Anda di halaman 1dari 126

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi dalam bidang pertanian semakin pesat, baik teknologi

produksi maupun teknologi sosial ekonomi. Teknologi dan informasi yang berkaitan

dengan hal-hal tersebut perlu disalurkan dengan cepat  dari sumber pesan kepada

sasaran, yakni petani dan keluarganya serta masyarakat pertanian lainnya. Oleh

karena itu peranan media penyuluhan pertanian semakin penting.

Disamping itu kegiatan penyuluhan pertanian berhadapan dengan keterbatasan

antara lain keterbatasan jumlah penyuluh, keterbatasan dipihak sasaran, misalnya

tingkat pendidikan formal petani yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan

waktu belajar bagi petani. Untuk itu perlu diimbangi dengan pemilihan metode,

meningkatkan peranan dan penggunaan media penyuluhan pertanian.

Hasil observasi, wawancara dan Fokus Grup Discusion (Salah satu kenik

dalam PRA) awal yang dilakukan kepada beberapa orang petani di Desa Kempas

Jaya, dalam kegiatan penyuluhan masih cenderung menerapkan cara konvensional.

Metode ceramah ini masih menjadi satu-satunya metode yang sering digunakan untuk

menyampaikan pesan kepada peserta penyuluhan. Metode penyuluhan konvensional

membawa dampak dan kendala bagi penyuluh. Salah satu yang sering terjadi adalah

noise, karena petani merasa jenuh dan kurang tertarik. Selain itu ada kendala lain

seperti keterbatasan fisik dan tingkat interpretasi petani terhadap pesan yang

disampaikan penyuluh yang tidak sama satu dengan yang lainnya.

1
Berdasarkan hal-hal diatas, maka seorang penyuluh memerlukan kehadiran

media untuk mengatasi berbagai hambatan yang dijumpai pada saat penyuluhan.

Salah satu media berkembang yang ditawarkan adalam multimedia. Alasan penerapan

dan penggunaan multimedia ini untuk meminimalisasikan noise, karena multimedia

mampu menarik perhatian petani sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima

dengan baik. Dengan demikian multimedia hadir sebagai upaya memenuhi kebutuhan

belajar mandiri bagi petani.

Peranan media penyuluhan pertanian adalah sebagai saluran komunikasi

dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Menyalurkan pesan/informasi dari penyuluh

kepada sasaran yakni petani dan keluarganya sehingga sasaran dapat menerapkan

pesan dengan kebutuhannya. Penggunaan media penyuluhan pertanian akan

membantu memperjelas informasi yang disampaikan kepada penggunanya, karena

dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan

indera manusia.

Indonesia sebagai negara agraris memerlukan teknologi informasi yang maju

antara lain, penyuluhan menggunakan multimedia sebagai bekal dalam pengetahuan

masyarakat luas. Penyuluhan menggunakan multimedia diharapkan dapat

memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat petani. Untuk itu perlu dilakukan

dengan cara memberikan pengenalan dan pemahaman sehingga petani memiliki

keterampilan dalam mengaplikasikan informasi yang diberikan oleh penyuluh.

Pertanian organik merupakan budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-

bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian

organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang

2
aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.

Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan

jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety

attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan

(eco-lebelling attributes) (Litbang, 2002).

Menurut Natawigena (2000), dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan

kualitas produk eksport, khususnya kekuatan di Eropa dan Amerika Serikat yang

telah mensyaratkan peraturan bebas residu pestisida, maka aplikasi pestisida alami

pada tanaman hias dan holtikultura, perlu memperoleh perhatian untuk

dikembangkan, karena relatif tidak mencemari lingkungan, efek residunya relatif

pendek dan kemungkinan hama tidak mudah berkembang menjadi kebal terhadap

pestisida alami. Dilain pihak, kebijaksanaan Pemerintah yang memperhatikan

kelestarian lingkungan secara global dan keprihatinan kita tentang akibat samping

yang tidak diinginkan dari penggunaan pestisida anorganik sintetik, mendorong minat

untuk mengembangkan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat

diterima sebagai salah satu komponen penting dalam PHT (Pengendalian Hama

Secara Terpadu).

