Disusun oleh :
Kelompok 1
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan IPA
Kelas Rendah. Penulis berterima kasih kepada Ibu Lidia Simanihuruk S.Si., M.Pd.yang sudah
memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
kepada perubahan tingkah laku. Dalam hal ini IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu saja
berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA.
Pendidikan IPA yang sesuai dengan hakikatnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-pemikiran
masih terus disumbangkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA. Pendidikan IPA
dihadapkan dengan permasalahan diantaranya perangkat pembelajaran IPA yang mampu
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui tema tertentu dalam satu mata pelajaran.
Keintergrasian konsep dalam mata pelajaran diperlukan sehingga guru dan peserta didik memiliki
bekal kompetensi dari berbagai disiplin ilmu. Permasalahan mendasar adalah pembelajaran IPA
belum berorientasi pada keterampilan proses sains seutuhnya sehingga kemampuan berpikir dan
kemampuan berinkuiri belum optimal.
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami pengertian IPA sebagai produk, IPA sebagai
Proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah.Dan mengetahui teori belajar yang melandasi pembelajaran
IPA SD.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains mempelajari seisi alam beserta gejala-
gejala yang ada pada alam. Sujana (2013, hlm. 13-14) mengemukakan bahwa “Secara harfiah
sains dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam”. Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 (dalam Sujana, 2013, hlm. 14) „IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis...‟. Sedangkan menurut Iskandar (dalam Rusyanti, 2013) menyatakan bahwa „ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi
dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum,
prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa‟.Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam, ilmu pengetahuan ini diperoleh melalui hasil
observasi dan eksperimen yang dilakukan secara sistematik.Menurut Sujana (2013) hakikat IPA
atau sains jika ditinjau dari sudut ontologi, epistomologi, dan aksiologi ada tiga yaitu IPA atau
sains sebagai produk, IPA atau sains sebagai proses dan IPA atau sains sebagai sikap ilmiah.
Adapun uraian dari hakikat IPA atau sains tersebut yaitu sebagai berikut.
Dalam IPA dipelajari berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori yang merupakan hasil dari
temuan para ahli. Hasil temuan inilah yang disebut sebagai produk. Produk-produk yang
dihasilkan oleh manusia pada dasarnya diperoleh dari perkembangan ilmu pengetahuan, Sains
dipandang sebagai produk karena isi dari sains tersebut merupakan hasil kegiatan empiris dan
analitis yang dilakukan oleh para ahli. Produk-produk sains menurut Sarkim (1998)berisi
tentang fakta-fakta, prinsif-prinsif, hukum-hukum, konsep-konsep, serta teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan atau memahami alam serta fenomena-fenomena yang terjadi di
dalamnya.Hasil temuan para ahli berupa materi-materi yang saat ini diajarkan di sekolah-
sekolah. Menurut Widodo, dkk. (2010) materi yang ditemukan dan dipelajari tersebut pada
dasarnya berisi tentang fakta, konsep, hukum, dan teori. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sarkim (dalam Sujana, 2013, hlm. 26) yang mengemukakan bahwa produk IPA „berisi tentang
fakta-fakta, prinsip-prinsip, hukum-hukum, konsep-konsep, serta teori-teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan atau memahami alam serta fenomena-fenomena yang terjadi
didalamnya‟. Fakta merupakan kenyataan yang menunjukan suatu kebenaran. Sedangkan
menurut Wibowo (2013) mengemukakan bahwa “Fakta adalah suatu kenyataan, sesuatu yang
benar-benar terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya”. Selain itu, Sujana (2013, hlm. 26)
juga mengungkapkan “Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, benda-benda, atau
gejala yang memiliki sifat tertentu atau lambang tertentu”. Karakteristik dari suatu benda
merupakan contoh konsep. Adapun dalam Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
(2012, hlm. 137) mengemukakan bahwa “Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hasil
generalisasi dari konsep-konsep”. Sedangkan teori IPA menurut Sujana (2013, hlm. 26)
merupakan “Kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, serta hukum,
sehingga merupakan model atau gambaran yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan gejala
alam yang terjadi”.
IPA sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan IPA. IPA sebagai proses
merupakan suatu tahapan untuk memperoleh produk IPA. IPA sebagai proses sangat berkaitan
erat dengan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan cara untuk
memperoleh ilmu (Sujana, 2013). Jadi IPA sebagai proses merupakan cara yang dilakukan
untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam. Cara untuk memperolehnya yaitu melalui
keterampilan proses sains. Menurut Widodo, dkk. (2010) ada beberapa keterampilan proses
sains yaitu keterampilan mengamati, keterampilan merencanakan dan melaksanakan
percobaan, keterampilan menafsirkan dan menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan.
Proses belajar IPA atau sains harus diarahkan agar siswa mau mengajarkan sesuatu, bukan
hanya memahami sesuatu. IPA atau sains sebagai proses biasanya identik dengan keterampilan
proses sains (Science Process Skill) atau disingkat proses sains. Proses sains merupakan
sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena-fenomena alam melalui cara tertentu umtuk
memperoleh ilmu serta perkembangan ilmu selanjutnya.
Selain IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses adapula IPA sebagai sikap ilmiah.
Menurut Widodo, dkk. (2010) “Sikap ilmiah terbentuk karena sifat sains itu sendiri”. Menurut
Sujana (2013, hlm. 28) “Sikap ilmiah merupakan sikap para ilmuan dalam mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan”. Sedangkan dalam Bahan Ajar Pendidikan Dan Latihan
Profesi Guru (2012 ) IPA sebagai sikap ilmiah yaitu sikap ilmiah yang dipakai landasan dalam
menghasilkan produk IPA dan mengaplikasikan produk IPA tersebut dalam kehidupan
manusia. Jadi dapat disimpulkan, IPA sebagai sikap ilmiah merupakan sikap yang dilakukan
untuk memperoleh, mengembangkan, dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan. Menurut
Dawson (dalam Sujana, 2013, hlm. 28) „terdiri dari dua bagian yaitu sikap yang apabila diikuti
akan membantu dalam memecahkan masalah, serta sikap yang menekankan pada cara
memandang alam serta dapat berguna bagi pengembangan karier berikutnya‟. Ada beberapa
aspek yang harus dikembangkan pada sikap ilmiah menurut Tanpa nama (2011) yaitu sikap
ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa,
sikap mawas diri, sikap tidak berprasangka, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas,
sikap kesiplinan diri. Selain itu, dalam bahan ajar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (2012)
dijelaskan bahwa IPA jika dipandang secara menyeluruh dipandang sebagai cara berpikir, cara
untuk menyelidiki, dan sebagai batang tubuh pengetahuan. Sikap sains atau sikap ilmiah
berbeda dengan sikap terhadap sains. Sikap ilmiah merupakan sikap para ilmuan dalam
mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sedangkan sikap terhadap sains merupakan
kecenderungan seseorang ( suka atau tidak suka) terhadap sains. Makna sikap pada IPA
dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI
yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap
tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggungjawab, sikap
berfikir bebas, sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa
melakukan diskusi atau kegiatan di lapangan.
Terdapat empat teori belajar dalam pembelajaran IPA di SD. Diantaranya adalah :
Teori Peaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada
tahun 1896.
A. Penerapan Teori Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD
Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
1) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
2) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
3) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak.
Bruner merupakan salah seorang ahli psikolog perkembangan dan ahli belajar kognitif. Beliau
beranggapan bahwa belaar merupakan kegiatan perolehan informasi. Kegiatan pengolahan
informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori tersebut
ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori belajat Bruner ini
disebut sebagai teori belajar penemuan.
Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output. Rangsangan/stimulus dari
lingkungan (environtment) mempengaruhi alat-alat indera yaitu (receptor), dan masuk ke dalam
sistem syaraf melalui register penginderaan (sensory register). Disini informasi diberi kode,
artinya informasi diberi suatu bentuk yang mewakili informasiaslinya dan berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat. Bagian-bagian ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short
term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi, informasi dapat diolah
oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka pendek untuk waktu yang lebih lama,
namun rehearsal juga mampu mentransformasikan informasi itu sekali lagi ke dalam memori
jangka panjang (long term memory).
Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali melalui
suatu generator repons (response generator) yang berfungsi mengubah informasi menjadi
tindakan.
Model seperti digambarkan di atas juga menunjukkan bagaimana pengendalian internal dari aliran
informasi oleh kontrol utama (executice control) dan harapan-harapan (ecpectancies).
Menurtu teori Ada beberapa ciri penting tentang belajar, yaitu :
1. Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
2. Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya,
3. Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama
selama kehidupan orang itu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan IPA yang sesuai dengan hakikatnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-pemikiran
masih terus disumbangkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA. Pendidikan IPA
dihadapkan dengan permasalahan diantaranya perangkat pembelajaran IPA yang mampu
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui tema tertentu dalam satu mata pelajaran.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai calon guru perlu memperhatikan memahami hakekat IPA dan teori belajar
yang melandasi kita mengapa harus mempelajarinya dan mengajarkannya .
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/32240/3/BAB%20II.pdf
http://repository.upi.edu/19626/4/s_pgsd_kelas_1101299_chapter2.pdf