Anda di halaman 1dari 15

SINTAKSIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Drs. Sukarir Nuryanto, M.Pd.

Disusun Oleh :

Dian Wahyuningtyas (1401413338)

Siti Eka Septiana (1401413355)

Lailatul Fitriyah (1401413366)

ROMBEL 06
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
SINTAKSIS

1. PEMBUKA
1.1.Latar belakang
Pemahaman satuan sintaksis bahasa Indonesia bagi guru, selain dapat menjadi bekal
dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga
dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. Sehingga, materi ini
menjadi modal awal bagi kita yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di
SD, karena dengan dikuasainya materi ini kita telah memiliki kemampuan yang dapat
mendukung kita dalam membimbing anak didik kita sehingga semakin mampu berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian sintaksis ?
b. Apa pengertian frase?
c. Apa saja jenis-jenis frase?
d. Apa pengertian klausa?
e. Apa saja jenis-jenis klausa?
f. Apa pengertian kalimat?
g. Apa saja jenis-jenis kalimat?

1.3. Tujuan

a. Mengetahui pengertian sintaksis, frase, klausa, jenis-jenis frase dan jenis-jenis klausa.

b. Mengetahui pengertian kalimat dan jenis-jenis kalimat.

2. PEMBAHASAN

2.1. Sintaksis
Sintaksis dan morfologi merupakan bahasan yang berhubungan, namun bidang
tatarannya berbeda. Morfologi membahas pembentukan kata dari satuan-satuan yang lebih
kecil, sedangkan sintaksis membicarakan hubungan kata dengan kata lain atau unsur-unsur
lain sebagai suatu satuan ujaran.
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, Sun yang berarti dengan dan kata
Tattein yang berati menempatkan jadi, istilah itu berarti: dengan menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang
membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa,
klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek
kajian sintaksis terbesar.
Menurut Ramlan (2001), Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Tidak berbeda dengan pendapat
tersebut, Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tata
bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa dan frase.
Sintaksis adalah studi kebahasaan yang membahas struktur kalimat suatu bahasa
secara gramatis. Sesuai dengan hakikat kalimat sebagai satuan bahasa, strukturnya dibahas
berdasarkan bentuk, makna, dan fungsi, menurut hubungan unsur-unsurnya. Unsur gramatis
kalimat adalah kata. Dalam hubungannya dengan istilah-istilah sintaktik yang digunakan
pada GBPP Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, diperlukan adanya pemahaman tentang latar
belakang pemakaian istilah tersebut menurut segi sintaksis.

2.2. Frase dalam Bahasa Indonesia


2.2.1. Pengertian Frase dalam Bahasa Indonesia
Frase adalah satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah klausa dan satu
tingkat berada di atas satuan kata. Frase itu pasti terdiri lebih dari sebuah kata. Frase lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam kalimat. Pembentukan frase harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem
terikat. Contoh: konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase sedangkan konstruksi
tata boga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat. Yang
dimaksud frase adalah konstruksi nonprediktif yaitu hubungan antara kedua unsur yang
membentuk frase itu tidak berstruktur subjek- predikat atau berstruktur predikat-objek. Dan
untuk itu frase juga bisa didefinisikan konstituen pengisi-pengisi sintaksis.
2.2.2. Jenis Frase

Ramlan (1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya atas dua
jenis, yakni:
a. Frase endosentrik
Frase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Frase endosentrik
terbagi menjadi tiga jenis:
1. Frase endosentrik koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan
dengan kata dan dan atau. Misalnya :
- Rumah pekarangan
- Kakek nenek
- Suami istri
2. Frase endosentrik atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara. Sehingga tidak
dapat disisipkan kata penghubung dan dan atau. Misalnya:
- Buku baru
- Sedang belajar
- Belum mengerjakan
3. Frase endosentrik apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam
kalimat tapi tidak dapat dihubungkan dengan kata dan dan atau. Misalnya ;
- Almin anak pak Darto sedang membaca.
- Anak pak Darto sedang belajar.
- Ahmad sedang belajar.

b. Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya, misalnya :
- Di pasar
- Ke sekolah
- Dari kampong

Frase ditinjau dari segi perasaan distribusi dengan golongan atau katagori kata, frase terdiri
atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektifal, frase pronominal dan frase numeralia.
a. Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba
sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Misalnya :
- Kapal laut itu sudah berlabuh.
- Bapak saya belum pergi.
- Ibu saya sedang mencuci.
b. Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau benda dan
satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya :
- Kakek membeli tiga buah layang-layang.
- Yono makan beberapa butir telur itik.
- Siti menjual tiga puluh kodi kayu besi.
c. Frase adjectival adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang
intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa, misalnya :
- Ibu bapakku sangat gembira.
- Baju itu sangat indah.
- Orang itu sangat cantik.
d. Frase pronominal adalah dua kata atau lebih yang intinya pronominal dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya:
- Saya sendiri akan pergi ke pasar.
- Kami sekalian akan berkunjung ke Tator.
- Kamu semua akan pergi studi wisata di Tator.
e. Frase numeralia adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam
kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya:
- Tiga buah rumah sedang terbakar.
- Lima ekor ayam sedang terbang.
- Sepuluh bungkus kue akan dibeli.

