Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Pengertian Siswa, Tipologi Belajar Siswa dan Penerapan Metodenya dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Dr. Heru Setiawan, S.Pd.I., M.Pd.I

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

ESTI (21.11.2664)

PAI III D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA TUNGKAL

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah
dan karunia-Nya yang diberikan kepada kami, sehingga hasil karya tulis yang
berupa makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah
kami pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah
kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna
dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan
kemampuan. Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki
keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari
pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut
sebagai suatu pelajaran yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang.
Sehingga semoga makalah berikutnya dan makalah lain dapat diselesaikan dengan
hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah pengetahuan kita tentang isi dari makalah ini.

Kuala Tungkal, September 2022

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik...............................................................................2
B. Pengertian Tipologi Belajar Siswa................................................................3
C. Macam-Macam Gaya Belajar........................................................................6
D. Memodifikasi Gaya Belajar..........................................................................8
E. Pengaruh Tipologi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa............11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran ...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan atau persekolahan kita di Indonesia jenis – jenis


belajar sudah banyak dikenal. Akhir – akhir ini timbul pikiran baru pendidikan di
sekolah yaitu guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar siswa.
Pemikiran itu timbul mengingat hasil penelitian dalam mencari metode mengajar
mana yang paling sesuai dalam mengajar, ternyata semuanya gagal karena setiap
mengajar afektifitasnya sangat tergantung pada cara atau gaya siswa belajar
disamping sifat pribadi kesanggupan intelektualnya. Oleh karena itu, mengetahui
gaya belajar setiap siswa serta berupaya memperbaiki gaya belajar siswa yang
kurang baik. Bagi seorang guru adalah suatu usaha yang sangat pentingartinya
dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu


peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Untuk mengemban tugasnya sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifahNya
manusia telah dilengkapi Allah dengan potensi yang selaras dan serasi. Potensi
tersebut hanya akan berfungsi secara maksimal apabila dikembangkan melalui
proses bimbingan secara bertahap, terarah, terprogram dan berkesinambungan.
Setiap Individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan antara
yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari
perbedaan fisik, pola berfikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu peserta didik?
2. Apa itu tipologi belajar siswa?
3. Apa saja pembagian gaya belajar?
4. Bagaimana cara memodifikasi gaya belajar siswa?
5. Apa pengaruh tipologi belajar terhadap prestasi belajar siswa?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Dalam Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(Pasal 1 ayat 4) peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam kegiatan pendidikan peserta didik
mempunyai posisi sentral, sebab semua unsur yang di adakan untuk
berlangsungnya proses pendidikan pada dasarnya di arahkan pada sasaran pokok,
yakni berkembangnya potensi peserta didik secara optimal menuju terbentuknya
manusia berkepribadian utama.

Peserta didik atau siswa adalah organisme yang unik yang berkembang
sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah
perkembangan seluruh aspek perkembangan kepribadiannya.1 Peserta didik adalah
individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehinggga ia
merupakan insan yang unik. Peserta didik adalah individu yang sedang
berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan
dalam dirinya secara wajar, baik yang ditunjukkan kepada diri sendiri maupun
yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya. Peserta didik adalah
individu yang membutuhkan bimbingan indicidual dan perlakuan manusiawi.
Maka proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat
perkembangannya. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan
untuk mandiri dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk
berkembangke arah kedewasaaan.

Mengingat pentingnya posisi peserta didik dalam proses pendidikan, maka


pihak-pihak terkait penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidik, sangat

1 Hisarma Saragih dkk, Filsafat pendidikan, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021),
Hlm.74

2
3

penting memahami hakikat peserta didik. Sebab dengan mempelajari hakikat


peserta didik akan memperoleh beberapa keuntungan di antaranya adalah :

1. Akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik.


2. Akan membantu pendidik untuk merespon sebagaimana mestinya pada
perilaku tertentu dari peserta didik.
3. Akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang
normal.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahawa peserta didik


adalah individu yang sedang berkembang yang membutuhkan bimbingan
indicidual dan perlakuan manusiawi. Peserta didik adalah individu yang memiliki
kemampuan untuk mandiri dalam perkembangannya peserta didik memiliki
kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaaan.

