Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ORIENTASI BARU

DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN VOKASI

BEHAVIORAL VIEWS
OF LEARNING
Dalam Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Oleh :
Ayudyah Khusuma Wardani
Yuni Aulia
A. HAKIKAT TEORI BEHAVIORISME

1. Konsep Teori Behaviorisme


Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana
manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami kompleksitas
yang melekat pada proses belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori
belajar yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Teori
belajar memperhatikan bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain
untuk membuat proses pembelajaran. Tujuan dari teori belajar adalah
untuk menentukan metode/strategi pembelajaran yang tepat untuk
memperoleh hasil yang optimal.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
serta pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Menurut pendekatan behavioristik, belajar dipahami sebagai
proses perubahan tingkah laku teramati yang relatif berlangsung lama
sebagai hasil dari pengalaman dengan lingkungan. Pendekatan
behavioristik berkembang melalui eksperimen-eksperimen, baik pada
manusia maupun pada bianatang.
Terdapat empat prinsip filosofis utama dalam pengembangan teori ini
yaitu :
a. Manusia adalah binatang yang sangat berkembang dan manusia belajar
dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan binatang lainnya.
b. Pendidikan adalah proses perubahan perilaku.
c. Peran guru adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif.
d. Efisiensi, ekonomi, ketepatan dan obyektivitas merupakan perhatian
utama dalam pendidikan.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Tetapi yang dapat diamati adalah stimulus dan respon.
Oleh karena itu, apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut. Dalam proses pembelajaran input ini bisa berupa alat peraga,
gambar-gambar, atau cara-cara tertentu untuk membantu proses belajar.

Teori belajar behavioristik yaitu teori belajar yang


memprioritaskan adanya perubahan tingkah laku dikarenakan suatu sebab
dan akibat. Istilah lain dapat diperumpamakan bahwa belajar sebagai
bagian perubahan kemampuan siswa, interaksi dan tingkah laku siswa
melalui stimulus dan respon. Menurut teori ini belajar merupakan interaksi
antara stimulus dan respon, sehingga seseorang akan dianggap telah
belajar ketika sudah menunjukkan perubahan perilaku. Stimulus adalah
penyampaian materi, pembentukan karakter, nasihat, dan lain-lain yang
diberikan guru, sedangkan respon merupakan reaksi atau tanggapan dari
peserta didik terhadap stimulus tersebut. Sementara itu, dapat dimaknai
arti belajar ialahsuatu aktifitas dan kegiatan adanya stimulus (S) dan
respon (R).

Konsep behaviorisme mempunyai pengaruh yang besar terhadap


masalah belajar, dimana belajar dimaknakan sebagai Latihan

2 Behavioral views of learning


pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Atau belajar
meupakan akibat adanya antara stimulus dan respons (Slavin, 2020).
Dengan memberikan stimulus yang dapat berwujud materi pelajaran,
pelatihan, pujian ataupun hukuman, maka peserta didik akan memberikan
respons. Hubungan antara stimulus dan respons akan menyebabkan dan
memberikan kondisi sehingga muncul kebiasaan yang bersifat ototmatis
untuk belajar. Dengan pemberian stimulus yang memiliki frekuensi tidak
terputus, maka akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respons,
inilah yang disebut S-R theory. Hal ini dapat ditransfer ke dalam situasi
lain, baik dalam pembelajaran secara formal, nonoformal dan informasl
menurut hukum transfer. Kelemahan teori ini adalah adanya penekanan
pada refleks dan otomatisasi dalam melakukan sesuatu, dan selalu terfokus
pada hasil dan tujuan (a pusposive behavior)
Teori behaviorisme memandang bahwa belajar adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati dan dikukur. Teori ini tidak menjelaskan
perubahan yang disebabkan oleh factor internal yang terjadi di dalam diri
peserta didik. Tetapi teori ini hanya membahas peruabahan perilaku yang
dapat dilihat dengan indera dan semua yang dapat diamati. Behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam proses belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Teori ini menganggap peserta didik sebagai pelajar yang pasif.

