Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

TENTANG

HAKIKAT, FAKTOR HERIDITAS DAN LINGKUNGAN, DAN PROSES


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DISUSUN OLEH :

NI KADEK DWI UTAMI ; NIM 1913011001

NI NENGAH MERTA ARIANTI ; NIM 1913011004

RISKI TIAR ANANDA ; NIM 1913011007

NI NYOMAN WIDIANINGSIH ; NIM 1913011060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmatnya makalah tentang “Hakikat, faktor heriditas dan lingkungan, dan proses
perkembangan peserta didik” ini dapat tersusun hingga selesai. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 5 September 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

RINGKASAN.........................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................... 2

1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................. 2

1.4 MANFAAT PENULISAN......................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK................................. 3

2.1.1 PERKEMBANGAN........................................................................ 3

2.1.2 PENGERTIAN PEKEMBANGAN................................................. 4

2.1.3 CIRI CIRI PERKEMBANGAN...................................................... 5

2.1.4 PRINSIP - PRINSIP PERKEMBANGAN...................................... 5

2.1.5 FASE – FASE PERKEMBANGAN................................................ 5

2.2 FAKTOR HERIDITAS.............................................................................. 6

2.2.1 CIRI CIRI FAKTOR HERIDITAS................................................ 12

2.2.2 FAKTOR LINGKUNGAN............................................................ 16

2.3 PROSES PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK................................... 17

2.3.1 TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK............. 18

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 20

iii
3.2 Saran........................................................................................................ 21

iv
RINGKASAN

Dalam makalah perkembangan peserta didik ini, kami akan membahas 3


buah materi berdasarkan rumusan masalah. Terdiri dari apa hakikat perkembangan
peserta didik, apa faktor heriditas dan lingkungan terhadap perkembangan peserta
didik, dan bagaimana proses perkembangan peserta didik.
Pembahasan pertama adalah mengenai Hakikat peserta didik. Menurut
ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam, luas, lengkap, menyeluruh,
tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik. Pada hakikat ini,
terbagi dalam bagian perkembangan dan peserta didik. Yang kedua adalah
mengenai faktor heriditas dan lingkungan. Faktor hereditas merupakan faktor
pertama yang mempengaruhi perkembangan anak yang diturunkan oleh
orangtuanya. Selain itu faktor lingkungan sangatlah mempengaruhi perkembangan
peserta didik, jika lingkungannya baik maka baik pula sifat dari peserta didik
namun jika buruk maka buruk pula perkembangan peserta didik tersebut.
Selanjutnya adalah mengenai proses perkembangan peserta didik. Proses
perkembangan peserta didik sangatlah dipengaruhi oleh berbagai aspek baik
intrinsik (keinginan dalam diri maupun gen dari keluarga) ataupun ekstrinsik

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepanjang masa hidupnya, semenjak dari masa konsepsi (ketika ovum


dibuahi oleh sperma) sampai meninggal, manusia selalu mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan suatu individu sangatlah
diperngaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari faktor heriditas, didikan keluarga,
lingkungan, hingga tingkat pendidikan yang ia kenyam.

Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ada yang dapat dilihat secara
kasat mata dan ada yang tidak. Secara kasat mata perkembangan yang dimaksud
adalah perubahan dalam bentuk fisik. Sedangkan perkembangan secara tak kasat
mata adalah perkembangan kemampuan mental psikologis.

Dalam perkembangannya manusia pastilah melewati berbagai masa. mulai


dari masa ia masih tidak bisa berbuat apa - apa, hingga sampai ia dapat
mengenyam tingkat pendidikan di perguruan tinggi. Mereka juga pastilah
mengalami berbagai perubahan. Perubahan - perubahan inilah yang patut kita
awasi agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
beriman, bertakwa serta memiliki rasa kepedulian lingkungan sesuai dengan
konsep Tri Hita Karana.

Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha


mengembangkan potensi diri melalui berbagai proses pembelajaran. Setiap peserta
didik memiliki potensi serta tingkat perkembangan yang berbeda - beda dan tiap
potensi tersebut memerlukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat untuk
pengembangannya. Dimana untuk mengetahui keberagaman masing masing
perserta didik dibutuhkan peran seorang guru yang mengerti akan kebutuhan
peserta didik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat perkembangan peserta didik ?
2. Apa saja faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan peserta
didik ?
3. Bagaimana proses perkembangan peserta didik ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui hakikat perkembangan peserta didik.
2. Untuk mengetahui faktor heriditas dan lingkungan dalam
perkembangan peserta didik.
3. Untuk mengetahui proses perkembangan peserta didik.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Secara Teoritis
Makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai hakikat
perkembangan peserta didik, faktor heridias dan lingkungan dalam
perkembangan, serta proses perkembangan peserta didik.
2. Secara Praktis
Bagi guru, makalah ini dapat menjadi pedoman perkembangan peserta
didik untuk selanjutnya menjadi media penilaian peserta didik. Bagi
pembaca umum, makalah ini dapat menjadi referensi dalam
mengembangkan sikap dan pikiran berkaitan dengan peserta didik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Perkembangan Peserta Didik

2
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses
pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa
yang belajar di sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional
(2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan Hakikat peserta didik
menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam, luas, lengkap,
menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik.
Menurut Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai suatu totalitas
sekurangnya mengandung tiga pengertian.
1. Peserta didik adalah mahluk hidup (organisme) yang merupakan suatu
kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek
fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai
individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan
bagian lainnya.
2. Keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang
saling terjalin satu sama lain, jika salah satu aspek mengalami gangguan
misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu (rewel,
cepat marah, dll.).
3. Peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar
secara fisik, tetapi juga secara keseluruhan. Anak bukanlah miniatur
orang dewasa, tetapi anak adalah manusia yang dalam keseluruhan
aspek dirinya berbeda dengan manusia dewasa.
Sinolungan (1997) mengemukakan bahwa manusia termasuk mahluk
totalitas " homo trieka " Ini berarti manusia termasuk peserta didik yg merupakan:
1. Makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas
dirinya dan alam lingkungan sekitarnya
2. Makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan
saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia
3. Makhluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan,
kekurangan, sifat dan kepribadian, dll), yang membedakannya dari
individu lain.
Jadi, dalam mempelajari dan memperlakukan peserta didik, kita haruslah
dapat mengerti tentang mereka secara menyeluruh, utuh, tidak terpisah pisah, dan

3
dilakukan dengan hati tanpa paksaan. Kita harus melihat mereka sebagai suatu
kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan lainnya.
2.1.1 Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap
individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan
berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan
yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.
Perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna
dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga diartikan
sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan
belajar (Monks dalam Desmita : 2010).
Perkembangan (development) adalah suatu perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, serta
perubahan dalam bentuk dan dalam intregasi dari bagian jasmani kedalam bagian–
bagian fungsional (Caplin,2009 dalam Desmita, 2010).
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf : 2005) .
Jadi perkembangan adalah suatu proses yang dialami setiap individu dari
lahir menuju kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.
2.1.2 Pengertian Perkembangan
1. Pengertian Secara Etimologis
Perkembangan berasal dari kata “kembang” menurut Kamus Besar
bahasa Indonesia kembang berarti maju, menjadi lebih baik.
2. Pengertian Secara Termitologis
Perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada
penyempurnaan fungsi faktor psikologis dalam diri seseorang dan
berlangsung sepanjang hidup manusia.
2.1.3 Ciri Ciri perkembangan

Adapun ciri ciri perkembangan peserta didik secara umum adalah sebagai
berikut

4
1. Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak
beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis
(perubahan imajinasi dari fantasi kerealitas)

2. Lenyapnya tanda – tanda yang lam; tanda - tanda fisik (lenyapnya


kelenjar thymus (kelenjar anak – anak) seiring bertambahnya usia)
aspek psikis (lenyapnya gerak – gerik kanak – kanak dan perilaku
impulsif).

3. Diperolehnya tanda – tanda yang baru; tanda – tanda fisik (pergantian


gigi dan karakter seks pada usia remaja) tanda – tanda psikis
(berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi
dengan lawan jenis)

2.1.4 Prinsip – Prinsip Perkembangan

Sebagai seorang pendidik untuk mengetahui dan mengoptimalkan


perkembangan peserta didik, kita perlu mengetahui tentang prinsip prinsip
perkembangan peserta didik. Adapun beberapa prinsip perkembangan peserta
didik antara lain :

1. Perkembangan Melibatkan Perubahan.

Berkembang berarti mengalami perubahan, baik secara kuantitatif


maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga pertumbuhan.
Pada pertumbuhan ada peningkatan ukuran maupun struktur atau proporsi
tubuh. Perubahan secara kualitatif ditandai dengan adanya perubahan
fungsi yang bersifat progresif / maju dan terarah. perubahan dalam
perkembangan terjadi karena adanya dorongan dalam diri individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk merealisasikan /
mengaktualisasikan dirinya. Selain itu terjadi perubahan dalam bentuk
penambahan ukuran dan proporsi, terjadi juga gejala hilangnya ciri-ciri
lama dan munculnya ciri-ciri baru. Contoh : misalnya jika anda mengalami
rambut rontok, maka akan tumbuh rambut baru, kemampuan bahasa anak
berubah dari sekedar menangis hingga mampu berbicara dan
berkomunikasi dengan orang lain.

5
2. Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya

Saat anak berusia 0 – 5 tahun merupakan saat yang kritis bagi


perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan merupakan
landasan bagi pembentukan dasar – dasar kepribadian seseorang. Prilaku
yang terbentuk cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap prilaku anak
sepanjang hidupnya. Pada saat ini juga terbentuk kepercayaan dasar yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak
selanjutnya. Beberapa kondisi yang mempengaruhi dasar awal
perkembangan antara lain : hubungan antarpribadi terutama dengan
anggota keluarga, keadaan emosi yang terbentuk karena sikap menerima
atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga yang lain, cara atau
pola pengasuhan anak, latar belakang keluarga, serta rangsangan yang
diberikan. Sikap dan perilaku anak yang terbentuk pada tahun-tahun awal
kehidupan cenderung bertahan atau menetap dan mewarnai kepribadian
dan sikap prilaku anak dalam berinteraksi dengan diri dan lingkungan
selanjutnya. Sikap dan perilaku yang terbentuk agak sulit diubah,
meskipun tidak berarti tidak dapat berubah sama sekali. Akan tetapi,
pengubahan sikap dan perilaku tersebut memerlukan motivasi dan usaha
keras dari orang yang bersangkutan untuk mau berubah dan memperbaiki
perilaku kebiasaan yang kurang baik.

3. Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar

Menurut teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern,


perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Menurut teori Naturalisme perkembangan seseorang terutama ditentukan
oleh faktor alam, bakat pembawaan, keturunan, termasuk didalamnya
kematangan seseorang. Sementara itu, teori Empirisme berpendapat bahwa
perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan
tempat anak itu berada dan tumbuh – kembang, termasuk didalamnya
lingkungan keluarga, sekolah, dan belajar anak. Kenyataannya, faktor
pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam
perkembangan seseorang. Kedua faktor tersebut dapat dibedakan tetapi

6
tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. Contoh :
perkembangan bakat atau kemampuan seorang anak yang berbakat di
bidang tari tidak akan optimal apabila tidak mendapat kesempatan belajar
tari. Jadi, potensi anak yang sudah ada atau dibawa sejak lahir akan
berkembang optimal apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan itu
diantaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan untuk
belajar dan mengembangkan potensi dirinya.

4. Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu

Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti


pola urut tertentu yang sama. Perkembangan fisik dan psikis bayi,
misalnya mengikuti arah anggota tubuh. Serta menyebar keseluruh tubuh.
Demikian juga pada perkembangan pola anak belajar berjalan.
Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat
berjalan. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam
kecepatan yang dibutuhkan setiap anak. Berkenaan dengan pola tertentu
dalam perkembangan dikenal dengan hukum tempo dan irama
perkembangan. Tempo perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan
seseorang untuk mengembangkan aspek tertentu pada dirinya. Irama
perkembangan adalah naik turunnya gejala yang tampak akibat
perkembangan aspek tertentu. Pada periode perkembangan sekurangnya
ada 2 periode. Pertama, pada masa krisis atau menentang pertama ( 2
sampai 3 tahun ) dimana kemauan anak mulai berkembang dan ingin
mandiri. Kedua, pada masa kritis ( 14 sampai 17 tahun ) anak ingin
melepaskan diri dari orang tua dan mencari sampai menemukan jati
dirinya sebagai manusia dewasa.

5. Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu

Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat


diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu.
Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju yang lebih
khusus. Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini
berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi

7
perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi dalam
perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung
dengan cepat maka terjadi pula perkembangan aspek- aspek lainnya.
Kondisi yang mempengaruhi pola perkembangan ada yang bersifat
permanen/ tetap seperti sebelum dan saat kelahiran. Tetapi ada pula yang
bersifat temporer seperti kondisi lingkungan.

6. Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan

Dalam perkembangan seseorang selain terdapat pla-pola umum yang


sama terdapat pula perbedaan pada hal-hal yang khusus. Adanya
perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah
individu yang unik, yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar.
Perbedaan individu ini disebabkan oleh factor internal seperti sex atau
jenis kelamin, factor keturunan, juga factor eksternal seperti factor gizi,
pengaruh social budaya, dll. Perbedaan perkembangan juga terjadi dalam
kecepatan dan cara berkembang. Dengan mengetahui adanya perbedaan
individu, maka kita tidak dapat berharap semua anak pada usia tertentu
akan memiliki kemapuan perkembangan yang sama. Oleh karena itu, kita
tidak dapat memperlakukan semua anak dengan cara yang sama.
Pendidikan anak harus bersifat perseorangan, maksudnya pendidikan
dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan, kondisi,
bakat dan kemampuan serta kelemahan setia individu anak. Dengan
demikian diharapakan setiap anak, dapat berkembang optimal sesuai
dengan potensi dirinya.

7. Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus

Setiap anak atau peserta didik merupakan indivudu yang berbeda yang
harus diperlakuakan berbeda secara individual. Pada perkembangan secara
keseluruhan dan juga pada periode atau tahapan perkembangan dalam
kehidupan seseorang, terdapat pola-pola umum. Dengan memperhatikan
karakteristik khusus, pada setiap periode atau tahapan perkembangan,
maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi
sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkembangan

8
anak secara optimal. Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian
periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu
pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock adalah
periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal dan akhir), periode
remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (dewasa dini, usia madia
dan usia lanjut). Peralihan periode perkembangan sebelumnya ke periode
berikutny ditandai oleh gejala keseimbangan dan ketidak seimbangan yang
terjadi pada setiap individu. Apabila individu telah mampu mengadakan
penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi maka terciptalah
suatu keseimbangan (equilibrium). Selajutnya, individuberupaya
melepaskan diri dari ketergantungan dengan lingkungan atau keadaan
sebelumnya untuk mencari sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi
keadaan ketidak seimbangan (disequilibrium). Hal ini terjadi secara
berkelanjutan dalam perkembangan kehidupan sesesorang.

8. Terhadap Harapan Sosial pada Setiap Periode Perkembangan

Pada setiap periode perkembangan juga terdapat harapan sosial, yang


oleh Havighurst disebut tugas perkembangan (development task).
Mengingat pentingnya peran tugas perkembangan pada setiap periode
perkembangan, maka akan dibahas secara tersendiri khususnya tugas
perkembangan pada periode anak usia SD/MI (6-12 tahun). Peserta didik
yang mengalami keberhasilan dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya akan mengalami rasa bahagia. Sebaliknya, peserta didik
yang mengalami kegagalan atau kekurang berhasilan dalam menyelesaikan
tugas perkembangannya, akan merasa kurang bahagia sehingga dapat
menghambat perkembangan selanjutnya.

9. Setiap Perkembangan Mengandung Bahaya Potensial/Resiko

Bahaya potensial atau resiko yang terjadi karena peralihan antarperiode


perkembangan yakni, dari periode perkembangan sebelumnya ke periode
perkembangan selanjutnya, terjadi kedaan ketidak seimbangan dan adanya
tututan social terhadap perserta didik yang sedang berkembang. Bahay
potensial tersebut dapat berasal dari individu, baik secara fisik atau psikis,

9
juga terdapat distimulasi dari luar sehubungan dengan masalah-masalah
penyesuaian akibat keadaan ketidak seimbangan tututan sosial untuk
menyelesaikan tugas perkembangan itu tersebut. Dengan menyadari
adanya bahaya potensial atau resiko pada setiap periode perkembangan,
kita perlu bersikap bijaksana dalam menghadapi gejolak prilaku peserta
didik. Hal ini akan dapat mencegah atau meminimal dampak negatif akibat
perkembangan setiap periode pada diri mereka.

10. Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan

Kebahagiaan dalam perkembangan sangat bervariasi karena sifatnya


subjektif. Rasa kebahagiaan itu dipersepsi dan dirasakan setiap orang
dengan cara yang sangat bervariasi. Akan tetapi, banyak orang
berpendapat bahwa, masa anak merupakan periode yang membahagiakan
dibandingkan dengan periode-periode lainnya.

2.1.5 Fase – Fase Perkembangan

Pendapat para Ahli mengenai periodisasi yang bermacam-macam dapat


digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:

1. Periodisasi yang berdasar biologis.

Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini


didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian
Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase
satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan
fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan
kelamin.

2. Periodisasi yang berdasar psikologis.

Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan


psikologis ialah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa
kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa perkembangan, karena
beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan

10
psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa
perkembangannya.

3. Periodisasi yang berdasar didaktis.

Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang


dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental
Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental
Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup
manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung
sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai
berikut:

a. Masa Sebelum lahir (Prenatal Period)

b. Masa Bayi Baru Lahir (New Born).

c. Masa Bayi (Babyhood).

d. Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood).

e. Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood).

f. Masa Puber (Puberty).

g. Masa Dewasa Awal (Early Adulthood).

h. Masa Dewasa madya (Middle Adulthood).

i. Masa Usia Lanjut (Later Adulthood).

2.2 Faktor Heriditas

Menurut Witherington, heriditas adalah suatu proses penurunan sifat-sifat


atau benih dari generasi ke generasi lain, melalui plasma benih, bukan tingkah
laku melainkan struktur tubuh.

Faktor hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi


perkembangan anak. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai suatu totalitas
karakteristik individu yang di wariskan orang tua kepada anak atau segala potensi,

11
baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai
pewarisan orang tua melalui gen – gen

2.2.1 Ciri Ciri Faktor Heriditas

Seperti pemaparan di atas, suatu faktor heriditas pastilah memiliki ciri ciri
berbeda beda tiap individu. Diantaranya seperti:

1. Bentuk tubuh dan warna kulit

Sebagai contoh dari pewarisan bentuk tubuh dan warna kulit adalah
misalnya ada anak yang memiliki rambut kriting , maka bagaimanapun dia
mengusahakan agar tidak kriting , akan kembali kriting. Selain itu jika da
seorang anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya , maka dia
akan sukar untuk menjadi kurus , tetapi sedikit makan saja anak tersebut
bisa bertambah gemuk.

2. Sifat – sifat

Sifat – sifat merupakan hal yang di wariskan dari orang tua ataupun
kakek dan nenek. Misalnya adalah sifat boros , kikir , penyabar , hemat.
Sifat sangat berbeda dengan kebiasaan , sifat sangat sukar dirubah ,
sedangkankebiasaan dapat dirubah jika ada suatu niat yang sungguh –
sungguh. Bagi pendidik , jika mengetahui sifat atau watak secara
mendalam akan sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Misalnya adalah anak yang minder perlu di bangkitkan semangatnya dan
kepercayaan dirinya agar jiwanya tak tertekan.

3. Intelegensi

Istilah intelegensi berasal dari kata latin Intelligence yang berarti


menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (walgoti, 1997).
Sehingga dapat diartikan pula , intelegensi adalah kemampuan yang
bersifat umum untuk mengadakanpenyesuaian terhadap situuasi dan
masalah. Intelegensi seseorang dapat di ketahuisecara tepat dengan tes
intelegensi. Ukuranintelegensi dinyatakandalam IQ (intelegensi Quotient)

4. Bakat

12
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai
jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu
biasanya adalah suatu keterampilan, misalnya dalam bidang seni musik ,
seni rupa , seni tari , dsb. Jika anak memiliki bakat dari orang tuanya atau
kakeknya ataupun neneknya , tetapi anak tersebut tidak dapat atau tidak
memiliki kesempatan untuk mengembangkannya maka bakat tersebut
tidak akan berkembang atau sering di sebut dengan bakat terpendam. Pada
umumnya anak memiliki bakat apa akan di ketahuin oleh orang tuanya
sejak kecil , karena anak tersebut akan senang melakukan hal tersebut .
Nah , dalam pendidikan , jika anak mendapatkan nilai 9-10 pada suatu
mata pelajaran , berarti dapt di simpulkan bahwa anak tersebut memilki
bakat pada bidang ilmu tersebut.

5. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang merupakan bawaan sejak lahir.


Penyakit-penyakit itu pun bermacam-macam, mulai dari penyakit
kebutaan, cacat lahir atau fisik, penyakit imunitas dan lain sebagainya.

Penyakit-penyakit ini bisa mengganggu atau memperlambat


perkembangan anak. Maka, jika ditemukan adanya penyakit pada anak,
sebaiknya para orang tua berusaha ekstra dalam mendidik dan memotivasi
anak tersebut untuk bisa mendorong perkembangan dirinya seoptimal
mungkin.