2.3. Klausa
2.3.1.Pengertian Klausa
Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah
satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Klausa adalah satuan
gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi
kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat
karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat,
kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan
Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya
unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat
plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya:
(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.
Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa (b
)Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P,
diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat
penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.

2.3.2. Ciri-ciri Klausa


Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut:
1. Dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang;
2. Klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final;
3. Dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat;
4. Klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat
dalam klausa tersebut, selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau
setiap fungsi sintaktis yang ada.

2.3.3. Jenis Klausa


Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi predikat terdiri atas:
1. Klausa Nominal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa golongan
nomina. Misalnya:
- Ia guru IPA.
- Yang dibeli pedagang itu kayu.
2. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori verbal,
dan klausa verbal terbagi atas lima jenis :
a. Frasa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Misalnya :
- Rumahnya sangat luas.
- Motornya sangat mahal.
- Rumahnya indah sekali.
b. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja
intransitif sebagai unsur intinya . Misalnya :
- Burung merpati sedang terbang di angkasa.
- Adikku sedang bermain-main dilapangan.
- Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hassanudin.
c. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang transitif sebagai unsur intinya. Misalnya:
- Ibuku sedang mencuci piring.
- Pamanku sedang mengerjakan IPS.
- Guru-guru sedang mengikuti pelatihan PIPS.
d. Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang
tergolong kata kerja reflektif. Misalnya :
- Mereka sedang mendinginkan diri.
- Anak-anak itu sedang menyelamatkan diri.
e. Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan
verbal yang termasuk kata kerja resiprok. Misalnya :
- Mereka saling melempar batu karang.
- Mereka tolong menolong di sungai.
- Anak-anak itu ejek mengejek di sekolah.
3. Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan bilangan.
Misalnya:
- Kaki meja itu empat buah.
- Mobil itu delapan rodanya.
- Rumah panggung itu dua puluh tiangnya.
4. Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali
kata depan sebagai penanda. Misalnya :
- Baju dinas itu untuk pegawai Pemda.
- Mobil itu dari Amerika.
- Makanan lezat itu buat adik-adikmu.

2.4. Kalimat Bahasa Indonesia


2.4.1. Pengertian kalimat

Menurut Keraf (1984:156) kalimat adalah satu bagian dari ujaran yang didahului dan
diikuti oleh kesenyapan. Pengertian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Kridalaksana (1982:72) bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa.
Dalam tatanan bahasa Indonesia, kalimat adalah bagian terkecil ajaran atau text (wacana)
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.

2.4.2. Jenis Kalimat


Dari segi bentuk kalimat dapat dikelompokkan atas dua jenis:
1. Kalimat tunggal
2. Kalimat majemuk
1. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK ) atau
kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa.
Contoh:
- Dia pergi.

- Dia melempar mangga.

- Akhmad pergi ke pasar kemarin sore.

Jenis-jenis kalimat tunggal:

a. Kalimat nominal

Kalimat nominal adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda. Misalnya:
- Ibuku petani sawah.

- Ayahku pegawai kantor pajak.

- Kakakku tukang kayu.

b. Kalimat verbal

Kalimat verbal adalah kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata verbal/kerja.
Kalimat verbal terdiri atas tujuh macam yakni:

1. Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya tidak memerlukan objek,
misalnya:

Pak Desa belum pergi ke kantor.

Ibunya sedang berenang di kolam.

Adik-adikku telah belajar matematika.

2. Kalimat ekatransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya hanya memerlukan objek
tanpa diikuti pelengkap. Misalnya:
Saya makan nasi goring.
Ibu mencuci piring.
3. Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan
pelengkap. Misalnya:
Ali membelikan adiknya baju tadi malam.
Pili memasakkan nasi suaminya kemarin.
4. Kalimat semitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif.
Misalnya :
Udin kehilangan uang milyaran kemarin.
Ibu Aminah kedatangan tamu dari Jakarta.
5. Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja
berawalan di-. Misalnya:
Rumah itu dibeli oleh Pak amin.
Motor itu dijual oleh Toko Mandala.
6. Kalimat ajektival adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival.
Misalnya:
Rumahku besar sekali.
Buku bahasa inggrisku sangat tebal.
7. Kalimat preposisional adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau
preposisi. Misalnya:
Tempat tinggalnya di Makasar.
Wesel pos ini untuk Miranda.

