Anda di halaman 1dari 17

Ilmu Pendidikan dan Perannya Dalam Pengembangan Teori dan

Praksis Pendidikan di Indonesia


Konsep Dasar Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu :

Haryani S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Afifah Hafizh (21108244079)

Fatiya Syifaul Haq (21108244041)

Farah Pramudita Sugeng (21108241099)

Irma Amanda Larasati (21108241147)

Raditya Ananta Wisuda Putra (21108244004)

Siti Aisyiyah (21108244083)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Kelas E

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... i


BAB I..................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Ilmu Pendidikan ................................................................................... 3
B. Peran Ilmu Pendidikan ........................................................................................... 3
C. Teori Pendidikan Menurut Para Ahli...................................................................... 4
D. Praksis Pendidikan di Indonesia ............................................................................. 8
E. Dampak Praksis di Dunia Pendidikan Indonesia .................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 15

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu hal yang tidak pernah lepas dari kita. Semenjak kita
kecil hingga kita dewasa. Pendidikan sendiri merupakan kebutuhan manusia yang sangat
penting untuk melanjutkan hidup. Pendidikan sendiri selalu mengalami perubahan,
perkembangan, dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan.
Perubahan dan perbaikan tersebut berdampak di dalam pendidikan, baik itu berdampak pada
bidang pelaksana pendidikan (kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu
pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, mutu manajemen
pendidikan. Hal tersebut merupakan perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran
yang lebih inovatif. Upaya perubahan dan perbaikan dalam hal tersebut bertujuan untuk
membawa kualitas pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan


merupakan suatu hal yang sangat berperan dalam hal pembangunan berkelanjutan dalam
segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan di Indonesia harus senantiasa
berkembang dengan menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4). Era global didominasi dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membutuhkan individu - individu kreatif,
inovatif, produktif, memiliki jiwa nasionalisme, dan kemampuan berdaya saing yang tinggi
dan tangguh. Daya saing yang tinggi-pun dapat terwujud jika anak didik memiliki
kreativitas, kemandirian,dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
terjadi pada berbagai bidang di kehidupan.

Sistem pendidikan saat ini masih dan hanya menonjolkan kemampuan akademik saja
seperti kemampuan membaca dan berhitung. Banyak kasus seperti orangtua lebih bangga
anaknya mendapatkan nilai yang bagus pada pelajaran eksak (Matematika, Fisika, Biologi,
dsb) dibanding anaknya mendapatkan nilai yang baik pada bidang non-eksak (Olahraga,
Kesenian, Memasak, dsb). Hal ini mengakibatkan banyak lembaga pendidikan hanya
memandang terkait dengan kemampuan membaca dan berhitung, sedangkan nilai moral dan
emosi tak lagi dinilai penting. Sehingga banyak sekolah berlomba - lomba mengedepankan
teknologi yang serba canggih demi mendapatkan predikat unggul yang mengakibatkan biaya

1
pendidikan yang sangat mahal, sedangkan hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi
pola pemikiran terkait minat dan bakat anak yang menjadikan anak tersebut berpikiran
bahwa dirinya tidak pintar.

Terkait hal tersebut perlulah kita sebagai calon pendidik mempelajari ilmu
pendidikan yang dapat mencegah hal diatas dan menjalin hubungan dengan inovasi untuk
pendidikan di Indonesia yang lebih baik. Karena pendidikan tidak akan terlepas dari
kegiatan pembelajaran. Belajar menurut Spears dalam Suprijono (2009: 2) adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Jadi belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses reaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang
dipelajari.

Dalam hal tersebut para pendidik (guru) dituntut untuk dapat mewujudkan dan
menciptakan situasi yang memungkinkan siswa untuk aktif dan kreatif. Perlu kerjasama
antar para pendidik dengan para murid supaya optimal dalam melaksanakan aktivitas belajar
sehingga tujuan yang telah diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Perlu juga ilmu
pengetahuan akan pembelajaran dan pendidikan yang harus didapatkan oleh para calon
pendidik untuk mewujudkannya. Sehingga para calon pendidik dapat mengoptimalkan
pendidikan di Indonesia dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud ilmu pendidikan ?


