Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PESERTA DIDIK
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Setiawan Edi Wibowo S.Pd., M.Pd.

Oleh :
1. Yuni Ratri Wisesa (21101241018)
2. Alifia Aurelia Meidina (21101241019)
3. Hanif Haedar Bassam Abdulrahman (21101244011)
4. Evita Nur Rahmawati (21101244017)
5. Nashra Alifi Richa Anggraini (21101244019)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang terlah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari mengenai peserta didik terutama pada bidang
studi Ilmu Pendidikan.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan. Selain itu
makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan mengenai peserta didik bagi pembaca
dan juga bagi kami penulis.

Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada makalah
ini. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
khususnya pada dosen bidang studi ini demi kesempurnaan dalam membuat makalah pada waktu
yang akan datang. Untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 21 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………… 1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………… 1
C. TUJUAN………………………………………………………………………….. 1

BAB II ISI

A. PENGERTIAN PESERTA DIDIK……………………………………………... 2


B. KEUNIKAN PESERTA DIDIK………………………………………………… 3
C. TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK……………………………..... 5

BAB III

KESIMPULAN…………………………………………………………………………... 11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal,
pendidikan formal, maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu. Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan.
Perkembangan adalah suatu proses perubahan individu menuju tahapan
selanjutnya yang saling berkesinambungan baik secara fisik maupun psikis.
Perkembangan peserta didik memiliki arti suatu tahapan perubahan seorang peserta didik
baik fungsi – fungsi, pola pikir, moral, fisik, maupun psikisnya menuju tahapan
selanjutnya yang saling berhubungan.
Dari uraian di atas, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang apa itu peserta didik, keunikan peserta didik, serta teori dari perkembangan
peserta didik. Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca, serta agar pembaca
dapat memahami mengenai peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peserta didik?
2. Apa keunikan peserta didik?
3. Apa saja teori perkembangan peserta didik?
C. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki tujuan baik untuk dirinya sendiri
dan juga pembaca agar lebih memahami materi tentang pengertian peserta didik,
keunikan peserta didik, dan teori perkembangan peserta didik.

1
BAB II

ISI

A. Pengertian Peserta Didik

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu.
Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Secara bahasa peserta
didik adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik
secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seorang
peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan yang menyangkut
fisik, perkembangan yang menyangkut psikis.

Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang RI No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian peserta didik adalah orang yang
mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.

Di dalam jurnal Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam ,ia mengatakan bahwa
peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar
(fitrah) yang perlu dikembangkan. Peserta didik merupakan “ Raw Material” (Bahan Mentah)
dalam proses transformasi dan internalisasi, menepati posisi yang sangat penting untuk
melihat signifikasinya dalam menemukan keberhasilan sebuah proses.

Menurut Ramayulis dan Syamsul Nizar, peserta didik adalah makhluk individu yang
mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh
lingkungan dimana ia berada.

Hery Noer Aly (1999:113), menyebutkan bahwa peserta didik ialah setiap manusia
yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Jadi, bukan hanya anak-anak

2
yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orangtuanya, bukan pula anak-anak dalam
usia sekoah. Namun, peserta didik mencakup semua orang tanpa mengenal batasan usia.

Abdul Mujib (2006:103) mengatakan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang


masa”, maka istilah yang lebih tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta didik bukan anak didik. Lebih lanjut, Abdul Mujib juga mengatakan bahwa peserta
didik memiliki cakupan yang sangat luas, tidak hanya melibatkan anak-anak tetapi mencakup
juga orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya mengkhususkan bagi individu yang
berusia kanak-kanak.

Abu Ahmad, mengatakan bahwa peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang
memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga
negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.

Abdullah Nashih Ulwan (Rahardjo, 1999:59) berpendapat bahwa peserta didik adalah
objek pendidikan. Ia merupakan pihak yang harus di didik, dibina, dan dilatih untuk
mempersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan islamnya serta berakhlak mulia.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah


orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya

B. Keunikan Peserta Didik


Sejatinya, setiap peserta didik itu berbeda. Setiap peserta didik adalah pribadi yang
unik. Walaupun pada tahap perkembangannya terdapat banyak kesamaan, namun setiap
peserta didik akan tetap memiliki keunikannya tersendiri yang membedakannya dengan
peserta didik yang lain.
Pandangan modern tentang pendidikan dewasa ini melihat peserta didik adalah subjek
atau pesona, yakni makhluk yang mempribadi tidak lagi sebagai objek yang non-pribadi
sebagaimana pandangan para ahli pada abad pertengahan. Peserta didik adalah subjek yang
otonom, memiliki motivasi, hasrat, ambisi, ekspresi, cita-cita, mampu merasakan kesedihan,

3
bisa senang dan bisa marah, dan sebagainya. Selaku subjek atau pesona yang memiliki
otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus agar bisa
memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. Ciri khas peserta
didik yang perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana dijelaskan oleh Umar Tirtarahardja
dan La Sulo (1994) adalah bahwa peserta didik merupakan:
1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik. Maksudnya ia sejak lahir telah memiliki potensipotensi yang berbeda dengan
individu lain yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan.
2. Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri peserta didik
secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan
lingkungan.
3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Maksudnya adalah walaupun ia adalah makhluk yang berkembang punya potensi fisik
dan psikis untuk bisa mandiri, namun karena belum dewasa maka ia membutuhkan
bantuan dan bimbingan dari pihak lain sesuai kodrat kemanusiaannya.
4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam
diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga mewajibkan bagi
pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan kepada anak
dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri.
Keempat ciri di atas merupakan justifikasi indikasi keunikan peserta didik sebagai
persona yang multi-dimensional. Aneka dimensi bisa menjelma pada diri peserta didik dalam
interaksinya dengan lingkungan alam natural dan lingkungan sosiokultural.
Dimensi individualitas pada diri peserta didik mewujud dalam kemandirian,
ketekunan, kerja keras, keberanian, kepercayaan diri, keakuan, semangat dan ambisi.
Dimensi sosialitas pada diri peserta didik tampak pada sikap kedermawanan, saling
menolong, toleransi, kerjasama, suka berbagi dengan sesama, berorganisasi, dan hidup secara
bermasyarakat. Dimensi religiusitas pada diri peserta didik kelihatan dalam perilaku ketaatan
menjalankan ajaran agama, beribadah, keyakinan akan adanya Tuhan, ketekunan, keikhlasan,
kesediaan berdakwah, dan kepasrahan atau tawakal. Dimensi historisitas tampak pada diri
peserta didik dalam kesenangan menyelidiki kisah-kisah kuno, kegemaran mencatat aneka
kejadian sejarah, kesadaran akan pentingnya sejarah, dan kemampuan mengkreasi sejarah.

4
Dimensi moralitas pada diri peserta didik kelihatan pada pengetahuannya tentang nilai-nilai
moralitas universal dan lokal, pengetahuan tentang akibat-akibat yang ditimbulkan dari
perilaku moral, kemampuan membedakan antara perilaku moral baik dan buruk, kemampuan
menjaga perilaku ketaatan moral, dan lain-lain.
Semua keunikan yang ada pada diri peserta didik sebagai pribadi manusia jelas dapat
menjadi indikator yang membedakan antara dirinya dengan makhluk lain. Hanya manusia
yang mengenal kelengkapan dimensi-dimensi sebagaimana disebut di atas, sehingga
kehidupan manusia bisa bersifat dinamis bukan statis. Pertanyaannya adalah apakah
dinamika kehidupan manusia tersebut mengarah kepada situasi yang konstruktif atau malah
sebaliknya yaitu destruktif. Oleh karena itu, kehidupan manusia perlu diarahkan oleh
kecerdasan rasio, kepekaan hati nurani, dan kebaikan budi pekerti yang menyatu menjadi
satu kesatuan tak terpisahkan, sehingga dalam jangka panjang dapat melahirkan kemajuan
peradaban.
Khusus mengenai kecerdasan pada diri manusia, Howard Gardner menyebut
kecerdasan manusia tidak bersifat tunggal akan tetapi ganda (multiple intelligences). Hal ini
senada dengan Thomas Amstrong (1993) yang menyebut kecerdasan ganda (multiple
intelligences) pada diri manusia meliputi tujuh macam kecerdasan, yaitu: verbal
intelligences, musical intelligences, spatial intelligences, kinesthetical intelligences, logical-
mathematical intelligences, social intelligences, intrapersonal intelligences.
Untuk memperkuat hakikat manusia sebagai makhluk multidimensional, maka
Notonagoro (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 1995) menambahkan
bahwa secara kodrati peserta didik merupakan sosok manusia yang memiliki tiga macam
kodrat yaitu kedudukan kodrat, susunan kodrat, dan sifat kodrat. Dari segi kedudukan kodrat,
manusia bisa disebut sebagai makhluk yang berdiri sendiri di satu sisi dan makhluk ber-
Tuhan di sisi yang lain. Segi susunan kodratnya, manusia merupakan makhluk yang tersusun
atas jiwa dan raga. Adapun dari segi sifat kodratnya, manusia merupakan makhluk individu
di satu sisi dan makhluk sosial di sisi yang lain.