B. Pengertian Tipologi Belajar Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tipologi adalah ilmu


watak tentang bagian manusia dalam golongan-golongan menurut corak watak
masing-masing. Tipologi mengandung dua kata yakni “Tipo” dan “Logi”, yang
berasal dari “Tipe” dan “Logos”, Tipe adalah Gaya atau Model, sedangkan Logos
adalah Ilmu. Jadi kalau kata “tipe” digabungkan dengan kata “logi” secara bahsa
berarti Ilmu yang mempelajari tentang tipe. Adapun yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tipe belajar siswa yang artinya cara-cara yang digunakan oleh
siswa untuk mempermudah proses belajarnya sehingga dia merasa mudah
menerima dan mengolah informasi. Usaha-usaha untuk memahami dan
mnyingkap perilaku dan kepribadian manusia antara lain menghasilkan
pengetahuan yang disebut tipologi. Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha
menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor
tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominant nilai-nilai budaya,
dan seterusnya.2

2 Diny Kristianty Wardani, Psikologi Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Confident,


2016), hlm. 30
4

Seperti yang telah di singgung sebelumnya bahwa tipologi belajar yang di


maksud disini adalah gaya belajar, yang mana gaya belajar itu adalah adalah
“suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seorang pelajar
mempelajari atau memperoleh sesuatu ilmu dengan cara tersendiri”. Tipologi
adalah ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan menurut corak watak
masing-masing. Sedangkan peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu
sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius
dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut
memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang
karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa.

Dari pengertian tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa tipologi


peserta didik adalah ilmu watak terhadap individu sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi
kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Untuk meningkatkan kualitas belajar
mengajar di kelas, seseorang diharapkan dapat mengetahui dan memahami
bagaimana ia menyerap, menerima, dan mengolah informasi dari luar sesuai
dengan kemampuannya sendiri.

Tipologi belajar merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan kinerja


dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika siswa
menyadari bagaimana orang lain menyerap dan mengolah informasi, siswa dapat
menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan tipologi belajar
mereka sendiri. Jika siswa akrab dengan tipologi belajar mereka sendiri, maka
siswa dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu diri siswa
belajar lebih cepat dan lebih mudah. Setiap individu mempunyai cara sendiri yang
dianggap cukup optimal dalam mempelajari informasi baru termasuk siswa.

Tipologi belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang
murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan
memecahkan soal. Tipologi belajar siswa yang artinya cara bagaimana yang
paling cepat dan mudah bagi seorang siswa menyerap, memahami dan mengolah
informasi yang diberikan kepadanya. Adapun yang dikemukakan oleh
5

M.Joko Susilo Tipe belajar adalah suatu proses gerak laku, penghayatan, serta
kecenderungan seseorang pelajar mempelajari atau memperoleh sesuatu ilmu
dengan cara yang tersendiri. Pembudayaan ini melibatkan aspek penggunaan
ruang atau lokasi, kemudahan, pencahayaan dan persekitaran. Dalam bab lain juga
mengemukakan “Tipe belajar cara yang cenderung dipilih seseorang untuk
menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut”.

Tipologi belajar disini sangat mempengaruhi dan menentukan tinggi


rendahnya prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Tanpa tipologi belajar yang
baik mustahil akan memperoleh prestasi yang baik, bahkan siswa akan
menghadapai kesulitan-kesulitan dalam belajar itu, didalam belajar hendaknya
mengetahui tipologi belajar apa yang dimilikinya, dengan mengetahui tipologi
belajar tersebut maka siswa akan mudah memahami serta menyerap pelajaran
yang diberikan oleh guru.

Tipologi belajar bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dan kesenangan


dalam memahami pelajaran, kita harus belajar sesuai dengan tipe kita masing-
masing. Proses sikap dan gerak laku yang mudah dan menyenangkan tersebut
tidaklah sama untuk setia individu. Boleh jadi suatu proses sangat mudah dan
menyenangkan bagi seseorang tetapi belum tentu mudah dan menyenangkan bagi
orang lain. Jadi, seorang peserta didik akan menggunakan cara-cara tertentu untuk
membantunya menangkap dan mengerti suatu pelajaran. Kita harus bisa
memperhatikan bagaimana tipe belajar tersebut supaya kita bisa lebih mudah
mengerti materi pelajaran dan kita bisa mengembangkan potensi belajar kita
dengan lebih optimal. Yang menjadi landasan untuk mengetahui tipe belajar kita
sendiri adalah supaya kita bisa memahami dengan cepat dan optimal dalam suatu
materi pelajaran. Dan juga bahwa tidak semua orang tahu bagaimana tipe belajar
mereka sendiri. Pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik, tetapi yang lebih penting dari itu. Yaitu, melatih kemampuan
berpikir dengan memberikan rangsangan dengan caracara ilmiah, seperti
6

kemampuan menganalisis dan memilih secara rasional di antara beberapa


alternatif yang tersedia.3

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tipologi belajar adalah


masing-masing cara belajar mulai dari memusatkan, memproses, dan penyajian
informasi baru. Serta cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan
memecahkan soal.

C. Macam-Macam Gaya Belajar


Terdapat perbedaan gaya belajardari setiap peserta didik sehingga berbeda
juga metode mengajar untuk distribusi pengetahuan dan interaksi serta respon
emosi ketertarikan terhadap pembelajaran.4
1. Tipe belajar visual adalah :
a. Belajar dengan menggunakan modul.
b. Belajar dengan menggunakan media/alat peraga dalam menyajikan
materi, seperti buku/majalah, grafik, diagram, peta pemikiran, OHP,
poster.
c. Menggunakan beragam bentuk grafis, perangkat grafis itu bisa berupa
film, slide, gambar ilustrasi, kartu bergambar, catatan dan kartu-kartu
gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi
secara berurutan.
d. Memberikan kesempatan untuk mengobservasikan media/alat peraga saat
menyajikan pelajaran.
e. Membantunya untuk menuliskan hal-hal penting dalam materi yang
dipelajarinya.
f. Berdiri tenang saat menyajikan segmen informasi, bergeraklah di antara
segmen. Sebab, pelajar Visual selalu melihat bibir guru yang berbicara.

3 Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 157

4 Irjus Indrawan dkk, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jawa Tengna: CV. Pena
Persada, 2020), hlm. 114
7

g. Membagi salinan garis besar pelajaran, dan sisakan ruang kosong untuk
catatan.
h. Menciptakan simbol visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.
8

2. Tipe belajar auditorial


Menurut Hamzah B. Uno adalah belajar dengan cara diskusi, tanya
jawab, dan kerja kelompok.
a. Menggunakan tape perekam, membaca informasi kemudian diringkas
dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan
dipahami.
b. Melakukan revie secara verbal dengan teman atau juga guru
Adapun metode yang cocok dengan tipe belajar auditorial menurut M.
Joko Susilo yaitu:
a. Diskusi dan tanya jawab.
b. Menugaskan siswa auditorial melakukan reviw secara verbal dengan
teman atau pelajar.
c. Bacakan informasi, kemudian ringkas dalam bentuk lisan bila perlu
direkam untuk kemudian didengarkan/dipahami dan atau dihapal.
d. Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan atau suara-
suara yang mengganggu.
Sedangkan menurut Bobbi DePorter & Mike Hemacki metode yang
cocok unutk siswa Auditorial adalah;
a. Gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume) dalam
presentasi.
b. Tambahlah penjelasan dengan contoh, anekdot, analogi.
c. Gunakan pengulangan meminta siswa menyebutkan kembali konsep
kunci dan petunjuk.
3. Tipe belajar kinestetik adalah:
a. Metode demonstrasi, sosiodrama, dan karyawisata.
b. Menggunakan berbagai model atau peraga, bermain sambil belajar.
c. Secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar.
d. Menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau
memahami fakta.
e. Penggunaan komputer.
9

