07.51 |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Beberapa penelitian yang dilakukan pada siswa Sekolah Dasar dan Menengah dari beberapa
Negara bagian di USA, menunjukkan sekitar 9 % dari seluruh siswa tersebut diidentifikasi
mengalami hambatan perkembangan belajar. Di Indonesia kasus ini jumlahnya lebih banyak,
yaitu sekitar 10 15 % dari seluruh siswa SD dan SMP (Depdiknas, Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2003). Pada waktu itu, hambatan perkembangan belajar masih kurang dipahami
dan banyak diperdebatkan, karena dianggap sebagai kondisi ketidakmampuan fisik dan
lingkungan yang mempengaruhi siswa.
Hambatan ini yang sering terjadi antara lain kurangnya keterampilan sosial dan gangguan emosi
atau perilaku seperti hambatan pemusatan perhatian (ADD/Attention Deficit Disorder). Suatu
bagian yang penting dari definisi hambatan perkembangan belajar menurut the IDEA (the
Individuals with Disabilities Education Act) adalah bukan termasuk atau tidak dapat
dihubungkan terutama dengan tunagrahita (Mentally Retarded), gangguan emosi dan perilaku
(tunalaras), perbedaan budaya, atau kondisi lingkungan atau ekonomi yang tidak
menguntungkan. Dalam hal ini, konsep hambatan perkembangan belajar itu fokus pada
ketidaksesuaian antara prestasi akademik seorang anak dengan kemampuan dia yang kelihatan
dan aktivitasnya dalam belajar. Diperjelas oleh hasil penelitian Zigmond (2003: 72), bahwa
hambatan ini merupakan refleksi masalah belajar yang tidak terduga dalam suatu kemampuan
anak yang nampak.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan emosi dalam kehidupan anak?
2. Bagaimana perkembangan sosial dalam kehidupan anak?
3. Apakah pengertian dari masalah?
4. Apa saja ciri ciri masalah?
5. Apa saja jenis jenis masalah siswa di Sekolah Dasar?
6. Apa saja permasalahan belajar karena gangguan sosioemosional anak?
7. Bagaimana cara mengatasi permasalahan belajar karena gangguan sosio emosional anak?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan emosi dalam kehidupan anak.
2. Mengetahui perkembangan sosial dalam kehidupan anak.
3. Mengetahui pengertian masalah.
4. Mengetahui ciri ciri dari masalah.
5. Mengetahui jenis jenis masalah yang dihadapi siswa di Sekolah Dasar.
6. Mengetahui permasalahan belajar karena gangguan sosio emosional
7. Mengetahui cara mengatasi permasalahan belajar karena gangguan sosio emosional
BAB II
ISI
A. Perkembangan emosi
1. Emosi dalam kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata emosional. Emosi-emosi apa yang ada
dalam diri seseorang? Bagaimana peranan emosi dalam kehidupan? Bagaimana berkembangnya
emosi itu?
Emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan anak. Dari pengalaman masa
kecil emosi memberi warna atau menambah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari dan
juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita. Ada kalanya kita menyadari
bahwa emosi itu dapat menjadi penghambat atau rintangan. Pengaruh emosi terhadap keadaan
fisik anak bisa berakibat sangat merugikan terutama bila emosi itu amat kuat dan sering dialami.
Ketegangan emosi dapat mengganggu pencernaan dan tidur yang berakibat pila terhadap
kerusakan pola pertumbuhan fisik. Prestasi si anak akan menurun bila terjadi ketegangan
emosional oleh karena kemampuannya untuk memusatkan perhatian terganggu.
Terlalu sering mengalami peledakan emosi yang sangat kuat akan merugikan bagi penyesuaian
sosial anak. Dan anak yang penyesuaian sosial nya kurang baik akan mengalami ketidak
senangan, rasa berkekurangan dan rasa rendah diri. Yang semuanya ini akan memperkuat lagi
ketegangan emosional yang telah ada dalam dirinya. Perasaan-perasaan ini merugikan pula
terhadap konsep si anak mengenai dirinya sendiri yang akan membebaskan dalam perkembangan
kepribadiannya. Keberhasilan atau kegagalan anak dalam penyesuaian dirinya terhadap
kehidupan sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman emosionalnya pada masa kanak-
kanak.