2. Prinsip-Prinsip Teori Behaviorisme


a. Stimulus dan Respons
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka
membantu belajarnya. Sedangkan respons adalah reaksi siswa
terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini
haruslah dapat diamati dan diukur.

3 Behavioral views of learning


b. Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku
disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman
(punishment).
1) Penguatan positif dan negatif
Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut
penguatan positif. Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai
negatif untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negative.
2) Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah
penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul
karena akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik
dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping)
Menurut skinner untuk membentuk perilaku seseorang
diperlukan Langkah-langkah berikut :
a) Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-
tahapan yang lebih rinci
b) menentukan penguatan yang akan digunakan
c) Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang
semakin dekat dengan perilaku yang akan dibentuk.
5) Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk
tidak mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu.

4 Behavioral views of learning


A. TEORI-TEORI BEHAVIORISME
1. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)
Edward Lee Thorndike mengemukakan bahwa belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang
disebut Stimulus (S) dengan Respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan
dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle
box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan
respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta
melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-
kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah
“trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar
yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi.
Teori koneksionisme yang dipelopori oleh Thorndike, memandang
bahwa yang menjadi dasar terjadinya belajar adalah adanya asosiasi antara
kesan panca indera (sense of impression) dengan dorongan yang muncul
untuk bertindak (impuls to action). Ini artinya, teori behaviorisme yang
lebih dikenal dengan nama contemporary behaviorist ini memandang
bahwa belajar akan terjadi pada diri anak, jika anak mempunyai
ketertarikan terhadap masalah yang dihadapi.
Siswa dalam konteks ini dihadapkan pada sikap untuk dapat memilih
respons yang tepat dari berbagai respons yang mungkin bisa dilakukan.
Teori ini menggambarkan bahwa tingkah laku siswa dikontrol oleh
kemungkinan mendapat hadiah external atau reinforcement yang ada
hubungannya antara respons tingkah laku dengan pengaruh hadiah. Bagi
pendidik yang setuju dengan teori behaviorisme ini mengasumsikan

5 Behavioral views of learning


bahwa tingkah laku siswa pada hakikatnya merupakan suatu respons
terhadap lingkungan yang lalu dan sekarang, dan semua tingkah laku yang
dipelajari. Mencermati asumsi ini, pendidik harus mampu menciptakan
lingkungan belajar (lingkungan kelas atau sekolah) pada diri siswa yang
dapat memungkinkan terjadinya penguatan (reinforcement) bagi siswa.
Lingkungan yang dimaksud di sini bisa berupa benda, orang atau situasi
tertentu yang semuanya dapat berdampak pada munculnya tingkah laku
anak yang dimaksud.
Menurut Thorndike, belajar akan berlangsung pada diri siswa jika
siswa berada dalam tiga macam hukum belajar, yaitu : 1) The Law of
Readiness (hukum kesiapan belajar), 2) The Law of Exercise (hukum
latihan), dan 3) The Law of Effect (hukum pengaruh). Hukum kesiapan
belajar ini merupakan prinsip yang menggambarkan suatu keadaan si
pembelajar (siswa) cenderung akan mendapatkan kepuasan atau dapat
juga ketidakpuasan Thorndike mengemukakan bahwa Teori Behaviorisme
terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-
hukum berikut:
a. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah
laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat.
c. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

6 Behavioral views of learning


2. John Watson (1878-1958
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus
dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi, walaupun dia mengakui
adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak
perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang
behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan
ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
3. Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936)
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di
mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Mula-mula ia menunjukkan makanan (unconditioned stimulus) kepada
anjing yang sedang kelaparan dan mengeluarkan air liur (unconditioned
response). Kemudian Pavlov membunyilkan bel yang (conditioned
stimulus) yang diteruskan dengan pemberian makanan (unconditioned
stimulus) kepada anjing (unconditioned response).
Selanjutnya, dalam penelitian Pavlov, yang terjadi adalah ketika bel
mulai dibunyikan maka pada saat yang sama anjing mengeluarkan air
liurnya. Anjing merespon bel tersebut dengan air liur meskipun tanpa
adanya makanan. Classical conditioning telah terjadi. Pebelajar (anjing)
mengenali hubungan antara unconditioned stimulus (makanan) dengan
conditional stimulus (bel) Urutan kejadian melalui percobaan terhadap
anjing: Teori Behaviorisme
a. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak
dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon,
misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.

