Anda di halaman 1dari 22

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu: Nur Khosiin,MSI.

MAKALAH
Disusun Oleh:

1. Rikha Natus Sholikhah (19.13.00024)


2. Sriatun (19.13.00160)
3. Eli Fiani Rihana Fatma (19.13.00080)

PROGRAM STUDI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH
PATI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalan sangat mungkin timbul seiiring dengan perkembangan dan
kehidupan manusia. Baik dialami secara individual, kelompok atau keluarga,
lembaga atau bagian masyarakat secara lebih luas. Behavioristik merupakan
salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena
jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dapat dikatakan bahwa
behaviorisme tidak mengakui adanya bakat, kecerdasan, minat dan perasaan
individu dalam belajar. Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.
Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap ara pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-respon,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Teori behavioristik memandang memandang bahwa belajar adalah
mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan
belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan dan guru memberi
hadiah siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan makna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori pembelajaran behaviorisme?

1
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori pembelajaran
behaviorisme?
3. Bagaimana mengaplikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
4. Apa saja contoh dari penerapan teori behavioristik dalam pembelajar?
5. Apa tujuan pembelajaran Behaviorisme?
6. Apa prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behaviorisme?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Dalam perspektifnya berfokus pada peran belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.
Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah
laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan.
Dan menurut teori ini, seseorang dapat terlibat dalam tingkah laku tertentu
karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman
terdahulu. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang
merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.1 Teori ini juga
mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang
dianggap penting dalam aliran ini adalah faktor penguatan ( reinforcement).
Penguatan yang dimaksud disini adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon dengan demikian penguatan merupakan bentuk stimulus
yang penting diberikan atau dihilangkan untuk memungkinkan terjadinya
respon.
Belajar dalam teori behaviorisme merupakan sebuah perubahan perilaku,
khususnya perubahan kapasitas peserta didik untuk berperilaku yang baru

1
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. (Sidoarjo: Nizamia Learning
Center. 2016), hlm.26-27

3
sebagai hasil belajar dan bukan sebagai hasil pendewasaan semata.2 Perubahan
perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang akan memberikan
beragam pengalaman kepada kehidupan seseorang. Lingkungan merupakan
stimulus yang dapat mempengaruhi atau mengubah kapasitas respon yang akan
dihasilkan oleh peserta didik. John B. Watson salah satu tokoh aliran
behaviorisme ini, percaya bahwa semua makhluk hidup menyesuaikan dirinya
melalui respon tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar dari adanya teori belajar
behaviorisme.3
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Aplikasinya dalam
pembelajaran adalah guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan
stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat
optimal.
Di dalam belajar yang terpenting adalah adanya input berupa Stimulus (S)
dan output berupa respon (R). Jadi, belajar menurut teori ini, dapat dilakukan
dengan cara melatih refleks-refleks peserta didik yang sedemikian rupa
sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan yang dikuasai individu.4

B. Tokoh-Tokoh Pemikiran Teori Belajar Behaviorisme


1. Edward L. Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah satu pendiri aliran tingkah laku, teori
behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang

2
Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.(Jakarta:Prenada Media Group.2008),hlm.237

3
Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Perkembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.(Jakarta:Prenada Media Group.2008),hlm.238

4
Fera Andriyani.Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam Tentang Behavioristik.(Jurnal
Pendidikan dan Pranata Islam.2015),vol.10.2,hal.96

4
juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Stimulus adalah suatu
perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat, sedangkan respon
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang. Teori belajar Thorndike sering disebut sebagai aliran
koneksionisme (connectionism) atau teori asosiasi.5

Prosedur eksperimennya adalah membuat setiap binatang lepas dari


kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang
terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan,
seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat
atau lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak terbuka dan
binatang itu akan lepas ke tempat makanan.6

Thorndike juga mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara


stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut:

a. Hukum kesiapan (law of radianess), yaitu semakin siap suatu organisme


memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah
laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat.
b. Hukum latihan (law exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan
respon yang sering terjadi , maka asosiasi itu akan terbentuk semakin
kuat. Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu
pengetahuan yang telah terbentuk akibat terjadinya asosiasi antara
stimulus dan respon yang dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut
akan semakin kuat.

