaran, memadukan penguatan verbal dan non verbal,
merangsang dan meningkatkan penguatan verbal yang baik digunakan adalah
motivasi belajar. penguatan dengan simbol atau benda.
4) Untuk meningkatkan kegiatan
V. PENUTUP
belajar dan membina tingkah laku
peserta didik yang produktif. A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang Berdasarkan hasil penelitian dan
dilakukan dapat dikemukakan bahwa teknik pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
pemberian reinforcement (penguatan) 1) Hasil belajar Fisika yang diperoleh
merupakan salah satu teknik pembelajaran Peserta didik kelas VIII.A SMP PGRI
Fisika yang dapat digunakan dalam Bajeng Kab.Gowa setelah diajar dengan
memenuhi standar KKM sekolah pada peserta Teknik pemberian reinforcement
didik kelas VIII.A SMP PGRI Bajeng (penguatan) dengan nilai rata-rata yang
Kab.Gowa, dilihat dari banyaknya peserta dicapai sebesar 74,42 dan standar deviasi
didik yang bersemangat dalam mengikuti 8,28.
pelajaran, saling membantu dalam belajar, 2) Hasil belajar Fisika yang diperoleh
dan peserta didik merasa lebih dekat dengan Peserta didik kelas VIII.A SMP PGRI
teman-temannya serta timbulnya suasana Bajeng Kab.Gowa setelah diajar dengan
yang tidak kaku dalam pembelajaran karena Teknik pemberian reinforcement
peserta didik terlebih dahulu mengerjakan (penguatan) memenuhi KKM yang
LKPD secara berkelompok kemudian ditetapkan, yakni 70%.
mendiskusikan dengan teman kelompok yang B. Saran
lain. Sehingga teknik pembelajaran ini Berdasarkan hasil penelitian yang
merupakan salah satu faktor yang diperoleh dalam penelitian ini, maka saran
menentukan keberhasilan dalam prestasi yang diajukan yaitu:
belajar Fisika. 1) Kepada Guru Di SMP PGRI Bajeng
Hasil penelitian ini sejalan dengan Kab.Gowa agar dalam pembelajaran
penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati Fisika disarankan untuk mengajar
(2008), dimana hasil penelitiannya dengan menggunakan Teknik pemberian
JPF | Volume 2 | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | 202

reinforcement (penguatan) dalam upaya Murdaka, Bambang. 2008. Fisika Dasar.


Yogyakarta: CV. Andi Offset.
meningkatan hasil belajar Fisika Peserta
didik. Nurhayati. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika SMP Melalui Pemberian
2) Dalam memilih teknik atau model
Reinforcement, (online),
pembelajaran sebaiknya lebih berpusat (http://nurhayati.blogspot.com diakses
tgl 21 Mei 2013(Jurnal)
kepada Peserta didik sehingga dapat
lebih memotivasi Peserta didik dalam Priatna, Tedi. 2012. Etika Pendidikan.
Bandung: CV Pustaka setia.
belajar yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar Peserta didik Sugiyono, 2011. Statistik Nonparametris.
Bandung: CV ALFABETA.
tersebut.
3) Kepada peneliti selanjutnya, disarankan Sutikno, Sobry. 2013. Belajar dan
Pembelajaran. Lombok: Holistika.
untuk mengembangkan dan melanjutkan
penelitian dengan variabel-variabel yang Suprijono, Masitah. 2003. Keterampilan
dasar Mengajar. Jakarta: Direktorat
relevan sehingga nantinya akan
Jenderal Pendidkan Dasar dan
melahirkan karya tulis yang lebih baik Menengah.
lagi.
Trimo, Lavyanto. 2006. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Bandung: CV
PUSTAKA Citra Praya.

Arikunto. Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Tiro, Muhammad Arif. 2009. Dasar-dasar


Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi statistika. Makassar: CV Andira
Aksara. Publisher.

Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar


Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar


Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara.

Hendy, Hermawan. 2010. Teori Belajar dan


Motivasi. Bandung: Citra Praya.

Khaeruddin. Erwin Akib. 2006. Metodologi


Penelitian. Makassar: CV. Berkah
Utami.

Anda mungkin juga menyukai