6. Mentalitas

Mentalitas anak juga bisa merupakan faktor hereditas yang


diturunkan dari orang tua kepada anak. Seorang anak yang memiliki
mental yang baik akan bisa lebih baik berinteraksi dengan lingkungannya.

Interaksi yang baik antara dirinya dan lingkungan tentu bisa


mendorong psikologis anak berkembang dengan lebih optimal. Hal ini
tentu berbeda dengan anak yang memiliki mentalitas rendah yang
membuat anak cenderung mudah berputus asa, sehingga dia akan kesulitan
belajar hal-hal baru yang biasanya bersifat menantang.

13
7. Emosi

Emosi bisa juga disebut sebagai perasaan atau reaksi yang


diberikan oleh anak terhadap stimulasi yang diterimanya dari lingkungan.
Emosi ini bisa diturunkan juga dari orang tua. Misalnya, orang tua yang
cenderung sabar dan tenang biasanya juga akan memiliki anak yang
penyabar dan tenang.

Meski bisa jadi emosi ini merupakan hal yang dipelajari anak dari
lingkungan keluarga, bisa jadi faktor hereditas atau keturunan juga
memegang peranan terhadap emosi yang dimiliki oleh seorang anak.

8. Jenis kelamin

Menurut penelitian, jenis kelamin seorang anak merupakan hasil


dari perpaduan kromosom kedua orang tuanya pada saat terjadi
pembuahan.

Jenis kelamin seseorang ini memang merupakan bawaan yang


tidak dapat ditentutakn atau direkayasa oleh manusia. Padahal, jenis
kelamin seseorang tentu akan mempengaruhi perkembangan diri seseorang
tersebut di masa depan.

9. Ras

Tidak ada seorang manusia pun yang bisa memilih dari ras mana
dia di dilahirkan. Ras yang dimiliki oleh seorang manusia nantinya akan
memberinya pengaruh tentang kebiasaan, sifat dan banyak hal lain yang
berperan penting pada perkembangan dirinya.

10. Watak

Watak seseorang, apakah dia keras kepala, lembut atau teguh


pendirian, merupakan salah satu pembawaan yang didapatnya dari orang
tua. Watak ini bisa mempengaruhi seseorang tersebut dalam
pengembangan diri dan proses belajarnya.

11. Ekspresi wajah

14
Ekspresi wajah, tanpa diduga juga bisa merupakan hal yang
diturunkan secara genetis dari orang tua. Ada seseorang yang sulit
berekspresi dan terkesan beraut wajah ‘datar’ hingga tidak bisa
menunjukkan emosi atau perasaannya. Hal ini nantinya akan berpengaruh
pada caranya berinteraksi dengan lingkungannya sehingga juga akan
berpengaruh pada proses belajarnya.

12. Perkembangan fisik

Ada anak yang terlihat cepat besar dari segi perkembangan


fisiknya, sementara anak lain ada yang terlihat kecil dan cenderung lamban
pertumbuhan tubuhnya.

Proses perkembangan fisik ini dipengaruhi oleh hereditas seorang


anak yang juga didukung oleh faktor nutrisi atau pemberian gizi tubuhnya.
Perkembangan fisik ini juga memegang peranan penting dalam psikologi
perkembangan termasuk perkembangan kepribadian anak secara
keseluruhan.

2.2.2 Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan adalah faktor yang berada di sekitar siswa tersebut,


mulai dari keluarga, Sekolah, Masyarakat, dan Teman Sebaya

1. Keluarga

Keluarga memilki peranan penting dalam pertumbuhan dan


perkembangan anak, karena keluarga adalh tempat diasuh dan di
besarkannya seorang anak.Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
mapan dan mampu maka akan memiliki kesehatanyang baik serta
pertumbuhannya yang cepat bila dibandingkan dengan anak yang di
besarkan dalam keluarga yang tidak mampu. Selain itu. Anak yang
memilki orang tua yang berpendidikan , maka akan menghasilkan anak
yang berpendidikan pula.

15
2. Sekolah

Sekolah merupakan pendidikan formal yang didapatkan anak, yang


mana secara sistematis melaksanakanprogram bimbingan, pengajaran dan
latihan dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya baik
yang menyangkut aspek moral – spiritual , intelektual , emosional maupun
sosial. Anak yang tidak pernah bersekolah , akan memiliki keterbatasan
dalam ilmu yang dimilki. Anak yang bersekolah , akan memiliki wawasan
yang luas , dan memiliki cara pandang dan berfikir yang berbeda dengan
anak yang tidak pernah merasakan bangku sekolah. Karena di sekolah
anak dapat mengembangkan bakatnya , serta dapat belajar berbagai ilmu
pengetahuan.

3. Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Kondisi orang


– orang di lingkungan sekitar anak juga mempengaruhi perkembangan
anak. Anak yang di lahirkan di kota , akan berbeda pemikirannya dengan
anak yang dilahirkan di desa. Anak kota umumnya bersifat aktif dan
dinamis , sedangkan anak desa umunya lamban dan statis. Keadaan yang
berbeda dari anak desa dan kota itu disebabkan karena lingkungan
masyarakat desa dan kota berbeda.

4. Teman sebaya

Perubahan dalam sturktur masyarakat menyebabkan pengaruh


peran teman sebaya menjadi sangat penting. Perubahan struktur itu antara
lain; perubahan struktur keluarga (dari keluarga besar ke kecil),
Kesenjangan antara generasi tua dan muda, ekspansi jaringan komunikasi
diantara kaula muda, panjangnya masa memasuki masyarakat orang
dewasa.

5. Keadaan alam sekitar

Keadaan alam sekitar juga mempengaruhi keadaan anak . Anak


daerah pegunungan cenderung akan bersifat lebih keras dari anak daerah
pantai.Perbedaan tersebut adalah akibat dari keadaan alam sekitar anak

16
tersebut yang berbeda, yang mana dapat mempengaruhi perkembangan
pola pikir atau kejiwaan anak.

Antara hereditas dan lingkungan terjadi saling keterkaitan dan terjadi


interaksi. Setiap factor hereditas berjalan berbeda – beda menurut keadaan
lingkungan masing – masing. Hereditas dan lingkungan memilki peran yang sama
pentingnya dalam perkembangan dan pertumbuhan anak .

2.3 Proses Perkembangan Peserta Didik

Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan
proses pendidikan sepanjang hayat, sedangakan dalam arti sempit adalah setiap
siswa yang belajar disekolah. Departemen Pendidikan Nasional (2003)
menegaskan bahwa, peserta didik adalah angota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta
Didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran.

Proses perkembangan peserta didik sangatlah dipengaruhi oleh berbagai


aspek baik intrinsik (keinginan dalam diri maupun gen dari keluarga) ataupun
ekstrinsik (lingkungan, keluarga, teman, sahabat, pendidikan, dan masih banyak
lainnya).

2.3.1 Tahap Tahap Perkembangan Peserta Didik

Dalam buku "Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran" Hamzah B.Uno


dan Masri Kuadrat membagi tahap perkembangan peserta didik yang terdiri dari:

1. Tahap pertama disebut periode sensorik motorik (sekitar 0-2 tahun).


Pada tahap ini anak (bayi) menggunakan alat indera dan kemampuan
motorik untuk memahami dunia sekitarnya.

2. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini kemampuan


skema kognitifnya masih terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku
orang lain. Perilaku yang ditiru terutama perlaku orang lain (khususnya
orang tua dan guru) yang pernah ia lihat ketika orang itu merespons
terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa

17
lampau. Peserta didik mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar
dan mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.

3. Tahap operasional kongkret (usia 7-11 tahun). Pada tahap ini peserta
didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya
volume dan jumlah, mempunyai kemampuan memahami cara
mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya.
Selain itu, peserta didik sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-
benda dan peristiwa-peristiwa yang kongkret.

4. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Pada tahap ini peserta
didik sudah menginjak usia remaja. Perkembangan kongnitif peserta didik
pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam
kognitif, baik secara simultan (serentak) maupun berurutan. Misalnya
kapasitas merumuskan hipotesis (anggapan dasar) peserta didik mampu
berpikir untuk memecahkan masalah dengan lingkungan yang ia respons.
Sedangkan dengan kapasitas menggunakan perinsip-perinsip abstrak,
peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak,
seperti agama, matematika, dan lainnya.

Jika melihat tahapan-tahapan di atas, anak sekolah dasar (SD) berada dalam
tahap kedua dan ketiga. Sifat khas anak SD sangat realistis, ingin tahu, dan ingin
belajar. Sebagian besar anak SD ini belum mampu memahami konsep-konsep
abstrak. Anak usia SD sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan
sebab-akibat dan mulai mengenali banyak cara yang bisa ditempuh dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Anak usia SD juga dapat
mempertimbangkan secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu
beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan,
penggandaan, mengurutkan, dan mampu memahami operasi dalam sejumlah
konsep. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu
mengandalkan informasi yang bersumber pada indera, karena anak usia SD mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan yang sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dan yang
bersifat tetap.

18
Pada peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah
dapat berpikir secara abstrak dengan kaidah logika formal dan hipotetis sehingga
mereka mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi yang
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Selain itu juga, anak usia SMP dapat
mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di masa
mendatang dan membuat rencana untuk masa depan. Contohnya yaitu ada anak
SD yang bercita-cita menjadi dokter, tentunya hal yang hanya diketahui anak SD
yaitu belajar dengan giat untuk menjadi dokter. Sedangkan pada anak SMP,
mereka telah berpikir secara spesifik mengenai rencana menjadi dokter dengan
menguasai pelajaran bidang IPA, resiko menjadi dokter, gelar yang baik, dan
sebagainya.
Pada peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun yang
kejuruan (SMK), memiliki pola pikir dalam cara berpikir dan pengolahan
informasi. Tentunya hal tersebut berdampak pada proses individualisasi, dimana
mereka mengembangkan identitas diri mereka dan membentuk pendapat sendiri
yang mungkin berbeda dengan orang tuanya. Hal tersebut wajar, karena pada usia
16-18 tahun yaitu usia produktif menuju kedewasaan. Dalam perbedaan pendapat
yang dapat menimbulkan masalah, tapi hal tersebut merupakan perkembangan
yang normal, bukan merupakan suatu ancaman terhadap hubungan antara orang
tua dan anak. Selain harus berpikir kritis, hendaknya remaja juga menyadari
bahwa mereka harus menghargai orang tuanya dan tetap meminta nasehat-
nasehatnya. Oleh karena itu konflik antara mereka akan menjadi proses untuk
menjadi orang dewasa.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hakikat peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran
secara dalam, luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada
pemahaman tentang peserta didik. Terdapat banyak hal yang dapat kita
ketahui mengenai hakikat perkembangan peserta didik.
2. Faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan peserta didik
merupakan faktor faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
peserta didik. Faktor faktor tersebut antara lain faktor keluarga, faktor
lingkungan dan faktor pendidikan
3. Perkembangan peserta didik terbagi dalam tiga aspek penting. Diantaranya
yaitu perkembangan aspek kognitif, perkembangan aspek afektif, dan
perkembangan aspek psikomotorik.

3.2 Saran
Mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip perkembangan merupakan hal
yang sangat peting, tidak hanya bagi orang tua tetapi juga oleh para guru untuk
memahami psikologi perkembangan anak, sehingga mereka dapat memahami
karakter, perilaku hingga kebiasaan anak didik . Terlebih lagi bahwa guru harus
siap menghadapi sekian banyak perbedaan dari sekian banyak anak didik yang
terangkum dalam satu ruang lingkup belajar.

DAFTAR PUSTAKA

20
Masita, Hana. 8 juni 2018. 13 Faktor Hereditas dalam Psikologi Perkembangan
https://dosenpsikologi.com/faktor-hereditas-dalam-psikologi-perkembangan
diakses pada tanggal 4 Agustus 2019.

Magfiroh, Imroatu. (2011). Perkembangan Anak Usia SMP.


http://imrufisika.blogspot.com/2011/12/perkembangan-anak-usia-smp.html.
Diakses tanggal 4 September 2019.

Kompasiana. 2012. Pengaruh Lingkungan Terhadap Karakter Anak.


http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/pengaruh-lingkungan-terhadap-
karakter-anak-463621.html.Diakses tanggal 4 September 2019.

Anonim. 2012. Ciri-ciri tahap perkembangan


https://perkembanganpsikologi.blogspot.com/2012/09/pengertian-dan-ciri-ciri-
perkembangan_19.html. Diakses tanggal 4 september 2019.

Saputra, Robi. 2016. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


http://robisaputra063.blogspot.com/2016/06/tahap-tahap-perkembangan-
peserta-didik.html. Diakses tanggal 4 september 2019.

Zahra, Hiaz. 2012. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak.


http://nhiaazzahra.blogspot.com/2012/01/pengaruh-lingkungan-terhadap.html
Diakses tanggal 4 September 2019.

21

Anda mungkin juga menyukai