Anda di halaman 1dari 15

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

oleh:

KELOMPOK 2

Alja Athala Aura (1906104010035)


Cut Nabila Putri Rezki (1906104010034)
Ikrama Ir (1906104010027)
Putri Widya Utami (1906104010042)
Ulfia Rahmi (1906104010060)

Dosen Pembimbing : Dr. Drs. Niswanto, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Landasan
Filosofis Pendidikan” dan Alhamdulillah tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen kami untuk menunjang
mahasiswa agar dapat mengetahui landasan filosofis pendidikan beserta aliran nya, serta
mengukur kemampuan mahasiswa dalam membuat makalah dan melatih kemampuan
berbahasa.

Namun,kami menyadari makalah ini memiliki banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi yang dibahas, mengingat akan pengetahuan dan kemampuan yang
kami miliki masih terbatas, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Kami ngucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Niswanto yang telah memberi
kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini, beserta teman-teman seperjuangan
kami. Kami berharap Allah SWT memberi imbalan yang setimpal pada semua pihak yang
telah memberi bantuan, dan dapat menjadikan bantuan ini sebagai ibadah, Amin Yaa Robbal
‘Alamiin.

Penulis

Banda Aceh, 29 September 2019

i
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan..................................................................................... 3
2.2 Aliran Filosofis Pendidikan .............................................................................................................. 5
BAB III ....................................................................................................................................................... 11
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata Filosofis terbentuk dari 2 kata dari bahasa Yunani, yaitu philo yang berarti cinta
dan Sophos yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filosofis dapat di artikan sebagai cinta
kebijaksanaan (Salahudin, A, Halim,A, dan Supriyono:2012)
Landasan filosofis pendidikan adalah bagian penting yang harus dipelajari di dalam
dunia pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan itu sifatnya normatif, maka di dalam
pendidikan diperlukan asumsi yang normatif juga. Asumsi-asumsi normatif pendidikan yang
sifatnya normatif dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikang perspektif dan
normative akan memberi petunjuk tentang apa yang seharusnya ada di dalam pendidikan atau
apa yang menjadi cita-cita dalam pendidikan dan juga dengan filosofis pendidikan, kita dapat
mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana kita melakukan pengajaran, siapa yang akan kita
ajarkan, mengetahui bagaimana hakikat belajar. Pendidikan tidak cukup dipahami hanya
dengan melakukan pendekatan ilmiah yang sifatnya parsial dan deskriptif, namun perlu juga
dipandang secara holistik.
Landasan pendidikan adalah suatu gagasan tentang pendidikan yang diterangkan
dengan berdasarkan filsafat umum dalam pendidikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Cohen,
L.N.M. (1999) bahwa terdapat 3 (tiga) cabang-cabang Filosofi (Filsafat) yang masing-masing
memiliki sub cabang. Ketiga cabang-cabang tersebut adalah Metaphysic (Metafisika),
Ephistemology (Epistemologi), dan Axiology (Aksiologi). Di dalam landasan pendidikan juga
terdapat aliran. Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme, dan
Pragtisme. Namun, Indonesia memiliki filsafat pendidikan nasional sendiri, yaitu filsafat
pendidikan berdasarkan Pancasila.
Aliran filsafat pendidikan perlu kita pelajari, meskipun kita mempelajari aliran filsafat
pendidikan, pendidikan yang di selenggarakan di Indonesia tetaplah berlandaskan Pancasila.
Pemahaman tentang berbagai aliran filsafat pendidikan dapat membantu agar kita tidak
terjerumus ke aliran filsafat yang lain. Kita dapat mengambil hikmah dari aliran filsafat
pendidikan yang lainny untuk memperkokoh landasan pendidikan kita, sepanjang itu tidak
bertentangan dengan nilai-nilai di dalam Pancasila. Landasan pendidikan harus dipahami agar
tidak terjadi kesalahan konsep tentang pendidikan yang mengakibatkan terjadinya kesalahan
dalam praktek pendidikan.

