Anda di halaman 1dari 6

“TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM

PEMBELAJARAN”

Dosen Pengampu:

Drs. Taufik, M.Pd., Kons.

&

Eki Aprinaldi, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Selvi Rahmawati (21003052)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
Daftar Isi

a. Pengertian belajar menurut teori behavioristik


b. Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik
c. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran
A. Pengertian Belajar Menurut Behavioristik
Berbagai pihak atau kalangan selalu menyoroti mutu pendidikan termasuk mutu
pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh mutu
pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan
yang mampu mengubah psikologis peserta didik. Aliran psikologi belajar yang sangat besar
mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran
hingga saat ini adalah aliran behavioristik. Aliran behavioristik ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus respon, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement (penguatan)
belajar dan akan menghilang bila dikenai hukuman (sanksi).
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya secara dinamis dan baik. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau
input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.
Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan
guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati
dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu
hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor
lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat meemperkuat timbulnya respons.
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement), maka respon akan semakin kuat.
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement), maka respon pun akan tetap
dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus, yang penting
diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respon yang positif. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap (tidak berubah) sehingga
teori behavioristik dianggap masih relevan.
B. Prinsip-prinsip belajar menurut teori behavioristik
Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang lama untuk
mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
o Stimulus dan Respons Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya.
Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh
guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.
o Reinforcement (penguatan) Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat
perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman (punishment).
1) Penguatan positif dan negatif Pemberian stimulus positif yang diikuti respon
disebut penguatan positif. Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif
untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negatif
2) Penguatan primer dan sekunder Penguat primer adalah penguatan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah
penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy) Penguatan hendaknya diberikan
segera setelah perilaku muncul karena akan menimbulkan perubahan perilaku yang
jauh lebih baik dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping) Menurut skinner untuk membentuk perilaku
seseorang diperlukan langkahlangkah berikut : a. Mengurai perilaku yang akan
dibentuk menjadi tahapan-tahapan yang lebih rinci; b. menentukan penguatan yang
akan digunakan; c. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang
semakin dekat dengan perilaku yang akan dibentuk.
5) Kepunahan (Extinction) Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah
terbentuk tidak mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu.
C. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran
Teori belajar behavioristik menekankan terbentuknya perilaku terlihat sebagai hasil
belajar.Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus respons, menekankan
siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku siswa yang kuat
apabila diberikan penguatan dan akanmenghilang jika dikenai hukuman (Nasution,
2006:66). Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap masalah belajar, karena belajar
ditafsirkan sebagai latihan-latihan untuk pembentukan hubungan antara stimulus dan
respons. Dengan memberikan rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi
rangsangan tersebut. Hubungan stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-kebiasaan
otomatis belajar. Dengan demikian kelakuan anak terdiri atas respons-respons tertentu
terhadap stimulus-stimulus tertentu.
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa,
media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar
behavioristik cenderungmengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar
behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai
target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan
adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan
keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang
dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh
guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur
yang bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang penting
dalam teori belajar behavioristik adalah factor penguatan. Di lihat dari pengertiannya
penguatan adalah segala sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya respons. Pandangan
behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun
siswa memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan behavioristik tidak dapat
menjelaskan dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang
relative sama. Di lihat dari kemampuannya, kedua anak tersebut mempunyai perilaku dan
tanggapan berbeda dalam memahami suatu pelajaran.Oleh sebab itu teori belajar
behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respons yang dapat diamati. Teori
belajar behavioristik tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang
mempertemukan unsurunsur yang diamati (Putrayasa, 2013:49)
DAFTAR PUSTAKA

Am Dilayudin (2019). PENERAPAN PRINSIP BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM


KEGIATAN MUHADHARAH DI TARBIYATUL MUALLIMIEN AL-ISLAMIYAH AL-
AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA. JKTP Vol 2 No (3)

Andriyani, Fera. (2015). Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam tentang
Behavioristik. (Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam). Edisi 10 No. 2 Hal. 165- 180.

Irfan (2015). TEORI BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism)

Nahar. (2016). PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES


PEMBELAJARAN. ISSN 2541-657X, vol 1 No 1

Zulhammi. (2015). Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik dalam Perspektif Pendidikan
Islam. (Jurnal Darul Ilmi) Vol. 3 No. 1 Hal.105-127.

Anda mungkin juga menyukai