C. Teori Perkembangan Peserta Didik

Menurut Crain (2007) ada 14 teori perkembangan yang dikemukakan ahli psikologi
perkembangan yaitu: enviromentalisme, naturalisme, etologis, komparatif dan organismik,

5
perkembangan kognitif, perkembangan moral, pengondisian klasik, pengondisian operan,
pemodelan, sosial-historis, psikonalitik, psiko-sosial, perkembangan bahasa, dan humanistik.
Berikut ini penjelasan masing-masing dari teori tentang perkembangan peserta didik:

1. Environmentalisme
Teori enviromentalisme menyatakan perkembangan ditentukan oleh lingkungan. Teori ini
dikemukakan filsuf Inggris Jhon Locke (1632-1704). Locke terkenal dengan istilah
tabularasa (meja lilin putih). Locke mengakui kalau individu memiliki temperamen yang
berbeda, namun secara keseluruhan, lingkunganlah yang membentuk jiwa (Crain, 2007:
6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu pada usia dini, anak-anak mudah dididik
menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan membentuk jiwa anak-anak melalui proses
asiosiasi (dua gagasan selalu muncul bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-
kali), imitasi (peniruan), dan reward and punishment (penghargaan dan hukuman).
2. Naturalisme
Teori naturalisme memandang anak berkembang dengan caracaranya sendiri melihat,
berpikir, dan merasa. Alam seperti guru yang mendorong anak mengembangkan
kemampuan berbeda-beda di tingkat pertumbuhan yang berbeda. Teori ini dikemukakan
Jean Jecques Rousseau (1712-1778) dalam bukunya yang berjudul Emile. Belajar dari
alam anak-anak mungkin berubah mungkin tidak, tetapi anak tetap saja sebagai pribadi
yang utuh dan kuat. (Crain, 2007: 15-17)
3. Etologis
Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam konteks evolusi.
Teori etologis dikemukakan antara lain Darwin, LorenzTindbergen, dan Bowlby. Charles
Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi
alam. Seleksi alam tidak hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada
beragam tingkah laku. Konrad Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988)
menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam lingkungan tertentu
dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk berkembang dengan benar (Crain,
2007: 64). Jhon Bowlby (1907-1990) perkembangan manusia ditentukan lingkungan
yang diadaptasinya. Untuk mendapatkan perlindungan anak-anak harus mengembangkan
tingkah laku kemelekatan (attachment) yaitu sinyal yang mempromosikan dan
mempertahankan kedekatan anak dengan pengasuhnya (Bowlby, 1982: 182) .

6
4. Komparatif dan organismik
Teori komparatif dan organismik dikemukakan Heinz Werner (1890- 1964) menyatakan
bahwa perkembangan tidak sekedar mengacu kepada peningkatan ukuran, tetapi
perkembangan mencakup perubahanperubahan di dalam struktur yang dapat didefinisikan
menurut prinsip ontogenik. Werner menyatakan: Kapan pun perkembangan berlangsung,
dia melangkah maju dari kondisi yang relatif tidak memiliki banyak perbedaan menuju
kondisi yang perbedaan dan integrasi herarkhisnya semakin tinggi [Whenever
development occurs, it proceeds from a state of relative lack of differentation to a state of
increasing differentation and hierarchic integration] (Werner dan Kaplan, 1956: 866)
Pernyataan ini menunjukkan perkembangan harus dipelajari dari sisi aktivitas yang
muncul di permukaan dan aspek kejiwaan organisme pelakunya. Di samping itu prinsip
ontogenik harus merupakan dasar perbandingan pola-pola perkembangan di beragam
wilayah, spesies, dan kondisi patologis yang berbeda.
5. Perkembangan kognitif
Teori ini digagas Jean Piaget (1896-1980) yang menyatakan bahwa tahapan berpikir
manusia sejalan dengan tahapan umur seseorang. Piaget mencatat bahwa seorang anak
berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap berpikir manusia
menurut Piaget bersifat biologis. Melalui penelitiannya Piaget menemukan bahwa anak-
anak melewati tahap-tahap perkembangan kognitif dengan urutan yang tidak pernah
berubah dengan keteraturan yang sama (Crain, 2007: 171)
6. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg dilahirkan pada
tanggal 25 Oktober 1925 di Bronxeville (New York). Kohlberg sangat tertarik dengan
karya Piaget yang berjudul The Moral Judgment of the Child. Ketertarikannya tersebut
mendorongnya untuk melakukan penelitian tentang proses perkembangan “Pertimbangan
Moral” pada anak. Penelitian tersebut yang dilakukannya dalam rangka menyelesaikan
disertasinya di Universitas Chicago tahun 1958 dengan judul: The Developmental of
Modes Moral Thinking and Choice in The Years 10 to 16 (Kohlberg, 1995: 11-22).
Penelitian tersebut dilakukan Kohlberg dengan mengadakan tes kepada 75 orang anak
laki-laki yang berusia antara 10 hingga 16 tahun. Tes tersebut berbentuk pertanyaan-