5
Feida Noorlaila Isti’adah. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan. Jawa Barat: Edu Publisher. 2020.
hlm.57

6
Budi Hariyanto. Psikologi Pendidikan Dan Pengenalan Teori-Teori Belajar. Sidoarjo: Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo. 2004, hlm.63-65.

5
c. Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk
antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuassan maka asosiaso
akan semakin meningkat. Hal ini verarti (idealnya), jika suatu respon
yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan
ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan
tercapai.7
2. Ivan Petrovich Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov lahir pada tanggal 14 September 1849 di Ryazan
Rusia. Ia mempelopori munculnya proses kondisioning responden atau
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik). Yaitu proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing, di
mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari
contoh tentang percobaan dengan hewan anjing, bahwa dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara dengan
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Dari eksperimen dengan mengunakan anjing tersebut Pavlov
menemukan hukum belajar yaitu :
a. Law of Respondent Conditioning, yaitu hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara stimultan (yang
salah satunya berfungsi sebagai reonfoncer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
b. Law of Respondent Extinction, yaitu hukum pemusnahan yang dituntut.
Jika refleks yang yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning

7
Feida Noorlaila Isti’adah. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan. Jawa Barat: Edu Publisher. 2020.
hlm.60-62

6
itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinfocer, maka
kekuatannya akan menurun.8
3. John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang
sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah
laku yang bisa diamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan
berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti
semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting.
Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa
menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Hanya dengan
asumsi demikianlah, dapat diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi
pada siswa. Hanya dengan demikian pula psikologi dan ilmu belajar dapat
disejajarkan dengan ilmu lainnya seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empiris. Berdasarkan uraian ini, penganut
aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang
tidak bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa hal itu penting.
4. Burrhus Frederic Skinner
Frederic Skinner merupakan tokoh behavioris berkebangsaan Amerika
serikat dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) ,
dia menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning
(pengondisian operan) . Gaya mengajar guru dilakukan secara searah &
dikontrol melalui pengulangan (drill) & latihan (exercise). Manajemen kelas
menurut Skinner berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior
modification ) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu

8
Feida Noorlaila Isti’adah. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan. Jawa Barat: Edu Publisher. 2020.
hlm.39-46

7
memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan & tidak memberi
ingatan apa pun pada perilaku yang tidak tepat.
Dalam sebuah laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah
dilaparkan dalam kotak yang disebut Skinner box, yang sudah dilengkapi
dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung
makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya dan lantai yang dapat dialiri
listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk
mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari
box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan ke luar. Secara terjadwal
diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan hasil percobannya pada tikus dan burung merpati, Skinner
menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan
(reinforcement).Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalaui
stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan negatif dan penguatan negatif.
Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya
pengulangan tingkah laku, sedangkan penguatan negatif dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Skinner membagi
penguatan menjadi 2 yaitu penguatan positif & penguatan negative. Bentuk
–bentuk penguatan positif antara lain :hadiah, permen, kado,
makanan,perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol) atau penghargaan. Bentuk –bentuk
penguatan negative berupamenunda atau tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang
Beberapa prinsip belajar Skinner:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa ,jika salah dibetulkan
jika benar diberi penguat

b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar

c. Materi pelajaran digunakan sistem modul

8
d. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri

e. Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk ini


lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman

f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah & hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer

g. Dalam pembelajaran digunakan shaping

C. Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses


tingkah laku dimana reinforcement9 dan punishment10 menjadi stimulus untuk
merangsang peserta didik dalam berperilaku. Pengajar yang masih
menggunakan kerangka behavioristic terkadang merencanakan kurikulum
dengan menyusun isi pengetahuan-pengetahuan menjadi bagian bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian bagian bagian
kecil tersebut disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai yang
komplek.

