TENTANG
DISUSUN OLEH :
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmatnya makalah tentang “Hakikat, faktor heriditas dan lingkungan, dan proses
perkembangan peserta didik” ini dapat tersusun hingga selesai. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
RINGKASAN.........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
2.1.1 PERKEMBANGAN........................................................................ 3
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 20
iii
3.2 Saran........................................................................................................ 21
iv
RINGKASAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ada yang dapat dilihat secara
kasat mata dan ada yang tidak. Secara kasat mata perkembangan yang dimaksud
adalah perubahan dalam bentuk fisik. Sedangkan perkembangan secara tak kasat
mata adalah perkembangan kemampuan mental psikologis.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat perkembangan peserta didik ?
2. Apa saja faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan peserta
didik ?
3. Bagaimana proses perkembangan peserta didik ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses
pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa
yang belajar di sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional
(2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan Hakikat peserta didik
menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam, luas, lengkap,
menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik.
Menurut Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai suatu totalitas
sekurangnya mengandung tiga pengertian.
1. Peserta didik adalah mahluk hidup (organisme) yang merupakan suatu
kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek
fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai
individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan
bagian lainnya.
2. Keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang
saling terjalin satu sama lain, jika salah satu aspek mengalami gangguan
misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu (rewel,
cepat marah, dll.).
3. Peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar
secara fisik, tetapi juga secara keseluruhan. Anak bukanlah miniatur
orang dewasa, tetapi anak adalah manusia yang dalam keseluruhan
aspek dirinya berbeda dengan manusia dewasa.
Sinolungan (1997) mengemukakan bahwa manusia termasuk mahluk
totalitas " homo trieka " Ini berarti manusia termasuk peserta didik yg merupakan:
1. Makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas
dirinya dan alam lingkungan sekitarnya
2. Makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan
saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia
3. Makhluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan,
kekurangan, sifat dan kepribadian, dll), yang membedakannya dari
individu lain.
Jadi, dalam mempelajari dan memperlakukan peserta didik, kita haruslah
dapat mengerti tentang mereka secara menyeluruh, utuh, tidak terpisah pisah, dan
3
dilakukan dengan hati tanpa paksaan. Kita harus melihat mereka sebagai suatu
kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan lainnya.
2.1.1 Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap
individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan
berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan
yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.
Perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna
dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga diartikan
sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan
belajar (Monks dalam Desmita : 2010).
Perkembangan (development) adalah suatu perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, serta
perubahan dalam bentuk dan dalam intregasi dari bagian jasmani kedalam bagian–
bagian fungsional (Caplin,2009 dalam Desmita, 2010).
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf : 2005) .
Jadi perkembangan adalah suatu proses yang dialami setiap individu dari
lahir menuju kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.
2.1.2 Pengertian Perkembangan
1. Pengertian Secara Etimologis
Perkembangan berasal dari kata “kembang” menurut Kamus Besar
bahasa Indonesia kembang berarti maju, menjadi lebih baik.
2. Pengertian Secara Termitologis
Perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada
penyempurnaan fungsi faktor psikologis dalam diri seseorang dan
berlangsung sepanjang hidup manusia.
2.1.3 Ciri Ciri perkembangan
Adapun ciri ciri perkembangan peserta didik secara umum adalah sebagai
berikut
4
1. Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak
beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis
(perubahan imajinasi dari fantasi kerealitas)
5
2. Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya
6
tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. Contoh :
perkembangan bakat atau kemampuan seorang anak yang berbakat di
bidang tari tidak akan optimal apabila tidak mendapat kesempatan belajar
tari. Jadi, potensi anak yang sudah ada atau dibawa sejak lahir akan
berkembang optimal apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan itu
diantaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan untuk
belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
7
perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi dalam
perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung
dengan cepat maka terjadi pula perkembangan aspek- aspek lainnya.
Kondisi yang mempengaruhi pola perkembangan ada yang bersifat
permanen/ tetap seperti sebelum dan saat kelahiran. Tetapi ada pula yang
bersifat temporer seperti kondisi lingkungan.