Pestisida alami atau biopestisida merupakan salah satu inovasi yang

mendukung pengembangan pertanian organik. Biopestisida dapat dibedakan menjadi

pestisida nabati dan pestisida hayati. Biopestisida adalah pestisida yang bahan

dasarnya berasal dari bahan alami yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan

pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida

ini bersifat mudah terurai (bio-degradble) di alam sehingga tidak mencemari

3
lingkungan, mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari

ketergantungan pada pestisida kimia. Selain itu, penggunaan biopestisida dapat

menjamin keamanan ekosistem sehingga dapat mendukung pertanian berkelanjutan.

Suatu usaha yang harus diupayakan secara maksimal untuk memperkenalkan

petani pada informasi tentang pembuatan pestisida alami dari daun pepaya agar patani

yang selama ini menggunakan pestisida kimia dalam kegiatan pertanian dapat

berubah menjadi pertanian organik yang lebih sehat. Selain itu biopestisida dapat

dijadikan pemecahan masalah terhadap serangan hama yang menyerang tanaman di

Desa Kempas Jaya. Hama yang menyerang yaitu hama belalang dan kutu daun.

Penyuluhan yang banyak menawarkan manfaat salah satunya penyuluhan

menggunakan multimedia, dapat menampilakan teks, gafik, suara, animasi, dan

gambar bergerak. Kemampuan multimedia dalam penyuluhan yang disebut dengan

penyuluhan multimedia.

Ada beberapa pertimbangan mengapa multimedia digunakan dalam

penyuluhan, yaitu dapat menampung data penting secara efisien dalam berbagai

bentuk, dapat digunakan sebagai sumber belajar dimana petani dapat menggunakan

untuk keperluan khusus. Program multimedia juga mampu menyediakan beragam

pengalaman pada peserta penyuluhan misalnya demonstrasi pembuatan pestisida

alami, dimana peserta dapat melihat langsung proses pembuatan biopestisida tersebut.

Selain itu program multimedia seperti DVD dapat diputar berulang kali oleh petani

sebagai bahan pembelajaran mandiri (Rao, 2001).

Efektivitas Multimedia termasuk video idealnya memenuhi beberapa kriteria,

seperti konsep dan gagasan disajikan satu persatu, perangkat yang dipilih berkualitas

4
teknis dan estesis. Penggunaan suara asli untuk memberikan bayangan realisme, tidak

banyak narasi serta gambar yang dapat berbicara sendiri dan penggunaan lebih dari

satu suara dalam narasi yang membuat penyajian dapat lebih dinamis.

Penyuluhan ini dilakukan dengan memanfaatkan multimedia untuk

meningkatkan pengetahuan petani dalam pembuatan biopestisida. Pemilihan

biopestisida sebagai objek penyuluhan dilandaskan kepada faktor ekonomi, ramah

lingkungan, bahannya mudah didapat, tidak tergantung supplier, mudah terurai di

alam, relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang, dan

mudah dibuat. Pestisida alami mampu membasmi dan mengendalikan hama seperti,

ulat bulu, rayap, dan serangga kecil lainnya. Selain itu pestisida alami merupakan

pemecahan jangka pendek bagi petani dalam upaya pengendalian hama yang ramah

lingkungan.

Dalam proses penyampaian, secara garis besar ada dua aspek utama yang

mempengaruhi efektivitas penyuluhan itu sendiri yaitu aspek visualisasi dan aspek

narasi. Aspek visualisasi sangat besar perannya dalam mengefektifkan penyuluhan.

Suatu narasi yang panjang lebar dapat diefektifkan dengan visualisasi berupa

diagram, foto, gambar, atau fisualisasi bergerak seperti animasi, film dan video.

Secara umum, aspek visualisasi dapat dipilah menjadi empat bagian, yaitu visualisasi

diam (foto, diagram, gambar) dan visualisasi bergerak (animasi, film video).

