Disusun oleh
Nama : Anggi Yani
Jurusan : PBSI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah pendidikan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris Kanda selaku Dosen
Pengajar . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebuah kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu cara memenuhi
fungsi pendidikan nasional yang mana untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang cerdas, beriman dan percaya kepada Tuhan yang Maha
Esa.
Usaha yang nantinya dapat dilakukan oleh seorang pendidik yang
berkualitas adalah memahami bagaimana peserta didiknya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subjek dan objek dari
kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran akan tercapai bila peserta didik
berusaha aktif untuk mencapainya.
Belajar-mengajar adalah sebuah proses interaksi antara peserta didik dan
guru. Peranan guru sebagai pembimbing mengacu pada banyaknya peserta didik
yang bermasalah (Hamiyah dan Jauhar, 2014:14).
Masing-masing peserta didik memiliki karakter yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Peserta didik dapat dilihat dari perbedaan kemampuan masing-
masing anak.
Perbedaan perilaku ini bisa dikarenakan perbedaan kemampuan.
Perbedaan kemampuan ini ada yang menganggap disebabkan oleh kemampuan
manusia yang ditakdirkan tidak sama, ada pula yang beranggapan karena
perbedaan cara menyerap informasi dari suatu gejala (Bangsawan, 2006:4). Atau
dengan kata lain kecerdasan menjadi salah satu penyebab masing-masing peserta
didik memiliki perbedaan. Entah pembawaan sejak lahir atau pendidikan serta
pengalaman.
Betapa tingginya nilai keberhasilan seorang pendidik, program pengajara
yang dilakukan secara baik dan sistematik tidak dapat berjalan dengan baik jika
1
pendidik tidak mengetahui bagaimana perkembangan peserta didik yang
dihadapinya.
Oleh sebab itu, secara spesifik pendidik harus mengetahui bagaimana anak
didiknya secara mendalam. Perlu dilakukannya evaluasi terpusat dari bagaimana
memahami dimensi, tugas-tugas, tahapan perkembangan bahkan sampai pada
problema peserta didik yang sering terjadi.
Sebagai pedoman dalam pencapaian setiap kegiatan belajar-mengajar,
pengajar diwajibkan mampu merumuskan tujuan pembelajarannya serta
memahami karakteristik perilaku dan kemampuan peserta didiknya.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah menjadi dasar dalam sebuah kajian. Agar kajian dapat
dilaksanakan dengan baik, masalah yang begitu kompleks harus dirumuskan agar
menjadi lebih fokus. Terdapat enam masalah dalam kajian ini.
1. Apa sajakah bukti pengaruh hereditas?
2. Apa sajakah dimensi perkembangan peserta didik?
3. Apakah tugas-tugas perkembangan?
4. Bagaimanakah tahapan perkembangan peserta didik?
C. TUJUAN
Tujuan merupakan implementasi dari masalah yang telah ditentukan.
Berdasarkan masalah yang ada, terdapat enam tujuan dalam kajian ini.
2
BAB II
PENDAHULUAN
Perkembangan peserta didik dapat diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak
pemain, anak sekolah, masa remaja sampai periode adolesense menjelang seorang
anak dewasa. Pengertian tersebut diutarakan dari berebai aspek tentang defenisi
peserta didik menurut ahli, berkut ini pengertian peserta didik menurut para ahli
pendidikan;
Bertikut ini adalah definisi perkembangan peserta didik menurut pendapat para
pakar.
3
Ahmad Tafsir (2006)
Barnadib (1989)
Menurutnya, arti peserta didik adalah seseorang yang sedang berada dalam proses
pebelajaran sebagai objek yang dalam perkembangan dan pertumbuhannya
dilakukan menurut fitrahnya masing-masing. Kajian ini dilakukan dalam
meninjau manfaat mempelajari peserta didik yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan keilmuannya.
Rahardjo (1999)
Menurutnya, arti peserta didik sebagai objek dari sebuah pendidikan yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan formal atas nama penelitian ilmiah sehingga
apa yang dikaji dapat dipertanggungjawabankan bagi setiap orang dan objek
penelitian yang terlibat. Selengkapnya, baca; Pengertian Penelitian Ilmiah Beserta
Jenis Penilitian Ilmiah
4
B. Dimensi Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun
nonfisik. Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkelanjutan. Dan untuk hal-hal yang bersifat nonfisik, bisa saja sifat
perkembangannya berlangsung secara acak. Dimensi-dimensi perkembangan
individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi :
1. Perkembangan fisik. Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek
anatomis dan fisiologis.