Teori ini menekankan adanya hubungan antara stimulus dengan respon


secara umum dan dapat dibilang mempunyai arti yang penting bagi siswa
untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya guru harus banyak memberikan
stimulus kepada pesrta didiknya dalam proses pembelajaran. Dengan cara
tersebut peserta didik akan memberikan respon secara positif, apa lagi jika
diberi reward yang fungsinya sebagai reinforcement.

Teori behavioristik ini cenderung mengarahkan murid- muridnya untuk


berfikir secara linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif. Menurut

9
Reinforcement adalah suatu proses dimana stimulus meningkatkan terjadinya perilaku yang
telah dimunculkan.

10
Punishment adalah cara untuk mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang
berlaku secara umum.

9
teori ini belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa
murid murid mencapai target tertentu, sehingga menjadikan murid muridnya
tidak bebas berkreasi maupun berimajinasi. Padahal masih banyak factor yang
mempengaruhi proses belajar, bukan hanya proses pembentukan atau shaping.

Aliran psikologi belajar yang sangat berpengaruh dalam pengembangan dan


teori praktik pendidikan dan pembelajaran hingga saat ini adalah teori
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang terlihat
sebagai hasil belajar. Teori ini memiliki model hubungan stimulus responnya
dengan mendukung orang yang belajar atau pesrta didik sebagai individu yang
pasif. Respon tertentu dengan menggunakan metode drill/ pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
hilang bila dikenai punishment.

Istialh-istilah seperti hubungan stimulus respon, perilaku sebagai hasil yang


terlihat, individu atau peserta didik yang pasif, pembentukan perilaku atau
shaping, reinforcement dan punishment merupakan unsur-unsur yang sangat
penting didalam teori behavioristic ini. Teori ini masih banyak digunakan
dalam praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak jelas pada praktek
pembelajaran dari tinggakt paling tinggi hingga perguruantinggi dengan
membentuk perilaku dengan cara drill/ pembiasaan dengan disertai
reinforcement dan punishment yang masih sering digunakan.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari


beberapa hal diantaranya seperti tujuan pembelajaran, sifat materi
pembelajaran, media dan fasilitas pembelajaran, karakteristik pembelajaran.
Aplikasi teori behavioristik ini memandang bahwa pengetahuan bersifat
obyektif, tetap, pasti, dan tidak berubah. Pengetahuan telah disusun secara rapi
sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perolehan
penegtahuan, sedangkan mengajar adalah mentransfer pengetahuan kepadang
seseorang atau bisa disebut dengan peserta didik. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang

10
dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan apa yang
dipahami oleh pengajar terhadap pengetahuan yang diajarkan.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar


behavioristik:

⮚ Mementingkah pengaruh lingkungan

⮚ Mementingkan bagian-bagian

⮚ Mementingkan peranan reaksi

⮚ Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur

stimulus respon

⮚ Memntingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

⮚ Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

⮚ Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.11

Agar guru bisa mengetahui bshwa proses pembelajarannya berhasil maka


yang harus diperhatikan adalah:

⮚ Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus yang tepat untuk

diberikan kepada peserta didiknya

⮚ Guru juga harus paham tentang jenis respon apa yang akan

dimunculkan oleh peserta didiknya.

11
Hasanuddin. Biopsikologi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi,(Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press.2017) hal:90-91

11
Untuk dapat mengetahui respon yang ditujukan siswa ini benar-benar
sesuai dengan apa yang diharapkan, guru harus mampu:

a. Mengetahui bahwa respon bisa diamati


b. Dapat mengukur respon yang diberikan peserta didik
c. Dapat memperlihatkan respon yang diberikan peserta didik jelas
kebermaknaanya
d. Agar respon senantiasa setia teringat maka diperlikan adanya reward.
Dalam teori ini untuk memaksimalkan tujuan pembelajran guru perlu
menyiapkan:

▪ Menganalisis karakter dan kemampuan awal siswa

▪ Siswa diharapkan mampu mempunyai sejumlah kompetensi dan

guru mampu menganalisisnya.

