Disusun Oleh :
ROMBEL 06
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
SINTAKSIS
1. PEMBUKA
1.1.Latar belakang
Pemahaman satuan sintaksis bahasa Indonesia bagi guru, selain dapat menjadi bekal
dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga
dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. Sehingga, materi ini
menjadi modal awal bagi kita yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di
SD, karena dengan dikuasainya materi ini kita telah memiliki kemampuan yang dapat
mendukung kita dalam membimbing anak didik kita sehingga semakin mampu berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian sintaksis, frase, klausa, jenis-jenis frase dan jenis-jenis klausa.
2. PEMBAHASAN
2.1. Sintaksis
Sintaksis dan morfologi merupakan bahasan yang berhubungan, namun bidang
tatarannya berbeda. Morfologi membahas pembentukan kata dari satuan-satuan yang lebih
kecil, sedangkan sintaksis membicarakan hubungan kata dengan kata lain atau unsur-unsur
lain sebagai suatu satuan ujaran.
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, Sun yang berarti dengan dan kata
Tattein yang berati menempatkan jadi, istilah itu berarti: dengan menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang
membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa,
klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek
kajian sintaksis terbesar.
Menurut Ramlan (2001), Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Tidak berbeda dengan pendapat
tersebut, Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tata
bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa dan frase.
Sintaksis adalah studi kebahasaan yang membahas struktur kalimat suatu bahasa
secara gramatis. Sesuai dengan hakikat kalimat sebagai satuan bahasa, strukturnya dibahas
berdasarkan bentuk, makna, dan fungsi, menurut hubungan unsur-unsurnya. Unsur gramatis
kalimat adalah kata. Dalam hubungannya dengan istilah-istilah sintaktik yang digunakan
pada GBPP Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, diperlukan adanya pemahaman tentang latar
belakang pemakaian istilah tersebut menurut segi sintaksis.
Ramlan (1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya atas dua
jenis, yakni:
a. Frase endosentrik
Frase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Frase endosentrik
terbagi menjadi tiga jenis:
1. Frase endosentrik koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan
dengan kata dan dan atau. Misalnya :
- Rumah pekarangan
- Kakek nenek
- Suami istri
2. Frase endosentrik atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara. Sehingga tidak
dapat disisipkan kata penghubung dan dan atau. Misalnya:
- Buku baru
- Sedang belajar
- Belum mengerjakan
3. Frase endosentrik apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam
kalimat tapi tidak dapat dihubungkan dengan kata dan dan atau. Misalnya ;
- Almin anak pak Darto sedang membaca.
- Anak pak Darto sedang belajar.
- Ahmad sedang belajar.
b. Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya, misalnya :
- Di pasar
- Ke sekolah
- Dari kampong
Frase ditinjau dari segi perasaan distribusi dengan golongan atau katagori kata, frase terdiri
atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektifal, frase pronominal dan frase numeralia.
a. Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba
sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Misalnya :
- Kapal laut itu sudah berlabuh.
- Bapak saya belum pergi.
- Ibu saya sedang mencuci.
b. Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau benda dan
satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya :
- Kakek membeli tiga buah layang-layang.
- Yono makan beberapa butir telur itik.
- Siti menjual tiga puluh kodi kayu besi.
c. Frase adjectival adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang
intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa, misalnya :
- Ibu bapakku sangat gembira.
- Baju itu sangat indah.
- Orang itu sangat cantik.
d. Frase pronominal adalah dua kata atau lebih yang intinya pronominal dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya:
- Saya sendiri akan pergi ke pasar.
- Kami sekalian akan berkunjung ke Tator.
- Kamu semua akan pergi studi wisata di Tator.
e. Frase numeralia adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam
kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya:
- Tiga buah rumah sedang terbakar.
- Lima ekor ayam sedang terbang.
- Sepuluh bungkus kue akan dibeli.
2.3. Klausa
2.3.1.Pengertian Klausa
Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah
satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Klausa adalah satuan
gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi
kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat
karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat,
kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan
Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya
unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat
plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya:
(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.
Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa (b
)Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P,
diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat
penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.