2. Apa fungsi ilmu pendidikan ?
3. Bagaimana teori pendidikan menurut para ahli ?
4. Bagaimana praksis pendidikan di Indonesia ?
5. Apa saja dampak praksis di dunia pendidikan terhadap Indonesia ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi ilmu pendidikan secara umum.


2. Untuk mengetahui apa fungsi ilmu pendidikan.
3. Untuk mengetahui apa saja teori pendidikan menurut para ahli.
4. Untuk menjelaskan bagaimana praksis pendidikan di Indonesia dilaksanakan.
5. Untuk memaparkan apa saja dampak praksis di dunia pendidikan Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pendidikan

Paedagogie berarti pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan.


Pedagogik berasal dari kata Yunani paedos yang berarti anak dan agogos artinya
membimbing.

Menurut Langeveld (1955), paedagogiek adalah suatu ilmu yang bukan hanya
menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan
juga mempelajari betapa hendaknya bertindak.

Menurut S. Brodjonegoro (1966), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori


pendidikan, perenungan tentang pendidikan.

Menurut Imam Barnadib (1987), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah ilmu yang
membicarakan masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan ilmu pendidikan atau pedagogik adalah suatu
seni atau ilmu mendidik yang mempelajari tentang ilmu anak untuk membimbing dan
mendidik anak atau ilmu dan seni mengajar supaya anak kelak mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas dalam hidupnya.

B. Peran Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan mempunyai peranan sebagai perantara dalam membentuk


masyarakat yang mempunyai landasan individual, sosial dan nsurei dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok
kecil berlangsung dalam skala nsurei terbatas seperti antara nsurei sahabat, antara seorang
guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan
istri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro
diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti
perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap.

3
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan
yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan sistem terbuka:
fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan.
Pendidikan multimakna: proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi
pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai
kecakapan hidup.

C. Teori Pendidikan Menurut Para Ahli

Teori merupakan hasil dari proses ilmiah. Teori diproses melalui pengumpulan fakta,
pengembangan konsep, dan perumusan generalisasi. Dalam kamus Cambridge, teori
diartikan sebagai "a formal statement of the rules on which a subject of study is based of
or ideas which are suggested to explain a fact or event or, more generally, an opinion or
explanation," (Cambridge Advanced Learner's Dictionary: 2008-1507). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa teori pendidikan merupakan pernyataan-pernyataan
umum tentang pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan keterkaitan berbagai fakta
dan fenomena pendidikan. Teori pendidikan muncul dilatarbelakangi karena adanya
kebutuhan dalam proses belajar mengajar. Berbagai teori pendidikan turut andil terhadap
perkembangan proses belajar mengajar dan dapat menyelesaikan permasalahan dalam
pendidikan

Secara garis besar teori pendidikan dilatarbelakangi oleh teori empirisme, nativisme,
dan konvergensi. Pada setiap teori pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam
memandang perkembangan manusia, hal ini berdasarkan faktor-faktor dominan yang
dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan manusia. Berikut akan dibahas
tentang teori empirisme, nativisme, dan konvergensi.

1. Teori Empirisme

Menurut Joseph (2006:98) berpendapat bahwa “segala pengetahuan, keterampilan


dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata
melalui alat indranya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun
melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung. Jadi,

4
segala perkembangan dan kecakapan manusia dalam menerima informasi dan pendidikan
didapatkan dari pengalaman, dan pengalaman itu sendiri di dapat dari lingkungan.

Empirisme berasal dari bahasa latin, asal katanya yaitu Empiri yang artinya
pengalaman. Teori ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704), seorang filsuf
kebangsaan Inggris, yang terkenal dengan teorinya Tabularasa (a blank sheet of paper).
Dimana setiap individu yang lahir diibaratkan sebagai kertas kosong, lalu untuk
perkembangan selanjutnya faktor yang mempengaruhinya adalah lingkungan dan pada
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya.

