KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini
yang berjudul ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUAN dan
SUPERVISI PENDIDIKAN.
Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah berjasa dalam penyusunan
makalah ini.Pertama, kepada Drs. Aris Djinal selaku dosen pembimbing mata kuliah Profesi
Kependidikan, kedua kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan, karena itu,
demi perbaikan makalah ini segala kritik, saran, tegur dan masukan yang membangun akan
senantiasa kami terima dengan lapang hati. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi
para mahasiswa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II Administrasi Pendidikan dalam Profesi Keguruan
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan 4
B. Fungsi Administrasi Pendidikan 7
C. Lingkup Bidang Garapan Administrasi
Pendidikan Menengah 12
D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan 14
BAB III Supervisi Pendidikan
A. Pengertian, Fungsi, dan Peran 15
B. Pelaksanaan Supervisi 18
C. Teknik Supervisi 20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 26
B. Saran-saran 26
DAFTAR PUSTAKA 28
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan
dalam bidang administrasi. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dilaksanakan bertujuan
jangka panjang yaitu agar tenaga administrasi maupun mengembangkan ilmu yang telah
dipelajari dan dipraktekkan di sekolah. Administrasi sangat diperlukan bagi kelangsungan
proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Semua itu tidak lepas dari keaktifan orang-
orang yang menguasai administrasi dalam sekolah. Orang sering menganggap enteng
administrasi tersebut, padahal kalau administrasi dipegang sama orang-orang yang kurang
terampil maka administrasi tersebut akan berantakan. Orang yang memegang administraasi
adalah orang yang sudah terlatih dalam bidangnya (orang yang sudah mendapat ilmu/
pelatihan). Administrasi tidak hanya dalam hal keuangan saja tetapi juga dalam kerapian/
keteraturan kita dalam pembukuan. Administrasi tidak hanya dilakukan dalam waktu tertentu
saja tetapi setiap hari secara kontinyu. Administrasi adalah upaya menjadikan kegiatan kerja
sama antara guru dan karyawan agar proses belajar mengajar lebih efektif.
Supervisi sebagai pengawasan profesional membina Guru mempertinggi kinerjanya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa para kepala sekolah selaku pengawas pembelajaran sangat
memahami perbedaan konsep supervisi dan pengawasan umum, wawancara dengan kepala
sekolah mengungkap pernyataan yang mengemukakan bahwa “syarat awal membina guru
agar efektif dimulai dengan hubungan kolegial yang akrab dan bersahabat, bebaskan guru
dari sekat atasanbawahan yang membedakannya, dari situ diketahui siapa guru yang perlu
mendapat supervisi”. Pernyataan dalam ungkapan itu menunjukkan bahwa kepala sekolah
berusaha memperkecil jarak birokrasi antara ia sebagai pemimpin pembelajaran dengan guru
yang dipimpinnya. Untuk melaksanakan pengawasan ia perlu memulainya dengan hubungan
akrab yang bersahabat. Kepala sekolah memahami bahwa pengawsan profesional merupakan
sebuah jasa layanan dalam bentuk bantun yang profesional pula, yang harus diberikan kepada
guru yang memerlukannya, untuk itu sekat hubungan harus direduksi sekecil mungkin.
BAB II
ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUAN
Administrasi Pendidikan dalam Dictionary of Education Edisi Kedua (1959) yang dikarang
oleh Good Carter V : Administrasi pendidikan adalah segenap teknik dan prosedur yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan sesuai dengan kebijakan yang
telah ditentukan.
Administrasi Pendidikan dalam buku Kurikulum, Usaha-Usaha Perbaikan dalam Bidang
Pendidikan dan Administrasi Pendidikan : Administrasi pendidikan adalah suatu proses
keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan,
dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personel, materiil,
maupun spirituil, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien
Dari pengertian itu dapat dikemukakan unsure-unsur penting dalam pendidikan, yaitu :
a) Sistem pendidikan mempunyai satuan dan kegiatan.
b) Sistem pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting
dalam mencapai cita-cita
c) Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai keseluruhan unsure atau
komponen dan kegiatan pendidikan.
b. Sekolah Sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional
Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur / komponen sistem pendidikan
nasional yaitu termasuk dalam komponen organisasi.
a) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk
dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur
pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu. Dalam
perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu tahap,
a. Identifikasi masalah,
b. Perumusan masalah,
c. Penetapan tujuan,
d. Identifikasi alternatif,
e. Pemilihan alternatif, dan
f. Elaborasi alternatif.
