Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT IPA SEBAGAI PRODUK, PROSES,

DAN SIKAP ILMIAH

Disusun oleh :

Kelompok 1

 Vania Valletta Priono (1193111025)


 Josua Christian Manalu (1193111027)
 Windi Afriani Pohan (1193111028)
 Esra Pelita Situmorang (1193111045)
 Kharisma Ramadhani Alya (1193111051)

Dosen Pengampu : Lidia Simanihuruk S.Si,M.Pd,.

Mata Kulih : Pendidikan IPA Kelas Rendah

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan IPA
Kelas Rendah. Penulis berterima kasih kepada Ibu Lidia Simanihuruk S.Si., M.Pd.yang sudah
memberikan bimbingannya.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 18 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan pastilah terjadi proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas. Proses
belajar mengajar pada hakikatnya adalah menolong siswa untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap dan apresiasi yang menjurus

kepada perubahan tingkah laku. Dalam hal ini IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu saja
berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA.

Pendidikan IPA yang sesuai dengan hakikatnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-pemikiran
masih terus disumbangkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA. Pendidikan IPA
dihadapkan dengan permasalahan diantaranya perangkat pembelajaran IPA yang mampu
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui tema tertentu dalam satu mata pelajaran.
Keintergrasian konsep dalam mata pelajaran diperlukan sehingga guru dan peserta didik memiliki
bekal kompetensi dari berbagai disiplin ilmu. Permasalahan mendasar adalah pembelajaran IPA
belum berorientasi pada keterampilan proses sains seutuhnya sehingga kemampuan berpikir dan
kemampuan berinkuiri belum optimal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan hakikat IPA sebagai poduk, proses, dan sikap ilmiah.

2. Menjelaskan teori belajar yang melandasi pembelajaran IPA SD.

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami pengertian IPA sebagai produk, IPA sebagai
Proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah.Dan mengetahui teori belajar yang melandasi pembelajaran
IPA SD.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat pembelajaran IPA

Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains mempelajari seisi alam beserta gejala-
gejala yang ada pada alam. Sujana (2013, hlm. 13-14) mengemukakan bahwa “Secara harfiah
sains dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam”. Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 (dalam Sujana, 2013, hlm. 14) „IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis...‟. Sedangkan menurut Iskandar (dalam Rusyanti, 2013) menyatakan bahwa „ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi
dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum,
prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa‟.Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam, ilmu pengetahuan ini diperoleh melalui hasil
observasi dan eksperimen yang dilakukan secara sistematik.Menurut Sujana (2013) hakikat IPA
atau sains jika ditinjau dari sudut ontologi, epistomologi, dan aksiologi ada tiga yaitu IPA atau
sains sebagai produk, IPA atau sains sebagai proses dan IPA atau sains sebagai sikap ilmiah.

Adapun uraian dari hakikat IPA atau sains tersebut yaitu sebagai berikut.

A. IPA sebagai produk

Dalam IPA dipelajari berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori yang merupakan hasil dari
temuan para ahli. Hasil temuan inilah yang disebut sebagai produk. Produk-produk yang
dihasilkan oleh manusia pada dasarnya diperoleh dari perkembangan ilmu pengetahuan, Sains
dipandang sebagai produk karena isi dari sains tersebut merupakan hasil kegiatan empiris dan
analitis yang dilakukan oleh para ahli. Produk-produk sains menurut Sarkim (1998)berisi
tentang fakta-fakta, prinsif-prinsif, hukum-hukum, konsep-konsep, serta teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan atau memahami alam serta fenomena-fenomena yang terjadi di
dalamnya.Hasil temuan para ahli berupa materi-materi yang saat ini diajarkan di sekolah-
sekolah. Menurut Widodo, dkk. (2010) materi yang ditemukan dan dipelajari tersebut pada
dasarnya berisi tentang fakta, konsep, hukum, dan teori. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sarkim (dalam Sujana, 2013, hlm. 26) yang mengemukakan bahwa produk IPA „berisi tentang
fakta-fakta, prinsip-prinsip, hukum-hukum, konsep-konsep, serta teori-teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan atau memahami alam serta fenomena-fenomena yang terjadi
didalamnya‟. Fakta merupakan kenyataan yang menunjukan suatu kebenaran. Sedangkan
menurut Wibowo (2013) mengemukakan bahwa “Fakta adalah suatu kenyataan, sesuatu yang
benar-benar terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya”. Selain itu, Sujana (2013, hlm. 26)
juga mengungkapkan “Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, benda-benda, atau
gejala yang memiliki sifat tertentu atau lambang tertentu”. Karakteristik dari suatu benda
merupakan contoh konsep. Adapun dalam Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
(2012, hlm. 137) mengemukakan bahwa “Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hasil
generalisasi dari konsep-konsep”. Sedangkan teori IPA menurut Sujana (2013, hlm. 26)
merupakan “Kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, serta hukum,
sehingga merupakan model atau gambaran yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan gejala
alam yang terjadi”.

