Oleh :
KELOMPOK 2
SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hakikat Perkembangan, Faktor Hireditas,
serta Proses Perkembangan Peserta Didik” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dan menambah wawasan tentang Hakikat Perkembangan, Faktor Hireditas,
serta Proses Perkembangan Peserta Didik bagi para pembaca dan juga penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd sebagai dosen pengampu
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak
yang sudah membantu serta ikut berpartisipasi sehingga makalah bisa terselesaikan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan harapan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca atau yang lainnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 2
BAB 2 ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
2.1 Hakikat Perkembangan Peserta Didik.......................................................................... 3
2.2 Faktor Hereditas dan Lingkungan Dalam Perkembangan Peserta Didik .............. 10
2.3 Proses Perkembangan Peserta Didik .......................................................................... 13
BAB 3 ........................................................................................................................................... 23
PENUTUP.................................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 23
3.2 Saran.............................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 25
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep tentang hakikat perkembangan peserta didik.
2. Untuk mengetahui faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan individu.
3. Untuk mengetahui proses perkembangan peserta didik.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penulis akan memiliki pengetahuan mengenai hakikat perkembangan peserta didik,
faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan, serta proses pekembangan peserta
didik. Selain itu penulis juga dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis makalah.
2. Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber kajian pengetahuan bagi
masyarakat luas mengenai hakikat perkembangan peserta didik, serta menambah
pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam menulis suatu makalah.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan hingga ajal tiba,
manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa menanjak
menuju titik puncak, kemudian mengalami kemunduran. Selama proses perkembangan
seorang anak memiliki beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu:
1. Perubahan fisik
- Perubahan tinggi badan, berat badan, serta organ dalam tubuh, contohnya jantung,
otak dan lain sebagainya.
- Perubahan proposi seperti perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada
seorang anak.
2. Perubahan mental
- Perubahan yang meliputi: memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial, dan imajinasi.
3
- Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap sosial
yang baru, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap prososial.
Hurlock (1980: 5-9) menyatakan prinsip perkembangan ada sembilan, yaitu:
1. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis.
Prinsip pertama dalam perkembangan adalah sikap kritis. Banyak ahli psikologi
menyatakan bahwa tahun-tahun prasekolah merupakan tahapan penting. Pada usia ini
diletakkan struktur perilaku yang kompleks yang berpengaruh bagi perkembangan
sikap anak pada masa selanjutnya. Misalnya penggunaan tangan kanan atau kiri,
dengan latihan yang diberikan orangtua atau guru anak dapat menggunakan tangan
kanan lebih baik daripada tangan kirinya.
Kedua, perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang di sekitar anak
memperlakukan anak dengan baik dan mendorong anak lebih bebas mengekspresikan
dirinya. Sikap ini akan mendorong anak tumbuh dan berkembang.
Ketiga ada motivasi yang kuat dari diri individu yang ingin mengalami perubahan.
Misalnya anak yang malas berbicara tidak akan menjadi anak yang terbuka di masa
yang akan datang.
2. Peran kematangan dan belajar
Perkembangan dapat dipengaruhi oleh kematangan dan belajar. Kematangan adalah
terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal
dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak-anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan (phylogenetik). Hubungan antara kematangan
dan hasil belajar dapat dilihat dalam fungsi hasil usaha (ontogenetik) seperti menulis,
mengemudi atau bentuk keterampilan lainnya yang merupakan hasil pelatihan.
3. Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat Diramalkan
Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan. Misalnya
perkembangan motorik akan mengikuti hukum arah perkembangan (cephalocaudal)
yaitu perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti
bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala
kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua perkembangan menyebar
keluar dari titik poros sebtral tubuh ke anggota-anggota tubuh (proximodistal).
Contohnya kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh keterampilan
lengan terlebih dahulu.
