Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Karaktristik Pertumbuhan, Perkembangan, dan


Kematangan Peserta Didik”

Oleh :

Nama : Kalsum

Npm : 180601028

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga Kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad
Saw, para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah
ini. Selain itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagikita semua.

Mataram, 5 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1


1.2. Perumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3. Tujuan Makalah........................................................................................... 2
1.4. Manfaat Makalah......................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................. 3

2.1. Definisi Peserta didik ......................................................................................4

2.2. Konsep Pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan................................ 4

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan perkembangan............ 6

2.4. Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan............................................... 7

2.5. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Kematangan......................................................... 8

2.6. Perkembangan Minat Peserta Didik...............................................................

2.7. Perkembangan Kognitif Peserta Didik...........................................................

2.8. pentingnya pengetahuan pertumbuhan dan perkembangan............................

2.9. Penerapan pendekatan proses pembelajaran...................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................11

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................11

3.2. Saran...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini
tidak bias dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri,
akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan, diantaranya tahap
secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting
untuk dibahas, maka kita menguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari
segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

Didasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat
kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu
kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat
belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Peserta didik memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan peserta didik terletak
dalam pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya. Akibatnya, PBM
perlu diplih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi
secara berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas
peserta didik.

Untuk itu dalam hal ini, diperlukannya pemahaman dari guru untuk mengetahui
keberagaman masing-masing peserta didik melalui strategi dan metode pembelajaran
yang tepat untuk peserta didik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa defenisi dan hakikat peserta didik ?
2 Apa konsep pertumbuhan, perkembangan dan kematangan ?
3 Apa saja Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan peserta
didik ?
4 Bagaimana tahap- tahap pertumbuhan, perkembangan ?
5 apa saja ciri-ciri pertumbuhan dan kematangan?
6 Apa perkembangan minat peserta didik ?
7 Apa perkembangan kognitif peserta ddik ?
8 kenapa penting mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peserta didik?
9 Bagaimana penerapan pendekatan dalam proses pembelajaran ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dan hakikat peserta didik
2. Untuk mengetahui konsep pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan
3. Untuk mengetahui Factor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik
4. Untuk mengetahui tahap – tahap pertumbuhan dan perkembangan
5. Untuk mengetahui ciri-ciri pertumbuhan dan kematangan
6. Untuk mengetahui perkembangan minat peserta didik
7. Untuk mengetahui perkembangan kognitif peserta ddik
8. Untuk mengetahui pentingnya pertubuhan dan perkembangan peserta didik
9. Dapat mengetahui penerapan pendekatan dalam proses pembelajaran

1.4 Manfaat Makalah


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu dapat menambah
wawasan mengenai pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Peserta Didik

Dalam bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar, yaitu murid, anak
didik, dan peserta didik. Bahkan ada salah satu tesis magister mengenalkan istilah
baru yaitu “dinidik” tetapi kelihatannya istilah ini amat tidak umum bahkan belum
banyak orang mendengarnya.
a. Peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan
dan jenis pendidikan tertentu.
b. Siswa
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pengertian Siswa, Murid atau
Peserta didik adalah orang (anak yang sedang berguru, belajar atau bersekolah. Prof.
Dr. Shafique Ali Khan memberikan pengertian masing-masing sebagai berikut:
c. Murid
Murid adalah komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam
pendidikan atau biasa dikenal disebut dengan peserta didik. Dalam proses belajar-
mengajar, murid sebagai pihak yang ingin menyelesaikan kurikulum dan dalam upaya
mencapai tujuan atau cita-cita. Dalam undang-udang pendidikan, murid merupakan
bagian yang paling penting dari sistem pendidikan, sehingga indikator sukses atau
tidaknya dunia pendidikan adalah keberhasilan atau kegagalan murid setelah
menempuh proses pendidikan.
Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan
mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid
membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh
anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.