Teori Empirisme ini bersifat optimistik, dikarenakan setiap individu yang lahir
memiliki kemampuan dan peluang besar untuk dapat berubah sesuai dengan lingkungan
dan pengalaman yang telah diterimanya. Menurut teori empirisme ini pendidikan
memegang peranan penting, karena dengan lingkungan pendidikan yang baik maka setiap
individu akan mendapat proses pendidikan yang baik juga sehingga dapat menghasilkan
tujuan hidup.

Menurut John Locke (dalam Blishen, 1970) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pendidikan adalah:

a. Pendidikan harus diberi sejak awal mungkin


b. Pembiasaan dan latihan lebih daripada peraturan, perintah atau nasehat
c. Anak didik harus diamati dari dekat untuk melihat:
1. Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat
perkembangannya).
2. Hasrat-hasratnya yang amat kuat
3. Kecenderungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak itu amat
kuat.

d. Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam hal ini kepada anak harus
diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut darinya.

e. Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak, namun hendaknya
menyenangkan dan merupakan suasana bermain yang membuka seluas-luasnya
berbagai kemungkinan yang dapat timbul.

5
2. Teori Nativisme

Teori nativisme ini berseberangan dengan teori empirisme, dimana teori nativisme
ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian setiap individu hanya ditentukan oleh
bawaan (kemampuan dasar), bakat alami serta faktor yang bersifat kodrat dan tidak dapat
diubah oleh lingkungan sekitar. Faktor lingkungan dan pengalaman tidak berpengaruh
sama sekali menurut teori ini.

Nativisme berasal dari bahasa latin, yang asal katanya natives artinya terlahir. Teori
ini dipelopori oleh Arthur schopenhauer (1788-1860) seorang filsuf yang berasal dari
jerman. Arthur schopenhauer berpendapat bahwa, “pendidikan ialah membiarkan
seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya.” Menurut teori nativisme ini,
perkembangan dan keberhasilan dalam proses pendidikan seseorang hanya ditentukan
oleh pembawaan dan bakat alami dari lahir. Sehingga setiap individu merasa tidak perlu
berusaha dan bekerja keras untuk mengubah kehidupannya karena semua sudah bersifat
pasti. Maka dari itu teori ini disebut dengan teori pesimistik.

3. Teori Konvergensi

Dari dua teori yang telah berkembang, melahirkan teori yang menggabungkan antara
teori nativisme dan teori empirisme, teori ini disebut teori konvergensi. Dimana faktor
pembawaan dan faktor lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting. Proses
perkembangan dan pembentukan kepribadian manusia dilakukan secara interaktif,
sehingga antara kemampuan dasar dan lingkungan alam saling berkesinambungan.
Perkembangan pribadi sesungguhnya merupakan hasil dari proses kerjasama dua faktor,
baik faktor internal (potensi hereditas), maupun faktor eksternal (lingkungan budaya dan
pendidikan).

Tokoh pelopor dari teori ini adalah William Stern (1871-1939) seorang filosof
berkebangsan Jerman. William stern berpendapat bahwa, seorang anak dilahirkan didunia
sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Teori ini menjelaskan bahwa
bakat yang dimiliki setiap individu tidak akan berkembang dengan baik, jika tanpa
adanya lingkungan setiap individu yang mendukung bakat tersebut. Sebaliknya,
lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan setiap individu secara
optimal, jika di dalam diri setiap individu tidak terdapat kemampuannya. Teori ini

6
menemukan dua garis yaitu pembawaan dan lingkungan memusat ke satu titik
(konvergensi).

Selain teori pendidikan teori yang telah disebutkan di atas, Nurani Soyomukti
menjelaskan beberapa teori pendidikan, yaitu :

1. Teori Pendidikan Tradisional

Teori Pendidikan Tradisional ini menjelaskan bahwa sekolah dimaknai sebagai


lembaga yang di dalamnya terdapat guru, siswa, sistem administrasi, alat bantu,
media pembelajaran yang baku (tradisional). Asal mula dari pendidikan tradisional
ini adalah pesantren dan pendidikan anak yang dilakukan di rumah atau sekarang
lebih dikenal dengan homeschooling.

2. Teori Pendidikan Liberal

Teori pendidikan liberal ini menitikberatkan pada konsep seni liberal (liberal art).
Konsep yang dibangun teori pendidikan liberal ini dengan memberdayakan setiap
individu dengan pengetahuan yang luas, keterampilan, menekankan nilai-nilai, etika,
dan kecakapan sipil. Dalam lingkup global teori termasuk kurikulum pendidikan
secara umum yang menggunakan berbagai macam disiplin ilmu dan strategi
pembelajaran untuk memaksimalkan potensi akademik siswa.

3. Teori Pendidikan Marxis-Sosialis

Teori pendidikan marxis-sosialis ini berawal dari paham Karl Marx yang lebih
menekankan bidang ekonomi dan politik. Namun, teori ini berkembang ke dalam
konteks pendidikan, dimana pendidikan dipahami untuk melihat fungsi pendidikan
dalam masyarakat berkelas. Dalam pendidikan marxis-sosialis berupaya
menciptakan akan kesadaran material ekonomis, dan tenaga terdidik dan terlatih.
Semua orang mempunyai hak yang sama tidak ada diskriminasi.

4. Teori Pendidikan Postmodernisme

Teori Pendidikan Postmodernisme ini merupakan bentuk reaksi dari teori modern.
Jika mengacu pada filsafat, maka postmodernisme merupakan gaya berpikir yang
lahir sebagai reaksi terhadap pemikiran modernisme yang dianggap mengalami

7
banyak kekurangan dan menyebabkan berbagai masalah kemanusiaan.
Postmodernisme berawal dari paham filsafat yang pada perkembangannya dijadikan
teori kritis untuk berbagai macam bidang pengetahuan seperti sastra, drama,
arsitektur, film, jurnalisme, desain, bidang pemasaran, bisnis sejarah dan lain
sebagainya.

D. Praksis Pendidikan di Indonesia

Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia yang berarti


mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tingkat keberhasilan
pembangunan nasional Indonesia di segala bidang sangat bergantung pada sumber daya
manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan
seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut bisa dilakukan dan ditempuh
melalui pendidikan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa


dan mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu, sistem pendidikan
juga harus menumbuhkan jiwa patriotik atau meningkatkan rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, rasa menghargai jasa
para pahlawan serta berkeinginan untuk berkembang menjadi lebih baik. Suasana belajar
mengajar yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri sendiri dan budaya belajar di
kalangan masyarakat harus terus dikembangkan sehingga akan tumbuh sikap dan
perilaku yang inovatif, kreatif dan berorientasi ke masa depan.

Di Negara Indonesia secara umum kita mengenal dua model sistem pendidikan, yaitu
pendidikan nasional dan pendidikan lokal. Pendidikan nasional yaitu sistem pendidikan
dimana kurikulumnya, sistem penilaianya, pengawasanya serta taraf pendidikan dikelola,
dan diawasi oleh negara sedangkan pendidikan lokal yaitu sistem pendidikan yang
dikembangkan oleh individu masyarakat secara kurikulum, penilaian sampai
evaluasinya.

8
Pada pasal 1 ayat 2 UU Sisdiknas berbunyi: “Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.” Ini berarti teori dan praktik terkait pendidikan yang diterapkan di Indonesia
seharusnya berakar pada kebudayaan Indonesia dan agama. Akan tetapi, kenyataannya
menunjukkan bahwa kita belum memiliki teori pendidikan yang khas yang sesuai dengan
budaya bangsa. Kita sedang mulai membangunnya. Teori pendidikan kita masih dalam
proses pengembangan (Sanusi, 1989). Selain itu, sistem pendidikan Indonesia juga harus
menyerap dan mengembangkan karakteristik geografi, demografis, sosial budaya, sosial
politik, dan sosial ekonomi daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia dalam kerangka
persatuan dan kesatuan Indonesia.

