Anda di halaman 1dari 28

HAKIKAT PERKEMBANGAN, FAKTOR HIREDITAS, SERTA PROSES

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Oleh :

KELOMPOK 2

Putu Pradnya Gita Shanti ; 2113011077 ; 1D

Cindy Yosevine Alfiyani Purba ; 2113011082 ; 1D

Putu Sellina Putri ; 2113011083 ; 1D

Nurul Aulia Berlianty Fanani ; 2113011084 ; 1D

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hakikat Perkembangan, Faktor Hireditas,
serta Proses Perkembangan Peserta Didik” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dan menambah wawasan tentang Hakikat Perkembangan, Faktor Hireditas,
serta Proses Perkembangan Peserta Didik bagi para pembaca dan juga penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd sebagai dosen pengampu
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak
yang sudah membantu serta ikut berpartisipasi sehingga makalah bisa terselesaikan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan harapan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca atau yang lainnya.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Singaraja, 4 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 2
BAB 2 ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
2.1 Hakikat Perkembangan Peserta Didik.......................................................................... 3
2.2 Faktor Hereditas dan Lingkungan Dalam Perkembangan Peserta Didik .............. 10
2.3 Proses Perkembangan Peserta Didik .......................................................................... 13
BAB 3 ........................................................................................................................................... 23
PENUTUP.................................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 23
3.2 Saran.............................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan, fokus utama perhatian sasaran pendidikan adalah peserta
didik di setiap tingkatan pendidikan yang ada, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA),
maupun dalam dunia perkuliahan di sebuah Universitas. Sebagai seorang tenaga pedidik,
mempelajari dan memahami dengan baik tentang pertumbuhan serta perkembangan
peserta didik merupakan salah satu tugas utama yang tidak dapat diabaikan oleh tenaga
pendidik. Hal ini dilakukan agar dapat melihat permasalahan yang terjadi di kelas dan
jalan keluar dalam proses menjawab permasalahan tersebut secara tepat, serta mengetahui
implikasi masing-masing karakteristik terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Dalam pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memberikan bekal
ilmu kepada peserta didik. Di dalam ilmu pendidikan, yang dimaksud dengan pendidik
adalah semua aspek yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik,
baik itu manusia, alam, dan kebudayaan yang selanjutnya dapat disebut pula dengan
lingkungan pendidikan di dalam dunia pendidikan.
Perkembangan peserta didik merupakan suatu komponen penting yang harus
diketahui oleh seorang tenaga pendidik. Pemahaman tenaga pendidik terhadap
perkembagan peserta didik akan menuntut tenaga pendidik membuat desain pembelajaran
yang cocok untuk diterapkan kepada peserta didik. Desain pembelajaran yang cocok
dengan peserta didik nantinya akan melahirkan konsep pembelajaran yang maksimal.
Pembelajaran yang tidak memperhatikan perkembangan peserta didik akan membuat
konsep belajar mengajar tidak efektif dan terkesan membosankan yang pada akhirnya
dapat membuat peserta didik frustasi terhadap ketidaknyamanan yang ia rasakan ketika
proses pembelajaran. Dasar peikiran ini yang menjadikan pengetahuan tentang haikat
perkembangan perserta didik merupakan salah satu komponen dari kompetensi
pedagogik seorang tenaga pendidik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep tentang hakikat perkembangan peserta didik?
2. Apa saja faktor heriditas dan lingkungan dalam mempengaruhi perkembangan
individu?
3. Bagaimana proses perkembangan peserta didik?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep tentang hakikat perkembangan peserta didik.
2. Untuk mengetahui faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan individu.
3. Untuk mengetahui proses perkembangan peserta didik.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi penulis
Penulis akan memiliki pengetahuan mengenai hakikat perkembangan peserta didik,
faktor heriditas dan lingkungan dalam perkembangan, serta proses pekembangan peserta
didik. Selain itu penulis juga dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis makalah.
2. Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber kajian pengetahuan bagi
masyarakat luas mengenai hakikat perkembangan peserta didik, serta menambah
pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam menulis suatu makalah.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Perkembangan Peserta Didik


Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. Hurlock (1980: 2) menyatakan perkembangan sebagai rangkaian perubahan
progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Daele
sebagaimana dikutip Hurlock (1980: 2) menyatakan “perkembangan berarti perubahan secara
kualitatif.”
Hasan (2006: 13) menyatakan perkembangan berarti segala perubahan kualitatif dan
kuantitatif yang menyertai pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Perkembangan
merupakan proses menyeluruh ketika individu beradapatasi dengan lingkungannya.
perkembangan terjadi sepanjang kehidupan manusia dengan tahapan-tahapan tertentu.
Perkembangan manusia dimulai sejak masa bayi sampai usia lanjut. Menurut Santrok dan
Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat
terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan.
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu
atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (jasmaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perkembangan merupakan suatu pola
perubahan secara progresif organisme baik dalam struktur maupun fungsi (fisik atapun
psikis) yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung
sejak masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan,
pengalaman, dan belajar.
2.1.1 Prinsip - Prinsip Perkembangan

Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan hingga ajal tiba,
manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa menanjak
menuju titik puncak, kemudian mengalami kemunduran. Selama proses perkembangan
seorang anak memiliki beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu:

1. Perubahan fisik
- Perubahan tinggi badan, berat badan, serta organ dalam tubuh, contohnya jantung,
otak dan lain sebagainya.
- Perubahan proposi seperti perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada
seorang anak.
2. Perubahan mental
- Perubahan yang meliputi: memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial, dan imajinasi.