Sedangkan aspek narasi dapat dipilah menjadi: aspek narasi lisan (audio) dan narasi

tulisan (teks) (Gambar 1).

Gerak
Visualisasi
Foto (Diam)

5
Komunikasi
Lisan (Audio)
Tutur
Tulisan

Gambar 1. Aspek Visualisasi Dalam Penyuluhan

1.2 Perumusan Masalah

Biopestisida merupakan inovasi yang penting untuk mendukung

pengembangan pertanian organik, namun tidak serta merta inovasi tersebut diterima

oleh petani. Tidak semua petani yang memperoleh pesan biopestisida tersebut

memutuskan untuk menerima atau menggunakan inovasi tersebut. Miller (2004)

dalam Samsudin (2008) menyebutkan bahwa dari seluruh pestisida yang diproduksi

diseluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang.

Menurut Kardinan (2000), kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sampai

saat ini petani belum dapat melepaskan diri dari penggunaan pestisida kimia dalam

kegiatan usahataninya. Hal tersebut tentunya juga berkaitan dengan faktor-faktor

kurangnya pengenalan terhadap biopestisida pada petani Desa Kempas Jaya di

Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir.

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kombinasi dari aspek

visualisasi dan narasi terhadap video pembuatan biopestisida alami. Untuk itu penulis

mencoba mengembangkan empat jenis multimedia yang merupakan kombinasi dari

aspek visualisasi dan aspek narasi tersebut. Keempat kombinasi tersebut

dikembangkan dalam bentuk empat CD multimedia yang berdurasi 10 menit, yang

terdiri dari, CD multimedia penyuluhan pembuatan biopestisida dengan metode

6
penyuluhan gerak-suara (GS). CD multimedia penyuluhan pembuatan biopestisida

dengan metode penyuluhan gerak-suara-teks (GST). CD multimedia penyuluhan

pembuatan biopestisida dengan metode penyuluhan foto-suara (FS). CD multimedia

penyuluhan pembuatan biopestisida dengan metode penyuluhan foto-suara-teks

(FST).

Beberapa faktor permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apasajakah masalah yang dihadapi petani (Wawancara dan FGD) ?

2. Bagaimanakah petani mengatasi permasalahan yang ada ?

3. Apakah kegiata petani sudah terencana dalam melakukan penyuluhan ?

4. Apaka petani sudah mendapatakan penyuluhan secara maksimal dari lembaga

terkait ?

5. Bagaimana peningkatan skor responden setelah melihat multimedia penyuluhan

pembuatan pestisida alami daun pepaya ?

6. Bagaimana pengaruh penggunaan multimedia penyuluhan terhadap hasil skor

peningkatan pengetahuan?

Berdasarkan latar belakang di atas dan permasalahan yang ada, maka penulis

tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Efektivitas

Penggunaan Media Penyuluhan Dalam Memberikan Solusi Permasalahan

Petani Dengan Metode Penyuluhan di Desa Kempas Jaya Kecamatan Kempas

Kabupaten Indragiri Hilir ”.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :

7
1. Mengetahui permasalahan yang dihadapi petani

2. Memberikan solusi dari masalah petani dalam hal pembuatan alat peraga

penyuluhan pertanian

3. Membantu menjelaskan dalam pembuatan rencana penyuluhan pertanian?

4. Dapat memberikan pengetahuan kepada petani dengan memberikan penyuluhan

pertanian ?

5. Mengetahui dampak sebelum dan sesudah adanya penyuluhan yang dilakukan

Sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa

besar efektif penggalaian data menggunakan metode wawancara, FGD dan seberapa

efektivitas penyuluhan pertanian dengan menggunakan multimedia.

8
II. TINJAUAN TEORI

II.1. Penyuluhan Pertanian

II.1.1. Falsafah Penyuluhan Pertanian

Menurut Depatemen Pertanian (2006), penyuluhan pertanian adalah suatu

pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral

tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek

kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada pengembangan

individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  Oleh karena itu “Penyuluhan

Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat  agar mereka dapat membantu

dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.