Pasal 31 ayat 2 berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya.” Ayat ini secara khusus berbicara tentang
pendidikan dasar 9 tahun (tingkat SD dan SLTP), bahwa target yang dikehendaki adalah
warga negara yang berpendidikan minimal setingkat SLTP. Tetapi, pada kenyataannya,
di Indonesia masih saja terdapat anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah, bisa
dikarenakan faktor si anak yang tidak mau bersekolah dan faktor ekonomi yang paling
umum dijumpai. Seharusnya karena ada kata wajib pada pasal tersebut, maka harus ada
sanksi yang jelas bagi si anak ataupun keluarganya. Tidak boleh lagi ada alasan bahwa
seorang anak tidak bersekolah karena ia tidak ingin bersekolah atau keluarganya tidak
mampu membiayainya karena pemerintah wajib membiayainya. Selanjutnya, jika
berbicara tentang mutu pendidikan, umumnya di Indonesia hanya mengasosiasikan
dengan hasil belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA' Ebtanas, atau hasil Sipenmaru,
UMPTN (yang biasa disebut instructional effect) karena ini yang mudah untuk diukur.
Hal tersebut dianggap sebagai gambaran hasil pendidikan. Apabila proses belajar tidak
optimal, sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Hal ini
membuktikan bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah
proses saat pendidikan. Hal lain yang bisa kita lihat adalah masalah mengenai pemerataan
pendidikan. Kondisi mutu pendidikan di Indonesia masih belum merata di seluruh tanah
air. Sebagai contoh, di daerah pedesaan atau daerah terpencil mutu pendidikannya lebih
rendah daripada di daerah perkotaan. Hal-hal diatas adalah contoh praktik ilmu
pendidikan yang tidak sesuai dengan hakikat sebenarnya.

9
Jika dikaitkan dengan teori empirisme, nativisme, dan konvergensi, seharusnya
pendidikan memegang peranan penting, karena sebenarnya seorang anak dilahirkan di
dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk dan lingkungan
pendidikan yang baik maka setiap individu akan mendapat proses pendidikan yang baik
juga sehingga dapat menghasilkan tujuan hidup. Dengan demikian, bakat yang dimiliki
setiap individu tidak akan berkembang dengan baik, jika tanpa adanya lingkungan setiap
individu yang mendukung bakat tersebut.

E. Dampak Praksis di Dunia Pendidikan Indonesia

Dari berbagai sumber teori ilmu pendidikan yang disebutkan diatas, memang tidak
semua teori tersebut diterapkan dalam pendidikan di Indonesia. Namun dalam sistem
pendidikan nasional di Indonesia bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat penerus bangsa. Praksis
pendidikan di Indonesia yang diterapkan saat ini adalah Sistem Pendidikan Nasional.

Dampak positif yang dihasilkan dari praksis sistem pendidikan nasional, apabila
praksis tersebut telah diterapkan secara matang dan maksimal di Indonesia antara lain :