2. Perkembangan perilaku psikomotorik. Perkembangan ini menuntut koordinasi
fungsional antara sistem syaraf dan otot, serta fungsi-fungsi psikis.
3. Perkembangan bahasa. Manusia memiliki potensi dasar berbahasa, tergantung
pada dimana dia bermukim dan berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya.
4. Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sama dengan perkembangan
kapasitas nalar otak atau inteligensi. Dan perkembangan inteligensi
berlangsung sangat pesat sampai masa remaja.
Banyak versi teoritis mengenai tahap perkembangan kemampuan berpikir atau
kognitif anak. Teori tahap perkembangan kognitif dikemukakan oleh psikolog
Swiss, Jean Piaget (1896-1980). Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan
kognitif manusia :
a. Tahap sensorimotorik (sensorymotor stage), yang berlangsung sejak
manusia dilahirkan sampai kira-kira berusia 2 tahun.
b. Tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung sejak
kira-kira anak berusia 2-7 tahun.
c. Tahap operasional kongkrit (cuncrete operational stage), yang
berlangsung kira-kira pada usia 7-11 tahun.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terjadi antara
usia 11-15 tahun atau seusia sekolah menengah pertama hingga kelas
bawah sekolah menengah atas.
5. Perkembangan perilaku sosial. Manusia merupakan makhluk sosial,
begitupula dalam perilaku sosial tampak dalam peran yang ditampilkan,
respon interpersoanal yang berkaitan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap
5
individu lain ataun respon ekspresif yaitu ciri-ciri respon interpersonal yang
berkaitan dengan ekspresi diri, kebiasaan-kebiasaan yang khas dan
sebagainya.
6. Perkembangan moralitas. Dalam tahap perkembangan moral ini adalah ukuran
dari tinggi atau rendahnya moral seseorang berdasarkan penalaran moralnya.
7. Perkembangan bidang keagamaan. Manusia meyakini bahwa ada kekuatan
yang “Serba Maha” di luar dirinya. Sehingga inilah penghayatan dibidang
keagamaan, dalam apapun agama yang dianutnya.
8. Perkembangan konatif. Konatif merupakan perilaku yang berkaitan dengan
motivasi atau faktor penggerak perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau
faktor penggerak perilaku seseorang yang bersumber dari kebutuhan-
kebutuhannya. Dan motivasi ini bisa bersumber dari dorongan internal dan
eksternal.
9. Perkembangan emosional. Dalam perkembangan emosional melibatkan
banyak variabel, seperti rangsangan yang menimbulkan emosi, perubahan
fisiologis, suasana lingkungan, kondisi kesehatan, ketersediaan kebutuhan,
iklim interaksi dengan lingkungan dan orang lain.
6
membentuk inti dari perkembangan kehidupan sosialnya. Oleh sebab itu
seorang anak harus selalu diajarkan melakukan kontak sosial dengan
lingkungannya.
2. Pengacuan sosial. Anak memiliki kemampuan melihat ekspresi wajah orang
lain untuk memutuskan cara untuk menanggapinya. Pada saat akhir tahun
pertama, bayi mulai sadar akan ekspresi orang lain dan mencari bimbingan
dari mereka. Kemampuan ini merupakan akar dari suatu keterampilan sosial
penting. Oleh karena itu keterampilan sosial dan perkembangan emosional
ikut dibentuk oleh bagaimana cara pengasuhan.
3. Periode kritis. Akibat pengaruh lingkungan, kadar kesensitivitas seorang anak
dapat meningkat, baik itu secara positif atau bahkan negatif. Peristiwa-
peristiwa yang nantinya terjadi selama periode kritis dapat menentukan
apakah anak berkembang secara normal atau sebaliknya. Pada periode kritis
ini sentuhan lingkungan menjadi pengalaman awal yang memberikan efek
pada kehidupan anak di kemudian hari.