1
Landasan pendidikan adalah suatu kajian yang dalam kaitannya dengan dunia
pendidikan. Cakupan landasan pendidikan, antara lain: landasan hokum, landasan filsafat,
landasan social budaya, landasan sejarah, landasan ekonomi, dan landasan psikologi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun topik pembahasan yang diangkat dalam makalah ini antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan landasan filosofis pendidikan ?
2. Bagaimana peran filsafat sebagai landasan dari pendidikan?
3. Bagaimanakah aliran filsafat yang diterapkan dalam dunia pendidikan?
4. Bagaimana implikasi dari penggunaan landasan filosofis ini terhadap pelaksanaan
pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk :
1. Menjelaskan maksud dari landasan filosofis pendidikan secara umum
2. Menjelaskan peran filsafat sebagai landasan pendidikan
3. Menjabarkan aliran filsafat yang diterapkan di dalam dunia pendidikan
4. Mengidentifikasi implikasi dari penggunaan landasan filosofis terhadap pelaksanaan
pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan : Menurut KBBI (1995:260) landasan dapat diartikan sebagai alas, dasar
atau tumpuan. Landasan juga dapat diartikan sebagai pondasi. Jadi, landasan adalah sebuah
pijakan atau titik tolak berdirinya suatu hal.

Filosofis : Menurut (Soetriono dan Hanafi, 2007: 20). Kata filsafat (philosophy)
bersumber dari bahasa Yunani, philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Cinta
berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat
artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.

Pendidikan : Menurut KBBI, pendidikan adalah suatu proses mengubah sikap dan tata
laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia yang ideal atau
manusia yang dicita-citakan oleh norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.

Landasan Filosofis Pendidikan : Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan.

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan di dalam filsafat pendidikan,


menyangkut keyakinan tentang hakikat manusia, hakikat pengetahuan, keyakinan tentang
sumber nilai, dan tentang kehidupan yang lebih baik. Aliran filsafat yang kita kenal saat ini
ada enam, yaitu : Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Ekstensialisme, Post Modernisme, dan
Pancasila. Filsafat erat kaitannya dengan pendidikan karena filsafat mencoba merumuskan
citra dengan manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.
Filsafat membahas segala sesuatu secara mendalam dari segala aspek, maka kebenaran filsafat
itu dikatakan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya mengamati
hal yang biasa diamati atau sebagian kecilnya saja, sedangkan kebenaran filsafat mencoba
meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.

Menurut Cohen, L.N.M. (1999) bahwa terdapat 3 (tiga) cabang-cabang Filosofi (Filsafat)
yang masing-masing memiliki sub cabang. Ketiga cabang-cabang tersebut adalah Metaphysic

3
(Metafisika), Ephistemology (Epistemologi), dan Axiology (Aksiologi). Sedangkan menurut
Ornstein, A.C, dkk (2011), menyebutkanya sebagai terminologi pendidikan yang dibagi
menjadi empat terminologi, yaitu Metaphysics (Metafisika), Ephistemology (Epistemologi),
Axiolgy (Aksiologi), dan Logics (Logika).

Dalam garis besarnya, terdapat empat cabang filsafat dengan kandungan materi
sebagai berikut:

1. Metafisika
Menurut Ornstein, A.C. dan Levine, D.U yang dikutip kembali oleh Halim dan supriyono
(2012), Metafisika menyelidiki hakikat realitas atau menjawab pertanyaan:“Apa hakikat
realitas?”. Dalam spekulasi mengenai hakikat keberadaan, orang-orang yang berorientasi
metafisika memiliki pandangan berbeda-beda dan tidak menemukan kesepakatan. Bagi
mereka yang idealis realitas dipandang sebagai konteks non material atau spiritual. Bagi
mereka yang realis, realitas dipandang sebagai keteraturan obyektif yang terjadi secara
independen pada diri manusia. Bagi mereka yang pragmatis, realitas dipandang sebagai hasil
pengalaman manusia dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
Sedangkan menurut Tatang (2010),
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala
sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).
Jadi, metafisika adalah filsafat yang meninjau segala sesuatu yang terdapat di alam ini.
Dalam kaitannya dengan manusia, terdapat dua pandangan, yaitu:
a. Manusia pada hakikatnya spiritual. Yang ada hanyalah jiwa dan roh saja, yang lainnya
semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa manusia dari ikatan semu.
Pendidikan bertujuan untuk mengaktualisasikan diri.
b. Manusia itu adalah organism materi. Pendidikan untuk hidup. Pendidikan
berkewajiban membuat hidup manusia menjadi menyenangkan.

2. Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Latin “episteme” yang artinya “ilmu pengetahuan” dan
“logos” yang berarti “teori”. Jadi epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi
mempertanyakan: “Apa hakekat ilmu pengetahuan?” Bagaimana kita dapat mengetahui?”.
Epistemologi berhubungan dengan pengetahuan dan mengetahui. Epistemologi berhubungan
erat dengan metode mengajar dan belajar. Bagi orang idealis, pengetahuan dan mengetahui
dipandang sebagai mengingat ide-ide laten di dalam pikiran. Para realis memandang
pengetahuan bermula dengan sensasi obyek (stimulus sensori). Para pragmatis memandang

4
bahwa kita menciptakan pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungan (Salahudin yang
dikutip kembali oleh Halim dan Supriyono, 2012).
Jadi, epistemologi dapat diartikan filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan
kebenaran. Ada lima sumber pengetahuan yaitu:
a. Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi
b. Common sense, yang ada pada adat dan tradisi.
c. Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
d. Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
e. Pengalaman yan terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.

3. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat nilai. Aksiologi terdiri
dari etika, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat baik jahatnya perbuatan
manusia. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai nilai dan
norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat
etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan
perilaku manusia, anatara lain afeksi peserta didik (Pidarta, 1997: 77-78). Dan Estetika, yaitu
cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat seni (art) dan keindahan (beauty).
4. Logika
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang asas-asas, aturan-
aturan, prosedur dan kriteria penalaran (berpikir) yang benar. Atau logika juga dapat diartikan
cabang filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan
memahami filsafat logika manusia dapat berpikir dan mengemukakan pendapatnya dengan
benar.

2.2 Aliran Filosofis Pendidikan


Di dalam landasan pendidikan terdapat berbagai aliran pendidikan. Aliran yang
dibahas meliputi Aliran Idealisme, Aliran Realisme, Aliran Pragmatisme, Aliran
Ekstensialisme, Alira Post-modernisme, dan Pancasila.

1. Aliran Idealisme
Tokoh yang mencetuskan ide idealism pertama kali adalah Plato (428-327 SM) yang
mengjarkan filsafat di Yunani Kuno di ibukota Athena. Ada beberapa tokoh yang mendukung

5
ide idealism yaitu Georg W. F. Hegel yang berasal dari Jerman pada abad 19, ia adalah
seorang professor universitas, ia mengajarkan kepada muridnya tentang sejarah filsafat dimana
dalam sejarah manusia berlangsung ide-ide pemikiran yang absolut dan berketuhanan. Ralph
Waldo Emerson (1803-1882), Henry David Thoreau (1817-1862) mereka mengembangkan
ide idealism versi amerika yaitu kebenaran di alam.
Hubungan aliran idealism dengan pendidikan adalah kaum yang idealis percaya bahwa
anak adalah bagian dari alam spiritual, yang mempunyai pembawaan spiritual menurut
potensialnya. Karena itu, pihak yang berperan dalam mendidik, seperti orang tua, guru, dan
lainnya harus mengajarkan hubungan antara anak dengan alam spiritual. Guru yang idealis
memandang pengetahuan itu sebagai kebenaran spiritual yang merupakan suatu kenyataan.
Mereka tidak melihat murid apa adanya, tanpa spiritual. Selain itu, guru yang idealis
menyukai bentuk kurikulum subject-matter, yang menghubungkan ide-ide dengan konsep, dan
konsep dengan ide-ide.

2. Aliran Realisme
Paham Realism dipelopori oleh pemikiran muridnya Plato, yaitu filosof Yunani Kuno
Aristoteles (384-322 SM). Realisme meninjau tentang kenyataan yang ada di luar pikiran atau
di luar tujuan seseorang. Menurut aliran realism hakikat kebenaran itu ada pada kenyataan
alam ini, bukan pada ide dan jiwa.
Aliran Realisme menegaskan bahwa keberadaan benda dan dunia nyata itu tidak dibuat
oleh manusia, pikiran manusia dapat mengetahui tentang dunia nyata, dan pengetahuan
tersebut adalah panduan yang dapat diandalkan dalam perilaku sosial.
Hubungan aliran realism dengan pendidikan adalah sumber pengetahuan dalam
pandangan realism adalah segala sesuatu objek yang ada di dalam kehidupan. Realis
memandang pendidikan bersifat humanitis dan tentang disiplin keilmiahan. Fokus pendidikan
bagi seorang realis adalah pembelajaran yang mengakomodasikan kognitif dan mengarahkan
pada penguasaan konsep di setiap mata pelajaran. Dengan demikian, guru dituntut untuk
menjadi ahli pada bidang mata pelajaran dang mengarahkan ide siswa tentang dunia yang
sesuai dengan realita. Tantangan bagi guru adalah penguatan kemampuan mengajar dan
kemampuan penguasaan konsep pengetahuan. Metode belajar lebih mengarah kepada
penyediaan konten dengan konteks yang lebih bervariasi. Dalam membantu pengembangan
penguasaan konsep, tenologi sangat dibutuhkan.

6
3. Aliran Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang lahir di Amerika pada akhir abad 19 menuju awal
abad 20. Pragmatism lahir ketika industrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu
masif di Amerika. Pelopor aliran pragmatism adalah Charles S. Peirce (1839-1914), William
James (1842-1910), George Herbert Mead (1863-1931), dan John Dewey (1859-1952). Pierce
menekankan penggunaan metode ilmiah untuk memvalidasi pengunaan ide-ide, bukan
probabilitas, atau apa yang mungkin terjadi dalam kepastian. Secara statistik, manusia dapat
merumuskan sendiri informasi-informasi yang ada lalu menghipotesis kemungkinan-
kemungkinan yang mungkin akan terjadi. James menerapkan pragmatism dengan psikologi,
agama, dan pendidikan. Mead mengatakan bahwa anak-anak belajar dan berkembang melalui
pengalaman-pengalaman yang mereka dapatkan di dalam lingkungan. Sedangkan Dewey
mengaplikasikan pragmatism yaitu eksperimen dalam pendidikan.
Hubungan aliran pragmatism dengan pendidikan adalah pragmatism memandang
pendidikan sebagai ajang untuk menambah pengalaman belajar untuk menunjang
pertumbuhan yag optimum. Kegiatan belajar diarahkan kepada proses berpikir dan belajar
melalui problem solving dan pengalaman. Karena subjek didik tidak lain adalah individu yang
memiliki pengalaman sehingga mereka berkembang, serta memiliki inisiatif dalam
menyelesaikan masalah-masalah hidup yang mereka miliki.
Pembelajaran difokuskan pada proses kontruksi, penggunaan, dan pengetesan gagasan.
Metode pembelajaran dapat dilakukan dengan menghadirkan konteks isu, menetapkan fokus
masalah, membiarkan siswa memimpin sendiri riset interdisipliner yang ada, mendapatkan
informasi dari berbagai sumber, memprediksi solusi terhadap permasalah yang ada, dan
melakukan pemecahan masalah dengan cara diskusi.

4. Aliran Ekstensialisme
Aliran Ekstensialisme di pelopori oleh Jean-Paul Sartre (1905-1980). Sartre menegaskan
bahwa imajinasi manusia berperan sebagai salah satu jalan untuk mengetahui dan merasakan.
Pendidikan ekstensialis mendorong manusia dalam mengenal, berkomitmen, dan bersuara.
Pendidikan menurut pandangan ekstensialisme diarahkan mendorong setiap siswa agar
dapat mengembangkan semua potensi yang ada di dalam dirinya untuk pemenuhan diri. Proses
belajar nya menitikberatkan dialog kelas yang dapat memunculkan kesadaran siswa dalam
menunjukkan peforma nya mengenai kekuatan, keinginan, dan membuat pilihan.

7
5. Aliran Post-Modernisme
Saat ini manusia hidup di era post-modern. Aliran post-modernisme dipelopori oleh
Friedrich Nietzche (1844-1900) dan Martin Heidegger (1899-1976). Nietzche tidak memanda
post-modernisme secara metafisika, dia memberi saran untuk mengubah percaya terhadap
mitos dengan hal yang baru namun kedudukannya tetap sama. Sedangkan Heidegger
mengatakan bahwa manusia membangun kebenara secara subjektif terhadap realita yang
berdasarkan intuisi, persepsi, dan refleksi sebagai interaksi mereka dengan fenomena.

6. Aliran Pancasila

Secara filosofis, sebelum menjadi sebuah Negara bangsa Indonesia adalah bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Rakyat adalah asal mula kekuasaan Negara, karena syarat mutlak suatu Negara
adalah persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat. Sehingga secara filosofis menjadi Negara
yang berpersatuan dan berkerakyatan. Pancasila yang dimaksud adalah Pancasila yang
rumusannya terdapat dalam “Pembukaan” Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pasal 2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”
menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Rincian selanjutnya
tercantum pada penjelasan UU- RI No. 20 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa
“Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan
mampu mandiri”. Ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan
Pengalaman Pancasila menegaskan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan Dasar Negara Republik
Indonesia. Sehubungan dengan hal ini, bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis
pendidikan sendiri di dalam sistem pendidikan nasional,yaitu Pancasila.

8
Tabel 2.2 Filsafat – filsafat dalam Pendidikan
Filsafat Metafisika Epistemologi Aksiologi Implikasi Pelopor
dalam
pendidikan
Idealisme Realita Pengetahuan Nilai-nilai Kurikulum Emerson
sebagai yang berasal dari adalah mata Froebel
spiritual atau ide-ide menyeluruh pelajaran Hegel
mental dan tersembunyi , absolut, menekankan Plato
berubah seseorang dan ada. budaya yang
besar dan
ide-ide
cemerlang
Realisme Realita Pengetahuan Nilai-nilai Kurikulum Aquinas
merupakan terdiri dari adalah mata Aristotel
objektif dan konseptualisasi menyeluruh pelajaran es
eksis secara yang berdasarkan , absolut, menekankan Broudy
independen sensasi dan dan ada kemanusiaan Maritain
tetapi dapat abstraksi berdasarkan dan disiplin Pestaloz
diketahui hukum sains zi
alam secara
menyeluruh
Pragmatisme Menolak Pengetahuan Nilai-nilai Instruksi Childs
metafisika, berasal dari bersifat yang Dewey
menegaskan pengalaman, ide- situasional didasarkan James
bahwa ide dengan dan relatif. pada Peirce
kepercayaan menggunakan pemecahan
terhadap metode sains. masalah
realita yang
didasarkan didasarkan
pada pada metode
pengalaman, sains
interaksi
dengan
lingkungan,
dan perubahan
secara konstan
Eksistensiali Realita Pengetahuan Nilai-nilai Percakapan Kiekerga
sme bersifat berasal dari suara dipilih di dalam ard
subjektif individu secara kelas Sartre
dengan bebas oleh merangsang Marcel

9
Filsafat Metafisika Epistemologi Aksiologi Implikasi Pelopor
dalam
pendidikan
keberadaan manusia. kesadaran Morris
mendahului bahwa setiap
esensi orang
menciptakan
suatu konsep
sendiri
melalui suara
signifikan.
Postmoderni Menolak Menyusun Menekanka Sekolah Derrida
sme realita sebagai kembali teks n nilai-nilai adalah Foucault
pembentukan untuk kelompok tempat kritik
sejarah menemukan pinggiran demokratis
digunakan kembali dan
untuk keasliannya dan perubahan
dominasi digunakan oleh social untuk
sosial kelompok dan memberdaya
ekonomi kelas dominan kan
kelompok
dominan
Pancasila Segala sesuatu Pengetahuan Diatur oleh Pendekatan Ki Hajar
berasal dari diperoleh melalui nilai-nilai dengan Dewanta
Tuhan sebagai pengalaman, yang mengutamak ra
pencipta pemikiran dan bersumber an Cara
penghayatan dari Tuhan, Belajar
kepentinga Siswa Aktif
n umum (CBSA) dan
dan hati penghayatan.
nurani

10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai landasan filosofis pendidikan beserta alira-
aliran di dalam pendidikan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan. Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan
di dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan tentang hakikat manusia, hakikat
pengetahuan, keyakinan tentang sumber nilai, dan tentang kehidupan yang lebih baik.
2. Aliran Filsafat yang diterapkan didalam dunia pendidikan yaitu Aliran Idealisme,
Aliran Realisme, Aliran Pragmatisme, Aliran Ekstensialisme, Aliran Post-modernisme,
dan di Indonesia memiliki aliran pendidikan nasional tersendiri yaitu Aliran Pancasila.
3. Pelaksanaan pendidikan dilihat dari pandangan filosofis lebih mengarah kepada
penggunaan metode belajar, pendekatan dan model pembelajaran yang disesuaikan
penididik dengan kurikulum.

11
DAFTAR PUSTAKA
1. http://dwinovitaamalia.blogspot.com/2014/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_14.html
2. http://kuliah-e-learning.blogspot.com/2013/11/filsafat-idealisme-dalam-pendidikan.html
3. http://eduarduslebe.blogspot.com/2015/11/landasan-filosofis-pendidikan.html
4. https://samplingkuliah.blogspot.com/2017/04/landasan-filosofis-pendidikan.html

12

Anda mungkin juga menyukai