7 Behavioral views of learning


A. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent
behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan
hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karena anjing melihat daging.
B. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang
tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan
respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar
menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing
mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
C. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang
muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena
anjing mendengar bel.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat


diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami (UCS =
Unconditional Stimulus = Stimulus yang tidak dikondisikan) dapat
digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS =
Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng
dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang
dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya.

4. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)


Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Skinner mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner
mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku
dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa

8 Behavioral views of learning


perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang
dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam
beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning
klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari
guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Manajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah
suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium
Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang
disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan
yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang
dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena
dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama
tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia
menekan tombol, kemudian makanan keluar. Secara terjadwal diberikan
makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si
tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan
penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah,
perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain

9 Behavioral views of learning


menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan
atau menunjukkan perilaku tidak senang. Beberapa prinsip Skinner antara
lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguatan;
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar;
c. Materi pelajaran, digunakan sistem moduldalam proses pembelajaran,
tidak digunakan hukuman. untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman
d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri;
e. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya
hadiah Jurnal
5. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti yaitu
Contiguity dapat diartikan sebagai rangkaian peristiwa, hal-hal atau
benda-benda yang terus saling berkait antara satu dengan lainnya. Teori
ini dikembangkan oleh Edwin Ray Guthrie (1886-1956). Guthrie
menegaskan bahwa kombinasi stimulus yang muncul bersamaan dengan
satu gerakan tertentu, sehingga belajar adalah konsekuensi dari asosiasi
antara stimulus dan respon tertentu. Teori Behaviorisme Guthrie juga
menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar.
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah
situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak
hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan
antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus
agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.

10 Behavioral views of learning


Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru
harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus
dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas
guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak.
6. Clark L. Hull (1884-1952)
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus
dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya
teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan)
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-
macam.
7. Albert Bandura (1925)
Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of
Iowa dan kemudian mengajar di Stanford University. Sebagai seorang
behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang
respon lingkungan. Oleh karenanya teorinya disebut teori belajar sosial,
atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi
resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan.
Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah
proses belajar. Inti utama dalam teori ini adalah bahwa dalam belajar
tidak hanya ada reinforcement dan punishment saja, namun menyangkut
perasaan dan pikiran.

11 Behavioral views of learning


B. Teori Behaviorisme Pada Pendidikan Teknologi Kejuruan
1. Pendidikan Vokasi atau Kejuruan
Vokasi berasal dari bahasa Lain, vocare, yang berarti dipanggil, surat
panggilan, perintah, dan undangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan
(okupasi). Vocare dalam bahasa Inggris menjadi vocation sebagai kata
benda (noun) dan vocational sebagai kata sifat (adjective). Vocation
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi vokasi. Vocational dalam
bahasa Inggris diterjemahkan menjadi vokasional atau kejuruan.
Vocational educational diterjemahkan menjadi pendidikan kejuruan.
Keterampilan, sikap, dan pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan
pendidikan. Pendidikan yang memberikan bekal keterampilan untuk
bekerja adalah pendidikan vokasi.
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
individuindividu yang siap berkerja sesuai dengan bidang keahlian
tertentu yang ia pelajari. Bidang keahlian yang ada pada jenjang
pendidikan kejuruan menyesuaikan dengan dunia kerja yang ada.
Pendidikan kejuruan mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum menitikberatkan pada peningkatan dan
pengembangan keimanan, akhlak, serta potensi-potensi peserta didik.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yaitu mempersiapkan peserta didik yang mandiri, mampu mengisi
lowongan pekerjaan sesuai bidang keahlian dan beradaptasi dengan
lingkungan pekerjaannya sesuai dengan bidang keahliannya.
Pendidikan kejuruan merupakan bagian dalam sistem pendidikan yang
mempersiapkan seseorang lebih mampu bekerja pada satu kelompok atau
satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang lainnya. Menurut Prosser
(1950: 2), pendidikan kejuruan merupakan sebuah konsep pengalaman
menyeluruh bagi setiap individu yang belajar untuk kesuksesan dunia
kerja. Dalam hal ini, pendidikan kejuruan banyak belajar tentang