Langkah langkah yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori


behavioristic kedalam proses pembelajaran:

✔ Mengindetifikasi tujuan dalam pembelajran

✔ Menganganalisis pembelajaran

✔ Mengidentifikasi karakter dan kemampuan awal pembelajaran

✔ Menentukan indikartor-indikator kebnerhasilan belajar

✔ Mengembangkan bahan ajar

✔ Mengembangkan strategi pembelajran

✔ Mengamati stimulus yang diberikan

12
✔ Menganalisis respon pembelajaran

✔ Memberikan penguatan positif maupun negative

✔ Mereviri kegiatan pembelajaran.

D. Contoh Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran


Terdapat beberapa contoh dalam teori belajar behaviorisme, diantaranya:
1. Pemberian bahan pembelajaran dalam bentuk utuh kepada peserta didik.
2. Pemahaman oleh peserta didik dilakukan mandiri oleh peserta didik. Jika
ada yang kurang jelas maka dapat ditanyakan kepada guru.
3. Hasil belajar segera disampaikan kepada peserta didik.
4. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
5. Materi pelajaran digunakan sistem modul.

E. Tujuan Pembelajaran Teori Behaviorisme


Tujuan dari pembelajaran menurut teori behaviorisme ini ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic yang
menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari. Penyajian isi pembelajaran menekankan pada keterampilan
yang terisolasi atau terakulumulasi fakta mengikuti urutan kurikulum secara
ketat, sehungga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks, buku
paket dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan isi kembali buku
teks tersebut. Sedangkan evaluasai dan pembelaajran menekankan aspek hasil
belajar. Evaluasi ditekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah
dan evaluasinya menggunakan tes tulis. Evalusi pada hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya ketika siswa bisa menjawab dengan benar
sesuai dengan keinginan guru, hal itu menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Eavaluasi pembelajran bisanya dipandang

13
secara terpisah dari kegiatan pembelajran, karena biasanya dilakukan setelah
kegiatan pembelajran telah selesai .12
F. Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Behaviorisme
Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasaan
respons (Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta
didik haruslah melihat situasi dan kondisi apa yang menjadi bahan
pembelajaran.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan
pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku:
1. Menggunakan prinsip penguatan stimulus respon yaitu pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Penguatan terbagi atas penguatan positif dan negatif.
Penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya
pengulangan tingkah laku. Sedangkan penguatan negatif dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
2. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik untuk menetapkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.
G. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Teori Pembelajaran Behavioristik
Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan
ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi
pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.
12
Firmina Angela Nai,Teori Belajar & Pembelajaran,(Yogyakarta: DEEPUBLISH,2017) Hal 75

14
Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan.
a) Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat
beberapa kelebihan diantaranya:
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.
2. Metode behavioristik cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya.
3. Murid dibiasakan untuk belajar mandiri atau guru tidak memberikan
banyak ceramah. Jika siswa menemukan kesulitan baru ditanyakan
kepada guru yang bersangkutan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
5. Membantu individu dalam belajar secara terus menerus dan
berkesinambungan dengan tujuan mereka bisa menerapkan sebaik
mungkin.
6. Membangun konentrasi individu.
7. Sesuai dengan pemahaman pendidik pada peserta didik
8. Perubahan belajar menjadi tolok ukur keberhasilan.13
b). Kekurangan
1) Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus respon.
2) Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsur pokok.
3) Proses belajar berlangsung secara teori.
13
Pupu Saeful R. Strategi Belajar Mengajar.(Surabaya:Scopindo Media Pustaka.2019),hlm.36