4. Semua individu berbeda
Tiap individu berbeda perkembangannya meskipun pada anak kembar. Anak-anak
penakut tidak sama reaksinya dengan anak-anak agresif terhadap satu tahap
4
perkembangan. Oleh sebab itu perkembangan pada tiap manusia berbeda-beda
sehingga terbentuk individualitas.
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan mengikuti
pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Beberapa anak
berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan yang lain
bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan.
Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik
yang berbeda. Kemudian faktor lingkungan juga turut memberikan kontribusi
terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional,
apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak, dan
apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.
Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan
tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki
kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika
menginjak tahap perkembangan berikutnya.
Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua,
atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga
kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula
pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan, meskipun dilakukan secara
klasikal atau kelompok.
5. Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku Karateristik
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik
untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola
perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri
sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi
empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu
dalam kecepatan perkembangan. Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan
mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan
rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam
perkembangannya dibandingkan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan
anak yang bodoh akan berkembang lebih lambat.
Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju tanggapan yang lebih khusus.
Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan
permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak
secara umum akan merespon dengan rasa takut pada suatu hal yang baru namun
selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.
5
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga
kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang
cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang
perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi
kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa
remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan
berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
6. Setiap Tahap Perkembangan Mempunyai Risiko
Setiap tahap perkembangan mempunyai risiko. Beberapa hal yang dapat
menyebabkannya antara lain dari lingkungan anak itu sendiri. Bahaya ini dapat
mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial. Sehingga pola
perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan
perkembangan. Pada saat itu dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami
gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya
hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting
karena memungkinkan pengasuh (orangtua, guru, atau pengasuh lainnya) untuk
segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
7. Perkembangan dibantu rangsangan
Perkembangan akan berjalan sebagaimana mestinya jika ada bantuan berbentuk
sitmulus dari lingkungan sekitarnya. Misalnya semakin rajin orangtua berbicara
dengan anaknya semakin cepat anak-anak belajar berbicara. Pengalaman penulis
dengan seorang anak yang malas bicara, ketika penulis menjadi guru anak berusia 5
(lima) tahun tersebut, setiap hari penulis menanyakan kabarnya atau menanyakan
nama-nama benda kepadanya. Menjelang tamat Taman Kanak-kanak anak tersebut
mulai senang berbicara.
8. Perkembangan Dipengaruhi Perubahan Budaya
Kebudayaan mempengaruhi perkembangan sikap dan fisik anak. Anak yang hidup
dalam budaya yang membedakan sikap dan permainan yang pantas terhadap untuk
anak laki-laki dan perempuan akan berpengaruh terhadap perkembangan. Anak
perempuan akan memilih mainan yang lebih sedikit membutuhkan kemampuan fisik,
sehingga pertumbuhan fisiknya tidak sekuat fisik anak laki-laki.
Anak laki-laki dituntut untuk tidak cengeng seperti anak perempuan, sehingga anak
laki-laki menjadi lebih tegar dan pemberani dibandingkan anak perempuan.
9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan
Orangtua dan masyarakat memiliki harapan tertentu pada tiap tahap perkembangan
anak. Jika tahap itu tercapai maka orangtua atau masyarakat akan berbahagia.
6
Misalnya anak usia 1 (satu) tahun sudah pandai berjalan, jika sampai usia tersebut
anak belum bisa berjalan, maka akan membuat gelisah orang-orang di sekitarnya.
2.1.2 Teori – Teori Perkembangan Peserta Didik
Menurut Crain (2007) ada 14 teori perkembangan peserta didik yang dikemukakan oleh para
ahli perkembangan yang meliputi :
1. Environmentalisme
2. Naturalisme
Teori ini memandang bahwasanya anak berkembang dengan cara-caranya sendiri dengan
melihat, berfikir, dan merasa. Alam seperti guru yang mendorong anak mengembangkan
kemampuan berbeda-beda ditingkat pertumbuhan yang berbeda. Teori ini dikemukakan
oleh Jean Jecques Rousseau (1712-1778) dalam bukunya yang berjudul Emile.
3. Etologis
Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam konteks evolusi.