a) Dapat melahirkan generasi muda yang berjiwa nasionalis berlandaskan UUD 1945
dan Pancasila. Dan membangun siswa yang berkarakter dengan berpegang teguh
pada nilai-nilai agama.
b) Selain itu, siswa juga dapat mengenal beragam kebudayaan Indonesia. Karena
menurut Mendikbud Indonesia Nadiem Makarim yang dilansir dari Liputan6.com,
Jakarta (2021) mengatakan bahwa beliau menegaskan komitmennya untuk
memajukan kebudayaan. Ia mengatakan bahwa kemajemukan adat dan budaya
merupakan kekayaan terbesar di Indonesia. "Ini prioritas Kemendikbud, bahwa
selain pelestarian, inovasi juga sangat penting. Sehingga budaya kita bisa dinikmati
oleh generasi berikutnya," ujarnya seperti dikutip pada Minggu (14/2021). Hal
tersebut dikatakan pada saat beliau berkunjung di bagian timur Indonesia, tepatnya
ke Papua Barat.
c) Serta siswa diarahkan untuk menjadi siswa yang tanggap akan tuntutan perubahan
zaman yang semakin maju. Indonesia selalu dinamis alias berubah dari masa ke
masa. Butuh kurikulum yang tepat untuk menyesuaikan setiap situasi dan kondisi.
Salah satu kurikulum yang merupakan hasil dari perubahan zaman adalah kurikulum

10
2013. Kurikulum ini menyempurnakan dan merevisi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Selain menyeimbangkan pendidikan dengan zaman,
perubahan kurikulum juga bertujuan untuk mengevaluasi tenaga pengajar dan
memperbaiki sarana prasarana.
d) Selanjutnya, sistem pendidikan nasional juga akan memberikan kesempatan
masyarakat di Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Saat ini,
pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan. Indikasinya dapat dilihat
dengan adanya program-program pemerintah yang berusaha untuk memajukan
pendidikan di Indonesia. Bahkan, pemerintah telah mengatur hak-hak pendidikan
dalam kebijakan-kebijakan negara, di antaranya: Amandemen UUD 1945 dan UU
Sistem Pendidikan Nasional (SPSN). Dalam amandemen UUD 1945 Pasal 31 Ayat
(1) dan (2) menegaskan, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
e) Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing ditingkat nasional,
regional, dan internasional.

Akan tetapi praksis sistem pendidikan nasional ini masing terus dibangun dan
dikembangkan di Indonesia, Kenyataannya implementasi yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional kita belum bisa menghasilkan pemerataan
pendidikan yang merata di seluruh Indonesia terutama penduduk dipelosok/daerah
kabupaten. Mereka belum mendapatkan sarana dan prasarana yang menunjang seperti di
kota-kota besar, belum terjangkaunya teknologi informasi, ketinggalan di bidang
ekonomi dan belum tersedianya lapangan pekerjaan. Oleh karena itu akibat
pengimplementasian praksis sistem pendidikan nasional yang belum sempurna dampak
yang dihasilkan antara lain :

a) Penyebaran sarana pendidikan yang tidak merata

Masih banyak area terpencil yang belum terjamah oleh sarana pendidikan. Para
murid dan guru kekurangan peralatan sekolah dan tempat yang memadai. Selain itu,
perpustakaan juga masih belum menyebar ke banyak daerah.

b) Tenaga pendidik yang belum merata

11
Bukan jumlah guru yang menjadi masalah, tetapi penyebarannya. Kebanyakan
tenaga pengajar bekerja di daerah perkotaan. Sementara itu, daerah-daerah yang
masih “tertinggal” kekurangan jumlah guru yang berkualitas.

c) Kurikulum masih bersifat teoritis

Sejak awal, kurikulum Indonesia masih mengandalkan teori-teori saja. Ketika pelajar
menyelesaikan pendidikan, tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Masih
banyak sekolah yang jarang mengadakan praktikum atau membekali peserta didik
dengan soft skill dan hard skill.