7
pertanyaan yang dikaitkan dengan serangkaian cerita di mana tokoh-tokohnya
menghadapi dilema moral. Misalnya seorang suami yang harus mencuri obat dari toko
obat untuk istrinya yang sakit, karena tidak tidak memiliki uang yang cukup untuk
membeli obat tersebut (Kohlberg, 1995: 68). Berdasarkan penalaran-penalaran yang
diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral yang dihadapinya, Kohlberg
percaya bahwa ada tiga tingkat perkembangan moral yang masing-masing ditandai dua
tahap. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral menurut Kohlberg adalah
internalisasi, yaitu perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara
eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal (Moshman, 2005: 74)
7. Pengondisian Klasik
Teori pengondisian klasik dikemukakan oleh Ivan Pavlov (1849- 1936) yang menyatakan
bahwa perkembangan manusia berasal prinsip stimulus dan respon. Melalui
eksprimennya Pavlov menemukan bahwa pengondisian dapat menimbulkan respon-
respon bawaan terjadi secara spontan melalui latihan berulang-ulang.
8. Pengondisian Operan
Pengondisian operan dikemukakan Skinner (1905-1990). Untuk menemukan teori
pengondisian operan sebagai sebuah teori perkembangan Skinner membuat “Skinner
Box.” Di dalam kotak Skinner mencobakan perkembangan pengetahuan latihan yang
disertai dengan reward dan punishment
9. Pemodelan
Teori pemodelan dikemukakan Albert Bandura, lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di
sebuah kota kecil, Mundare, yang terletak Alberta bagian utara, Kanada. Sampai saat ini
Bandura masih bekerja Universitas Stanford. Bandura menyatakan bahwa perkembangan
manusia merupakan hasil interaksi antara faktor heriditas dan lingkungan.
10. Sosial-Historis
Teori sosial-historis dikemukakan Vygotsky (1896-1934). Lev Vigotsky berpandangan
bahwa konteks sosial merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar seorang
anak. Pengalamam interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan
kemampuan berfikir anak. Interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya akan
menciptakan bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi.

8
11. Psikoanalitik
Teori Psikoanalisa digagas oleh Sigmund Frued (1856-1939) yang menekankan pada
pentingnya peristiwa dan pengalamanpengalaman yang dialami anak khususnya situasi
kekacauan mental. Menurut Frued perkembangan seseorang digambarkan sebagai
sejumlah tahapan psikoseksual yang digambarkan pada tahapan-tahapan: tahap oral,
tahap anal, tahap phallic, tahap laten, dan genital (Santrock, 1995: 22). Setiap tahapan
tersebut berkaitan dengan kepuasan libido seksual yang dapat memainkan peranan pada
kepribadian seseorang ketika dia dewasa.
12. Psiko-sosial
Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa perkembangan terjadi
sepanjang kehidupan manusia. Erikson meyakini bahwa setiap tahap perkembangan
berfokus pada upaya penanggulangan konflik. Kesuksesan atau kegagalan menangani
konflik dapat berpengaruh pada setiap tahap perkembangan.
13. Perkembangan Bahasa
Teori perkembangan bahasa digagas oleh Chomsky (1928). Chomsky menyatakan
kemampuan berbahasa adalah bawaan manusia yang tidak dimiliki makhluk lain.
Kemampuan berbahasa telah dibawa manusia sejak lahir.
14. Humanistik
Penggagas aliran humanistik adalah Abraham Maslow (1908-1970). Menurut Maslow
pertumbuhan dan perkembangan manusia ditentukan oleh hakikat batin yang esensial dan
biologis. Inti batin manusia mendorongnya untuk mencapai perealisasian kemanusiaanya
seutuhnya. Pada sejumlah orang yang melakukan aktualisasi diri, mereka cenderung
merdeka dari tekanan budaya, dan tetap mempertahankan kapasitas untuk memandang
dunia secara spontan, segar, dan lugu seperti anak (Maslow, 1962: 207-208). Dengan kata
lain Maslow menyatakan hanya manusia yang merdeka dari tekanan budaya yang dapat
mencapai kesempurnaan perkembangannya.