Teori Etologis dikemukakan oleh Darwin, Lorentz – Tindbergen, dan Bowlby. Charles
Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi
alam. Seleksi alam tidak hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada
beragam tingkah laku. Konrad Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988
menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam lingkungan tertentu
dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk berkembang dengan benar
(Crain,2007:64). Jhon Bowlby (1907-1990) perkembangan manusia ditentukan
lingkungan adaptasinya.
7
4. Komparatif dan Organismik
Kapanpun perkembangan berlangsung, dia melangkah maju dari kondisi yang relative
tidak memiliki banyak perbedaan menuju kondisi yang perbedaan dan integrasi
herarkhisnya semakin tinggi.
Pernyataan ini menunjukkan perkembangan harus dipelajari dari sisi aktivitas yang
muncul dipermukaan dan aspek kejiwaan organisme pelakunua. Disamping itu prinsip
ontogenik harus merupakan dasar perbandingan pola-pola perkembangan diberagam
wilayah,spesies, dan kondisi patologis yang berbeda.
5. Perkembangan Kognitif
Teori ini di gagas oleh Jean Piaget (1896-1980) yang menyatakan bahwa tahapan berfikir
manusia sejalan dengan tahapan umur seseorang. Beliau mencatat bahwa seorang anak
berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap berfikir manusia
menurut Piaget bersifat biologis, melalui penelitiannya Piaget menemukan bahwa anak-
anak melewati tahap perkembangan kognitif dengan urutan yang tidak pernah berubah
dengan keteraturan yang sama (Crain,2007:171).
6. Perkembangan Moral
Teori ini dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg yang terinspirasi oleh karya Piaget yang
berjudul The Moral Judgment of the Child. Dalam teorinya beliau percaya bahwa ada tiga
tingkat perkembangan moral yang masing-masing ditandai dua tahapan. Konsep kunci
untuk memahami perkembangan moral menurut Kohlberg adalah internalisasi, yaitu
perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi
perilaku yang dikendalikan secara internal (Moshman,2005:74).
7. Pengondisian Klasik
Teori Pengondisian Klasik dikemukakan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) yang menyatakan
bahwa perkembangan manusia berasal dari prinsip stimulus dan respon. Melalui
eksperimennya Pavlov menemukan bahwa pengondisian dapat menimbulkan respon-
respon bawaan yang terjadi secara spontan melalui latihan berulang-ulang.
8
8. Pengondisian Operan
9. Pemodelan
10. Sosial-Historis
Teori ini dikemukakan oleh Lev Vigotsky (1896-1934) yang mana Beliau berpandangan
bahwa konteks social merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar anak.
Pengalaman interaksi social ini sangan berperan mengembangkan kemampuan berfikir
anak. Interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya akan menciotakan bentuk-
bentuk aktivitas mental yang tinggi.
11. Psikoanalitik
Teori yang digagas oleh Sigmund Frued (1856-1939) ini menekankan pada pentingnya
peristiwa dan pengalaman yang dialami anak khususnya situasi kekacauan mental.
Menurut Frued perkembangan seseorang digambarkan sebagai sejumlah tahapan
psikoseksual yang digambarkan pada tahapan-tahapan : tahap oral, tahap anal, tahap
phallic, tahap laten, dan genital (Santrock, 1995:22).
12. Psiko-Sosial
Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa perkembangan terjadi
sepanjang kehidupan manusia.
9
14. Humanistik
Faktor hereditas atau faktor keturunan dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik
individu yang menghadap kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari orangtua melalui gen.