Sekian pembahasan seputar dampak yang dihasilkan oleh praksis sistem pendidikan
di Indonesia. Keunggulan yang sudah ada sebaiknya dipertahankan atau ditingkatkan
lagi. Begitu pula dengan kekurangan dari sistem pendidikan, ada baiknya untuk
diperbaiki dan segera mencari solusi terbaik.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pendidikan merupakan ilmu yang penting dipelajari sebagai calon pendidik guna
menciptakan suasana kelas dan individu para pelajar yang aktif dan kreatif. Secara
pengertian ilmu pendidikan atau pedagogik adalah suatu seni atau ilmu mendidik yang
mempelajari tentang ilmu anak untuk membimbing dan mendidik anak atau ilmu dan seni
mengajar supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Ilmu ini
sendiri mempunyai peranan sebagai perantara dalam membentuk masyarakat yang
mempunyai landasan individual, sosial dan nsurei dalam penyelenggaraan pendidikan yang
secara garis besar mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal tersebut dikaitkan dengan teori pendidikan oleh para ahli yang dibagi menjadi 3
bagian yaitu:

1. Teori Empiris
2. Teori Nativisme
3. Teori Konvergensi

Di dalam praksisnya pendidikan Indonesia menghasilkan dua model sistem pendidikan,


yaitu pendidikan nasional dan pendidikan lokal. Pendidikan nasional yaitu sistem
pendidikan dimana kurikulumnya, sistem penilaianya, pengawasanya serta taraf pendidikan
dikelola, dan diawasi oleh negara sedangkan pendidikan lokal yaitu sistem pendidikan yang
dikembangkan oleh individu masyarakat secara kurikulum, penilaian sampai evaluasinya.
Hal tersebut memiliki dampak terhadap masyarakat Indonesia.

Berdasarkan praksis sistem pendidikan nasional berikut dampaknya :

a. Melahirkan generasi muda yang berjiwa nasionalis berlandaskan UUD 1945 dan
Pancasila
b. Siswa dapat mengenal beragam kebudayaan Indonesia
c. Siswa menjadi masyarakat yang tanggap akan tuntutan perubahan zaman yang semakin
maju

13
d. Memberikan kesempatan masyarakat di Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu
e. Memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional.

Tetapi dalam penerapannya terdapat tantangan khususnya pada daerah pelosok 3T. Mereka
belum mendapatkan sarana dan prasarana yang menunjang seperti di kota-kota besar, belum
terjangkaunya teknologi informasi, ketinggalan di bidang ekonomi dan belum tersedianya
lapangan pekerjaan. Dikarenakan hal tersebut pengimplementasian praksis sistem
pendidikan nasional yang belum sempurna menghasilkan dampak diantaranya :

a. Penyebaran sarana dan prasarana yang tidak merata


b. Tenaga pendidik yang belum merata
c. Kurikulum masih bersifat teoritis

14
DAFTAR PUSTAKA

Amanudin. (2019). “Pengantar Ilmu Pendidikan, Universitas Pamulang”. Diakses dari


http://eprints.unpam.ac.id/8657/1/KIP0012_PENGANTAR%20PENDIDIKAN-full.pdf

Hastuti, N. F. W. (2019). “1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan”.


http://eprints.ums.ac.id/70938/3/03.%20BAB%20I.pdf, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021.

Makdori, Y. (2021). “Mendikbud Nadiem: Ruang Kearifan Lokal dalam Sistem Pendidikan
Harus Dikembangkan”. https://www.liputan6.com/news/read/4482926/mendikbud-nadiem-
ruang-kearifan-lokal-dalam-sistem-pendidikan-harus-dikembangkan, diakses pada tanggal 3
Oktober 2021.

Mutuinstitute. (2021). “Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pendidikan di Indonesia”.


https://mutuinstitute.com/post/sistem-pendidikan-indonesia-kelebihan-dan-kekurangan/,
diakses pada tanggal 2 Oktober 2021.

Sholichah, A. S. (2018). “Teori-teori pendidikan dalam Al-Qur’an. Edukasi Islami: Jurnal


Pendidikan Islam, 7(01), 23-46 https://www.academia.edu/22376804/hakikat_ilmu_pendidika

Admin. (2020). “Pebedaan Ilmu Eksak dan Non Eksak”.


https://sibadik.pelalawankab.go.id/berita/detail/14/14-perbedaan-ilmu-eksak-dan-non-eksak,
diakses pada tanggal 4 Oktober 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai