Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

PESERTA DIDIK

Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu: Herlini Puspika Sari,S.S.,M.Pd.I

KELOMPOK 5:

Hanifah ( 120101210004)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Peserta Didik ” Sholawat serta salam  penulis
sanjung agungkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan sampai terang benderang sekarang ini. Makalah ini dibuat selain
untuk melengkapi tugas hadits tarbawi,  juga memberi wawasan bagi pembaca dan penulis
khususnya. Makalah ini berusaha untuk menyajikan pengetahuan dan penjabaran tentang
Peserta Didik yang bermafaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. Penulis menyadari
makalah ini jauh dari sebuah kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun bagi penulis agar menjadi pelajaran yang berharga
khususnya bagi penulis dan pembaca.

08 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I (PENDAHULUAN)

Latar Belakang...........................................................................................................

Rumusan Masalah.....................................................................................................

BAB II (PEMBAHASAN)

Pengertian Peserta Didik...........................................................................................

Karakteristik Peserta Didik.......................................................................................

Sistem Pengelolaan Peserta Didik...........................................................................

Peserta Didik Sebagai Objek dan Subjek Pendidikan.............................................

Sikap Peserta Disdik Terhadap Guru......................................................................

BAB III (PENUTUP)

Kesimpulan............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik
merupakan komponen yang sangat penting dalam system  pendidikan, sebab seseorang
tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya. Peserta didik adalah
orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik
secara fisik maupun psikis, baik  pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun
dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Sebagai peserta didik juga harus
memahami hak dan kewajibanya serta melaksanakanya. Hak adalah sesuatu yang harus
diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiaban adalah sesuatu yang wajib dilakkukan
atau dilaksanakan oleh peserta didik.  Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan
pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang
dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri,
kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga
mengenali potensi yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu peserta didik?
2. Karakteristis peserta didik?
3. Bagaimana sistem pengelolaan peserta didik?
4. Bagaimana peserta didik menjadi objek dan subjek pendidikan?
5. Sikap apa yang seharusnya ada pada peserta didik?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik


Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran.
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta
didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya
bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang
tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan
anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-
anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya
dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini
juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan
formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majelis Taklim,
Paguyuban, dan sebagainya.
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta
didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya
bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang
tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan
anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-
anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya
dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini
juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan
formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majelis Taklim,
Paguyuban, dan sebagainya.
Setiap  peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah
lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan
masyarakat. Dalam  proses ini peserta didik akan banyak sekali menerima bantuan
yang mungkin tidak disadarinya, sebagai contoh seorang peserta didik mendapatkan
buku pelajaran tertentu yang ia beli dari sebuah toko buku.
Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks kehadiran
dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah memberikan bantuan,
arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau
kedewasaannya sesuai dengan kedewasaannya. Dalam konteks ini seorang pendidik
harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik tersebut.
Ciri-ciri peserta didik :

1. Kelemahan dan ketak berdayaannya


2. Berkemauan keras untuk berkembang
3. Ingin menjadi diri sendiri (memperoleh kemampuan)1
B. Kriteria peserta didik
Syamsul nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik, yaitu :
1. peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya
sendiri
2. peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
3. peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4. peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani
memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
5. peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.2
Didalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek
atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai
subjek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan
keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta
didik akan mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk
kepribadian sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu mempertanggung
jawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut. Adapun hal-hal yang harus
dipahami adalah :
Kebutuhannya ,dimensi-dimensinya, intelegensinya, kepribadiannya3
Dalam pembelajaran, peserta didik dapat dipandang objek didik, subjek didik
dan sebagai subjek dan objek sekaligus. Dalam pendangan konvensiona, peserta didik
dipandang sebagai objek didik, ialah sebagai wadah yang harus diisi dengan
pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik diperlakukan pasif, ia harus menerima
semua yang harus diberikan guru.
           Dalam pandangan modren, peserta didik dipandang sebagai subjek yang
memiliki potensi terdiri, ia katif mengembangkan potensinya, ia merespon, bertanya
dan menanggapi keterangan guru pada saat berlangsungnya pembelajaran.