Usia perkembangan yang ada pada masing-masing peserta didik tersebut perlu
diketahui dan dipahami oleh pendidik. Masing-masing peserta didik memiliki loncatan dan
kelambatan pada jenis usia perkembangan yang berbeda. Bagi peserta didik yang hidup di
dalam lingkungan yang baik dan teratur maka perkembangan-perkembangannya akan

9
melalui proses umum, sehingga tiap-tiap usia perkembangan dapat masak pada waktunya.
Akan tetapi tidak semua peserta didik hidup dalam lingkungan yang demikian. Kenyataannya
kehidupan yang dialami oleh masing-masing amat kompleks, maka banyak terjadi
ketidaksamaan dari usia-usia perkembangan tersebut. Dalam banyak kasus, ada yang lebih
cepat perkembangan jiwanya, tetapi jasmaninya berkembang lambat.
Mirip dengan pendapat di atas, Charlotte Buhler juga mengemukakan bahwa
perkembangan yang terjadi pada peserta didik berlangsung melalui tahap-tahap, yaitu: (a)
masa permulaan; (b) masa penanjakan sampai kira-kira umur 25 tahun; (c) masa puncak
masa hidup, pada umur 25 sampai 50 tahun; (d) masa penurunan dan menarik diri dari
kehidupan masyarakat; dan terakhir (e) masa akhir kehidupan. Namun oleh Buhler, meskipun
kemunduran biologis nyata terjadi, tetapi belum dapat ditentukan apakah juga ada
kemunduran fungsi psikisnya.
Terhadap semua hal yang telah digambarkan tersebut, paling tidak ada lima asas
perkembangan pada diri peserta didik menurut Sutari Imam Barnadib (1995):
1. Tubuhnya selalu berkembang sehingga semakin lama semakin dapat menjadi alat untuk
menyatakan kepribadiannya.
2. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, hal ini menyebabkan dia terikat kepada
pertolongan orang dewasa yang bertanggung jawab.
3. Anak membutuhkan pertolongan dan perlindungan serta membutuhkan pendidikan untuk
kesejahteraan anak didik.
4. Anak mempunyai daya berekspresi, yaitu kekuatan untuk menemukan ha-hal baru di
dalam lingkungannya dan menuntut pendidik untuk memberi kesempatan kepadanya.
5. Anak mempunyai dorongan untuk mencapai emansipasi dengan orang lain.

10
BAB III

KESIMPULAN

Peserta didik merupakan objek dari komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Peserta didik mengalami perubahan, perkembangan sehingga
masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian
dari struktural proses pendidikan.

Setiap peserta didik mempunyai sifat yang berbeda, sehingga mempunyai keunikan
tersendiri. Meskipun dalam proses perkembangannya terdapat banyak kesamaan, namun tetap
setiap anak akan memiliki keunikan tersendiri yang berbeda-beda dengan anak yang lainnya.
Adanya keunikan yang dimiliki peserta didik, seorang pendidik, baik guru maupun orang tua
hendaknya melakukan pendekatan individu atau kelompok. Ciri khas peserta didik yang perlu
dipahami oleh pendidik sebagaimana dijelaskan oleh Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994),
mempunyai 4 ciri yang merupakan justifikasi indikasi keunikan peserta didik sebagai persona
yang multi-dimensional. Aneka dimensi bisa menjelma pada diri peserta didik dalam
interaksinya dengan lingkungan alam natural dan lingkungan sosiokultural.

Teori perkembangan peserta didik menfokuskan pada perubahan-perubahan


dan perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mental pada manusia dalam
berbagai tahap kehidupannya. Menurut Crain ada 14 teori perkembangan yang dikemukakan ahli
psikologi perkembangan yaitu: enviromentalisme, naturalisme, etologis, komparatif dan
organismik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, pengondisian klasik, pengondisian
operan, pemodelan, sosial-historis, psikonalitik, psiko-sosial, perkembangan bahasa, dan
humanistik. Charlotte Buhler juga mengemukakan bahwa perkembangan yang terjadi pada
peserta didik berlangsung melalui tahap-tahap, yaitu: (a) masa permulaan; (b) masa penanjakan
sampai kira-kira umur 25 tahun; (c) masa puncak masa hidup, pada umur 25 sampai 50 tahun;
(d) masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat; dan terakhir (e) masa akhir
kehidupan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sit Masganti. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.

Sate Herma. (2017, August 15). Pengertian Peserta Didik Menurut para Ahli. Retrieved from
https://www.scribd.com/document/356366526/Pengertian-Peserta-Didik-Menurut-Para-Ahli

Materi Pertemuan ke 5. Retrieved from


https://besmart.uny.ac.id/v2/pluginfile.php/1056700/mod_resource/content/7/PERTEMUAN_5.p
df

12

Anda mungkin juga menyukai