Emosi-emosi tertentu seperti rasa takut, marah dan cemburu yang sering disebut sebagai emosi
anak yang tidak menyenangkan adalah merugikan atau berbahaya bagi perkembangan anak.
Sedangkan emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang, kebahagiaan, kegembiraan, dan
ingin tahu, tidak hanya menguntungkan akan tetapi sangat penting bagi perkembangan yang
normal pada masa kanak-kanak. Anak yang selalu mengalami frustasi dalam setiap usahanya
untuk rasa ingin tahunya melalui eksplorasi langsung atau dengan jalan mengajukan pertanyaan,
tidaka akan mencapai tingkat perkembangan mental yang sesuai dengan kemampuannya.
Demikian pula kurangnya kesempatan untuk mengalami kebahagiaan dan kegembiraan akan
merusak pola kepribadian anak.
2. Perkembangan emosi
Emosi akan terus berkembang dan dikembangkan. Perkembangan emosional oleh dua faktor
yaitu kematangan dan belajar. Jadi oleh kedua-duanya, bukan hanya oleh satu dari padanya.
Kenyataan bahwa reaksi emosional tertentu tidak muncul sejak awal kehidupan tidak berarti
bahwa itu tidak dibawa lahir.
Pertumbuhan dan perkembangan membuat anak bersifat berbeda terhadap situasi-situasi yang
khas. Apa yang menakutkan baginya pada usia tertentu mungkin akan menimbulkan rasa ingin
tahunya pada usia yang lain, dan mungkin sekali dikemudian hari tidak menimbulkan reaksi
emosional sama sekali. Demikian pula rangsangan atau stimulus yang dulunya tidak
menimbulkan respon emosional dikemudian hari akan menimbulkan emosional dengan bernagai
tingkat intensitas.
f. Tingkat aspirasi
Walau banyak problem-problem emosional timbul disebabkan harapan orang tua adalah diluar
kemampuan anak dan anak dibuat merasa tidaka layak melalui kecaman-kecaman kekecewaan
orang tua, tetapi ada keadaan emosi-emosi tertentu yang dapat dilacaki sebagai akibat tingkat
aspirasi si anak sendiri.
B. Perkembangan sosial
1. Pengertian
Perkembangan sosial ialah pencapaian kematangan dalam hubungan-hubungan sosial. Dengan
perkataan lain merupakan suatu proses belajar untuk penyesuaian terhadap norma-norma
kelompok, moral, tradisi, dan meleburkan diri menjadi satu rasa kesatuan. Hal ini mencakup
perkembangan bentuk-bentuk tingkah laku baru, perubahan dalam minat, dan pilihan tentang
tipe-tipe baru.
Tidak seorang anak pun yang dilahirkan dengan sifat sosial, dalam pengertian bahwa ia dapat
langsung dengan orang secara serasi. Ia harus belajar melakukan penyesuaian-penyesuaian
kepada orang lain, dan kemampuan ini hanya bisa diperoleh sebagai hasil dari kesempatan-
kesempatannya untuk bergaul dengan berbagai macam tipe manusia, terutama selama tahun-
tahun dimana sosialisasi merupakan fase yang penting dalam perkembangan anak. Sebagaimana
perkembangan-perkembangan lainnya, perkembangan sosial juga memerlukan bimbingan bila
diinginkan hasil yang baik.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga keluarga dimana ada pembatasan-pembatasan terhadap
partisipasi sosial, kematangan sosialnya lebih rendah daripada anak-anak yang diberi kesempatan
yang wajar untuk partisipasi sosial. Ketidakmatangan sosial ini tampak dalam bentuk
kurangnyua bergaul dengan orang lain, kurang berminat dalam kehidupan sosial, kurang
prakarsa, dan kurang perencana untuk masa depan.
Walaupun partisipasi sosial adalah sangat hakiki bagi perkembangan sosial, akan tetapi terlalu
banyak partisipasi dapat juga merugikan anak. Anak yang merasa tidak senang ditengah-tengah
orang lain akan gagal mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya untuk tetap
berbahagia bila keadaan memaksanya untuk berada jauh dalam orang lain. Jenis dan macam
kontak sosial yang dialami anak adalah jauh lebih penting bagi perkembangannya daripada
jumlah kontank sosial yang dialaminya.
C. Pengertian masalah
Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Ini
merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar
tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan
berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri
maupun orang lain.
http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=115&title=Jenis-Masalah-Siswa-
di-Sekolah-Dasar