Dalam pengertian membantu masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri

tersebut terdapat terdapat beberapa kokok pikiran tentang pelaksanaan penyuluhan

pertanian.  Penyuluhan pertanian harus mengacu pada kebutuhan sasaran/petani yang

akan dibantu, dan bukan sasaran yang harus mengikuti keinginan penyuluh pertanian;

penyuluhan pertanian harus mengarah pada terciptanya kemandirian petani, tidak

menciptakan ketergantungan petani terahadap penyuluh; penyuluh pertanian harus

mengacu kepada perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak

mengutamakan taget-terget fisik  yang tidak banyak manfaatnya bagi bagi perbaikan

kualitas hidup sasaran.  Dari pandangan tersebut terkandung pengertian bahwa

penyuluhan pertanian harus bekerja dengan masyarakat dan bukan bekerja untuk

masyarakat.  Penyuluhan Pertanian tidak menciptakan ketergantungan tetapi harus

mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakatat

9
agar semakin memiliki kemampuan untuk berswadaya, swakarsa, swadana dan

swakelola bagi penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pertanian guna mencapai tujuan,

harapan dan keinginan-keinginan sasaran.  Penyuluhan Pertanian yang dilaksanakan

harus selalu mengacu pada terwujudnya perbaikan kesejahteraan ekonomi

masyarakat  dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.

Penyuluhan adalan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah

pengetahuan sikap dan keterampilan masyarakat tani. Sasaran penyuluhan pertanian

adalah segenap warga masyarakat (pria, wanita, termasuk anak-anak).  Penyuluhan

pertanian juga mengajar masyarakat tentang apa yang diinginkannya dan bagaimana

cara mencapai keinginan-keinginan itu. Metode yang diterapkan dalam penyuluhan

pertanian adalah belajar sambil bekerja dan mengajarkan pada petani untuk percaya

pada apa yang dilihatnya. Sedangkan pola komunikasi yang dikembangkan adalah

komunikasi dua arah, saling menghormat dan saling mempercayai dalam bentuk

kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarkat (Perdana, 2009). Penyuluh

pertanian harus mampu menumbuhkan cita-cita yang dilandasi untuk selalu berfikir

kreaif dan dinamis yang mengacu pada kegiatan-kegiatan yang ada dan dapat ditemui

di lapangan  atau harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.

II.1.2. Prinsip – prinsip penyuluhan pertanian

Menurut Valera (1987) dalam Perdana (2009) menjelaskan bahwa prinsip

penyuluhan pertanian adalah bekerja bersama sasaran (klien) bukan bekerja untuk

sasaran. Sasaran penyuluh adalah kelompok – kelompok masyarakat yang berbeda

dan dimulai dari apa yang diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan

pekerjaan harus berkoordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya. Selanjutnya,

10
informasi yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus ikut dalam semua

aspek kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut. Prinsip-prinsip penyuluhan

lainnya, mangacu pada minat dan kebutuhan masyarakat, organisasi masyarakat

bawah, keragaman dan perubahan budaya, kerjasama dan partisipatif masyarakat,

demokrasi dalam penerapan ilmu, belajar sambil bekerja, menggunakan metode yang

sesuai, pengembangan kepemimpinan, spesialisasi yang terlatih, memperhatikan

keluarga sebagai unit sosial dan dapat mewujudkan kepuasan.

Berdasarkan pedoman penyelenggaraan pertanian spesifik lokal (2001),

terdapat beberapa prinsip-prinsip dalam penyuluhan partisipatif antara lain yaitu:

menolong diri sendiri, partisipasi, kemitrasejajaran/egaliter, demokrasi, keterbukaan,

desentralisasi, kemandirian/keswadayaan, akuntabilitas, menemukan sendiri dan

spesifik lokasi, membangun pengetahuan dan adanya kerjasama dan koordinasi

terhadap pihak-pihak terkait.