4. Perawatan primer. Anak mendapatkan perawatan primer dari lingkungannya,
terutama orang tua atau pengasuh. Mereka mengembangkan dan mengajarkan
hubungan emosional serta fisik dengan orang lain di lingkungannya.
5. Pengayaan dalam pengembangan. Lingkungan merangsang perkembangan
fisik, emosi, persepsi, dan intelektual anak. Salah satu contohnya adalah saat
anak berusia 5 bulan, yang mana ia ingin menyentuh apa saja di sekitarnya.
Bagian inilah sedang terjadi perkembangan motorik, asalkan tidak berbahaya.
(Danim, 2013:95)
7
D. TUGAS –TUGAS PERKEMBANGAN
Depdiknas (2003) memberikan rincian tentang tugas perkembangan masa
remaja untuk usia tingkat SLTP dan SMA, yang dijadikan sebagai rujukan
standar kompetensi layanan bimbingan dan konseling disekolah yaitu :
1. Masa Usia Prasekolah
a. Menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal
dalam dunianya.
b. Masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu atau masa
oral (mulut) , karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan
dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
c. Belajar berjalan sehungga anak belajar menguasai ruang, mulaidari
yang paling dekat sampai yang paling jauh.
d. Pembiasaan terhadap kebersihan.
e. Perkembangan rasa keindahan.
2. Masa Usia Sekolah Dasar
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan dengan prestasi.
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Membandingkan dirinya dengan orang lain.
e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap
tidak penting.
f. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
g. Amat realitis, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
h. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata
pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
i. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran
tepat mengenai prestasi sekolahnya.
3. Tugas Perkembangan Tingkat SLTP
a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8
b. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta
dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri
sendiri untuk kehidupan yang sehat.
c. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria atau wanita.
d. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima
dalam kehidupan sosial yang lebih luas.
e. Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan
karier dan apresiasi seni.
f. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan
atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan
masyarakat.
g. Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial dan ekonomi.
h. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman hidup sebagai
pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.
4. Tugas Perkembangan Peserta didik SLTA
a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa
b. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta
kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita.
c. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat
d. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai
dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan
pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang
lebih luas.
e. Mencapai kematangan dalam pilihan karir
f. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri
secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
9
g. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang berkehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
h. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta
apresiasi seni.
i. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Uraian pembahasan yang begitu detail, mendalam, dan panjang perlu
diambil intinya sehingga dapat dipahami dengan mudah. Inti dari pembahasan
tersebut merupakan simpulan kajian. Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat
diambil enam simpulan.
1. Secara garis besar faktor perkembangan dan bawaan sejak lahir dapat
dikemukakan oleh pendapat para ahli ada tiga golongan yaitu: aliran
nativisme, aliran empirisme, dan aliran konvergensi.
2. Kecepatan pemrosesan tergantung pada efisiensi neurologis dan kematangan
yang dikendalikan secara genetik. Akan tetapi bukti paling meyakinkan
mungkin berasal dari studi kembar dan studi adopsi.
3. Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun
nonfisik. Dimensi-dimensi perkembangan individu, termasuk peserta didik
dapat digolongkan menjadi: perkembangan fisik, perkembangan perilaku
psikomotorik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan
perilaku sosial, perkembangan moralitas, perkembangan bidang keagamaan,
perkembangan konatif dan perkembangan emosional.
4. Masa depan manusia banyak dipengaruhi oleh rangsangan lingkungan sekitar.
Namun antara rangsangan lingkungan dulu dan kini sungguh berbeda. Dari
lingkungan inilah potensi bawaan seseorang hampir sering berubah sepanjang
perjalanan hidup manusia.
5. Tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan sikap, perilaku dan
keterampilan idealnya. Harus dikuasai dan diselesaikan sesuai dengan fase
usia perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan individu bersumber
pada faktor-faktor kematangan fisik, tuntutan kultural kemasyarakatan.
6. Perubahan akan selalu dialami oleh setiap manusia sejak ia lahir hingga
mencapai kedewasaan. Perubahan ini terjadi secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan dari diri individu.
11
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa kajian yang telah dilakukan ini tidak terlepas
dari kekurangan. Saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan sehingga kajian ini menjadi semakin mantap. Akhirnya,
semoga kajian ini memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah
keilmuan. Amiin.
12
DAFTAR PUSTAKA
13