Menurut Sergiovanni (1987: 300) berpendapat bahwa: “plans are guides, approximations,
goal post, and compass setting not irrevocable commitments or decision commandments”.
Jadi rencana adalah sebuah penuntun yang disusun sedemikian rupa yang sulit untuk dirubah”
(Sergiovanni, 1987: 300).
Sedangkan Enoch (1992:3) berpendapat bahwa definisin perencanaan pendidikan adalah
sebagai : “suatu proses mempersiapkan alternatif keputusan bagi kegiatan masa depan yang
di arahkan kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya secara menyeluruh dari
suatu negara” (Enoch, 1992:3).
b) Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih
dan memilah orang-orang (guru dan personal sekolah lainya) serta mengalokasikan prasarana
dan saran untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai apa itu pengorganisasian:
Koontz dkk. mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah penetapan sturuktur peranan
internal dalam suatu lembaga yang terorganisasian secara formal. Pengorganisasian yang
efektif dapat membagi habis (merata) dan menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub
komponen organisasi.
Terry mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah pembagian pekerjaan yang
direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok, penentuan hubungan-hubungan
pekerjaan di antara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan yang sepatutnya.
c) Pengarahan
Suharsimi Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk,
serta pertimbangan dan bimbingan terhadap pra petugas yang terlibat, baik secara struktural
maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan
pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. Melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau kelompok
b. Memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan atau tertulis, secara
langsung atau tidak langsung.
d) Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari
berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota
atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Pengkoordinasian dapat dilakukan
melalui berbagai cara:
a. Melaksanakanpenjelasan singkat (briefing)
b. Mengadakan rapat kerjaMemberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,
c. Member umpan balik tentang hasil suatu kegiatan
System koordinasi pada umumnya tidak efektif karena muncul system birokrasi, dan krisis ini
akan terjadi jika organisasi menjadi terlalu besar dan rumit untuk dikelola. Akan tetapi, pada
pokoknya penggoordinasian menurut para ahli, sebagai berikut:
The Liang Gie (1983: 216) merupakan rangkaian aktifitas yang menghubungkan, menyatu
padukan dan menyalaraskan orang-orang dan pekerjaan.
Sedangkan Oteng Sutisna (1983: 199) merumuskan koordinasi ialah mempersatukan
sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya
maksud yang telah ditetapkan.
e) Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya,
usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta pengawasan
penggunaan anggaran tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan itu antara lain:
o Perencanaan tentang berapa biaya yang akan diperlukan,
o mana dan bagaiamana itu dapat diperoleh/diusahakan,
o Bagaimana penggunaannya,
o Siapa yang akan melaksanakannya, pembukuan dan pertanggung jawabannya, dan
o Bagaimana pengawasannya, dll.
f) Penilaian
Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk:
a. Memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja pekerjaan
tersebut berhasil,
b. Menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien,
c. Memperoleh fakta-fakta tentang kesurakan-kesukaran dan untuk menghidarkan situasi
yang dapat merusak, serta
d. Memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan
organisasi sekolah.
Untuk memahami apa yang telah diuraikan secara lebih baik, secara ringkas perlu ditegaskan
hal-hal berikut :
a) Administrasi pendidikan menengah merupakan bentuk kerja sama personal pendidikan
menengah untuk mencapai tujuan pendidikan menengah.
b) Administrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus)
penyelenggaraan pendidikan menengah, dimulai dari perencanaan, diikuti oleh
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah
untuk mencapai tujuannya.
c) Administrasi pendidikan menengah merupakan usaha untuk memalukan manajemen
system pendidikan menengah
d) Administrasi pendidikan menengah merupakan kegiatan memimpin, mwngambil
keputusan, seerta komunikasi dalam organisasi sekolah sebagai usaha sekolah untuk
mencapai tujuannya.
Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal penting yang menjadi ciri organisasi sekolah,
termasuk pendidikan menengah :
a. Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsur sekolah. Interaksi itu sendiri
meliputi : interaksi yang ada di sekolah itu sendiri, interaksi antara sekolah dengan lembaga
pendidikan lainnya, interaksi antara sekolah dengan lembaga nonkependidikan dan interaksi
antara sekolah dengan masyarakat.
b. Adanya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak. Untuk mudahnya
kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu pengajaran dan pengelolaan. Jika dimensi
itu digabungkan kita dapat membedakan kegiatan itu menjadi empat kategori pokok dan satu
kategori pendukung yang merupakan titik temu dari keempat kategori pokok tadi, yaitu:
1) Yang berhubungan langsung dengan pengajaran sekaligus langsung dengan pengolahan,
meliputi : kurikulum, supervisi.
2) Yang berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi tidak langsung dengan pengajaran
meliputi : kemuridan, keuangan, prasarana dan sarana, kepegawaian dan layanan khusus.
3) Yang tidak berhubungan langsung baik dengan pengajaran maupun dengan pengelolaan :
hubungan sekolah-masyarakat (Husemas) dan BP3.
4) Yang tidak berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi langsung dengan pengajaran.
5) Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketatausahaan yang diperlukan oleh semua
kegiatan butir 1- 4.
BAB III
SUPERVISI PENDIDIKAN
B. Pelaksanaan Supervisi
Supervisor mempunyai wewenang tertentu sesuai dengan tugas yang dilaksanakan.
Wewenang yang dimaksud adalah melaksakan koreksi memperbaiki, dan membina proses
belajar mengajar bersama guru, sehingga proses itu mencapai hasil maksimal.
Pelaksanaan supervise pendidikan dengan menggunakan teknik-teknik di atas, perlu
mempertimbangkan hal-hal praktis yang ada hubungannya dengan pelaksanaan program
supervise pendidikan di sekolah secara menyeluruh, hal-hal yang menyangkut adalah sebagai
berikut:
1. Lingkungan kegiatan (teknik edukatif dan administrasi)
Supervise merupakan bantuan yang diberikan kepada deluruh sekolah untuk meningkatkan
kemampuan dalam menjalankan tugas dan bertujuan untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Bantuan tersebut
dapat diterapkan dalam bidang edukatif dan administrative.
2. Asas pelaksanaan
Pelaksanaan supervise dalam bidang teknis edukatif maupun teknis administrative hendaknya
memperhatikan asas-asa berikut:
a. Terencana
b. Demokratis
c. Kooperatif
d. Konstruktif
e. Terpadu
3. Pelaksanaan Supervisi
Berdasarkan maslah yang dihadapi, pelaksanaan supervise dapat dibedakan dala dua macam,
yakni:
a. Supervise biasa, yang dilaksanakan secara continue berdasarkan program supervise
tahunan atau semester.
b. Supervise darurat, yang dilaksanakan jika ada suatu kasus yang timbul di sekolah dan
menghendaki penyelenggaraan segera.
Sedangkan berdasarkan pelaksanaannya, supervise dapat dibedakan dalam dua bentuk, yakni:
a. Supervise intern, yang dilakukan oleh tugas pembinaan dalam unit organisasi sendiri oleh
pimpinan di suatu organisasi.
b. Supervise ekstern, yang dilaksanakan oleh petugas dari Kantor Wilayah atau Departemen
yang diberi wewenang untuk melakukan pembinaan terhadap sekolah.
4. Proses kegiatan supervise (pelaporan dan monitoring)
Secara sistematis, kegiatan-kegiatan supervise dapat dilaksanakan melalui tahapan:
a. Penyusunan Program,
b. Pelaksanaan Supervisi, dan
c. Tindak Lanjut.
Hal demikian tak luput dengan adanya:
a) Pelaporan b) Monitoring
C. Teknik Supervisi
Mempelajari berbagai pendekatan dalam supervisi memungkinkan guru untuk mempunyai
wawasan yang kebih luas tentang kegiatan supervisi. Pendekatan itu antara lain adalah (1)
pendekatan humanistik, (2)pendekatan kompetensi, (3) pendekatan klinis, dan (4) pendekatan
profesional.
1. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik tidak mempunyai format yang sandar tetapi tergantung kepada
kebutuhan guru.
2. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk
melaksakan tugasnya.
Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi, bahwa tujuan supervisi adalah membentuk
kompetensi minimal yang harus dikuasai guru.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan kriteria untuk kerja yang dikehendaki.