3
- Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap sosial
yang baru, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap prososial.
Hurlock (1980: 5-9) menyatakan prinsip perkembangan ada sembilan, yaitu:
1. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis.
Prinsip pertama dalam perkembangan adalah sikap kritis. Banyak ahli psikologi
menyatakan bahwa tahun-tahun prasekolah merupakan tahapan penting. Pada usia ini
diletakkan struktur perilaku yang kompleks yang berpengaruh bagi perkembangan
sikap anak pada masa selanjutnya. Misalnya penggunaan tangan kanan atau kiri,
dengan latihan yang diberikan orangtua atau guru anak dapat menggunakan tangan
kanan lebih baik daripada tangan kirinya.
Kedua, perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang di sekitar anak
memperlakukan anak dengan baik dan mendorong anak lebih bebas mengekspresikan
dirinya. Sikap ini akan mendorong anak tumbuh dan berkembang.
Ketiga ada motivasi yang kuat dari diri individu yang ingin mengalami perubahan.
Misalnya anak yang malas berbicara tidak akan menjadi anak yang terbuka di masa
yang akan datang.
2. Peran kematangan dan belajar
Perkembangan dapat dipengaruhi oleh kematangan dan belajar. Kematangan adalah
terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal
dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak-anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan (phylogenetik). Hubungan antara kematangan
dan hasil belajar dapat dilihat dalam fungsi hasil usaha (ontogenetik) seperti menulis,
mengemudi atau bentuk keterampilan lainnya yang merupakan hasil pelatihan.
3. Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat Diramalkan
Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan. Misalnya
perkembangan motorik akan mengikuti hukum arah perkembangan (cephalocaudal)
yaitu perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti
bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala
kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua perkembangan menyebar
keluar dari titik poros sebtral tubuh ke anggota-anggota tubuh (proximodistal).
Contohnya kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh keterampilan
lengan terlebih dahulu.
4. Semua individu berbeda
Tiap individu berbeda perkembangannya meskipun pada anak kembar. Anak-anak
penakut tidak sama reaksinya dengan anak-anak agresif terhadap satu tahap

4
perkembangan. Oleh sebab itu perkembangan pada tiap manusia berbeda-beda
sehingga terbentuk individualitas.
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan mengikuti
pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Beberapa anak
berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan yang lain
bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan.
Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik
yang berbeda. Kemudian faktor lingkungan juga turut memberikan kontribusi
terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional,
apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak, dan
apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.
Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan
tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki
kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika
menginjak tahap perkembangan berikutnya.
Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua,
atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga
kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula
pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan, meskipun dilakukan secara
klasikal atau kelompok.
5. Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku Karateristik
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik
untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola
perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri
sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi
empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu
dalam kecepatan perkembangan. Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan
mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan
rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam
perkembangannya dibandingkan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan
anak yang bodoh akan berkembang lebih lambat.
Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju tanggapan yang lebih khusus.
Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan
permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak
secara umum akan merespon dengan rasa takut pada suatu hal yang baru namun
selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.

5
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga
kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang
cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang
perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi
kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa
remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan
berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
6. Setiap Tahap Perkembangan Mempunyai Risiko
Setiap tahap perkembangan mempunyai risiko. Beberapa hal yang dapat
menyebabkannya antara lain dari lingkungan anak itu sendiri. Bahaya ini dapat
mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial. Sehingga pola
perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan
perkembangan. Pada saat itu dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami
gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya
hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting
karena memungkinkan pengasuh (orangtua, guru, atau pengasuh lainnya) untuk
segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
7. Perkembangan dibantu rangsangan
Perkembangan akan berjalan sebagaimana mestinya jika ada bantuan berbentuk
sitmulus dari lingkungan sekitarnya. Misalnya semakin rajin orangtua berbicara
dengan anaknya semakin cepat anak-anak belajar berbicara. Pengalaman penulis
dengan seorang anak yang malas bicara, ketika penulis menjadi guru anak berusia 5
(lima) tahun tersebut, setiap hari penulis menanyakan kabarnya atau menanyakan
nama-nama benda kepadanya. Menjelang tamat Taman Kanak-kanak anak tersebut
mulai senang berbicara.
8. Perkembangan Dipengaruhi Perubahan Budaya
Kebudayaan mempengaruhi perkembangan sikap dan fisik anak. Anak yang hidup
dalam budaya yang membedakan sikap dan permainan yang pantas terhadap untuk
anak laki-laki dan perempuan akan berpengaruh terhadap perkembangan. Anak
perempuan akan memilih mainan yang lebih sedikit membutuhkan kemampuan fisik,
sehingga pertumbuhan fisiknya tidak sekuat fisik anak laki-laki.
Anak laki-laki dituntut untuk tidak cengeng seperti anak perempuan, sehingga anak
laki-laki menjadi lebih tegar dan pemberani dibandingkan anak perempuan.
9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan
Orangtua dan masyarakat memiliki harapan tertentu pada tiap tahap perkembangan
anak. Jika tahap itu tercapai maka orangtua atau masyarakat akan berbahagia.

6
Misalnya anak usia 1 (satu) tahun sudah pandai berjalan, jika sampai usia tersebut
anak belum bisa berjalan, maka akan membuat gelisah orang-orang di sekitarnya.
2.1.2 Teori – Teori Perkembangan Peserta Didik

Menurut Crain (2007) ada 14 teori perkembangan peserta didik yang dikemukakan oleh para
ahli perkembangan yang meliputi :

1. Environmentalisme

Teori Enviromentalisme menyatakan bahwa perkembangan ditentukan oleh lingkungan.


Teori ini dikemukakan oleh seorang filsuf Inggris Jhon Locke (1632-1704), Locke
mengakui kalau individu memiliki tempramen yang berbeda, namun secara keseluruhan
lingkunganlah yang membentuk jiwa (Crain,2007:6-7). Pada saat jiwa masih lunak yaitu
pada usia dini, anak-anak mudah dididik menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan
membentuk jiwa anak-anak melalui proses asosiasi (dua gagasan selalu muncul bersama-
sama), repetisi (melakukkan sesuatu berkali-kali), imitasi (peniruan), dan reward and
punishment (penghargaan dan hukuman).

2. Naturalisme

Teori ini memandang bahwasanya anak berkembang dengan cara-caranya sendiri dengan
melihat, berfikir, dan merasa. Alam seperti guru yang mendorong anak mengembangkan
kemampuan berbeda-beda ditingkat pertumbuhan yang berbeda. Teori ini dikemukakan
oleh Jean Jecques Rousseau (1712-1778) dalam bukunya yang berjudul Emile.