Di samping itu, menurut ( Keraf, 1982 ) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat
dikelompokkan atas empat macam:
a. Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin megutarakan suatu
peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain. Misalnya:
- Ali pergi ke Jakarta kemarin.
- Jalan itu sangat licin.
- Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.
b. Kalimat Tanya
Kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang di dalamnya
terdapat tiga kemungkinan ciri:
a. Menggunakan intonasi tanya
b. Menggunakan kata tanya dan atau
c. Menggunakan partikel kah.

Misalnya:

1. Ibu datang?
2. Kapan ibu datang?
3. Akankah ibu datang?

Jenis kalimat tanya menurut sifatnya:

1. Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa.


Misalnya:
- Apa yang kamu cari disini?
- Untuk apa kamu bekerja siang dan malam?
- Tentang apa yang belum jelas bagimu?
2. Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa.
Misalnya:
- Siapa yang kau cari kemarin sore?
- Dengan siapa anda pergi ke Jakarta?
- Untuk siapa anda bekerja keras selama ini?
3. Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak
Misalnya:
- Berapa buku yang anda perlukan bulan depan?
- Berapa banyak uang yang kau pinjam sekarang?
4. Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana.
Misalnya:
- Mana yang kau senangi, membeli baju atau celana?
- Yang mana kau pilih, buah mangga atau semangka?
5. Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana.
Misalnya:
- Dimana engkau akan tinggal bulan depan?
- Ke mana dia akan pergi merantau?
- Dari mana Amin pergi baru sekarang kelihatan?
6. Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila.
Misalnya:
- Bila dia selesai studinya di UNNES?
- Kapan Dian menjadi dosen matematika di UNNES?
- Bilamana Hamid menyelesaikan pembangunan rumahnya?
7. Untuk menanyakan kausalitas : mengapa, apa, sebab, akibat apa.
Misalnya:
- Mengapa anda tidak mau menjadi guru?
- Apa sebabnya anda jarang pergi ke kampong halamannya?

Kalimat tanya terdiri atas tiga macam:


1. Kalimat tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
2. Kalimat tanya retoris : kalimat yang menggunakan ciri kalimat tanya tetapi tidak perlu
dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk menarik
perhatian pendengar.
3. Kalimat yang senilai perintah : bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh,
misalnya apakah jendela itubisa dibuka sekarang ?

c. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan
sesuatu.
Misalnya:
- Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
- Pergilah ke sekolah!
- Carilah pekerjaan apa saja, yang penting halal!

Kalimat perintah mempunyai beberapa jenis:


a. Suruhan
Misalnya:
- Pergi dari sini!
- Makan obat dahulu baru ke sekolah!
- Angkat segera barang itu!
b. Permintaan
Misalnya:
- Tolong bawa surat ini ke kantor pos!
- Bisakah anda buatkan lukisan pemandangan!
- Mohon buatkan meja kayu!
c. Memperkenankan
Misalnya:
- Tolong bawa surat ini ke kantor pos!
- Silakan berangkat dahulu!
d. Ajakan
Misalnya:
- Marilah kita beristirahat sejenak!
- Mari kita bekerja bersama-sama!
- Ayo kita makan sama-sama!
e. Larangan
Misalnya:
- Jangan pergi hari ini!
- Jangan pergi ke pasar!
- Tidak boleh pergi tengah malam!
f. Bujukan
Misalnya:
- Tidurlah ibu menjagamu, sayang!
g. Harapan
- Misalnya:
- Mudah-mudahan anda selamat sampai di tujuan!
- Semoga anda sukses selalu!

d. Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum
berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang
predikatnya adjektiva ( Depdikbud , 1988).
Contoh:
- Alangkah bebasnya pergaulan mereka!
- Bukan main pintarnya anak itu!
- Sungguh cerdas anak itu!

2. Kalimat majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat,
misalny: SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat
(diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan).
Contoh:
a. Saya minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk setara)
b. Kami sedang makan ketika paman datang kemarin. (majemuk bertingkat)
c. Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh
para artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida. (majemuk campuran)
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni:
(1) Kalimat majemuk setara
(2) Kalimat majemuk bertingkat
(3) Kalimat majemuk campuran

- Kalimat majemuk setara


Kalimat majemuk setara terbagi atas empat jenis: yakni kalimat mejemuk setara penambahan,
kalimat majemuk setara pemilihan, kalimat majemuk setara perlawanan, dan kalimat
majemuk setara sebab.
(a) Kalimat majemuk setara penambahan dalah kalimat majemuk setara yang menggunakan
kata-kata penghubung: dan, lagi pula, serta. Misalnya:
- Adi belajar IPS dan Erni belajar IPA.
- Tuti sangat pintar mejahit lagi pula sangat baik budi.
- Muhaimin pergi ke pasar serta pergi ke kebun pada hari ini.
(b) Kalimat majemuk setara pemilihan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan
kata-kata pengubung atau, baik... maupun. Misalnya:
- Engkau mau pergi ke Jakarta atau mau pergi ke Semarang?
- Pemerintah perlu meningkatkan mutu pendidikan, baik mutu pendidikan dasar-menengah
maupun mutu pendidikan tinggi.
(c) Kalimat majemuk setara perlawanan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan
kata penghubung: tetapi, namun, padahal. Misalnya:
- Dia mau belajar tetapi diberi hadiah dulu.
- Meskipun sakit jantung, Ali tetap bekerja di bengkel.
- Dia kelihatan sehat padahal memiliki penyakit kronis.
- Alimuddin sering marah kepada siswanya namun demikian tidak sampai dalam hatinya.
(d) Kalimat majemuk setara sebab-akibat adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan
kata penghubung: sebab, karena, behubung, akibat. Misalnya:
- Saya tidak pergi karena sakit.
- Kamaruddin tidak masuk bekerja sebab pergi ke kampungnya.
- Hutan di hulu sungai Saddang sudah rusak total, akibatnya sering banjir di hilir.

- Kalimat majemuk bertingkat


Kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau lebih, satu sebagai induk kalimat
(diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat (menerangkan). Atau, kalimat tunggal yang
bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola
kalimat baru, selain pola pola yang sudah ada. Misalnya:
- Rumah kami kosong waktu pencuri masuk.
- Pak tani yang rajin itu memberantas hama padi.
- Kebersamaan sangat penting bagi rakyat Indonesia agar negara ini semakin maju.
- Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah pola atasan dan
sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurangkurangnya dua pola atasan dan satu
atau lebih pola bawahan (Keraf, 1981). Misalnya:
- Universitas Negeri makassar telah melaksanakan seminar nasional tentang peningkatan
mutu pendidikan, yang dihadiri Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur Sulawesi Selatan,
pejabat tinggi lainnya, serta pencinta pendidikan di kota Makassar dan sekitarnya.

3. PENUTUP
3.1. Simpulan

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, Sun yang berarti dengan dan kata Tattein yang
berati menempatkan jadi, istilah itu berarti: dengan menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Frase adalah satuan sintaksis yang satu tingkat berada
dibawah klausa dan satu tingkat berada di atas satuan kata. Jenis frase:

Menurut Ramlan (1981) :

a. Frase endosentrik:
1. Frase endosentrik koordinatif
2. Frase endosentrik atributif
3. Frase endosentrik apositif
b. Frase eksosentrik
Frase ditinjau dari segi katagori kata:
a. Frase verbal
b. Frase nominal
c. Frase adjectival
d. Frase pronominal
e. Frase numeralia
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat,
berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan
berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110).

Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut:


1. Dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang;
2. Klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final;
3. Dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat;
4. Klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi.
Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi predikat terdiri atas:
1. Klausa Nominal
2. Klausa verbal
3. Frasa verbal yang ajektif
4. Klausa verbal intransitif
5. Klausa verbal yang aktif
6. Klausa verbal yang reflektif
7. Klausa verbal yang resiprok
8. Klausa bilangan
9. Klausa depan.
Dalam tatanan bahasa Indonesia, kalimat adalah bagian terkecil ajaran atau text (wacana)
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.

Jenis kalimat:
1. Kalimat tunggal
a.Kalimat nominal
b.Kalimat verbal
2. Kalimat majemuk.
Menurut ( Keraf, 1982 ) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas
empat macam:
A. Kalimat berita
B.Kalimat Tanya
C.Kalimat perintah
D.Kalimat seru.
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni:
(1) Kalimat majemuk setara
(2) Kalimat majemuk bertingkat
(3) Kalimat majemuk campuran

Daftar Pustaka

Faisal, Muhammad, dkk.. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
http://anamencoba.blogspot.com/2011/11/frase-dan-jenis-jenis-frase-dalam.html

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai