a. behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang
dikembangkan oleh John B. Watson (1878- 1958), seorang ahli psikologi Amerika pada
tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif behavioristik berfokus
pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah laku manusia
Menurut Watson (dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses interaksi antara
stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati dan dapat
diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam
diri selama proses belajar.
Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan karena
satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam
mengembangkan suatu respon.
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori Behavioristik mementingkan faktor
lingkungan, menekankan pada faktor bagian, menekankan pada tingkah laku yang nampak
dengan mempergunakan metode obyektif, sifatnya mekanis dan mementingkan masa lalu.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga
bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.
Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran
ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan dalam pemeblajaran behavioristik . Menurut
Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah: (1) Teori ini beranggapan bahwa yang
dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. (2) Teori ini beranggapan bahwa
yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati.
Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati. (3)
Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting
dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif)
ditambah.
Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan guru kepada siswa
dan output yang berupa respon atau reaksi/tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran yang
berupa respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang
dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat
terjadinya perubahan tingkah laku. Teori belajar behavioristik tidak memperhatikan adanya
pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsurunsur yang diamati (Putrayasa,
2013:49).
yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah timbulnya
hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan dengan tingkah laku apa
yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk memperhatikan hal-hal lainnya di
bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu
telah berhasil. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan kepada
siswa.
b. Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan muncul pada diri siswa.
c. Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu : (a) Menetapkan bahwa
respons itu dapat diamati (observable). (b) Respons yang ditunjukkan oleh siswa
dapat pula diukur (measurable) (c) Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya
dapat dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit). (d) Agar
respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam ingatan/tingkah laku siswa,
maka diperlukan sekali adanya semacam hadiah (reward).
Beberapa kegiatan di kelas yang dapat dikategorikan sebagai penerapan teori belajar
behavioristik antara lain:
a. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi
sederhana sampai kompleks.
b. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
c. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru
akan segera diperbaiki.
d. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan. Dengan memberikan stimulasi yang berulang-ulang
e. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
f. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari
sisi positif dan negatif.
Sebagai contohnya
Pada peserta didik yang belum dapat melakukan cara menyelesaikan soal pecahan
sebagaimana yang sudah diajarkan oleh seorang pendidiknya meskipun dia si peserta didik
sudah berusaha keras untuk mencoba melakukan pembuatan soal pecahan tersebut dengan
cara yang baik.
Guru telah mengajarkannya kepada peserta didik secara teliti, akan tetapi walaupun sudah
diajarkan dengan baik jika perserta didik tersebut belum dapat memahami atau membuat apa
yang sudah diajarkan, maka iapun belum bisa dianggap sudah belajar. Karena itu iapun
belum bisa menunjukkan sesuatu perubahan perbuatan sebagai hasil dari belajar. Guru
kembali memberikan penguatan, apresiasi, motivasi kepada siswa dan mengulang kembali
soal – soal latihan kepada siswa tersebut sampai siswa bisa mengerjakan soal pecahan dengan
benar.
Adakah kelebihan dan kekurangannya teori belajar behavioristik
Teori Operant Conditioning Dalam kamus psikologi disebut bahwa Operant ialah setiap
respon yang bersifat instrumental dalam menimbulkan akibat-akibat tertentu, seperti hadiah
makanan atau satu kejutan listrik. Respon tersebut beroperasi ke dalam lingkungan,
sementara Conditioning menpunyai arti mempelajari respon tertentu. Sedangkan, menurut
B.F. Skinner tentang Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitannya dengan
psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon
yang muncul sesuai konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk
mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.
Teori belajar Operant Conditioning yang dikemukan oleh B.F. Skinner juga disebut teori
belajar reward (reinforcement positif) and punishment (reinforcement negative), artinya
ketika seorang siswa belajar dengan rajin dan giat maka dia mampu menjawab banyak atau
semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru kemudian memberikan penghargaan
(sebagai penguatan terhadap respon) kepada anak tersebut dengan nilai yang tinggi, pujian
atau hadiah. B.F. Skinner membedakan perilaku seseorang atas:
a. Perilaku yang alami (innate behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus
yang jelas, perilaku yang bersifat reflektif.
Contoh nya keluar air liur saat melihat makan tertentu.
b. Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus
yang tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus dari luar.
Contohnya jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat
hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar (intensif/kuat).