15
Selain teori, beberapa kekurangannya perlu untuk dicermati guru dalam
menentukan teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a. Sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap.
b. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
c. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
sangat tidak menyenagkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral,
bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.
d. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafal apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
2efektif.
e. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.
f. Murid dipandang pasif dan tidak inovatif, perlu motivasi dari luar dan
sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
4. Hanya berpusat pada pendidik, bukannya peserta didik. Hal ini membuat
peserta didik menjadi kehilangan kemampuan dan kelebihan alaminya.
5. Kaku dan membosankan, karena pembelajarannya cenderung memiliki
pola yang hampir sama secara terus menerus.14
Kelemahan yang muncul dalam pembelajaran di atas disebabkan oleh
kelemahan teori behavioristik itu sendiri:
1. Teori ini hanya mengandalkan sisi fenomena jasmaniah saja, dan
mengabaikan aspek-aspek mental.
2. Teori ini tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar.
14
Pupu Saeful R.Strategi BelajarMengajar.(Surabaya:Scopindo Media Pustaka.2019),hlm.36-37

16
3. Teori ini menyimpulkan peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
4. Pembiasaan (disiplin).
5. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam merubah pengetahuan
dikategorikan sebagai “kesalahan dan harus dihukum”.
6. Keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku
yang pantas dipuji atau diberi.
7. Kekuatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan.
8. Kontrol belajar dipegang oleh sistem diluar diri. 15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori behaviorisme adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus dengan respon yang menyebabkan siswa
mempunyai pengalaman baru.
Tokoh pemikiran teori belajar behaviorisme :
1. Edward L. Thorndick
2. Ivan Petrovich Pavlov
3. John B. Watson
4. Burhuss Frederic Skinner
Aplikasi teori behavioristik ini memandang bahwa pengetahuan bersifat
obyektif, tetap, pasti, dan tidak berubah. Pengetahuan telah disusun secara rapi
sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perolehan
penegtahuan, sedangkan mengajar adalah mentransfer pengetahuan kepada
seseorang atau bisa disebut dengan peserta didik. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang

15
Kamalfachri,2011,Teori Behavioristik,Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permasalahan/Kamalfachri.Weblog.htm, diakses pada tanggal 5 Oktober 2020.

17
dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Beberapa contoh penerapan teori behavioristik dalam belajar:

❖ Pemberian bahan pembelajaran dalam bentuk utuh kepada peserta didik.

❖ Pemahaman oleh peserta didik dilakukan mandiri oleh peserta didik. Jika

ada yang kurang jelas maka dapat ditanyakan kepada guru.

❖ Hasil belajar segera disampaikan kepada peserta didik.

❖ Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

❖ Materi pelajaran digunakan sistem modul

Tujuan dari pembelajaran menurut teori behaviorisme ini ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic yang
menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari.

Kelebihan teori belajar behavioristik:

✔ Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi

belajar.

✔ Metode behavioristik cocok untuk memperoleh kemampuan yang

membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur


seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya.

✔ Murid dibiasakan untuk belajar mandiri atau guru tidak memberikan banyak

ceramah.
Kekurangan teori belajar behavioristik:

18
✔ Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus respon.

✔ Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsur pokok.

✔ Proses belajar berlangsung secara teori.

B. Saran

Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis meminta kritik dan
sarannya yang membangun untuk memperbiki makalah.

19
Daftar Pustaka

Fahyuni, Eni Fariyatul, Istikomah. 2016. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center
Hariyanto, Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan Teori-Teori Belajar. Sidoarjo:
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Isti’adah Feida Noorlaila. 2020. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan. Jawa barat:
Edu Publisher.
Hasanuddin.2017. Biopsikologi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press

Angela Nai ,Firmina.2017.Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: DEEPUBLISH

Kamalfachri,”Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan


permasalahan/Kamalfachri.Weblog.htm, data diakses pada tanggal 5
Oktober 2020.

Sanjaya, Wina.2008. Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik


Perkembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta:Prenada
Media Group.

Andriyani,Fera.2015.Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam Tentang


Behavioristik.Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam.

Suryono dan Haryanto.2011. Belajar dan Pembelajaran.Bandung:PT Remaja


Rosdakarya.

Saeful R, Pupi.2019. Strategi Belajar Mengajar.Surabaya:Scopindo Media


Pustaka.

Kamalfachri,2011,Teori Behavioristik,Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan


Permasalahan/Kamalfachri.Weblog.htm, diakses pada tanggal 5 Oktober

20
21

Anda mungkin juga menyukai