12 Behavioral views of learning


persiapan-persiapan sebelum ke dunia kerja. Pembelajaran itu mulai
pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evans (1978)
mendefinisikan bahwa pendidikan vokasi adalah bagian dari sistem
pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja
pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada
bidang-bidang pekerjaan lainnya. Pendidikan kejuruan dalam hal ini
bukan luasnya kompetensi yang dipelajari, tetapi kedalaman kompetensi
pada suatu bidang tertentu.
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu dan siap pula melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
Peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada bidang
teknologi dan kejuruan dapat langsung terjun ke dunia kerja tanpa
diragukan lagi kemampuannya. Sebab, peserta didik yang telah lulus
melalui jenjang pendidikannya kejuruan sudah mempunyai bekal dan
pengalaman pada bidang tertentu. Selain itu, dalam konteks negara
Indonesia, dapat juga bahwa nantinya setelah selesai dapat melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi sesuai bidang keahliannya. Sistem pendidikan di
indonesia membagi pendidikan kejuruan secara terpisah dengan
pendidikan akademik. Pendidikan kejuruan di tingkat menengah
dislelenggarakan di SMK dan MAK sedangkan Pendidikan akademik
diselenggarakan di SMA dan MA. Pemisahan pendidikan kejuruan dan
pendidikan akademik merupakan ciri pokok dari pendidikan dengan aliran
filosofi esensialisme.
Pendidikan kejuruan dilihat dari kurikulum harus relevan dengan
dunia kerja, perlu ada hubungan yang jelas dalam konteks pedagogi dan
perlu kejelasan dalam aplikasi pendidikan kejuruan yang dipelajari di
sekolah dengan dunia kerja. Dengan demikian, Pendidikan kejuruan

13 Behavioral views of learning


memang selalu mengaitkan antara pendidikan akademik di sekolah dengan
dunia kerja Prinsip-prinsip Pendidikan kejuruan dalam memncapai tujuan
memiliki beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Charles
Prosser (1925) :
a. Pendidikan Kejuruan akan efisien jika disediakan lingkungan belajar
yang sesuai dengan (replika) lingkungan di tempat kelak mereka akan
bekerja.
b. Latihan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan jika tugas-tugas
yang diberikan di dalam Latihan memiliki kesamaan operasional
dengan peralatan yang sama dan mesin yang sama dengan yang akan
dipergunakan di dalam kerjanya kelak.
c. Pendidikan Kejuruan akan efektif jika latihan diberikan secara
langsung dan spesifik di dalam pemikiran, perhatian, minat, dan
intelegensi intrinsik dengan kemungkinan pengembagan terbesar.
d. Pendidikan Kejuruan akan efektif jika sejak latihan sudah dibiasakan
dengan perilaku yang akan ditunjukkan dalam pekerjaaannya kelak.
e. Pemberian latihan kejuruan yang efektif untuk semua
profesi,perdagangan, pekerjaan hanya dapat diberikan kepada
kelompok terpilih yang memang memerlukan, menginginkan dan
sanggup memanfaatkannya.
f. Latihan Pendidikan Kejuruan akan efektif jika pemberian latihan yang
berupa pengalaman khusus dapat diberikan terwujud dalam kebiasaan-
kebiasaan yang benar dalam melakukan dan berpikir secara berulang-
ulang hingga diperoleh penguasaan yang tepat guna dipekerjaannya.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pelatihnya cukup berpengalaman
dan menera Pendidikan Kejuruanan kemampuan dan keterampilannya
dalam mengajar.
h. Untuk setiap pekerjaan terdapat kompetensi minimal yang harus
dimiliki oleh individu agar bisa menjabat pekerjaan itu. Jika pelatihan