Menurut Keraf (1984:156) kalimat adalah satu bagian dari ujaran yang didahului dan
diikuti oleh kesenyapan. Pengertian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Kridalaksana (1982:72) bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa.
Dalam tatanan bahasa Indonesia, kalimat adalah bagian terkecil ajaran atau text (wacana)
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.
a. Kalimat nominal
Kalimat nominal adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda. Misalnya:
- Ibuku petani sawah.
b. Kalimat verbal
Kalimat verbal adalah kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata verbal/kerja.
Kalimat verbal terdiri atas tujuh macam yakni:
1. Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya tidak memerlukan objek,
misalnya:
2. Kalimat ekatransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya hanya memerlukan objek
tanpa diikuti pelengkap. Misalnya:
Saya makan nasi goring.
Ibu mencuci piring.
3. Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan
pelengkap. Misalnya:
Ali membelikan adiknya baju tadi malam.
Pili memasakkan nasi suaminya kemarin.
4. Kalimat semitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif.
Misalnya :
Udin kehilangan uang milyaran kemarin.
Ibu Aminah kedatangan tamu dari Jakarta.
5. Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja
berawalan di-. Misalnya:
Rumah itu dibeli oleh Pak amin.
Motor itu dijual oleh Toko Mandala.
6. Kalimat ajektival adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival.
Misalnya:
Rumahku besar sekali.
Buku bahasa inggrisku sangat tebal.
7. Kalimat preposisional adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau
preposisi. Misalnya:
Tempat tinggalnya di Makasar.
Wesel pos ini untuk Miranda.
Di samping itu, menurut ( Keraf, 1982 ) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat
dikelompokkan atas empat macam:
a. Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin megutarakan suatu
peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain. Misalnya:
- Ali pergi ke Jakarta kemarin.
- Jalan itu sangat licin.
- Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.
b. Kalimat Tanya
Kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang di dalamnya
terdapat tiga kemungkinan ciri:
a. Menggunakan intonasi tanya
b. Menggunakan kata tanya dan atau
c. Menggunakan partikel kah.
Misalnya:
1. Ibu datang?
2. Kapan ibu datang?
3. Akankah ibu datang?
c. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan
sesuatu.
Misalnya:
- Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
- Pergilah ke sekolah!
- Carilah pekerjaan apa saja, yang penting halal!
d. Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum
berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang
predikatnya adjektiva ( Depdikbud , 1988).
Contoh:
- Alangkah bebasnya pergaulan mereka!
- Bukan main pintarnya anak itu!
- Sungguh cerdas anak itu!
2. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat,
misalny: SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat
(diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan).
Contoh:
a. Saya minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk setara)
b. Kami sedang makan ketika paman datang kemarin. (majemuk bertingkat)
c. Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh
para artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida. (majemuk campuran)
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni:
(1) Kalimat majemuk setara
(2) Kalimat majemuk bertingkat
(3) Kalimat majemuk campuran
3. PENUTUP
3.1. Simpulan
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, Sun yang berarti dengan dan kata Tattein yang
berati menempatkan jadi, istilah itu berarti: dengan menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Frase adalah satuan sintaksis yang satu tingkat berada
dibawah klausa dan satu tingkat berada di atas satuan kata. Jenis frase:
a. Frase endosentrik:
1. Frase endosentrik koordinatif
2. Frase endosentrik atributif
3. Frase endosentrik apositif
b. Frase eksosentrik
Frase ditinjau dari segi katagori kata:
a. Frase verbal
b. Frase nominal
c. Frase adjectival
d. Frase pronominal
e. Frase numeralia
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat,
berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan
berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110).
Jenis kalimat:
1. Kalimat tunggal
a.Kalimat nominal
b.Kalimat verbal
2. Kalimat majemuk.
Menurut ( Keraf, 1982 ) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas
empat macam:
A. Kalimat berita
B.Kalimat Tanya
C.Kalimat perintah
D.Kalimat seru.
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni:
(1) Kalimat majemuk setara
(2) Kalimat majemuk bertingkat
(3) Kalimat majemuk campuran
Daftar Pustaka
Faisal, Muhammad, dkk.. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
http://anamencoba.blogspot.com/2011/11/frase-dan-jenis-jenis-frase-dalam.html
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.