f. Menguji memori ingatannya dengan cara melihat langsung fakta di


lapangan.
D. Memodifikasi Gaya Belajar

Akhir-akhir ini timbul pikiran baru dalam pendidikan di sekolah, yaitu


guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa.
Pemikiran itu timbul mengingat hasil penelitian dalam mencari metode mengajar
mana yang paling sesuai untuk mengajar efektifitasnya akan sangat tergantung
pada cara atau gaya siswa belajar di samping sifat pribadi dan kesanggupan
intelektualnya.

Oleh karena itu mengetahui gaya belajar setiap siswa serta berupaya
memperbaiki gaya belajar siswa yang kurang baik bagi seorang guru adalah
merupakan suatu usaha yang sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan
keberhasilan mengajar.

1. Gaya Belajar Siswa pada Permulaan Belajar


Gaya belajar ini ada dua macam, yaitu: Field Dependence dan Field
Independence. Gaya belajar Field Dependence ialah gaya belajar siswa yang
mau memulai belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari orang lain (guru
atau orang tua). Sebaliknya, pada gaya belajar Field Independence, siswa mau
belajar secara mandiri tanpa harus disuruh atau dipengaruhi orang lain. Gaya
belajar independence inilah yang sebaiknya terjadi pada setiap permulaan
belajar.
2. Gaya Belajar Siswa dalam Menerima Pelajaran
Ada dua macam gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran, yaitu: gaya
Preceptive dan gaya Receptive. Gaya belajar Preceptive ialah kecenderungan
siswa dalam menerima pelajaran atau informasi atau dalam mengumpulkan
informasi dalam belajar dilakukan dengan beraturan yaitu dengan
mengadakan organisasi atau hubungan terhadap hal-hal atau konsep-konsep
dari informasi yang diterimanya agar dapat dikenali atau dipahami secara
bulat atau utuh. Sedangkan pada gaya belajar Receptive, kecenderungan
siswa dalam menerima pelajaran dilakukan dengan menerima informasi (yang
10

disampaikan guru atau disajikan oleh buku) secara detail, tanpa berusaha
untuk membulatkan atau mengorganisir konsep-konsep informasi yang
diterimanya.
3. Gaya Belajar Siswa dalam Menyerap Pelajaran
Gaya belajar siswa pada waktu menyerap pelajaran ada dua macam, yaitu
gaya Impulsive dan gaya Reflective. Gaya belajar Impulsive ialah gaya siswa
dalam menyerap pelajaran cenderung untuuk cepat – cepat mengmbil
keputusan tanpa memikirkan secara mendalam untuk memahami konsep –
konsep informasi yang telah diterimanya. Sebaliknya siswa yang bergaya
Reflective dalam menyerap pelajaran mereka akan mempertimbangkan atau
memikirkan semua konsep informasi yang telah diterimanya terlebih dahulu
sebelum diambil keputusan atau dipahami.
4. Gaya Belajar Siswa dalam Memecahkan Masalah
Dalam memecahkan masalah atau dalam menjawab soal/permasalahan yang
diajukan guru, ada dua macam, yaitu; gaya Intuitive dan gaya Sistimatis. Pada
gaya intuitif siswa dalam memecahkan atau menjawab soal dilakukan hanya
secara intuisi atau menutup perasaannya saja. Sedangkan bagi siswa yang
sistimatis gaya belajarnya dalam menjawab permasalahan tidak dilakukan
secara trial and error, tetapi dengan cara sistematis yaitu dimulai dengan
melihat stuktur masalahnya, kemudian jawaban yang paling tepat untuk
menjawab masalah.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, ada beberapa gaya belajar yang baik
yang perlu dipupuk dan dilestarikan serta ada pula gaya belajar siswa yang kurang
baik yang perlu segera dimodifikasi oleh guru. Gaya belajar siswa yang perlu
diperbaiki atau dimodifikasi tersebut adalah gaya belajar: Field Dependence
dalam memulai belajar; gaya belajar Receptive dalam menerima pelajaran, gaya
belajar intuitive dalam menjawab atau memecahkan masalah.