2.2 Konsep Pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan


3
A. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses


pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses
transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis.
Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak,
seperti berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup
perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan saraf dan perubahan-
perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat
diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik. Contoh : Bertambah
tinggi, bertambah berat badan dan tumbuhnya kelenjar-kelenjar sex
B. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman (E.B hurloch), bekerja dalam suatu
proses perubahan yang berkenaan dengan aspek-aspek fisik dan psikhis atau
perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu
mulai dari massa konsepsi samppai mati.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner pada tahun
1957 (Sunarto, dkk, 1994: 31) yang menjelaskan bahwa "perkembangan sejalan
dengan prinsip orthogenetis, berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdeferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi
meningkat secara bertahap".
Dapat dikata konsep perkembangan itu mengandung unsur keseluruhan
(totalitas) dan berkesinambungan yang berlangsung secara bertahap. Selanjutnya
Libert, Paulus dan Stauss (Singgih, 1990: 31) merumuskan arti perkembangan
yaitu: "perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu
waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan". Selain itu
perkembangan proses perubahan akibat dari pengalaman. Istilah perkembangan
dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang
menampak.
4
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis.
Perubahan dimaksud dapat dikategorikan menjadi empat yaitu:
a. Perubahan dalam ukuran;
b. Perubahan dalam perbandingan;
c. Berubah untuk mengganti hal-hal yang lama; dan
d. Berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru.
Soesilo Windradini (1995: 2) menyatakan bahwa perkembangan individu
tidak berlangsung secara otomatis, tetapi perkembangan tersebut sangat bergantung
pada beberapa faktor, yaitu:
a) heriditas,
b) lingkungan
c) kematangan fisik dan psikis, dan
d) aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, dalam arti anak bisa
mengadakan seleksi, bisa menolak dan menyetujui serta mempunyai emosi.
Perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memperoleh penyesuaian
diri terhadap lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan maka realisasi
diri “aktualisasi diri” sangat penting perannya. Realiasasi diri memainkan peran
penting dalam kesehatan mental, maka seseorang yang berhasil menyesuaikan diri
dengan baik secara pribadi dan sosial harus mempunyai kesempatan untuk
mengungkapkan minat dan keinginannya dengan cara memuaskan dirinya. Tetapi
pada saat yang sama harus menyesuaikan dengan standar-standar yang diterima.
Kurangnya kesempatan berdampak pada kekecewaan dan sikap-sikap negatif
terhadap orang lain dan bahkan terhadap kehidupan pada umumnya.

C. Pengertian Kematangan
Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang
merupakan titik kulminasi (titik puncak) dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak
kesiapan dari suatu fungsi untuk menjalankan fungsinya. (Hurlock, 1956)
Kematangan adalah berfungsinya potensi-potensi anak yang dicapai setiap fase
perkembangan, dalam hal ini kematangan berhubungan erat dengan tugas-tugas
perkembangan. Karena tugas-tugas perkembangan tersebut dengan sendirinya
mempunyai masa-masa kematangan dan masa pekanya ( dari setiap fungsi kejiwaan ),
yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Jika macam-macam potensi, kematangan dan

5
masa peka itu tidak dimanfaatkan, tidak dilatih, dan tidak dikuasai sebaik mungkin akan
timbul banyak kesulitan dalam proses perkembangan serta pendewasaan.
2.3 Faktor-faktor yang mendasari pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan peserta didik terdiri dari faktor-
faktor sebagai berikut. (Ngalim Purwanto, 1999: 55).
a. Pembawaan
Pembawaan di tentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang di bawa sejak lahir.
b. Kematangan
Tiap orang dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelejensi.
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah.
Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam
seluruh dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi
emosi, kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual. Dimensi-dimensi perkembangan anak
meliputi fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual berhubungan erat satu sama lain.
Perubahan dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dimensi lain.
Perkembangan dalam satu dimensi dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan
pada dimensi-dimensi lainnya (Sroufe, Cooper, & DeHart 1992; Kostelnik, Soderman,
& Whiren 1993 dalam Irwan Nuryana K, 2008).

2.4 Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan

6
1. tahap-tahap pertumbuhan
a) Masa bayi (1 bulan – 1 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan fisik bayi berlangusng sangat cepat. Fungsi
fisik Bayi yang baru lahir. Kebanyakan reflektif dan stabilisasi sistem organ
tubuh pertama adalah fungsi tubuh yang utama
b) Pre-school (3 – 6 tahun)
Pada tahap ini pertumbuhan berlangsung sedikit lama. Pertumbuhan yang
terjadi pada tahap ini tidak terlalu signifikan. Perkembangan lebih berperan aktif
pada tahap ini.
c)Masa remaja (12 – 20 tahun)
Pada tahap ini pertumbuhan mengalami percepatan sampai pada saat
pertumbuhan tinggi badan, ukuran tulang, dan gigi berhenti. Sedangkan
pertumbuhan berat badan masih dapat berubah. Pada tahap selanjutnya yang terjadi
adalah perkembangan tubuh.
2. tahap-tahap perkembangan
Fase perkembangan artinya penahapan atau pembabakan rentang perjalanan
kehidupan individu yang
diwarnai ciri – ciri khusus atau pola- pola tingkah laku tertentu. Pendapat–pendapat
para ahli tentang pembabakan atau periodisasi perkembangan ini digolongkan menjadi
3, yaitu :
a. Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis
Pendapat para ahli tentang tahap tersebut :
1) Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak – anak sampai
dewasa menjadi 3 tahapan :
a. Tahap I (0 – 7 tahun) : masa anak kecil atau bermain
b. Tahap II (7 – 14 tahun) : masa anak, masa sekolah rendah
c. Tahap III (14 – 21 tahun) : masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa
2) Kretscmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa individu melewati 4
tahapan :
a. Tahap I (0 – 3 tahun); Fullungs (pengisian) periode I, pada fase ini anak
Kelihatan pendek dan gemuk.
b. Tahap II (3 – 7 tahun); periode I, anak kelihatan langsing (meninggi)
c. Tahap III (7 – 13 tahun); Fullungs periode II, anak kelihatan pendek dan gemuk