3. Etologis

Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam konteks evolusi.
Teori Etologis dikemukakan oleh Darwin, Lorentz – Tindbergen, dan Bowlby. Charles
Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi
alam. Seleksi alam tidak hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada
beragam tingkah laku. Konrad Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988
menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam lingkungan tertentu
dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk berkembang dengan benar
(Crain,2007:64). Jhon Bowlby (1907-1990) perkembangan manusia ditentukan
lingkungan adaptasinya.

Untuk mendapatkan perlindungan anak-anak harus mengembangkan tingkah laku


kemelekatan (attachment) yaitu sinyal yang mempromosikan dan mempertahankan
kedekatan anak dengan pengasuhnya (Bowlby,2982:182).

7
4. Komparatif dan Organismik

Teori Komparatif dan Organismic dikemukakan oleh Heinz Werner (1890-1964)


menyatakan bahwa perkembangan tidak sekedar mengacu kepada peningkatan
ukuran,tetapi perkembangan mencakup perubhana-perubahan di dalam struktur yang
dapat didefinisikan menurut prinsip ontogenik. Werner menyatakan:

Kapanpun perkembangan berlangsung, dia melangkah maju dari kondisi yang relative
tidak memiliki banyak perbedaan menuju kondisi yang perbedaan dan integrasi
herarkhisnya semakin tinggi.

[Whenever development occurs, it proceeds from state of relative lack of differentiation


to a state of increasing differentiation and hierarchic integration] (Werner dan Kaplan,
1956:866).

Pernyataan ini menunjukkan perkembangan harus dipelajari dari sisi aktivitas yang
muncul dipermukaan dan aspek kejiwaan organisme pelakunua. Disamping itu prinsip
ontogenik harus merupakan dasar perbandingan pola-pola perkembangan diberagam
wilayah,spesies, dan kondisi patologis yang berbeda.

5. Perkembangan Kognitif

Teori ini di gagas oleh Jean Piaget (1896-1980) yang menyatakan bahwa tahapan berfikir
manusia sejalan dengan tahapan umur seseorang. Beliau mencatat bahwa seorang anak
berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap berfikir manusia
menurut Piaget bersifat biologis, melalui penelitiannya Piaget menemukan bahwa anak-
anak melewati tahap perkembangan kognitif dengan urutan yang tidak pernah berubah
dengan keteraturan yang sama (Crain,2007:171).

6. Perkembangan Moral

Teori ini dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg yang terinspirasi oleh karya Piaget yang
berjudul The Moral Judgment of the Child. Dalam teorinya beliau percaya bahwa ada tiga
tingkat perkembangan moral yang masing-masing ditandai dua tahapan. Konsep kunci
untuk memahami perkembangan moral menurut Kohlberg adalah internalisasi, yaitu
perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi
perilaku yang dikendalikan secara internal (Moshman,2005:74).

7. Pengondisian Klasik

Teori Pengondisian Klasik dikemukakan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) yang menyatakan
bahwa perkembangan manusia berasal dari prinsip stimulus dan respon. Melalui
eksperimennya Pavlov menemukan bahwa pengondisian dapat menimbulkan respon-
respon bawaan yang terjadi secara spontan melalui latihan berulang-ulang.

8
8. Pengondisian Operan

Pengondisian Operan dikemukakan oleh Skinner (1905-1990). Untuk menemukan teori


pengondisian operan sebagai sebuah teori perkembangan Skinner membuat “Skinner
Box.” Di dalam kotak Skinner mencobakan perkembangan pengetahuan latihan yang
disertai reward dan punishment.

9. Pemodelan

Teori Pemodelan dikemukakan Albert Bandura, yang menyatakan bahwa perkembangan


manusia merupakan hasil interaksi antara factor hereditas dan lingkungan.

10. Sosial-Historis

Teori ini dikemukakan oleh Lev Vigotsky (1896-1934) yang mana Beliau berpandangan
bahwa konteks social merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar anak.
Pengalaman interaksi social ini sangan berperan mengembangkan kemampuan berfikir
anak. Interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya akan menciotakan bentuk-
bentuk aktivitas mental yang tinggi.

11. Psikoanalitik

Teori yang digagas oleh Sigmund Frued (1856-1939) ini menekankan pada pentingnya
peristiwa dan pengalaman yang dialami anak khususnya situasi kekacauan mental.
Menurut Frued perkembangan seseorang digambarkan sebagai sejumlah tahapan
psikoseksual yang digambarkan pada tahapan-tahapan : tahap oral, tahap anal, tahap
phallic, tahap laten, dan genital (Santrock, 1995:22).

12. Psiko-Sosial

Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa perkembangan terjadi
sepanjang kehidupan manusia.

Erikson meyakini bahwa setiap tahap perkembangan berfokus pada upaya


penanggulangan konflik. Kesuksesan atau kegagalan menangani konflik dapat
berpengaruh pada setiap tahap perkembangan.

13. Perkembangan Bahasa

Teori Perkembangan Bahasa digagas oleh Chomsky (1928). Chomsky menyatakan


kemampuan berbahasa adalah bawaan manusia yang tidak dimiliki makhluk lain.
Kemampuan berbahasa dibawa manusia sejak lahir.

9
14. Humanistik

Penggagas aliran Humanistic adalah Abraham Maslow (1908-1970). Menurut Maslow


pertumbuhan dan perkembangan manusia ditentukan oleh hakikat batin esensial dan
biologis. Inti batin manusia mendorongnya untuk mencapai perealisasian
kemanusiaannya seutuhnnya. Pada sejumlah orang yang melakukan aktualisasi diri,
mereka cenderung merdeka dari tekanan budaya, dan tetap mempertahankan kapasitas
untuk memandang dunia secara spontan, segar, dan lugu seperti anak (Maslow,1962:207-
208). Dengan kata lain Maslow menyatakan hanya manusia yang merdeka dari tekanan
budaya yang dapat mendapai kesempurnaan perkembangannya.

2.2 Faktor Hereditas dan Lingkungan Dalam Perkembangan Peserta Didik


Manusia adalah makhluk yang sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Setiap individu memiliki sifat atau karakteristik yang berbeda. Sifat atau karakteristik
setiap individu tersebut dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor hereditas dan
faktor lingkungan.

2.2.1 Faktor Hereditas Dalam Perkembangan Peserta Didik

Faktor hereditas atau faktor keturunan dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik
individu yang menghadap kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari orangtua melalui gen.
Gen yang diterima anak dari orang tuanya pada saat pembuahan akan mempengaruhi
semua karakteristik dan penampilan anak kelak. Adapun yang diturunkan dari
keturunannya adalah sifat-sifatnya bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil
belajar atau pengalaman seperti bakat, sifat-sifat keturunan, kecerdasan dan juga
kepribadiannya. Hereditas merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai "totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-
gen" (Yusuf, 2017). Ada tiga teori tentang hereditas yang paling popular, yakni (1)
Hereditas dengan pernikahan (partiality) yaitu anak lahir mewarisi salah satu dari dua
sumber aslinya secara keseluruhan atau sebagian besar sifat-sifatnya; (2) cara penyatuan
(coalition) yaitu sifat anak yang tidak mewarisi cabang-cabang dari sumber aslinya; (3)
cara penggabungan (association) yaitu anak mewarisi salah satu sifat tertentu dari sumber
aslinya.

Dalam disiplin ilmu pendidikan, orang yang mempercayai bahwa perkembangan


seorang anak dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut aliran nativisme yang dipelopori
oleh Schopenhauer. Aliran tersebut berpendapat bahwa perkembangan anak telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Hereditas oleh aliran ini disebut
juga dengan pembawaan. Pembawaan yang telah terdapat pada anak sejak dilahirkan

10
itulah yang menentukan perkembangannya kelak. Asumsi yang mendasari aliran
nativisme ini, adalah bahwa pada kepribadian anak dan orangtua terdapat banyak
kesamaan, baik dari dalam apek fisik dan psikis. Setiap manusia memiliki gen, dan gen
orangtua ini berpindah pada anak (Ulfa, 2015). Dalam perspektif hereditas,
perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh:
1. Bakat
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Setiap anak memiliki
berbagai macam bakat sebagai pembawaannya. Bakat yang dimiliki oleh anak pada
dasarnya diwarisi oleh orangtuanya.
2. Sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat keturunan yang diwariskan oleh orang tua atau nenek moyangnya terhadap
seorang anak dapat berupa fisik maupun psikis. Mengenai fisik misalnya bentuk mata,
bentuk hidung, warna kulit, dan suatu penyakit. Mengenai psikis seperti sifat
pemarah, pandai, dan sebagainya.
3. Inteligensi
Kecerdasan/inteligensi yang dimiliki oleh orangtuanya akan menurun pada anak-anak
yang dilahirkan. Walaupun anak-anak tersebut diasuh oleh orangtua sendiri maupun
oleh orang lain, namun sifat kecerdasan orangtua akan tetap menurun.
4. Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang unik, khas, dan berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari aspek fisiologis,
kognitif, maupun afektif yang mempengaruhi pola perilaku individu dalam rangka
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian juga dipengaruhi oleh faktor
genetis yang dibawa sejak lahir. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli
psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal atau
abnormal, pada dasarnya diturunkan dari kedua orangtuanya.

2.2.2 Faktor Lingkungan Dalam Perkembangan


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar suatu individu dimana individu
akan melakukan aktivitas, berinteraksi, berkomunikasi, dan sebagainya. Lingkungan
dapat memengaruhi potensi diri maksimal dari perkembangan peserta didik. Jadi
lingkungan perkembangan peserta didik adalah wadah atau tempat dimana anak
melangsungkan perkembangannya hingga mencapai potensi diri maksimalnya.
Lingkungan perkembangan peserta didik terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
1. Perkembangan Peserta Didik di Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang paling penting bagi perkembangan anak
secara fisik, emosi, spiritual dan sosial. Karena keluarga adalah sumber kasih sayang,

11
perlindungan, dan identitas bagi anggotanya. Sejak lama keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, predikat ini mengindikasikan betapa
esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku
dan kepribadian anak. Peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan
baik dalam hal menyediakan fasilitas maupun penciptaan pembentukan perilaku,
sikap, kebiasaan, penanaman nilai-nilai dan perilaku-perilaku sejenisnya, karena
peserta didik menghabiskan waktu hampir 12 jam lebih di rumah dengan keluarga.
Pola asuh orang tua disini juga sangat berperan penting, karena dengan pola asuh ini,
bisa membentuk karakter anak sebagai peserta didik.
2. Perkembangan Peserta Didik di Lingkungan Sekolah
Sekolah menjadi institusi khusus yang resmi dan turun temurun untuk peserta
didik mengenyam pendidikannya sejak dini. Sekolah bertujuan untuk memfasilitasi
proses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan harapan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Selain
sebagai tempat untuk mengenyam pendidikan akademis, lingkungan sekolah juga
sangat berperan penting atas perkembangan peserta didik. Di sekolah saat
mengenyam pendidikan, mereka belajar cara beretika dan sopan santun kepada orang
yang lebih tua, belajar cara menghormati pendapat orang lain saat berdiskusi, belajar
cara mengatur waktu untuk mengerjakan kewajiban, belajar mengasah soft skill dan
masih banyak lagi hal-hal yang bias dipelajari oleh peserta didik di lingkungan
sekolah.
Sumber belajar para peserta didik ini tidak hanya dari tenaga pengajar atau
guru, tetapi juga bias dari teman sebayanya, kakak kelasnya, adik kelasnya, dan
seluruh warga sekolahnya. Tapi tentunya, guru di sekolah juga harus mengajarkan
bagaimana cara memilah informasi-informasi yang bias dijadikan pelajaran untuk
berkembang dan informasi yang tidak bias dijadikan untuk berkembang.
3. Perkembangan Peserta Didik di Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan tempat peserta didik berkembang
dengan dipengaruhi oleh peserta didik sebaya yang setiap hari menjadi teman
bermainnya. Mereka juga bisa membuat komunitas masyarakat yang berbeda dengan
komunitas di lingkungan keluarga dan juga di lingkungan sekolah. Selain dari teman
sebaya, peran media informasi pada zaman ini yang sangat mudah diakses pun
menjadi suatu bentuk hal yang bisa dipakai para peserta didik berkembang.
Tentunya informasi yang beredar tidak 100% baik, maka disinilah peserta didik
diberikan pengetahuan untuk bisa memilah informasi yang mereka dapatkan.
Informasi ini tidak hanya sekedar Pendidikan, tapi juga tentang gaya hidup, jika
peserta didik salah mencerna informasi gaya hidup, maka bisa terjemurus ke gaya
hidup yang tidak sesuai dengan norma-norma bermasyarakat.

12
2.3 Proses Perkembangan Peserta Didik

2.3.1 Perkembangan fisik

Manusia terdiri dari fisik dan psikhis. Fisik merupakan tempat berkembang berbagai
perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial, moral, agama,
dan bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis manusia. Oleh sebab itu ada
pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan: Man sano in carpore sano (di dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Fisik manusia berkembangan dalam beberapa tahapan,
mulai dari tahap anak-anak hingga usia lanjut. Tahapan perkembangan fisik dapat
digambarkan sebagai berikut: Bayi-anak-anak-remaja-dewasa-lansia (lanjut usia).
Pertumbuhan fisik manusia dipemgaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga bayi
kembar sekalipun tidak memiliki irama perkembangan fisik yang sama, jika tumbuh dan
berkembang yang berbeda. Persamaan gen tidak menjamin seseorang secara fisik akan
tumbuh dan berkembang dengan pola yang sama dengan lainnnya. Demikian kesamaan
lingkungan juga tidak menyebabkan seseorang akan tumbuh dan berkembang secara fisik
sama dengan teman sebayanya. Terjadi interaksi yang cukup intens antara faktor internal
dan faktor eksternal dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia.

a. Tahapan Perkembangan Fisik Manusia

1. Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-anak


Pertumbuhan anak dimulai dari masa bayi sama dengan fisik pada masa anak-
anak relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang
badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran
sistem rangka, otot, dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik pada anak-anak terdiri dari pertumbuhan dan perkembangan motorik
kasar dan motorik halus. Pertumbuhan motorik kasar merupakan perkembangan
pengasuhnya. Bayi belum sensitif terhadap rasa sakit pada saat dilahirkan, tetapi
pengenalan terhadap rasa sakit berkembang secara dramatis pada hari pertama bayi
dilahirkan (Barnados,2002:7).
Pada usia 3-5 tahun, perkembangan motorik kasar anak anatara lain: berjalan
dengan berbagai variasi, berlari, memanjat, melompat, menari, melempar, menangkap,
dan lain sebagainya. Termasuk perkembangan fisik anak adalah kemampuan mengontrol
buang air besar dan kecil.

Di atas usia 2 tahun anak-anak mulai mengalami perkembangan motoric halus.


Perkembangan motorik halus adalah perkembangan koordinasi mata dan tangan.
Aktivitas-aktivitas motoric halus mensyaratkan penggunaan otot-otot kecil di tangan.
Beberapa perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun antara lain: menggambarkan
orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, menghitung dengan jari-jarinya,
mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita, mewarnai, menarik

13
garis dengan berbagai variasi, memegang pensil, menggunting, mengancingka baju, dan
persiapan menulis. Anak-anak di atas usia 5 tahun umumnya telah menguasai berbagai
gerakan motorik halus dengan lebih baik. Mereka umumnya telah mampu menggunakan
peralatan rumah tangga dan sekolah.

2. Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja


Perubahan yang paling dirasai remaja adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas
yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak
sebagai persiapan menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormon seksual
membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya sekaligus jadi sering terlalu fokus
pada kondisi fisiknya. Misalnya remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat
atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja laki-laki dan perempuan sebagai berikut:
Laki-laki:
➢ Pertumbuhan testis (10-13,5 tahun)
➢ Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10-15 tahun)
➢ Pembesaran badan(10,5-16 tahun)
➢ Pembesaran penis (11-14,5 tahun)
➢ Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (sama dengan pembesaran penis)
➢ Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (dua tahun setelah rambut pubis)
➢ Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

Perempuan:

➢ Pertumbuhan payudara (3-8 tahun)


➢ Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8-14 tahun)
➢ Pertumbuhan badan (9,5 tahun-14,5 tahun)
➢ Menarche/menstruasi (10-16 tahun,kadang 7 tahun)
➢ Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
➢ Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik antara lain fakor keturunan


(heredility) dan lingkungan (environment). Faktor-faktor keturunan antara lain gen yang
mempengaruhi tinggi badan, perkembangan fisik anak sebab kebutuhan dasar nak lebih
terpenuhi dalam keluarga kecil.

c. Permasalahan Perkembangan Fisik

Remaja selalu melihat ke kaca untuk memastikan dirinya sebaik yang diimpikannya.
Perkembangan fisik pada remaja selalu memilik berbagai permasalahan pada diri remaja.

14
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:
• Kecanggungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan.
• Ketidakstabilan emosi
• Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan tujuan hidup
• Adanya sikap menentang dan menantang orang tua
• Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
• Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
• Senang bereksperimentasi
• Senang bereksplorasi
• Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan buatan.
• Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,
emosi, dan pencapaian.

2.3.2 Perkembangan Kognitif

1. Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman, kemampuan
kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedanglan Colvin menyatakan kemampuan
kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Beberapa ahli psikologi
berpendapat bahwa perkembangan kemampuan berpikir manusia tumbuh bersama dengan
pertambahan usia dan juga dipengarhui oleh lingkungan sosial. Kemampuan berpikir
manusia juga turut mempengaruhi kemampuan bahasa sebab bahasa merupakan alat berpikir
manusia.

2. Teori-Teori Perkembangan Kognitif


1) Jean Piaget
Jean Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun sendiri secara aktif dunia kognitif
mereka. Informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran anak lewat lingkungan.
Anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk meliputi gagasan-gagasan baru.
Proses ini dikenal dengan istilah asimilasi dan akomodasi (Santrock, 2008:41 dalam
Masganti 2012).
Asimilasi dalam sudut pandang biologis adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal
terhadap struktur lengkap pada organisme (Masganti, 2012). Asimilasi kognitif
meruoakan merubah objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal. proses
asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap waktu manusia selalu

15
mengasimilasikan informasi yang manusia dapatkan, kemudian informasi tersebut
dikelompokan dalam istilah yang sudah manusia ketahui sebelumnya. Asimilasi pada
praktiknya dalah proses mencocokkan praktik terhadap teori.
Akomodasi adalah kemampuan menciptakan langkah baru dan juga mempengaruhi atau
menggabungkan berbagai istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi
kognitif adalah mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki untuk disesuaikan
dengan objek stimulus eksternal. Akomodasi dalam praktiknya adalah proses
mencocokkan teori ke dalam praktik.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap yaitu tahap
sensorik (0-2 tahun), preoperasional (2-7 tahun), operasional kongkrit (7-11 tahun) dan
operasional formal (11-15 tahun).

2) Bruner
Beriku 6 konsep pokok dalam perkembangan kognitif menurut Bruner:
a. Perkembangan intelektual, ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap
stimulus.
b. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sisrem pengolahan
informasi yang dapat menggambarkan realita.
c. Perkembangan intelektual memerkulan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada
dirinya sendiri dan orang lain melalui kata atau simbol.
d. Interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.
e. Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
f. Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan
berbagai alternatif secara simultan.
2.3.3 Perkembangan Emosi
1. Perkembangan Emosi
Emosi mempunyai definisi utama yaitu perasaan kuat yang melibatkan pikiran,
perubahan fisiologis, dan ekspresi pada sebuah perilaku (Masganti, 2012).
Emosi menurut KBBI adalah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) keberanian yang bersifat subjektif.
2. Teori-Teori Proses Terjadinya Emosi
1) Teori James-Lange Theory
Teori ini berpendapat bahwa sebuah peristiwa menyebablan rangsangan fisiologis
terlebih dahulu dan kemudian seseorang menafsirkan rangsangan ini.
2) Teori Lazarus
Teori Lazarus menyatakan bahwa pikiran harus datang sebelum emosi atau rangsangan
fisiologis. Dengan kata lain, seseorang harus terlebih dahulu berpikir tantang situasi,
sebelum dia mengalami emosi.

3) Teori Facial Feedback (Umpan Balik Wajah)


Menurut teori ini emosi adalah pengalaman perubahan pada otot wajah seseorang.

16
4) Teori Meriam Bard
Teori ini berpendapat bahwa seseorang mengalami tangsangan fisiologis dan emosional
pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak melibatkan peran pikiran atau perilaku lahiriah.

3. Jenis-Jenis Emosi
Emosi yang dirasakan oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
emosi primer dan emosi sekunder. Emosi primer adalah emosi utama yang dapat
menimbulkan emosi sekunder, emosi primer muncul begitu manusia dilahirkan
contohnya gembira, sedih, marah, takut. Emosi sekunder adalah emosi yang timbul
sebagai gabungan dari banyak emosi primer dan bersifat lebih kompleks, dan berasal dari
kesadaran dan evaluasi diri contohnya seperti malu, iri, dengki, kagum, takjub, dan cinta.

2.3.4 Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan kematangan yang dicapai dalam hubungan sosial.


Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Manusia dilahirkan belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah muncul sejak usia enam bulan. Saat itu anak
telah mampu mengenal orangl ain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai
mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang.

• Bentuk-bentuk tingkah laku sosial


Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan tingkah laku sosial
dalam interaksi sosial di antaranya:

1. Pembangkangan (Negativisme)

Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua
atau lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan anak.

2. Agresi (Agression)

Agresi adalah perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadaprasa frustrasi (rasa kecewa karena tidak
terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang
seperti: mencubit, menggigit, menendang, dan lain sebagainya.

17
3. Berselisih (Clashing)

Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak
lain. Anak-anak selalu berselisih pendapat tentang suatu masalah.

4. Menggoda (Teasing)

Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya. Misalnya anak-anak memberi gelar tertentu
kepada temannya atau saudaranya untuk membuat mereka marah. Dalam kondisi seperti ini
orang tua atau guru dapat melakukan metode induksi dengan cara mengajak anak merasakan
jika gelar atau label yang diberikannya kepada teman atau saudaranya terjadi pada dirinya.
Cara ini dapat membantu anak merasakan akibat perbuatannya terhadap orang lain, dan dapat
membantu anak berempati terhadap orang lain.

5. Persaingan (Rivaly)

Persaingan adalah Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.
Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia enam
tahun semangat bersaing ini akan semakin baik. Persaingan berdampak positif jika masih
dalam intensitas normal. Agar sikap bersaing berada pada tataran normal, orang tua atau
guruharus selalu menciptakan suasana yang bersaing yang positif pada diri anak.

6. Kerjasama (Cooperation)

Sikap mau bekrja sama dengan orang lain mulai nampak pada usia tiga tahun atauawal empat
tahun, pada usia enam hinggatujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik. Sikap
dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain bersama. Belajar berkelompok dapat
membantu anak mengembangkan sikap kerjasama.

7. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)

Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap boss. Wujud dari
sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.

8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)

Sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannyasendiri. Anak-anak menyukai


hal-hal yang menguntungkan dirinya. Mereka melakukan sesuatu hal yang dapat
menyenangkan dirinya, meskipun hal itu kadang-kadang bertentangan dengan kepentingan
atau bahkan merugikan orang lain. Seorang anak yang menginginkan mainan temannya,
terkadang langsung merebut mainan tersebut tanpa meminjam atau memintanya. Sikap
egosentris sebenarnya berguna dalam mempertahankan diri, tetapi dapat merugikan orang
lain jika dilakukan secara berlebihan. Orang tua atau guru harus mengajarkan kepada anak
18
batasan-batasan kepemilikan atau kepentingan diri dan kepemilikan atau kepentingan orang
lain. Penanaman batasan-batasan ini dapat dilakukan guru atau orang tua melalui permainan,
cerita, atau nasihat.

9. Simpati (Sympaty)

Simpati merupakan sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya. Mereka rela berbagi
apa yang mereka miliki. Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dapat mbantu
mengembangkan sikap empati pada anak.

Faktor-faktor yang memmpengaruhi perkembangan sosial


Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikanpengaruh terhadap berbagai


aspek perkembangan, termasuk perkem-bangan sosial. Kondisi dan tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses Pendidikan
yang bertujuan mengembangkan kepribadian lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola
pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lainbanyak ditentukan oleh keluarga. Anak
atau remaja yang berasal dari keluarga yang memiliki interaksi sosial yang baik, akan
tumbuh dengan perkembangan sosial yang baik. Mereka akan belajar bertoleransi dengan
orang lain. Mereka mampu menjadi orang yang bisa menerima kelebihan dan kekurangan
orang lain.

2. Kematangan

Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga
mampu mempertimbangkan proses social, memberi dan menerima nasehat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, di samping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan.

3. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomikeluarga dalam


masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak
di dalam masyarakat dankehidupan mereka dimasa yang akan datang.

19
4. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali
terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan
berkemam-puan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya
seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

Upaya mengembangan sikap sosial peserta didik


Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan sikap sosial
peserta didik antara lain:

a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatifakan mengembangkan


sikap kerjasama dan saling menghargai pada diri peserta didik. Pembelajaran kooperatif
akan mendorong peserta didik untuk menghargai kemampuan orang lain dan
bersabardengan sikap orang lain.

b. Melaksanakan pembelajaran koloboratif. Pembelajaran kolaboratifakan


mengembangkan sikap membantu dan berbagi dalam pembelajaran. Siswa yang lebih
pintar bersedia membantu temannya yang belum memahami materi pelajaran yang
sedang dibahas. Pembelajaran kolaboratif akan menumbuhkan sikap saling menyayangi
di antara peserta didik.

2.3.5 Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan


seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan, kesadaran untuk melakukan
perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa cinta terhadap perbuatan baik. Moral
berkembang sesuai dengan usia anak. Moral berasal dari bahasa Latin mores sendiri
berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Selanjutnya Salam
mengartikan moral sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kesusilaan (Salam, 2000:2).

Teori-teori perkembangan moral


Adapun teori perkembangan moral, salah satunya
1. Teori Moral Kohlberg

Menurut teori Kolhberg secara umum manusia melalui enam tahap perkembangan moral,
yaitu:

a. Tingkatan 1, terdiri dari Tahap pertama pada usia 0 sampai 7 tahun (pra
konvensional), masih berorientasi kepada hukuman dan ketaatan. Ini adalah
tahapan moral yang paling rendah.Karena individu karena melakukan
internalisasi nilai-nilai karenaadanya punisment pada tahap ini, hukuman dan

20
kepatuhan terhadap otoritas yang berkuasa dinilai positif oleh anak. Secara
umum, manusia yang berada pada usia ini melakukan karena takut dihukum
dan taat, bukan karena disadari kemungkinan yangtidak diharapkan, jika hal
tersebut dilakukan. Sebagai contoh, anak yang berada pada usia balita sering
kali ingin melakukangerakan motorik halus dengan mencoba menggunakan
alat. Misalnya menggunting. Begitu merasa trampil dan mampumenggunakan
alat yang bernama gunting, ada kecendrungan untuk melakukannya berulang-
ulang dan ada keumngkinan merusak. Namun, karena tidak paham maka
diperlukan adanya pendampingan dan penjelasan mengenai apa yang
dilakukan. Awalnya, anak akan taat karena jika dilakukan dengan cara yangt
idak tepat, bisa mendapat hukuman. Berulang-ulang diingatkan kemungkinan
anak akan menyadari bahwa apa yangdilakukannya tidak benar. Artinya, ada
kontrol mana yang baikdilakukan mana yang tidak. Contoh lain, misalnya
merebut mainan atau mengambil mainan yang bukan miliknya. Hal ini juga
perlu diperkenalkan kepada anak. Peringatan yang berulang-ulang memberi
peluang bagi anak memahami apa yang boleh dan tidak. Hanya saja belum
paham sebenarnya secara utuh mengenai pemahaman nilai-nilai etika hidup
yang perlu diperhatikan. Tahap berikutnya disebut dengan tahap
konvensional. Anak menyadari adanya reward dan adanya minat pribadi.
Adapun yang dilakukan karena adanya reward yang tersedia. Bukan karena
menyadari adanya nilai-nilai. Tahap kedua, menurut Kohlberg adalah
individualisme dan tujuan. Pemikiran moral didasarkan pada hadiah dan
reward dan minat pribadi. Dengan kata maupun tindakan apapun yang
dilakukan berdasarkan kepatuhan perilaku karena adanya reward dan
punishment.

2. Tingkatan ke dua, dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap ketiga adalah pasca
konvensional. Tahap ini adalah norma interpersonal. Dan tahap ke 4, adanya
moralitas sistem sosial. Pada masa initemaja menyadari bahwa komunitas
dapat bekerja efektif, bila dilindungi hukum. Artinya, pada masa ini remaja
mulai menyadari adanya peraturan yang harus menjadi landasan dalam
mereka lakukan tidak di luar jalur regulasi yang berlaku. Bagaimana mereka
melakukan hubungan sosial dan apa kewajibannya dalam relasi sosial dengan
lingkungan. Sebagai individu harus mampu melakukan kewajibannya, sesuai
dengannorma-norma yang berlaku di masyarakat. Remaja sudah mampu
menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan yang dicerminkan melalui sikap
perilakunya.

3. Tingkatan ke tiga, penalaran postkonvensional, yang terdiri daritahap 5,


yaitu hak komunitas vs hak individu. Dalam hidup ada hukum yang harus

21
diperhatikan, tetapi disisi lain, hak individu juga perlu diperhatikan. Karena
tidak selalu, individu yagmencuri seluruhnya dipersalahkan karena dirinya.
Begitu juga jika ada emosi, harus ada pengendalian diri. Ada kalanya emosi
yang diekspresikan tidak terkendali dapat berdampak dalam jangka panjang.
Dalam pembahasannya Kholberg memperlihatkan bahwa tidak selalu mencuri
adalah kesalahan individu. Harga diri juga perlu diperhatikan. Tahap ke 6,
yaitu berhubungan dengan prinsip etis universal. Hal ini menenkankan
perlunya memperhatikan antara hukum dan kata hati. Setiap tahapan yang
terjadi dalam diri manusia terjadi selama rentang usia sampai dengan usia 9
tahun. Oleh karenanya, dalam pemikiran moral, tindakah dipengaruhi oleh
banyak faktor. Seiring dengan bertambahnya usia, pengalaman dan nilai-nilai
yang diterima dikeluarga dapat dipastikan berdampak terhadap setiap pribadi.
Menurut Kholberg bahwa bertambah usia memberi peluang bagi tiap individu
untuk sampai ketingkat moral yang lebih tinggi, tetntunya diikuti dengan
adanya model, diskusi dan adanya interaksi yang terjadi sesuai dengan
usianya. Hal ini akan berpengaruh terhadap masing-masing individu.

22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara progresif organisme baik
dalam struktur maupun fungsi (fisik atapun psikis) yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai
akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar.
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan
hingga ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan
tersebut bisa menanjak menuju titik puncak, kemudian mengalami kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak memiliki beberapa ciri perubahan
yang mencolok, yaitu perubahan fisik dan perubahan mental.

2. Faktor hereditas atau faktor keturunan dapat diartikan sebagai totalitas


karakteristik individu yang menghadap kepada anak, atau segala potensi, baik
fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan
dari orangtua melalui gen. Gen yang diterima anak dari orang tuanya pada saat
pembuahan akan mempengaruhi semua karakteristik dan penampilan anak kelak.
Adapun yang diturunkan dari keturunannya adalah sifat-sifatnya bukan tingkah
laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman seperti bakat, sifat-sifat
keturunan, kecerdasan dan juga kepribadiannya. Hereditas merupakan faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan individu. Lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada disekitar suatu individu dimana individu akan melakukan
aktivitas, berinteraksi, berkomunikasi, dan sebagainya. Lingkungan dapat
memengaruhi potensi diri maksimal dari perkembangan peserta didik. Jadi
lingkungan perkembangan peserta didik adalah wadah atau tempat dimana anak
melangsungkan perkembangannya hingga mencapai potensi diri maksimalnya.
Lingkungan perkembangan peserta didik terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan lingkungan masyarakat.

3. Proses perkembangan peserta didik adalah yang pertama adalah perkembangan


fisik. Manusia terdiri dari fisik dan psikhis. Fisik merupakan tempat berkembang
berbagai perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan kognitif,
sosial, moral, agama, dan bahasa. Kedua adalah perkembangan kognitif. Kognitif
adalah kemampuan berpikir pada manusia. Ketiga adalah perkembangan emosi.
Emosi mempunyai definisi utama yaitu perasaan kuat yang melibatkan pikiran,
perubahan fisiologis, dan ekspresi pada sebuah perilaku (Masganti, 2012).
Keempat adalah perkembangan sosial. Perkembangan sosial merupakan
kematangan yang dicapai dalam hubungan sosial. Kelima adalah perkembangan
moral. Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan

23
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan,
kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa
cinta terhadap perbuatan baik.
3.2 Saran
Berdasarkan hal yang telah dicantumkan diatas mengenai, hakikat perkembangan,
faktor heriditas dan lingkungan serta proses perkembangan peserta didik, kami
menyarankan untuk memperhatikan beberapa hal terkait makalah yang telah
dibuat adalah sebagai berikut ;
1. Banyak para ahli yang menyatakan bahwa tahun-tahun prasekolah
merupakan tahapan penting. Untuk itu peran orang tua menjadi sangat
penting dalam tahapan tersebut. Dimana orang tua dapat mengajarkan hal-
hal dasar seperti menggunakan tangan kanan lebih baik daripada
menggunakan tangan kiri dan hal-hal dasar lainnya. Karena itu orang tua
harus lebih memperhatikan dengan baik perkembangan anaknya.
2. Dalam perkembangan individu terdapat faktor lingkungan, baik lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat. Untuk itu
keluarga, sekolah dan masyarakat harus selalu berusaha untuk
menciptakan suasana yang damai, tentram, aman dan nyaman. Sehingga
seorang anak dapat berkembang dengan baik.
3. Dalam proses perkembangan moral, semua faktor yaitu keluarga, sekolah
dan masyarakat sama-sama memegang peranan yang penting. Keluarga
sekolah dan masyarakat dapat memberikan konsekuensi yang setimpal bila
terdapat seseorang yang melakukan suatu kesalahan. Agar seseorang
tersebut dapat menyadari bahwa apa yang diperbuatnya merupakan suatu
kesalahan dan berusaha untu memahami mana yang benar dan yang salah.
4. Kritik dan saran juga penulis harpkan, agar penulisan makalah selanjutnya
bisa berjalan dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Chusniyah, Tutut. 2015. Pengaruh Lingkungan terhadap Tumbuh Kembang Anak yang
Berhadapan dengan Hukum (ABH). http://fppsi.um.ac.id/?p=1274. Diakses pada 2
September 2021.

Duha, Novretman. Waruwu, Sanotona. & Tafonao, Yostanrius. 2016. Lingkungan


Perkembangan Anak. http://novretman.blogspot.com/2016/05/makalah-lingkungan-
perkembangan-anak.html. Diakses pada 2 September 2021.

DR. MASGANTI SIT, M., 2012. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. In: M. Yunus & A.
@rt, eds. Medan: Perdana Mulya Sarana, pp. 105-160.

Hanifa, Hujjah. 2017. Hakikat Perkembangan Peserta Didik.


http://hujjahhanifa.blogspot.com/2017/06/hakikat-perkembangan-peserta-didik.html.
Diakses pada 2 September 2021

Lambong, M., 2020. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik. 1st ed. Jakarta Timur: Uki
Press.

Nur Amini dan Naimah. 2020. Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi Perkembangan
Intelligensi Anak Usia Dini. https://ejournal.bbg.ac.id/buahhati/article/view/1162.
Diakses pada 3 September 2021

Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing

25

Anda mungkin juga menyukai