14 Behavioral views of learning


tidak diarahkan mencapai kompetensi minimal individu dan
masyarakat akan rugi.
i. Pendidikan Kejuruan harus mengenal kondisi kerja dan harapan pasar.
j. Proses pemantapan yang efektif tentang kebiasaan bagi setiap pelajar
akan sangat tergantung dari proporsi sebagaiman latihan memberikan
kesempatan untuk mengenal pekerjaan yang sesungguhnya, dan bukan
hanya tiruan.
k. Sumber data yang paling tepat untuk meneta Pendidikan Kejuruanan
materi pelatihan Pendidikan Kejuruan tidak ada lain kecuali
pengalaman yang erat kaitannya dengan pekerjaan.
l. Untuk setiap jabatan terdapat bagian inti yang sangat penting dan ada
bagian lain yang bisa cocok dengan pekerjaan lain atau jabatan lain.
m. Pendidikan Kejuruan akan dirasakan efisien sebagai penyiapan
pelayanan bagi masyarakat untuk kebutuhan tertentu pada waktu
tertentu.
n. Pendidikan Kejuruan akan bermanfaat secara sosial jika hubungan
manusiawinya diperhatikan.
o. Administrasi Pendidikan Kejuruan kejuruan akan efisien jika bersifat
lentur dibandingkan yang kaku.
p. Walaupun untuk sesuatu jenis Pendidikan Kejuruan telah diupayakan
agar biaya per unit itu diperkecil, namun jika sudah sampai batas
minimal tetapi ternyata hasilnya tidak efektif sebaiknya
penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan dibatalkan.

15 Behavioral views of learning


2. Penerapan Teori Behaviorisme Pendidikan Vokasi atau Kejuruan
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran
karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan
penguatan (Sugandi, 2007). Teori belajar behavioristik cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik
merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai
target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik
memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Metode pembelajaran Behavioristik tidak cocok digunakan untuk
semua mata pelajaran karena pada dasarnya metode pembelajaran
behavioristik membutuhkan praktik dan pembiasaan. Prinsip-prinsip
dalam pendidkan kejuruan seperti yang sudah diuraikan, juga menekankan
pada Latihan dan pengalaman, Teori behavioristik dapat diterapkan dalam
pendidikan kejuruan yaitu pada pembelajaran berbasis kompetensi dan
pembelajaran langsung. Metode ini sangat cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, daya tahan. Teori
belajar behaviorisme ini sangat cocok diterapkan pada pembelajaran di
Pendidikan kejuruan, karena pembelajaran Pendidikan kejuruan
mengutamakan pembelajaran yang sifatnya praktek. Jadi semua
pembelajaran yang dilaksanakan dengan model praktek bisa menerapkan
teori belajar behaviorisme ini.
Pembelajaran praktek adalah pembelajaran yang mengutamakan
pengalaman belajar mealui latihan yang berlanjut di bawah panduan dan

16 Behavioral views of learning


bimbingan (stimulus) dari guru. Sebelum melakukan suatu pekerjaan anak
melihat apa yang dicontohkan oleh guru, kemudian mencoba dengan
meniru perilaku guru dan dilakukan berulang-ulang.
Cirri-ciri pembelajaran kejuruan adalah sangat sesuai dengan ciri-ciri
dari teori behaviorisme yaitu :
a. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil;
b. Lebih bersifat mekanistis;
c. Menekankan pentingnya latihan;
d. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon; dan
e. Menekankan peranan lingkungan dalam proses pembelajara