2) Menetapkan target untuk kerja.
3) Menentukan aktivitas untuk kerja.
4) Memonitor kegiatan untuk mengetahui bentuk kerja.
5) Melakukan penelitian terhadap hasil monitoring.
6) Pembicaraan akhir.
3. Pendekatan Klinis
a. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang
membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Goldhammer Anderson
dan Krajewski (1980) mengemukakan sembilan karakteristik supervisi klinis, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran.
b) Merupakan intervensi secara sengaja dalam proses pengajaran.
c) Berorientasi kepada tujuan, mengombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan
kebutuhan pribadi.
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.
e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan, dan
komitmen untuk berkembang.
f) Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan perubahan metodologi
yang terus-menerus.
g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan
real dan ideal.
h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru.
i) Memerlukan latihan untuk supervisor.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru.
Untuk itu supervisor dharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru yang
meliputi antara lain: a) keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses
pengajaran secara analitis, b) Keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional
berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat, c) keterampilan dalam pembaruan
kurikulum, pelaksanaan, serta pencobaannya, dan d) keterampilan dalam mengajar.
Sasaran supervisi klinis sering dipusatkan pada: (a) kesadaran dan kepercayaan diri dalam
melaksanakan tugas mengajar (b) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam
mengajar (generic skills), yang meliputi: (a) keterampilan dalam menggunakan variasi dalam
mengajar dan menggunakan stimulasi, (b) keterampilan melibatkan siswa dalam proses
belajar, serta (c) keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat 5 langkah dalam melaksakan supervisi klinis, yaitu: (a) pembicaraan pra-observasi,
(b) melaksanakan observasi, (c) melakukan analisis dan menentukan strategi, (d) melakukan
pembicaraan tentang hasil supervisi serta (e) melakukan analisis setelah pembicaraan.
4. Pendekatan Profesional
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi itu adalah mengajar
maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas
mengajar itu, dan bukan tugas guru yang sifatnya administratif.
Melalui penggugusan, KKG dan PKG maka langkah-langkah kegiatan pembinaan sebagai
berikut:
1) Tahap Prapertemuan.
2) Tahap Pengajuan Masalah.
3) Tahap Pembahasan.
4) Tahap Implementasi.
5) Tahap Pengumpulan Balikan.
2. Teknik Kelompok
Teknik kelompok adalah teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam suatu kelompok. Beberapa orang yang diduga memiliki masalah
dikelompokkan secara bersama kemudian diberi pelayanan supervise sesuai dengan
permaslahan yang mereka hadapi. Banyak bentuk-bentuk dalam teknik yang bersifat
kelompok ini, namun di antaranya yang lebih umum adalah sebagai berikut:
- Pertemuan Orientasi bagi Guru Baru - Demonstrasi Mengajar
- Rapat Guru - Perpustakaan Jabatan
- Kepanitiaan - Bulletin Supervisi
- Diskusi - Membaca Langsung
- Seminar - Mengikuti Kursus
- Tukar Menukar Pengalaman - Laboratorium Kurikulum
- Lokakarya (Workshop) - Organisasi Jabatan
- Diskusi Panel - Simposium
- Perjalanan Sekolah untuk staff
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Administrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian
administrasi pendidikan dapat dirumuskan dari berbagai sudut pandang, seperti kerjasama,
proses kerjasama, sistem dan mekanismenya manajemen, kepemimpinan proses pengambilan
keputusan, komunikasi dan ketatausahaan. Lingkup pembicaraan tentang administrasi
pendidikan itu juga tergantung pada level tujuan pendidikan yang ingin dicapai, yaitu pada
tingkat kelas dampai pada tingkat sistem pendidikan nasional. Makin luas cakupannya makin
banyak yang terlibat dan makin komplek permasalahannya.
Supervisi pendidikan adalah Suatu aktivitas pembinaan terencana yang berorientasi kepada
Guru dan Pegawai sekolah Secara efektif . Pada hakekatnya tujuan supervise adalah
memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar. Fungsi supervise dapat
disimpulkan sebagi alat untuk menungkatkan kulaitas dan kuantitas kepada semua pihak yang
berhubungan dengannya dan melestarikannya
B. SARAN
Adapun saran yang akan kami tulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam makalah ini, yakni
bahwa sudah jelas administrasi pendidikan sangatlah penting dan menunjang sekali terutama
bagi para pengajar yaitu guru, dan kita sebagai mahasiswa yang identiknya menjurus pada
keguruan, harus benar-benar memahami bagaimana administrasi pendidikan tersebut.
Agar nantinya terlahir guru-guru yang profesional atau seorang pemimpin yang benar-benar
pemimpin sejati. Dan Supervisi memiliki tujuan yang sangat penting untuk dicapai, oleh
karena itu supervisi tentunya memiliki manfaat yang sangat penting. Diantara manfaat
supervisi adalah Mengkoordinasi semua usaha sekolah, Memperlengkapi kepemimpinan
sekolah, Memperluas pengalaman guru, Menstimukasi usaha-usaha sekolah yang kreatif,
Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus dan masih banyak lagi manfaat atau
fungsi supervisi pendidikan tersebut. Selain memiliki tujuan dan fungsi, supervisi juga
memiliki prinsip dasar dalam proses pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
Jakarta : Ditjen Dikti.
Culbertson, J.. 1982. Educational Administration and Planning at a Crossroads in Knowledge
Development. Nigeria: University of Ibadan. 1982.
Departemen Dalam Negeri, Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, dan Dep. Keuangan. 1983.
Petunjuk Administrasi Program Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1990. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
_______. 1990. Undang – undang Republik Indonesia No 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta : Ditjen Dikti.
Harris, Ben M.. 1975. Supervisory Behavior in Education. New Jersey: Prentice Hall.
Milstein, M.M. and Belasco, J.A. (Ed). 1973. Educational Administration and Behavioral
Sciences; A system Perspective. Boston; Allyn and Bacon, Inc.
Sondang P. Siagian. 1985. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.
Bolla, John I.. 1984. Supervisi Klinis. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud RI. 1976. Kurikulum Sekolah 1975, Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Buku
III D, Pedoman Administrasi dan Supervisi. Jakarta: Balai Pustaka.
_______. 1984. Pedoman Pembinaan Guru Mata Pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa. Jakarta: Balitbang Dikbud.
Goldhammer, Robert; Anderson, Roberth H.; Krajewski Robert J.. 1980. Clinical
Supervision: Special Methods for the Supervision of Teachers. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Harris, Ben M.. 1975. Supervisory Behavior in Education. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN). 1992. “Hasil Sarasehan
Nasional di Lembang, tanggal 22 s.d. 25 November 1992”. Bandung.
Sutjipto, dkk. 1988 Supervisi, Materi Pemantapan Kerja Pengawas, Kepala SMTP/SMTA,
Pengawas TK/Sekolah dan Tenaga Potensial Lainnya. Padang: Kanwil Depdikbud Sumatra
Barat.
Udai Pareek. 1981. Beyond Management. New Delhi: Mohan Primlani, Oxford & IBH
Publishing Co.
Departemen P dan K, Kurikulum, Usaha-Usaha Perbaikan dalam Bidang Pendidikan dan
Administrasi Pendidikan, Proyek Penyediaan Buku-Buku Pelajaran Sekolah Guru Tahun III,
Pelita 1971 / 1972.
Good Carter, V., 1959, Dictionary of Education, Second Edition.
Robert E. Wilson, 1966, Educational Administration, Charles E., Merril Books, Inc,
Colombus, Ohio.
Burhanudin, Yusak, Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Daryanto, Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Daryanto, Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, 1997.
Ngalim purwanto, M, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta, 2005.
Siagian Sondang, P, Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.
Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional. Bandung:
Angkasa, 1993.
Supandi, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Universitas Terbuka dan Dirjen Pembinaan
dan Kelembagaan Agama Islam. Jakarta. 1990.
Ametembun, Supervisi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung, 1975.
Gunawan, Ary H. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro). Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1996.
Burhanuddin, Analisi Administrasi Manajmen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 1994.
Drs. Hendiyat Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara,
1988.
Prof. Drs. Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta, 2000.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998.
http://zona-prasko.blogspot.com/2012/09/pengertian-administrasi-pendidikan.html
http://gudangmaterikuliah.blogspot.com/2012/02/fungsi-fungsi-administrasi-pendidikan.htm