7
kembali.
d. Tahap IV (13 – 20 tahun); Streckungs periode II, anak kembali kelihatan
langsing.
3) Elizabeth Hurlock :
a. Tahap I : Fase Prenatal (sebelum lahir)
b. Tahap II : Infancy (orok)
c. Tahap III : Babyhood (bayi)
d. Tahap IV : Childhood (kanak – kanak)
e. Tahap V : Adolesence/puberty;
 Pre Adolesence
 Eary Adolesence
 Late Adolesence
b. Tahap perkembangan berdasarkan didaktis atau instruksional
Menurut pendapat dari Comenius dan pendapat Rosseau penahapan ini digolongkan
sebagai
berikut :
1. Comenius. Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan lengkap bagi seorang ibu
berlangsung
dalam 4 jenjang yaitu :
a. Sekolah ibu (scola maternal) anak – anak sampai 6 tahun
b. Sekolah bahasa ibu (scola vernaculan) anak –anak 6 – 12 tahun
c. Sekolah latin (scola latina) usia 12 – 8 tahun
2. Rosseau. Penahapannya :
a. Tahap I (0 – 2 tahun) : usia asuhan
b. Tahap II (2 – 12 tahun) : masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera
c. Tahap III (12 – 15 tahun) : periode pendidikan akal
d. Tahap IV (15 – 20 tahun) : periode pendidikan watak dan pendidikan agama.
c. Tahap perkembangan berdasarkan psikologis
Tahap ini menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap
perkembangan, mencari pengalaman individu yang digunakan sebagai masa
perpindahan dari faseyang satu ke fase yang lain dalam perkembangannya.
Berdasarkan masa dimana individu mengalami goncangan psikis, perkembangan
individu dapat digambarkan melewati tiga periode atau masa, yaitu dari sampai masa

8
kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak –
kanak), masa goncangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua (masa
keserasian bersekolah), dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang
biasa disebut masa kematangan.
2.5 Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Kematangan
 Ciri-ciri pertumbuhan:
1) Terjadi perubahan fisik dan perubahan ukuran.
2) Terjadi peningkatan jumlah sel.
3) Terdapat penambahan kuantitatif individu.
4) Dapat dinyatakan dalam ukuran panjang maupun berat.
5) Dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
6) Bersifat terbatas, pada usia tertentu manusia sudah tidak tumbuh lagi
Arnold Lucas Gesell (1880–1961), Seorang ahli psikologi perkembangan
melalui buku beliau “AnAtlas of Infant behaviour” (1934) dan “Infant and Child in the
Culture of Today”(1943) mempercayai bahwa perkembangan berlaku secara dalaman.
Ini bermakna, ciri-ciri yang tertentu akan muncul bila tiba peringkat kematangan yang
bersesuaian. Sekiranya otot, saraf, otak dan tulang tidak bersedia atau tidak
matang,peluang-peluang yang diberikan kepada kanak-kanak untuk belajar sesuatu
kemahiran tidak akan mencapai hasil yang positif.
 Ciri-ciri kematangan
a. Perubahan yang relatif permanen.
b. terjadi karena hasil proses biologis,
c. terlepas dari faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
d. perubahan yang tidak direncanakan.
e. terjadi pada setiap orang.18
Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi
seorang pendidik atau pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak akan
memberikan reaksi yang sebaik-baiknya tehadap semua usaha bimbingan atau
pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Adanya ciri-ciri adanya kematangan tersebut pad diri si anak adalah ditandai
dengan adanya:
a. Perhatian si anak

9
b. Lamanya perhaian berlangsung
c. Kemajuan jika diajar atau dilatih.

2.6 PERKEMBANGAN MINAT PESERTA DIDIK


Menurut John Holland, minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang
membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau
kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu di
mana dia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang
tinggi. Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya
minat pada bidang yang akan ditekuni.
Jadi perkembangan minat anak-anak merupakan perubahan anak-anak pada apa
yang membuat perasaannya senang atau sasuatu yang membangkitkan kenikmatan
pada perasaannya, jadi dengan adanya perubahan minat pada anak-anak maka akan
menuntun mereka menayadari atau potensi yang ada dalam dirinya
Pengukuran Minat perkembangan anak-anak dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu :
a. Observasi
b. Inverview
c. Kuesioner
d. Inventori
Dari beberapa metode diatas perkembangan minat anak-anak dapat diketahui dan
kita bisa mempelajari jenis-jenis minat bakat khusus pada anak-anak seperti :
1. Bakat akademik khusus
2. Bakat kreatif-produktif
3. Bakat seni
4. Bakat kinestetik/psikomotorik
5. Bakat sosial .
Usaha pengenalan bakat mula- mula terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi kemudian
juga dalam bidang pendidikan. Dalam prakteknya hampir semua ahli yang menyusun
tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor, seperti yang
dikemukakan oleh Guilford, setiap aktifitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor
tersebut.

10
Dalam pendidikan Minat & Motif Belajar perkembangan anak-anak dalam
perencanaan kurikulum sering dibedakan antara tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Seorang yang berpendirian lebih praktis lebih mengutamakan tujuan jangka
pendek, yang dapat dicapai dengan penggunaan bahan yang singkat serta metode yang
sederhana. Kedua macam tujuan tersebut sama pentingnya dan diperlukan dalam
pelaksanaan program. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir pendidikan ( the end
of education ), penting sebab merupakan sasaran akhir, tetapi tujuan jangka pendek juga
penting sebab dengan tujuan tersebut lebih konkrit, lebih mudah dicapai dan akan selalu
ditemukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat pada anak-anak, sehingga bisa
diukur dan disadari dan dikembangkan oleh anak tersebut:
a. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak-anak. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan
mengembangkan bakat anak itu sendiri
b. Kematangan psikis dan fisik untuk dapat mengembangkan minat anak-anak dengan
baik diperlukan kematangan fisik dan psikis. Dapat juga dilihat dari tingkah laku anak
tersebut yang mencerminkan minat dan bakat anak itu sendiri sehingga mampu
mempertimbangkan potensi minat terhadap perkembangan bakatnya.
c. Status Sosial Ekonomi perkembangan minat Kehidupan sosial banyak dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Apabila status sosialnya
tinggi maka minat lebih mudah dikembangkan daripada status sosial yang rendah.
d. Pendidikan. Pendidikan merupakan tempat anak-anak mensosialisasi minatnya ke
tempat yang lebih terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, mampu membuat anak memberikan warna pada perkembangan
minatnya
e. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
f. Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh
sekali terhadap perkembangan minat pada anak-anak. Anak yang berkemampuan
intelek tinggi akan mampu mengembangkan minatnya menjadi sebuah bakat yang
berpotensi pada dirinya.

11
Jadi dari faktor-faktor disekitar perkembangan minat pada anak-anak dapat
berkembang sesuai usianya dan dapat bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya dan
yang lebih penting bagi dirinya sendiri.
2.7 PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yag
berkaitan menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan
yang bertangung jawab melaksanakan interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki
pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didik. Dengan bkal
pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan. Layanan pendidikan atau
melaksanakan proses pembelajaran yan sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik
yang dihadapinya.
Perkembangan pikirannya dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu :
a. perkembangan formal
Yaitu perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak untuk dapat
menyerap, menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh,
perkembangan sistematika berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
b. perkembangan material
Yaitu perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang untuk
dapat memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang angka-angka, pendapat-
pendapat, teori-teori dan sebagainya.
Secara keseluruhan perkembangan pikiran dapat diartikan sejalan dengan proses
perkembangan pengamatan dan tangapan anak, maka perkembangan pikiranpun dapat
dikotegorikan dengan dua tahap :
1) Berpikir dengan kongkret ( dengan objek realis ) sehingga proses berpikir anak harus
dirangsang atau di tuntun dengan benda peraga.
2) Berepikir secara simbolis atau sistematis yaitu anak berpikir dengan mengunakan
simbol-simbol ( tanda-tanda) maka di sini sudah kenal huruf, angka, skema, simbol-
simbol tertentu, dan sebagainya.
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dialami sebagai kemampuan anak untuk
berfikir lebih kompleks secara kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan
wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.

12
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya
sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang
beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas
belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan
informasi.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses
penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri
seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan
memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki,
kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru
diperoleh.Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri
secara aktif
2.8 Pentingnya Mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa
keuntungan :
Pertama, kita akan mempunyai ekspestasi yang nyata tentang anak dan ramaja.
Dari psikologi perkembangan akan diketahui pada umur berapa anak mulai berbicara dan
mulai mampu berfikir abstrak. Hal-hal itu merupakan gambaran umum yang terjadi pada
kebanyakan anak, disamping itu akan diketahui pula pada umur beberapa anak tertentu
yang akan memperoleh keterampilan prilaku pada emosi khsusus.
Kedua, pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk
merespon sebagaimana mestinya pada prilaku tertentu dari seorang anak. Bila seorang
anak dari Taman Kanak-kanak tidak mau sekolah lagi karena diganggu temannya, apa
yang harus dilakukan oleh guru dan orang tuanya? Bila anak selalu ingin merebut mainan
dari temannya apakah dibiarkan saja? Psikologi perkembangan akan membantu menjawab

13
pertanyaan-pertanyaan itu dan menunjukan sumber-sumber jawaban serta pola-pola anak
mengenai pikiran, perasaan dan prilakunya.
Ketiga, pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali
berbagai penyimpangan dari perkembanganyang normal.
Keempat, terakhir, dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami
diri sendiri.
2.9 PENERAPAN PENDEKATAN DALAM PROSESPEMBELAJARAN
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan
belajar mengajar, antara lain :
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna
dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi
target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan
masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan
daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran
yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar
siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru
memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada
serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id).
Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam
materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari
(Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat
diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar
terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan
masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru
bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan,

14
menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan
dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk
mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk
mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang
terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman,
misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan
sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa
pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam
penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan
mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
b. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa
pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori
konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses
saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran
terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif
seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman
baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep
dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-
konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang
dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina
konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan
pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep
baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada
seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.

15
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana
belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar
dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan
kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat
pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar
menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie
dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa
pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan
pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
c. Pendekatan Deduktif – Induktif
1. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada
bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa
proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah
persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
2. Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan
data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan
mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi
dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah
pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke
penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan
topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus
dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak
mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif
menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince
dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya
adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”,
artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran
sebelumnya.

16
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif
dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan
argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi
contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji
pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran
pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran
dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis
masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran
penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan
pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau
memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan
prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif
untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan
contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan
sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi.
Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada
abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau
masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam
membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya
matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir
deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal
dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”
Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir
dengan dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya
digunakan secara bergantian.
d. Pendekatan Konsep dan Proses
1. Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing
memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.

17
Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi
fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
2. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses
digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses
menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. Dalam pendekatan proses,
ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung
dalam pendidikan. Pertama, prosesmengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu
pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan
menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya
e. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM
sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM
dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks
pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM
merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in
order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate
acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah
diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka
memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat.
Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik,
tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-
hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era
sekarang ini.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu pendidikan semakin berkembang dengan teknologi yang begitu canggih
menjadikan semua aspek di dalam hidup kita semakin berkembang dan menjadikan
pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan untuk manusia indonesia seutuhnya.
Tak banyak orang yang menjadi pintar tapi hilang dari hakikat manusia karna
itulah pendidikan formal sangatlah wajib bagi di ikuti karna selain ilmu pendidikan
formal mengajarkan bagaimana kita untuk bersikap sesuai dengan akhlak yang
seharusnya dimiliki seorang manusia dengan ilmu pengantar pendidikan kita akan
mengetahui bagaimana cara cara untuk menjadi seorang guru yang mengetahui
bagaimana sosok guru yang sebenarnya sesuai dengan fungsinya untuk mengetahui
dasar dasar ilmu ini kita harus mengetahui bagaimana hakikat manusia dan sosok
manusia indonesia seutuhnya.
Sebagaimana manusia pada umumnya, para peserta didikpun memiliki
berbagai kebutuhan yang amat diperlukan bagi perkembangan diri dan wawasan
pengetahuannya sebagai bekal baginya untuk masa depan yang lebih baik. Kegiatan-
kegiatan yang terprogram di sekolah pada prinsipnya adalah merupakan manifestasi
dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan para peseta didik.
3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini dapat lebih mengetahui sifat-sifat yang ada pada
peserta didik sehinga dengan adanya makalah ini para guru atau calon guru dapat
mengetahui peserta didiknya dan dapat menyelurkan ilmunya kepada peserta didik.
Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan dan pertumbuhan peserta
didik. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk
mengawasi perkembangan setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik
perkembangan anak.

19

Anda mungkin juga menyukai