1
Abu ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Cetakan ke II, jakarta : PT Rineka Cipta2006, Hal 40
2
Ramayulis,ilmu pendidikan islam, jakarta: kalam mulia,2006, hal. 77
3
Ibid.
Guru berfungsi sebagai fasilitator, menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga peserta didik terjadi proses belajar.
Jenis-jenis Perkembangan Peserta Didik.
1. Perkembangan Motorik
Perkembangan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan
kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah
keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi.
2. Perkembangan Kognitif
Dalam dunia pembelajaran, kognitif dikenal sebagaisalah satu ranah
kemampuan individu. Dalam taksanomi Benyamin Blomam, kognitif
berdasarkan tingkatan/tahapan dari yang terendah menuju tertinggi, adalah
sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan
evaluasi. Dengan demikian, kognitif berarti kemampuan individu untuk
mengembangkan kemampuan rasional/akal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, adalah:
Fisik, Kematangan, Pengaruh sosial, Proses pengaturan diri yang disebut
ekuilibrasi.
3. Perkembangan Moral (Afektif)
Moral berasal dari kata latin mores yang berarti tata cara, kebiasaan,
atau adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode
moral kelompok sosial yang dikembangkan oleh konsep sosial. Yang
dimaksud konsep sosial adalah peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan atau
pembentukan moral adalah:
a. Harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
b. Pengambaran model-model atau figur-figur yang menjadikan anak
ingin meniru.
c. Tingkat penalaran seseorang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak.
d. Faktor interaksi sosial dalam memberikan kesepakatan pada anak
untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang
disetujui masyarakat, keluarga sekolah, dan dalam pergaulan
dengan orang lain.[2]
C. Sistem Pengelolaan Peserta Didik
Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-
cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa itu akan
menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu
yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.[3] Menurut Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan
persamaannya.
Adapun persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:
1. Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan
2. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
3. Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
4. Persamaan dan perbedaan dalam bakat.
5. Persamaan dan perbedaan dalam sikap.
6. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.
7. Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan atau pengalaman.

Jadi, berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, berguna dalam
membantu usaha pengaturan siswa di kelas.4

Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan interaksi antar guru dan


siswa. Guru sebagai penyampai materi pembelajaran dan siswa sebagai pencari ilmu
pengetahuan sekaligus penerimanya.

Demikian pula dengan siswa, dalam proses pembelajaran mereka selalu aktif.
Mereka dituntut tidak hanya menerima pembelajaran tapi juga harus aktif dalam
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang dicarinya. Oleh karena itu siswa
sebagai peserta didik tidak hanya objek pendidikan tapi juga sebagai subjek

D. murid objek dan subjek pendidikan


Dalam QS. Al- Baqarah ayat 30-31 menggambarkan Ada dua sosok peserta
didik yang diperbincangkan dalam ayat ini yaitu malaikat dna nabi adam. Pendidiknya
adalah Allah dia mengajar malaikat dan juga mengajar Nabi Adam. Malaikat diberi
hak berbicara mengenai apa yang akan Allah lakukan yaitu penciptaan manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Dan Nabi Adam sebagai peserta didik tidak hanya

4
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.
207
menerima transfer ilmu dari Allah. Tetapi Allah berikan daya kepadanya berupa
Indra, akal dan qalbu, sehingga membuat Adam aktif dan memperoleh ilmu
mengungguli malaikat.
Hal di atas menggambarkan petunjuk untuk para tenaga Didik bahwa
janganlah mereka hendak melihat atau memperlakukan para peserta didik sebagai
objek semata. Tapi kamu tetapi, perlakukanlah juga sebagai subjek guru tidak boleh
memperlakukan peserta didiknya sebagai wadah yang siap menerima apa saja yang
disampaikannya. Tetapi guru mesti memformat proses pembelajaran sedemikian rupa
agar siswa lebih aktif mencari dan menemukan sendiri ilmu dan pengetahuan yang
dituntutnya sepatutnya siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau mengemukakan
pendapat dari ilmu yang sendiri dituntutnya bahkan lebih dari itu. Bahkan lebih dari
itu sepatunya siswa diberi kesempatan untuk bicara mengemukakan argumen-
argumen walaupun bertentangan dengan pendapat guru.
Namun pada akhirnya siswa harus tetap menerima ketetapan guru karena itu
yang lebih kuat dan tidak semua pendapat siswa itu benar dan juga tidak semuanya
salah.
guru yang baik adalah pendidik yang tidak hanya menyuguhkan ilmu yang
siap dikonsumsi saja, tetapi juga mesti memberikan alat untuk mendapatkan ilmu
tersebut.
E. Sikap murid terhadap guru
Allah berfirman dalam Quran surat an-nisa ayat 170. Ayat ini menyuruh
seluruh manusia agar beriman kepada Rasulullah yang diutus oleh Allah. Rasul
tersebut membawa kebenaran di mana kebenaran tersebut merupakan risalah ilahiyah.
Keimanan dan kekafiran manusia kepada Rasul dan risalah yang dibawanya
berdampak pada manusia itu sendiri Allah tidak membutuhkan iman manusia, karena
segala yang ada ini kepunyaannya.
Allah mengutus rasul sebagai pendidik manusia agar proses pendidikan
berhasil meraih tujuannya terdapat suatu sikap yang harus dimiliki peserta didik yaitu
yakin dan percaya kepada guru yang mengajarnya.
Maka untuk itu tonggak pertama dan utama yang mesti dibangun sebelum
terjadinya proses pembelajaran lebih jauh dan lebih dalam adalah keyakinan siswa
terhadap kompetensi yang dimiliki oleh guru. Keyakinan ini akan melahirkan
penghormatan siswa kepada guru yang selanjutnya kecintaan kepada pembelajaran
yang diajarkan oleh guru tersebut dan untuk membangun keyakinan itu guru perlu
terampil meyakinkan yang tergambar dalam penguasaannya terhadap materi,
kemampuannya dalam menyajikan materi, sikap dan perbuatan serta interaksi sosial
yang baik dan mulia dengan siswa maupun masyarakat luas.
Dalam Quran surat al-hujurat ayat 1 sampai 5 ditegaskan pula ayat ini
menggambarkan tuntunan bagaimana seharusnya orang mukmin atau para sahabat
bersikap dan bergaul dengan Nabi Muhammad ada beberapa etika yang harus mereka
jaga Dan patuhi ketika berinteraksi dengan nabi yaitu sebagai berikut, Yang pertama
orang mukmin tidak boleh mendahului ketetapan rasul, yang kedua orang mukmin
dilarang meninggikan suaranya sehingga mengalahkan suara Nabi, yang ketiga
janganlah orang mukmin memanggil nabi seperti memanggil teman atau orang
lainnya.
Ketiga norma pergaulan orang mukmin dengan nabi tersebut adalah juga
menjadi norma pergaulan siswa dan guru dalam proses pembelajaran seorang siswa
tidak etis menjawab pertanyaan siswa lainnya sebelum dijawab oleh guru atau disuruh
untuk menjawab demikian pula norma dan etika berbicara dengan guru atau dengan
orang lain dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian paling tidak ada 4 norma yang mesti dijaga peserta didik
dalam bermuamalah dengan gurunya yaitu:
1. kepercayaan dan keyakinan peserta didik kepada guru
2. Tidak boleh mendahului ketetapan dan jawaban guru mengenai persoalan
apa saja yang timbul dalam proses pembelajaran.
3. Seorang peserta didik terutama dalam proses pembelajaran tidak boleh
meninggikan suaranya sehingga mengalahkan suara guru
4. Peserta Didi tidak layak memanggil guru seperti memanggil teman
sebaya.5

5
Kadar m. Yusuf,MA, Tafsir Tarbawi,cet.4, Jakarta : AMZAH, 2019, hal.71-73
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tentang peserta didik dalam pendidikan islam dalam  bab
sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan bahwa Peserta didik adalah individu
yang mengalami perkembangan dan  perubahan, sehingga ia harus mendapatkan
bimbingan dan arahan untuk membentuk sikap moral dan kepribadian.

Kebutuhan peserta didik yang berupa kebutuhan fisik, sosial, mendapatkan status,
mandiri, berprestasi, ingin disayangi dan dicintai, curhat, dan mendapatkan filsafat
hidup harus dipenuhi oleh pendidik untuk menunjang  perkembangan dan
pembentukan sikap moral peserta didik sebagai insan kamil.

Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang mempengaruhi akan


perkembangan peserta didik, dimensi ini harus diperhatikan secara  baik oleh pendidik
dalam rangka mencetak peserta didik yang berakhlak mulia dan dapat disebut sebagai
insan kamil.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cetakan ke II, jakarta : PT Rineka
Cipta2006

Bahri Syaiful & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

M. Yusuf Kadar,MA, Tafsir Tarbawi, cet.4,Jakarta : AMZAH, 2019

Ramayulis,ilmu pendidikan islam, jakarta: kalam mulia,2006

Anda mungkin juga menyukai