B. IPA sebagai Proses

IPA sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan IPA. IPA sebagai proses
merupakan suatu tahapan untuk memperoleh produk IPA. IPA sebagai proses sangat berkaitan
erat dengan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan cara untuk
memperoleh ilmu (Sujana, 2013). Jadi IPA sebagai proses merupakan cara yang dilakukan
untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam. Cara untuk memperolehnya yaitu melalui
keterampilan proses sains. Menurut Widodo, dkk. (2010) ada beberapa keterampilan proses
sains yaitu keterampilan mengamati, keterampilan merencanakan dan melaksanakan
percobaan, keterampilan menafsirkan dan menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan.
Proses belajar IPA atau sains harus diarahkan agar siswa mau mengajarkan sesuatu, bukan
hanya memahami sesuatu. IPA atau sains sebagai proses biasanya identik dengan keterampilan
proses sains (Science Process Skill) atau disingkat proses sains. Proses sains merupakan
sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena-fenomena alam melalui cara tertentu umtuk
memperoleh ilmu serta perkembangan ilmu selanjutnya.

C. IPA sebagai Sikap Ilmiah

Selain IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses adapula IPA sebagai sikap ilmiah.
Menurut Widodo, dkk. (2010) “Sikap ilmiah terbentuk karena sifat sains itu sendiri”. Menurut
Sujana (2013, hlm. 28) “Sikap ilmiah merupakan sikap para ilmuan dalam mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan”. Sedangkan dalam Bahan Ajar Pendidikan Dan Latihan
Profesi Guru (2012 ) IPA sebagai sikap ilmiah yaitu sikap ilmiah yang dipakai landasan dalam
menghasilkan produk IPA dan mengaplikasikan produk IPA tersebut dalam kehidupan
manusia. Jadi dapat disimpulkan, IPA sebagai sikap ilmiah merupakan sikap yang dilakukan
untuk memperoleh, mengembangkan, dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan. Menurut
Dawson (dalam Sujana, 2013, hlm. 28) „terdiri dari dua bagian yaitu sikap yang apabila diikuti
akan membantu dalam memecahkan masalah, serta sikap yang menekankan pada cara
memandang alam serta dapat berguna bagi pengembangan karier berikutnya‟. Ada beberapa
aspek yang harus dikembangkan pada sikap ilmiah menurut Tanpa nama (2011) yaitu sikap
ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa,
sikap mawas diri, sikap tidak berprasangka, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas,
sikap kesiplinan diri. Selain itu, dalam bahan ajar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (2012)
dijelaskan bahwa IPA jika dipandang secara menyeluruh dipandang sebagai cara berpikir, cara
untuk menyelidiki, dan sebagai batang tubuh pengetahuan. Sikap sains atau sikap ilmiah
berbeda dengan sikap terhadap sains. Sikap ilmiah merupakan sikap para ilmuan dalam
mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sedangkan sikap terhadap sains merupakan
kecenderungan seseorang ( suka atau tidak suka) terhadap sains. Makna sikap pada IPA
dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI
yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap
tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggungjawab, sikap
berfikir bebas, sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa
melakukan diskusi atau kegiatan di lapangan.

2.2 Menjelaskan teori belajar yang melandasi pembelajaran IPA SD.

Terdapat empat teori belajar dalam pembelajaran IPA di SD. Diantaranya adalah :

1.      Teori Belajar Piaget


2.      Teori Belajar Bruner
3.      Teori Belajar Gagne
4.      Teori Belajar Ausubel

1. TEORI BELAJAR PIAGET

Teori Peaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada
tahun 1896.
A.    Penerapan Teori Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD
Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
1)      Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
2)      Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
3)      Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak.

 B.  Cara Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget


Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka
melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.Guru harus berbuat
seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan
sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jabawab bila sewaktu-
waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat
menemukan jawaban yang diinginkan.