Menurut Putu Sudira (2016:163), teori belajar behavioristik relevan


digunakan dalam belajar skill motorik pada level pemula. Pembelajar
kejuruan pemula sebelum berlatih suatu skill motorik memerlukan
interaksi sosial dengan mengamati kemudian meniru sikap dan cara kerja
expert atau guru (teori Bandura), mempraktikkan secara langsung (teori
Skinner), diulang-ulang hingga menguasai (teori Pavlov), mempersiapkan
perangkat latihan dan mental peserta didik sebelum latihan (teori
Thorndike). Teori belajar behavioristik bermanfaat pula untuk menghadapi
pembelajar kejuruan yang pasif.

Penerapan teori behavioristik dapat dilakukan di pembelajaran PTK


yang dilangsungkan di bengkel/labarotorium maupun pembelajaran yang
diindustry.situasi dan kondisi belajar di PTK dibuat sesuai dengan
kondisi/settinglingkungan kerja sesungguhnya di industry. Bagaimana
penerapan teori Behaviorime dalam PTKPenerapan teori behavioristik ini
melalui kegiatan praktek terstruktur yangdipandu oleh guru. Maupun
melalui pembelajaran industry yang dibimbinglangsung oleh praktisi
industry. Hasil belajar PTK dapat diamati dan diukur secaralangsung
(sesuai dengan ciri belajar behaviorisme).

17 Behavioral views of learning


Metode belajar behavioristik diterapkan untuk melatih dan
membimbing anak yang membutuhkan dorongan dari orangtua, suka
meniru, dan suka mengulangi perilaku setelah mendapatkan reward atau
hadiah, dan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya konsep
pembelajaran dalam teori belajar behavioristik sebagai ajang pelatihan
agar terbentukya perilaku yang akibat dari adanya hubungan stimulus-
respon yang terjadi berulangulang kali dengan adanya dukungan hadiah
dan hukuman.

Berdasarkan dari prinsip pembelajaran dalam Pendidikan kejuruan


yang sifatnya praktek, dan untuk menghasilkan pengalaman yang
menyiapkan peserta didik siap untuk menghadapi dunia kerja. Teori
belajar behaviorisme ini menjadi model pembelajaran yang sangat cocok
dalam pengaplikasiannya dalam penedidikan kejuruan, karena
pembelajaran praktek adalah pembelajaran yang mengutamakan
pengalaman belajar melalui Latihan yang berlanjut di bawah panduan dan
bimbingan (stimulus) dari guru.

18 Behavioral views of learning


DAFTAR PUSTAKA

Asfar, A. M. I. T., Asfar, A. M. I. A., & Halamury, M. F. (2019). Teori


Behaviorisme. Makasar: Program Doktoral Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Makassar.
M, Arsyad. 2021. Teori Belajar dan Peran Guru pada Pendidikan di Era Revolusi
Industri 4.0.Banjarmasin : Lambung Mangkurat University Press
Muhajirah. 2020. Basic Of Learning Theory (Behaviorism, Cognitivism,
Constructivism, And Humanism). Sulawesi : IJAE Vol 1 No 1
Mursyidi, W. (2019). Kajian Teori Belajar Behaviorisme Dan Desain
Instruksional. Almarhalah| Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 33-38.
Nahar, N. I. (2016). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran. NUSANTARA: jurnal ilmu pengetahuan sosial, 1(1).
Putu, Sudira. 2017. TVET Abad XXI, Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi
Pembelajaran Vokasional Yogyakarta : UNY Press
Rojewski. J.W. (2009). A conceptual framework for technical and vocational
education and training. Dalam R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.),
International Handbook of education for the changing world of work, bridging
academic and vocational learning (pp. 11-39). Bonn, Germany: Springer
Science+Bussines Media.
Rusli, R. K., & Kholik, M. A. (2013). Teori belajar dalam psikologi
pendidikan. Jurnal Sosial Humaniora, 4(2).
Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik
Dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.

19 Behavioral views of learning

Anda mungkin juga menyukai