Setiap anak atau peserta didik merupakan indivudu yang berbeda yang
harus diperlakuakan berbeda secara individual. Pada perkembangan secara
keseluruhan dan juga pada periode atau tahapan perkembangan dalam
kehidupan seseorang, terdapat pola-pola umum. Dengan memperhatikan
karakteristik khusus, pada setiap periode atau tahapan perkembangan,
maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi
sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkembangan
8
anak secara optimal. Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian
periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu
pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock adalah
periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal dan akhir), periode
remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (dewasa dini, usia madia
dan usia lanjut). Peralihan periode perkembangan sebelumnya ke periode
berikutny ditandai oleh gejala keseimbangan dan ketidak seimbangan yang
terjadi pada setiap individu. Apabila individu telah mampu mengadakan
penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi maka terciptalah
suatu keseimbangan (equilibrium). Selajutnya, individuberupaya
melepaskan diri dari ketergantungan dengan lingkungan atau keadaan
sebelumnya untuk mencari sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi
keadaan ketidak seimbangan (disequilibrium). Hal ini terjadi secara
berkelanjutan dalam perkembangan kehidupan sesesorang.
9
juga terdapat distimulasi dari luar sehubungan dengan masalah-masalah
penyesuaian akibat keadaan ketidak seimbangan tututan sosial untuk
menyelesaikan tugas perkembangan itu tersebut. Dengan menyadari
adanya bahaya potensial atau resiko pada setiap periode perkembangan,
kita perlu bersikap bijaksana dalam menghadapi gejolak prilaku peserta
didik. Hal ini akan dapat mencegah atau meminimal dampak negatif akibat
perkembangan setiap periode pada diri mereka.
10
psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa
perkembangannya.
11
baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai
pewarisan orang tua melalui gen – gen
Seperti pemaparan di atas, suatu faktor heriditas pastilah memiliki ciri ciri
berbeda beda tiap individu. Diantaranya seperti:
Sebagai contoh dari pewarisan bentuk tubuh dan warna kulit adalah
misalnya ada anak yang memiliki rambut kriting , maka bagaimanapun dia
mengusahakan agar tidak kriting , akan kembali kriting. Selain itu jika da
seorang anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya , maka dia
akan sukar untuk menjadi kurus , tetapi sedikit makan saja anak tersebut
bisa bertambah gemuk.
2. Sifat – sifat
Sifat – sifat merupakan hal yang di wariskan dari orang tua ataupun
kakek dan nenek. Misalnya adalah sifat boros , kikir , penyabar , hemat.
Sifat sangat berbeda dengan kebiasaan , sifat sangat sukar dirubah ,
sedangkankebiasaan dapat dirubah jika ada suatu niat yang sungguh –
sungguh. Bagi pendidik , jika mengetahui sifat atau watak secara
mendalam akan sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Misalnya adalah anak yang minder perlu di bangkitkan semangatnya dan
kepercayaan dirinya agar jiwanya tak tertekan.
3. Intelegensi
4. Bakat
12
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai
jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu
biasanya adalah suatu keterampilan, misalnya dalam bidang seni musik ,
seni rupa , seni tari , dsb. Jika anak memiliki bakat dari orang tuanya atau
kakeknya ataupun neneknya , tetapi anak tersebut tidak dapat atau tidak
memiliki kesempatan untuk mengembangkannya maka bakat tersebut
tidak akan berkembang atau sering di sebut dengan bakat terpendam. Pada
umumnya anak memiliki bakat apa akan di ketahuin oleh orang tuanya
sejak kecil , karena anak tersebut akan senang melakukan hal tersebut .
Nah , dalam pendidikan , jika anak mendapatkan nilai 9-10 pada suatu
mata pelajaran , berarti dapt di simpulkan bahwa anak tersebut memilki
bakat pada bidang ilmu tersebut.
5. Penyakit
6. Mentalitas
13
7. Emosi
Meski bisa jadi emosi ini merupakan hal yang dipelajari anak dari
lingkungan keluarga, bisa jadi faktor hereditas atau keturunan juga
memegang peranan terhadap emosi yang dimiliki oleh seorang anak.
8. Jenis kelamin
9. Ras
Tidak ada seorang manusia pun yang bisa memilih dari ras mana
dia di dilahirkan. Ras yang dimiliki oleh seorang manusia nantinya akan
memberinya pengaruh tentang kebiasaan, sifat dan banyak hal lain yang
berperan penting pada perkembangan dirinya.
10. Watak
14
Ekspresi wajah, tanpa diduga juga bisa merupakan hal yang
diturunkan secara genetis dari orang tua. Ada seseorang yang sulit
berekspresi dan terkesan beraut wajah ‘datar’ hingga tidak bisa
menunjukkan emosi atau perasaannya. Hal ini nantinya akan berpengaruh
pada caranya berinteraksi dengan lingkungannya sehingga juga akan
berpengaruh pada proses belajarnya.
1. Keluarga
15
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Teman sebaya
16
tersebut yang berbeda, yang mana dapat mempengaruhi perkembangan
pola pikir atau kejiwaan anak.
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan
proses pendidikan sepanjang hayat, sedangakan dalam arti sempit adalah setiap
siswa yang belajar disekolah. Departemen Pendidikan Nasional (2003)
menegaskan bahwa, peserta didik adalah angota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta
Didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran.
17
lampau. Peserta didik mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar
dan mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.
3. Tahap operasional kongkret (usia 7-11 tahun). Pada tahap ini peserta
didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya
volume dan jumlah, mempunyai kemampuan memahami cara
mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya.
Selain itu, peserta didik sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-
benda dan peristiwa-peristiwa yang kongkret.
4. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Pada tahap ini peserta
didik sudah menginjak usia remaja. Perkembangan kongnitif peserta didik
pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam
kognitif, baik secara simultan (serentak) maupun berurutan. Misalnya
kapasitas merumuskan hipotesis (anggapan dasar) peserta didik mampu
berpikir untuk memecahkan masalah dengan lingkungan yang ia respons.
Sedangkan dengan kapasitas menggunakan perinsip-perinsip abstrak,
peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak,
seperti agama, matematika, dan lainnya.
Jika melihat tahapan-tahapan di atas, anak sekolah dasar (SD) berada dalam
tahap kedua dan ketiga. Sifat khas anak SD sangat realistis, ingin tahu, dan ingin
belajar. Sebagian besar anak SD ini belum mampu memahami konsep-konsep
abstrak. Anak usia SD sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan
sebab-akibat dan mulai mengenali banyak cara yang bisa ditempuh dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Anak usia SD juga dapat
mempertimbangkan secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu
beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan,
penggandaan, mengurutkan, dan mampu memahami operasi dalam sejumlah
konsep. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu
mengandalkan informasi yang bersumber pada indera, karena anak usia SD mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan yang sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dan yang
bersifat tetap.
18
Pada peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah
dapat berpikir secara abstrak dengan kaidah logika formal dan hipotetis sehingga
mereka mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi yang
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Selain itu juga, anak usia SMP dapat
mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di masa
mendatang dan membuat rencana untuk masa depan. Contohnya yaitu ada anak
SD yang bercita-cita menjadi dokter, tentunya hal yang hanya diketahui anak SD
yaitu belajar dengan giat untuk menjadi dokter. Sedangkan pada anak SMP,
mereka telah berpikir secara spesifik mengenai rencana menjadi dokter dengan
menguasai pelajaran bidang IPA, resiko menjadi dokter, gelar yang baik, dan
sebagainya.
Pada peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun yang
kejuruan (SMK), memiliki pola pikir dalam cara berpikir dan pengolahan
informasi. Tentunya hal tersebut berdampak pada proses individualisasi, dimana
mereka mengembangkan identitas diri mereka dan membentuk pendapat sendiri
yang mungkin berbeda dengan orang tuanya. Hal tersebut wajar, karena pada usia
16-18 tahun yaitu usia produktif menuju kedewasaan. Dalam perbedaan pendapat
yang dapat menimbulkan masalah, tapi hal tersebut merupakan perkembangan
yang normal, bukan merupakan suatu ancaman terhadap hubungan antara orang
tua dan anak. Selain harus berpikir kritis, hendaknya remaja juga menyadari
bahwa mereka harus menghargai orang tuanya dan tetap meminta nasehat-
nasehatnya. Oleh karena itu konflik antara mereka akan menjadi proses untuk
menjadi orang dewasa.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hakikat peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran
secara dalam, luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada
pemahaman tentang peserta didik. Terdapat banyak hal yang dapat kita
ketahui mengenai hakikat perkembangan peserta didik.
2. Faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan peserta didik
merupakan faktor faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
peserta didik. Faktor faktor tersebut antara lain faktor keluarga, faktor
lingkungan dan faktor pendidikan
3. Perkembangan peserta didik terbagi dalam tiga aspek penting. Diantaranya
yaitu perkembangan aspek kognitif, perkembangan aspek afektif, dan
perkembangan aspek psikomotorik.
3.2 Saran
Mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip perkembangan merupakan hal
yang sangat peting, tidak hanya bagi orang tua tetapi juga oleh para guru untuk
memahami psikologi perkembangan anak, sehingga mereka dapat memahami
karakter, perilaku hingga kebiasaan anak didik . Terlebih lagi bahwa guru harus
siap menghadapi sekian banyak perbedaan dari sekian banyak anak didik yang
terangkum dalam satu ruang lingkup belajar.
DAFTAR PUSTAKA
20
Masita, Hana. 8 juni 2018. 13 Faktor Hereditas dalam Psikologi Perkembangan
https://dosenpsikologi.com/faktor-hereditas-dalam-psikologi-perkembangan
diakses pada tanggal 4 Agustus 2019.
21