1. Memperbaiki Gaya Belajar Field Dependence


Tujuan modifikasi gaya belajar Field Dependence ini ialah agar siswa secara
berangsur-angsur mau belajar sendiri atau mandiri tidak harus diperintah atau
11

disuruh untuk belajar oleh guru atau oleh orang tua. Cara yang harus
dilakukan guru adalah:
a. Dalam setiap mengajar guru harus selalu membangkitkan motivasi
intrinsik kepada diri siswa.
b. Setiap selesai mengajar guru harus memberikan tugas resitasi atau
pekerjaan rumah.
c. Upayakanlah performance dan tindakan atau perlakuan guru dalam
mengajar dapat membantu membangkitkan minat siswa kepada
pelajaran.
d. Usahakanlah agar setiap siswa dalam belajar memperoleh kepuasan
melalui prosedur didaktis pedagogis yang memungkinkan.
2. Mempengaruhi Gaya Belajar Receptive
Tujuan memodifikasi gaya belajar Receptive ini ialah agar siswa dalam
menerima pelajaran jangan diingat secara detail, tetapi harus diorganisir agar
dapat dikenali atau dipahami secara bulat. Cara memodifikasinya adalah:
a. Dalam setiap mengajar guru harus membuat kerangka uraian atau skema
pelajaran yang akan disampaikan.
b. Perlu diingatkan kepada siswa agar jangan menerima pelajaran secara
detail, tetapi diorganisir atau dibulatkan.
c. Uraikanlah penjelasan-penjelasan guru dengan lambat-lambat agar dapat
diikuti de ngan baik oleh siswa.
d. Setiap selesai menguraikan bagian-bagian inti pelajaran guru harus
mengajukan pertanyaan untuk mencek penguasaan atau pemahaman
informasi yang telah disampaikan.
3. Memperbaiki Gaya Belajar yang Impulsive
Tujuan memperbaioki gaya belajar ini ialah agar siswa dalam menyerap
pelajaran jangan dihafal seluruhnya tetapi harus dipahami. Cara yang harus
dilakukan oleh guru dalam memperbaiki gaya impulsive ini ialah:
a. Ingatkan kepada siswa agar jangan tergesa-gesa dalam menyerap
pelajaran.
12

b. Dengarkan dulu baik-baik informasi atau penjelasan guru kemudian


disusun dan dipikirkan dengan baik untuk dipahami.
c. Seperti halnya cara memperbaiki gaya Receptive, dalam memperbaiki
gaya Impulsive iini guru dalam mengajar harus membuat kerangka atau
skema uraian dipapan tulis dan setiap selesai mengajar bagian – bagian
pelajaran harus disusul dengan mengajukan pertanyaan untuk mencek
kemampuan/keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran
4. Memperbaiki Gaya Belajar Intuitif
Tujuan memperbaiki gaya belajar intuitif ini ialah agar siswa dalam
memecahkan atau menjawab permasalahan jangan secara trial and error,
tetapi terbiasa untuk menjawab masalah secara sistematis. Cara
memperbaikinya ialah:
a. Ingatkan kepada siswa agar jangan menjawab pertanyaan menurut
perasaann atau bisikan hati saja.
b. Dengar, simak dulu permasalahan yang diajukan dengan sebaik –
baiknya, perhatikan stuktur masalahnya yang perlu dijawab.
c. Kumpulkan data atau alternatif jawaban yang mungkin berkaitan dengan
struktur permasalahan.
d. Tentukan jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang paling tepat.

Semua cara modifikasi yang disarankan di atas apabila dapat dilaksanakan


secara kontinyu dan terorganisir secara integral dalam pelaksanaannya dapat
diharapkan akan mampu memperbaiki gaya belajar tidak baik pada diri siswa.

E. Pengaruh tipologi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa

Tipologi belajar kita pada umumnya ditentukan lewat cara kita menyerap
dan mengatur informasi-informasi dari yang konkret (yang berakar pada
pancaindra ragawi, menekan pada apa yang dapat diamati) hingga yang abstrak
(yang berakar dalam emosi dan intuisi, menekankan perasaan dan ide-ide),
kendati kebanyakan orang lebih suka cara khusus. Pada awal tadi telah dijelaskan
bahwa tipologi belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam
pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Dengan begitu
13

tipologi belajarakan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan mengolah


informasi.

Menurut Grinder, pengarang Righting The Education Comveyor Belt,


telah mengajarkan tipologi belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Ia
mencatat bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar
dua puluh orang yang mampu belajar secara cukup efektif dengan cara visual,
auditorial, dan kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus.
Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang memilih satu modalitas belajar
dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas lainnya. Sehingga setiap saat
mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami perintah, kecuali jika
perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan menghadirkan cara yang
mereka pilih. Bagi orang-orang ini, mengetahui cara belajar terbaik mereka bisa
berarti perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Dua orang siswa
mempunyai kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.

Guru Pendidikan Agama Islam tidaklah cukup hanya dapat mendesain


pembelajaran tetapi guru PAI harus juga menguasai materi yang akan diajarkan
dan mengetahui kondisi psikologis peserta didik dan psikologis pendidikan agar
dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan peserta didik dan memberikan
bimbingan sesuai dengan perkembangan peserta didik.5

Dengan mengetahui tipologi belajar yang berbeda ini telah banyak


membatu para guru dimanapun untuk dapat mendekati semua atau hampir semua
siswa lainnya dengan menyampaikan informasi dengan tipologi yang berbeda-
beda. Begitu juga dengan setiap siswa jika seseorang siswa dapat mengetahui
tipologi belajarnya maka akan sangat dapat membantunya dalam belajar dengan
optimal kemudian secara berkelanjutan dapat mempengaruhi siswa tersebut dalam
mencapai prestasi belajar yanglebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak
mengetahui tipologi belajarnya sendiri.

5 Andi Abd Muis dan Arifuddin, Metode Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Pare-Pare: Lembaga Penerbitan Universitas Muhammadiyah Pare-Pare, 2018), hlm. 69
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang yang membutuhkan
bimbingan indicidual dan perlakuan manusiawi. Peserta didik adalah individu
yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam perkembangannya peserta
didik memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaaan.
2. Tipologi belajar adalah masing-masing cara belajar mulai dari memusatkan,
memproses, dan penyajian informasi baru. Serta cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.
3. Ada 3 macam tipe metode pembelajaran yaitu: tipe belajar visual, Ttipe
belajar auditorial dan tipe belajar kinestik.
4. Untuk dapat memperbaiki gaya belajar yang tidak baik pada diri siswa maka
diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan semaksimal
mungkin serta melaksanakan semua saran yang telah disampaikan diatas.
5. Dengan mengetahui tipologi belajar yang berbeda ini telah banyak membatu
para guru dimanapun untuk dapat mendekati semua atau hampir semua siswa
lainnya dengan menyampaikan informasi dengan tipologi yang berbeda-beda.
B. Saran

Kami menyadari sepenuhnya dalam makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat
menjadi bekal dikemudian hari apabila kami mempunyai kesempatan membuat
makalah lain. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan/wawasan bagi kami pada khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andi Abd Muis dan Arifuddin. 2018. Metode Mengajar Guru Pendidikan Agama
Islam di Sekolah. Pare-Pare: Lembaga Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Pare-Pare

Diny Kristianty Wardani. 2016. Psikologi Pendidikan Islam. Bandung: CV.


Confident

Hisarma Saragih dkk. 2021. Filsafat pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis

Irjus Indrawan dkk. 2020. Manajemen Pendidikan Karakter. Jawa Tengah: CV.
Pena Persada

Muhammad Anwar. 2017. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai