OLEH :
I KETUT ANDIKA PRADNYANA
S2 TEKNOLGI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONEKTIVISME SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM ADAPTIVE E-
LEARNING”. Makalah ini disusun dalam rangka tugas mata kuliah Pembelajaran
Berbasis Komputer di Jurusan Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia atas budi baik dari
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis
menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca guna penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak dan bagi perkembangan dunia pendidikan
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berbagai lembaga pendidikan dan kini menjadi tulang pungggung bagi pelaksanaan
pendidikan jarak jauh. Sistem e-learning yang ada sekarang ini umumnya
memberikan presentasi materi pembelajaran yang sama untuk setiap pengguna
karena mengasumsikan bahwa karakteristik semua pengguna adalah homogen.
Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar, latar belakang atau yang lainnya.
Oleh karena itu seorang pengguna e-learning ini belum tentu mendapatkan materi
pembelajaran yang tepat dan akibatnya efektivitas pembelajaran tidak akan optimal.
Pada tulisan ini akan dibahas tentang terori connectivisme sebagai pendukung
adaptive elearning.
1.3 TUJUAN
1. Untuk menjelaskan pengertian teori konektivisme
2. Untuk menjelaskan hubungan teori konektivisme dengan adaptive elearning
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori belajar akan berkembang sesuai dengan perkembangan jaman yang ada.
Pada awalnya berkembang beberapa teori belajar, misalnya kognitivisme,
behaviorisme dan konstruktivisme. Pada saat ini yang berada di era digital, maka
berkembang teori baru yang disebut dengan connectivisme. Teori connectivisme,
diperkenalkan pertama kali oleh George Siemens, dimana teori ini
mengintegrasikan prinsip-prinsip yang digali melalui teori chaos, jejaring,
kompeksitas dan self organizing. Di dalam teori ini, pembelajaran merupakan suatu
proses yang terjadi di dalam lingkungan perubahan inti pembelajaran yang tidak
sepenuhnya dalam kendali oleh seorang individu. Menurut teori connectivisme,
kegiatan pembelajaran dimulai dari kegiatan mengetahui sampai dengan kegiatan
menciptakan pengetahuan yang dapat dilakukan (actioneble knowledge).
Pengambilan keputusan di era digital, akan didasarkan pada landasan-landasan
yang berubah secara cepat, karena informasi baru akan diperoleh secara terus
menerus dan berkelanjutan, sehingga diperlukan kemampuan untuk dapat
membedakan mana informasi yang penting dan tidak penting. Beberapa prinsip
utama dalam teori connectivisme anta lain (1) pembelajaran merupakan suatu
proses penghubungkan beberapa sumber informasi, (2) mendorong dan memelihara
hubungan untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran berkelanjutan (continual
learning), (3) kemutakhiran dan keakuratan pengetahuan merupakan tujuan dari
kegiatan pembelajaran, (4) dapat memilah, memilih dan mengelola informasi untuk
penentuan pengambilan suatu keputusan.
3
suatu tindakan. Interpretivism memposisikan bahwa pengetahuan berada pada
konstruksi internal serta diinformasikan melalui sosialisasi dan budaya. Teori
distribusi pengetahuan menurut Siemens (2008), bahwa pengetahuan terdiri dari
hubungan dan entitas jaringan. Hubungan antara epistemologi dan teori
pembelajaran, ditunjukkan seperti gambar berikut ini.
4
optimal. Seharusnya suatu sistem e-learning dapat memberikan materi
pembelajaran yang tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan pengguna, dan
cara mempresentasikan materi pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar
pengguna. Dengan kata lain sistem e-learning seharusnya dapat mengadaptasikan
tampilannya terhadap berbagai variasi karakteristik pengguna, sehingga
mempunyai efektivitas pembelajaran yang tinggi.
Sistem Adaptive E-learning dapat memberikan materi pembelajaran yang
tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan pengguna, dan cara
mempresentasikan materi pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar pengguna.
Dengan kata lain sistem Adaptive E-learning dapat mengadaptasikan tampilannya
terhadap berbagai variasi karakteristik pengguna, sehingga mempunyai efektivitas
pembelajaran yang tinggi. Berdasarkan pada alamat
(https://www.smartsparrow.com/adaptive ele-arning/) disebutkan bahwa evolution
of Technology in Education setelah tahun 2011 adalah ke arah paradigma adaptive
elearning dengan slogan “we should make education smart and personal”. Pada
tahun 1990 muncul paradigma bahwa setiap kelas terdapat komputer untuk
pembelajaran, dengan teknologi pendukung berupa personal computer (PC).
Implementasi pada era ini adalah computer assisted instruction (CAI). Tahun 2000
muncul paradigma bahwa setiap course harus berbasis web, dengan teknologi
pendukung berupa world wide web (WWW). Contoh implementasi pada era ini
adalah learning management systems (LMS). Tahun 2011 terjadi pergeseran
paradigma bahwa pendidikan harus tersebar secara luas, dengan teknologi
pendukung berupa cloud dan mobile computing. Implementasi yang digunakan
berupa massive online open course (MOOC). Pada saat ini dan kedepan
berkembang paradigma bahwa “we should make education smart”, dengan
teknologi pendukung berupa intelligent turoring system (ITS), dengan
implementasi pendukung berupa adaptive e-learning
5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori connectivisme, diperkenalkan pertama kali oleh George Siemens,
dimana teori ini mengintegrasikan prinsip-prinsip yang digali melalui teori chaos,
jejaring, kompeksitas dan self organizing. Menurut teori connectivisme, kegiatan
pembelajaran dimulai dari kegiatan mengetahui sampai dengan kegiatan
menciptakan pengetahuan yang dapat dilakukan (actioneble knowledge). Beberapa
prinsip utama dalam teori connectivisme anta lain (1) pembelajaran merupakan
suatu proses penghubungkan beberapa sumber informasi, (2) mendorong dan
memelihara hubungan untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran berkelanjutan
(continual learning), (3) kemutakhiran dan keakuratan pengetahuan merupakan
tujuan dari kegiatan pembelajaran, (4) dapat memilah, memilih dan mengelola
informasi untuk penentuan pengambilan suatu keputusan. Paradigma pembelajaran
akan berkembang sesuai dengan era-nya. Saat ini yang sedang berkembang adalah
bahwa education is smart and personal dengan implementsinya berupa adaptive
elearning. Adaptive E-learning dapat mengadaptasikan tampilannya terhadap
berbagai variasi karakteristik pengguna, sehingga mempunyai efektivitas
pembelajaran yang tinggi.
6
DAFTAR PUSTAKA