Gen yang diterima anak dari orang tuanya pada saat pembuahan akan mempengaruhi
semua karakteristik dan penampilan anak kelak. Adapun yang diturunkan dari
keturunannya adalah sifat-sifatnya bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil
belajar atau pengalaman seperti bakat, sifat-sifat keturunan, kecerdasan dan juga
kepribadiannya. Hereditas merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai "totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-
gen" (Yusuf, 2017). Ada tiga teori tentang hereditas yang paling popular, yakni (1)
Hereditas dengan pernikahan (partiality) yaitu anak lahir mewarisi salah satu dari dua
sumber aslinya secara keseluruhan atau sebagian besar sifat-sifatnya; (2) cara penyatuan
(coalition) yaitu sifat anak yang tidak mewarisi cabang-cabang dari sumber aslinya; (3)
cara penggabungan (association) yaitu anak mewarisi salah satu sifat tertentu dari sumber
aslinya.
10
itulah yang menentukan perkembangannya kelak. Asumsi yang mendasari aliran
nativisme ini, adalah bahwa pada kepribadian anak dan orangtua terdapat banyak
kesamaan, baik dari dalam apek fisik dan psikis. Setiap manusia memiliki gen, dan gen
orangtua ini berpindah pada anak (Ulfa, 2015). Dalam perspektif hereditas,
perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh:
1. Bakat
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Setiap anak memiliki
berbagai macam bakat sebagai pembawaannya. Bakat yang dimiliki oleh anak pada
dasarnya diwarisi oleh orangtuanya.
2. Sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat keturunan yang diwariskan oleh orang tua atau nenek moyangnya terhadap
seorang anak dapat berupa fisik maupun psikis. Mengenai fisik misalnya bentuk mata,
bentuk hidung, warna kulit, dan suatu penyakit. Mengenai psikis seperti sifat
pemarah, pandai, dan sebagainya.
3. Inteligensi
Kecerdasan/inteligensi yang dimiliki oleh orangtuanya akan menurun pada anak-anak
yang dilahirkan. Walaupun anak-anak tersebut diasuh oleh orangtua sendiri maupun
oleh orang lain, namun sifat kecerdasan orangtua akan tetap menurun.
4. Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang unik, khas, dan berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari aspek fisiologis,
kognitif, maupun afektif yang mempengaruhi pola perilaku individu dalam rangka
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian juga dipengaruhi oleh faktor
genetis yang dibawa sejak lahir. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli
psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal atau
abnormal, pada dasarnya diturunkan dari kedua orangtuanya.
11
perlindungan, dan identitas bagi anggotanya. Sejak lama keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, predikat ini mengindikasikan betapa
esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku
dan kepribadian anak. Peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan
baik dalam hal menyediakan fasilitas maupun penciptaan pembentukan perilaku,
sikap, kebiasaan, penanaman nilai-nilai dan perilaku-perilaku sejenisnya, karena
peserta didik menghabiskan waktu hampir 12 jam lebih di rumah dengan keluarga.
Pola asuh orang tua disini juga sangat berperan penting, karena dengan pola asuh ini,
bisa membentuk karakter anak sebagai peserta didik.
2. Perkembangan Peserta Didik di Lingkungan Sekolah
Sekolah menjadi institusi khusus yang resmi dan turun temurun untuk peserta
didik mengenyam pendidikannya sejak dini. Sekolah bertujuan untuk memfasilitasi
proses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan harapan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Selain
sebagai tempat untuk mengenyam pendidikan akademis, lingkungan sekolah juga
sangat berperan penting atas perkembangan peserta didik. Di sekolah saat
mengenyam pendidikan, mereka belajar cara beretika dan sopan santun kepada orang
yang lebih tua, belajar cara menghormati pendapat orang lain saat berdiskusi, belajar
cara mengatur waktu untuk mengerjakan kewajiban, belajar mengasah soft skill dan
masih banyak lagi hal-hal yang bias dipelajari oleh peserta didik di lingkungan
sekolah.
Sumber belajar para peserta didik ini tidak hanya dari tenaga pengajar atau
guru, tetapi juga bias dari teman sebayanya, kakak kelasnya, adik kelasnya, dan
seluruh warga sekolahnya. Tapi tentunya, guru di sekolah juga harus mengajarkan
bagaimana cara memilah informasi-informasi yang bias dijadikan pelajaran untuk
berkembang dan informasi yang tidak bias dijadikan untuk berkembang.
3. Perkembangan Peserta Didik di Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan tempat peserta didik berkembang
dengan dipengaruhi oleh peserta didik sebaya yang setiap hari menjadi teman
bermainnya. Mereka juga bisa membuat komunitas masyarakat yang berbeda dengan
komunitas di lingkungan keluarga dan juga di lingkungan sekolah. Selain dari teman
sebaya, peran media informasi pada zaman ini yang sangat mudah diakses pun
menjadi suatu bentuk hal yang bisa dipakai para peserta didik berkembang.
Tentunya informasi yang beredar tidak 100% baik, maka disinilah peserta didik
diberikan pengetahuan untuk bisa memilah informasi yang mereka dapatkan.
Informasi ini tidak hanya sekedar Pendidikan, tapi juga tentang gaya hidup, jika
peserta didik salah mencerna informasi gaya hidup, maka bisa terjemurus ke gaya
hidup yang tidak sesuai dengan norma-norma bermasyarakat.
12
2.3 Proses Perkembangan Peserta Didik
Manusia terdiri dari fisik dan psikhis. Fisik merupakan tempat berkembang berbagai
perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial, moral, agama,
dan bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis manusia. Oleh sebab itu ada
pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan: Man sano in carpore sano (di dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Fisik manusia berkembangan dalam beberapa tahapan,
mulai dari tahap anak-anak hingga usia lanjut. Tahapan perkembangan fisik dapat
digambarkan sebagai berikut: Bayi-anak-anak-remaja-dewasa-lansia (lanjut usia).
Pertumbuhan fisik manusia dipemgaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga bayi
kembar sekalipun tidak memiliki irama perkembangan fisik yang sama, jika tumbuh dan
berkembang yang berbeda. Persamaan gen tidak menjamin seseorang secara fisik akan
tumbuh dan berkembang dengan pola yang sama dengan lainnnya. Demikian kesamaan
lingkungan juga tidak menyebabkan seseorang akan tumbuh dan berkembang secara fisik
sama dengan teman sebayanya. Terjadi interaksi yang cukup intens antara faktor internal
dan faktor eksternal dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia.
13
garis dengan berbagai variasi, memegang pensil, menggunting, mengancingka baju, dan
persiapan menulis. Anak-anak di atas usia 5 tahun umumnya telah menguasai berbagai
gerakan motorik halus dengan lebih baik. Mereka umumnya telah mampu menggunakan
peralatan rumah tangga dan sekolah.
Perempuan:
Remaja selalu melihat ke kaca untuk memastikan dirinya sebaik yang diimpikannya.
Perkembangan fisik pada remaja selalu memilik berbagai permasalahan pada diri remaja.
14
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:
• Kecanggungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan.
• Ketidakstabilan emosi
• Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan tujuan hidup
• Adanya sikap menentang dan menantang orang tua
• Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
• Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
• Senang bereksperimentasi
• Senang bereksplorasi
• Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan buatan.
• Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, dan pencapaian.
1. Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman, kemampuan
kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedanglan Colvin menyatakan kemampuan
kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Beberapa ahli psikologi
berpendapat bahwa perkembangan kemampuan berpikir manusia tumbuh bersama dengan
pertambahan usia dan juga dipengarhui oleh lingkungan sosial. Kemampuan berpikir
manusia juga turut mempengaruhi kemampuan bahasa sebab bahasa merupakan alat berpikir
manusia.
15
mengasimilasikan informasi yang manusia dapatkan, kemudian informasi tersebut
dikelompokan dalam istilah yang sudah manusia ketahui sebelumnya. Asimilasi pada
praktiknya dalah proses mencocokkan praktik terhadap teori.
Akomodasi adalah kemampuan menciptakan langkah baru dan juga mempengaruhi atau
menggabungkan berbagai istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi
kognitif adalah mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki untuk disesuaikan
dengan objek stimulus eksternal. Akomodasi dalam praktiknya adalah proses
mencocokkan teori ke dalam praktik.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap yaitu tahap
sensorik (0-2 tahun), preoperasional (2-7 tahun), operasional kongkrit (7-11 tahun) dan
operasional formal (11-15 tahun).
2) Bruner
Beriku 6 konsep pokok dalam perkembangan kognitif menurut Bruner:
a. Perkembangan intelektual, ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap
stimulus.
b. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sisrem pengolahan
informasi yang dapat menggambarkan realita.
c. Perkembangan intelektual memerkulan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada
dirinya sendiri dan orang lain melalui kata atau simbol.
d. Interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.
e. Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
f. Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan
berbagai alternatif secara simultan.
2.3.3 Perkembangan Emosi
1. Perkembangan Emosi
Emosi mempunyai definisi utama yaitu perasaan kuat yang melibatkan pikiran,
perubahan fisiologis, dan ekspresi pada sebuah perilaku (Masganti, 2012).
Emosi menurut KBBI adalah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) keberanian yang bersifat subjektif.
2. Teori-Teori Proses Terjadinya Emosi
1) Teori James-Lange Theory
Teori ini berpendapat bahwa sebuah peristiwa menyebablan rangsangan fisiologis
terlebih dahulu dan kemudian seseorang menafsirkan rangsangan ini.
2) Teori Lazarus
Teori Lazarus menyatakan bahwa pikiran harus datang sebelum emosi atau rangsangan
fisiologis. Dengan kata lain, seseorang harus terlebih dahulu berpikir tantang situasi,
sebelum dia mengalami emosi.
16
4) Teori Meriam Bard
Teori ini berpendapat bahwa seseorang mengalami tangsangan fisiologis dan emosional
pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak melibatkan peran pikiran atau perilaku lahiriah.
3. Jenis-Jenis Emosi
Emosi yang dirasakan oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
emosi primer dan emosi sekunder. Emosi primer adalah emosi utama yang dapat
menimbulkan emosi sekunder, emosi primer muncul begitu manusia dilahirkan
contohnya gembira, sedih, marah, takut. Emosi sekunder adalah emosi yang timbul
sebagai gabungan dari banyak emosi primer dan bersifat lebih kompleks, dan berasal dari
kesadaran dan evaluasi diri contohnya seperti malu, iri, dengki, kagum, takjub, dan cinta.
1. Pembangkangan (Negativisme)
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua
atau lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan anak.
2. Agresi (Agression)
Agresi adalah perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadaprasa frustrasi (rasa kecewa karena tidak
terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang
seperti: mencubit, menggigit, menendang, dan lain sebagainya.
17
3. Berselisih (Clashing)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak
lain. Anak-anak selalu berselisih pendapat tentang suatu masalah.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya. Misalnya anak-anak memberi gelar tertentu
kepada temannya atau saudaranya untuk membuat mereka marah. Dalam kondisi seperti ini
orang tua atau guru dapat melakukan metode induksi dengan cara mengajak anak merasakan
jika gelar atau label yang diberikannya kepada teman atau saudaranya terjadi pada dirinya.
Cara ini dapat membantu anak merasakan akibat perbuatannya terhadap orang lain, dan dapat
membantu anak berempati terhadap orang lain.
5. Persaingan (Rivaly)
Persaingan adalah Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.
Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia enam
tahun semangat bersaing ini akan semakin baik. Persaingan berdampak positif jika masih
dalam intensitas normal. Agar sikap bersaing berada pada tataran normal, orang tua atau
guruharus selalu menciptakan suasana yang bersaing yang positif pada diri anak.
6. Kerjasama (Cooperation)
Sikap mau bekrja sama dengan orang lain mulai nampak pada usia tiga tahun atauawal empat
tahun, pada usia enam hinggatujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik. Sikap
dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain bersama. Belajar berkelompok dapat
membantu anak mengembangkan sikap kerjasama.
Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap boss. Wujud dari
sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
9. Simpati (Sympaty)
Simpati merupakan sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya. Mereka rela berbagi
apa yang mereka miliki. Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dapat mbantu
mengembangkan sikap empati pada anak.
1. Keluarga
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga
mampu mempertimbangkan proses social, memberi dan menerima nasehat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, di samping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak
di dalam masyarakat dankehidupan mereka dimasa yang akan datang.
19
4. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali
terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan
berkemam-puan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya
seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.
Menurut teori Kolhberg secara umum manusia melalui enam tahap perkembangan moral,
yaitu:
a. Tingkatan 1, terdiri dari Tahap pertama pada usia 0 sampai 7 tahun (pra
konvensional), masih berorientasi kepada hukuman dan ketaatan. Ini adalah
tahapan moral yang paling rendah.Karena individu karena melakukan
internalisasi nilai-nilai karenaadanya punisment pada tahap ini, hukuman dan
20
kepatuhan terhadap otoritas yang berkuasa dinilai positif oleh anak. Secara
umum, manusia yang berada pada usia ini melakukan karena takut dihukum
dan taat, bukan karena disadari kemungkinan yangtidak diharapkan, jika hal
tersebut dilakukan. Sebagai contoh, anak yang berada pada usia balita sering
kali ingin melakukangerakan motorik halus dengan mencoba menggunakan
alat. Misalnya menggunting. Begitu merasa trampil dan mampumenggunakan
alat yang bernama gunting, ada kecendrungan untuk melakukannya berulang-
ulang dan ada keumngkinan merusak. Namun, karena tidak paham maka
diperlukan adanya pendampingan dan penjelasan mengenai apa yang
dilakukan. Awalnya, anak akan taat karena jika dilakukan dengan cara yangt
idak tepat, bisa mendapat hukuman. Berulang-ulang diingatkan kemungkinan
anak akan menyadari bahwa apa yangdilakukannya tidak benar. Artinya, ada
kontrol mana yang baikdilakukan mana yang tidak. Contoh lain, misalnya
merebut mainan atau mengambil mainan yang bukan miliknya. Hal ini juga
perlu diperkenalkan kepada anak. Peringatan yang berulang-ulang memberi
peluang bagi anak memahami apa yang boleh dan tidak. Hanya saja belum
paham sebenarnya secara utuh mengenai pemahaman nilai-nilai etika hidup
yang perlu diperhatikan. Tahap berikutnya disebut dengan tahap
konvensional. Anak menyadari adanya reward dan adanya minat pribadi.
Adapun yang dilakukan karena adanya reward yang tersedia. Bukan karena
menyadari adanya nilai-nilai. Tahap kedua, menurut Kohlberg adalah
individualisme dan tujuan. Pemikiran moral didasarkan pada hadiah dan
reward dan minat pribadi. Dengan kata maupun tindakan apapun yang
dilakukan berdasarkan kepatuhan perilaku karena adanya reward dan
punishment.
2. Tingkatan ke dua, dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap ketiga adalah pasca
konvensional. Tahap ini adalah norma interpersonal. Dan tahap ke 4, adanya
moralitas sistem sosial. Pada masa initemaja menyadari bahwa komunitas
dapat bekerja efektif, bila dilindungi hukum. Artinya, pada masa ini remaja
mulai menyadari adanya peraturan yang harus menjadi landasan dalam
mereka lakukan tidak di luar jalur regulasi yang berlaku. Bagaimana mereka
melakukan hubungan sosial dan apa kewajibannya dalam relasi sosial dengan
lingkungan. Sebagai individu harus mampu melakukan kewajibannya, sesuai
dengannorma-norma yang berlaku di masyarakat. Remaja sudah mampu
menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan yang dicerminkan melalui sikap
perilakunya.
21
diperhatikan, tetapi disisi lain, hak individu juga perlu diperhatikan. Karena
tidak selalu, individu yagmencuri seluruhnya dipersalahkan karena dirinya.
Begitu juga jika ada emosi, harus ada pengendalian diri. Ada kalanya emosi
yang diekspresikan tidak terkendali dapat berdampak dalam jangka panjang.
Dalam pembahasannya Kholberg memperlihatkan bahwa tidak selalu mencuri
adalah kesalahan individu. Harga diri juga perlu diperhatikan. Tahap ke 6,
yaitu berhubungan dengan prinsip etis universal. Hal ini menenkankan
perlunya memperhatikan antara hukum dan kata hati. Setiap tahapan yang
terjadi dalam diri manusia terjadi selama rentang usia sampai dengan usia 9
tahun. Oleh karenanya, dalam pemikiran moral, tindakah dipengaruhi oleh
banyak faktor. Seiring dengan bertambahnya usia, pengalaman dan nilai-nilai
yang diterima dikeluarga dapat dipastikan berdampak terhadap setiap pribadi.
Menurut Kholberg bahwa bertambah usia memberi peluang bagi tiap individu
untuk sampai ketingkat moral yang lebih tinggi, tetntunya diikuti dengan
adanya model, diskusi dan adanya interaksi yang terjadi sesuai dengan
usianya. Hal ini akan berpengaruh terhadap masing-masing individu.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara progresif organisme baik
dalam struktur maupun fungsi (fisik atapun psikis) yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai
akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar.
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan
hingga ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan
tersebut bisa menanjak menuju titik puncak, kemudian mengalami kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak memiliki beberapa ciri perubahan
yang mencolok, yaitu perubahan fisik dan perubahan mental.
23
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan,
kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa
cinta terhadap perbuatan baik.
3.2 Saran
Berdasarkan hal yang telah dicantumkan diatas mengenai, hakikat perkembangan,
faktor heriditas dan lingkungan serta proses perkembangan peserta didik, kami
menyarankan untuk memperhatikan beberapa hal terkait makalah yang telah
dibuat adalah sebagai berikut ;
1. Banyak para ahli yang menyatakan bahwa tahun-tahun prasekolah
merupakan tahapan penting. Untuk itu peran orang tua menjadi sangat
penting dalam tahapan tersebut. Dimana orang tua dapat mengajarkan hal-
hal dasar seperti menggunakan tangan kanan lebih baik daripada
menggunakan tangan kiri dan hal-hal dasar lainnya. Karena itu orang tua
harus lebih memperhatikan dengan baik perkembangan anaknya.
2. Dalam perkembangan individu terdapat faktor lingkungan, baik lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat. Untuk itu
keluarga, sekolah dan masyarakat harus selalu berusaha untuk
menciptakan suasana yang damai, tentram, aman dan nyaman. Sehingga
seorang anak dapat berkembang dengan baik.
3. Dalam proses perkembangan moral, semua faktor yaitu keluarga, sekolah
dan masyarakat sama-sama memegang peranan yang penting. Keluarga
sekolah dan masyarakat dapat memberikan konsekuensi yang setimpal bila
terdapat seseorang yang melakukan suatu kesalahan. Agar seseorang
tersebut dapat menyadari bahwa apa yang diperbuatnya merupakan suatu
kesalahan dan berusaha untu memahami mana yang benar dan yang salah.
4. Kritik dan saran juga penulis harpkan, agar penulisan makalah selanjutnya
bisa berjalan dengan baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Chusniyah, Tutut. 2015. Pengaruh Lingkungan terhadap Tumbuh Kembang Anak yang
Berhadapan dengan Hukum (ABH). http://fppsi.um.ac.id/?p=1274. Diakses pada 2
September 2021.
DR. MASGANTI SIT, M., 2012. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. In: M. Yunus & A.
@rt, eds. Medan: Perdana Mulya Sarana, pp. 105-160.
Lambong, M., 2020. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik. 1st ed. Jakarta Timur: Uki
Press.
Nur Amini dan Naimah. 2020. Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi Perkembangan
Intelligensi Anak Usia Dini. https://ejournal.bbg.ac.id/buahhati/article/view/1162.
Diakses pada 3 September 2021
25