2. TEORI BELAJAR BRUNER

Bruner merupakan salah seorang ahli psikolog perkembangan dan ahli belajar kognitif. Beliau
beranggapan bahwa belaar merupakan kegiatan perolehan informasi. Kegiatan pengolahan
informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori tersebut
ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori belajat Bruner ini
disebut sebagai teori belajar penemuan.

A.   Penerapan Model Belajar Bruner dalam Pembelajaran IPA di SD


Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model
pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang
nyata.  Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi
melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.

B.  Cara Pembelajaran IPA di SD Berrdasarkan Model Bruner


Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat, antara lain :
1.      Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut
didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
2.      Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.
3.        TEORI BELAJAR GAGNE

Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output. Rangsangan/stimulus dari
lingkungan (environtment) mempengaruhi alat-alat indera yaitu (receptor), dan masuk ke dalam
sistem syaraf melalui register penginderaan (sensory register). Disini informasi diberi kode,
artinya informasi diberi suatu bentuk yang mewakili informasiaslinya dan berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat. Bagian-bagian ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short
term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi, informasi dapat diolah
oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka pendek untuk waktu yang lebih lama,
namun rehearsal juga mampu mentransformasikan informasi itu sekali lagi ke dalam memori
jangka panjang (long term memory).

Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali melalui
suatu generator repons (response generator) yang berfungsi mengubah informasi menjadi
tindakan.
Model seperti digambarkan di atas juga menunjukkan bagaimana pengendalian internal dari aliran
informasi oleh kontrol utama (executice control) dan harapan-harapan (ecpectancies).
Menurtu teori Ada beberapa ciri penting tentang belajar, yaitu :
1.      Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
2.      Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya,
3.      Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama
selama kehidupan orang itu.

A.   Hasil Belajar Menurut Gagne


Ada 5 taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar meliputi :
a)      Informasi verbal (verbal information)
Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, dari membaca,
televisi, komputer dan sebagainya meliputi nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip dan
generalisasi-generalisasi.
b)     Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills)
Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam  bentuk
representasi, khususnya konsep dan berbagai  lambang/simbol (huruf : angka, kata, gambar)
Kemahiran intelektual terbagi dalam empat subkemampuan yaitu :
·         Diskriminasi (descrimination)
·         Konsep-konsep konkret (concrete concepts)
·         Konsep-konsep terdefini (defined conceps)
·         Aturan-aturan (rules)
c)      Strategi-strategi Kognitif (defined strategies)
Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang terorganisasi. Siswa
menggunakan strategi kognitif ini dalam memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya dan
dalam memecahkan masalah secara kreatif.
d)     Sikap-sikap (attitudes)
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah laku kita
terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup. Sekolompok sikap yang penting
ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap sosial. Dengan demikian maka akan tertanam
sikap sosial pada para siswa
e)      Keterampilan-keterampilan (motor skills)
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-
kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan
intelektual, misalnya : bila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti
menggunakan pipa kapiler, termometer dan sebagainya.

B.  Menerapkan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD


Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian
instruksional (instructional events), meliputi :
a)      Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
b)      Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
c)      Mengarahkan perhatian (directing motivation)
d)     Merangsang ingatan (stimulating recall)
e)      Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
f)       Meningkatkan retensi (enhancing retention)
g)      Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
h)        -   Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance)
                     -   Memberi umpan balik (providing feedback)

4.      TEORI BELAJAR AUSUBEL


Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna.
Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
A. Menerapkan Teori Ausubel dalam Pengajaran IPA
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak
tang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi
waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar dapat
mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.

B. Prinsip-Prinsip yang Dikemukakan Oleh Ausubel


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikumukakan 2
prinsip oleh Ausubel yaitu :
a)      Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang
umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
b)      Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan
disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan IPA yang sesuai dengan hakikatnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-pemikiran
masih terus disumbangkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA. Pendidikan IPA
dihadapkan dengan permasalahan diantaranya perangkat pembelajaran IPA yang mampu
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui tema tertentu dalam satu mata pelajaran.

B. Saran

Sebaiknya kita sebagai calon guru perlu memperhatikan memahami hakekat IPA dan teori belajar
yang melandasi kita mengapa harus mempelajarinya dan mengajarkannya .
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.uny.ac.id/32240/3/BAB%20II.pdf

http://repository.upi.edu/19626/4/s_pgsd_kelas_1101299_chapter2.pdf

Anda mungkin juga menyukai