Penyuluhan pertanian akan efektif apabila mengacu pada minat dan kebutuhan

masyarakat. Harus dikaji secara mendalam apa yang harus menjadi minat dan

kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap individu maupun segenap masyarakat.

Penyuluh pertanian harus mengetahui kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi dengan

ketersediaan sumber daya yang ada. Dengan demikian akan dapat diprioritaskan

minat serta kebutuhan yang diutamakan dalam kegiatan penyuluhan.

Layanan sistem penyuluhan didasarkanpemikiran bahwa individu petani

memiliki keterbatasan dalam mengakses teknologi dan dalam mangadopsinya untuk

meningkatkan manajemen usaha taninya serta memperbaiki kehidupan ekonominya

(Subejo, 2008).

11
II.1.3. Program dan Materi Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian pada dasarnya sebagai aparat atau agen yang

membangun pertanian, pendidik/penasehat yang mengabdi untuk kepentingan para

petani, nelayan beserta keluarganyadengan memberikan motivasi, bimbingan dan

mendorong para petani nelayan mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam

berusaha tani yang lebih menguntungkan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan

sejahtera, untuk itu seorang penyuluh pertanian dituntut untuk dapat mengembangkan

program dan materinya dalam melaksanakan penyuluhan agar kinerja penyuluh dapat

lebih maksimal (Perdana, 2009).

Pelaksaan penyuluh pertanian dilakukan harus sesuai dengan program

penyuluhan pertanian. Program penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk

memberikan arahan, pedoman dan sebagai alat pencapaian tujuan penyelenggaraan

penyuluh pertanian, Program penyuluhan pertanian terdiri dari program penyuluh

pertanian desa, program penyuluh pertanian kecamatan, program penyuluh pertanian

kabupaten/ kota, program penyuluh pertanian propinsi dan program penyuluh

pertanian nasional. (Undang-undang No 16 tahun 2006).

Secara umum pada pasal 22 ayat 1 dan 2 Undang-undang No 16 tahun 2006

tentang SP3K menyatakan: ayat 1. Program penyuluhan pertanian disusun setiap

tahun memuat rencana penyuluhan pertanian yang mencakup pengorganisasian

dan pengelolaan sumberdaya untuk memfasilitasi kegiatan penyuluhan

pertanian. Ayat 2. Program penyuluhan pertanian sebagaimana dimaksud ayat

1 harus terukur, realistis, demokrasi dan bertanggung jawab. Dalam

pelaksanaannya penyuluh pertanian dilakukan dengan menggunakan pendekatan

12
partisipatif dan melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi petani dan pelaku usaha pertanian.

Dalam melaksanakan profesi penyuluh pertanian, para penyuluh dapat

memberikan suatu materi yang dapat mendorong peningkatan produktifitas dan

efesiensi para petani, penciptaan teknologi dan pengembangan infrastruktur (fisik dan

kelembagaan), untuk itu perlu adanya partisipasi petani dan semua pihak untuk

meningkatkan produktifitas. Penyuluh lapangan sebagai ujung tombak pemberdayaan

memegang posisi kunci dalam menghimpun, menyaring, merangkum dan

menganalisis situasi sosial teknis petani setempat. Pada saat yang sama lembaga-

lembaga sektor merancang model dan kegiatan pemberdayaan dengan input dari

seluruh stakeholder. Fase ini juga memberikan kesempatan untuk menggali lebih

dalam peluang pemanfaatan entry-point dalam memperlancar proses pemberdayaan

(Suradisastra, 2008).

Syahyuti (2006), mengemukakan partisipasi diperlukan untuk menjamin

keberlanjutan pembangunan, karena pembangunan berkelanjutan sangat tergantung

pada proses sosial. Mengacu pada tiga aspek masyarakat yaitu sosial, ekonomi dan

lingkungan harus diintegrasikan dimana individu dan lembaga saling berperan agar

terjadi suatu perubahan, partisipasi telah diterima sebagai alat yang esensial.

Partisipasi juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan dalam sesuatu yang ditawarkan,

dalam hal ini tindakan petani untuk berpartisipasi yang tidak lepas dari kemampuan

diri serta perhitungan untung rugi dalam keadaan sewajarnya, petani tidak akan

melakukan hal-hal di luar kemampuannya atau yang merugikan dirinya, kemampuan

petani berkaitan dengan situasi lingkungan serta keadaan yang melekat pada dirinya

13
(Warsito dalam Syahyuti, 2006). Oleh karena itu kemampuan dan kemauan petani

mengadopsi tekhnologi budi daya anjuran merupakan syarat mutlak tercapainya

upaya pembangunan pertanian di suatu daerah.

Beberapa komponen pokok yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan

pembangunan pertanian adalah pemerintah, organisasi non pemerintah, sektor swasta

dan petani. Pemerintah berperan sebagai perencana sekaligus pelaksana. Peran

organisasi non pemerintah (LSM) tidak kalah pentingnya dalam konteks

mikrospesifik lokasi. Peran swasta sangat strategis terutama dalam penyediaan

barang, jasa, modal dan pemasaran. Peran petani adalah sebagai pelaku utama dan

sekaligus sebagai penerima manfaat (Supandi, 2008).

II.1.4. Tantangan, Peluang, Masalah dan Kendala

Menurut Direktorat mutu dan standardisasi Dirjen pengolahan dan pemasaran

hasil pertanian, untuk mencapai tujuan akan dihadapkan pada tantangan, peluang,

masalah dan kendala dalam pelaksanaan Penyuluhan Pertanian (Perdana, 2009).

II.1.4.1. Tantangan

Tantangan dalam pelaksanaan penyuluh pertanian harus dijadikan motivasi

dalam peningkatan kemampuan penyuluh. Merupakan kemampuan yang perlu

dimiliki dan situasi kondisi kondusif yang perlu diciptakan bagi kelancaran proses

pelaksanaan dan keberhasilan pencapaian tujuan. Kemampuan dan situasi kondisi

tersebut berupa sumber daya riil yang tadinya masih berupa sumber daya potensial,

serta situasi kondisi eksternal dan internal organisasi berupa sumber daya manusia,

sumberdaya alam dan sumber daya buatan yang terdiri dari sumberdaya alat, bahan,

dana, teknologi, manjemen dan informasi, termasuk potensi pasar lokal, inter-insuler,

14
regional dan internasional. Tantangan ini harus dihadapi dan diwujudkan secara

konsepsional, berencana dan terarah dengan penuh kecermatan, perhitungan dan

kehati-hatian karena variabel yang berpengaruh terhadapnya peka terhadap perubahan

situasi kondisi, kebijaksanaan pemerintah dan ipoleksosbud yang terus bergerak

secara dinamis.

II.1.4.2. Peluang

Peluang merupakan faktor eksternal pendukung kemampuan internal berupa

sumber daya riil dan potensial yang dimiliki unit kerja yang harus dimobilisasi dan

dimanfaatkan secara optimal untuk memecahkan masalah, menyesuaikan diri dengan

kendala dan mengatasi tantangan. Faktor eksternal pendukung berupa sumber daya

alam, potensi dan jaringan pemasaran dalam dan luar negeri, kebijaksanaan

pemerintah, situasi dan perkembangan ipoleksosbud, serta sumber daya yang berada

dalam kewenangan pihak terkait yaitu pelaku usaha, koperasi, asosiasi, perbankan,

instansi pemerintah, lembaga ekonomi dan sosial, swasta dan BUMN.

II.1.4.3. Masalah

Masalah adalah penyebab keadaan yang tidak memuaskan atau keadaan yang

memerlukan atau keadaan yang memerlukan perbaikan, yang menimbulkan

rangsangan untuk kita berpikir dan berbuat untuk mengatasi atau menghilangkannya.

Masalah ini harus dihadapi dan dipecahkan untuk menjamin dan memperlancar

tercapainya tujuan. Masalah ini akan terus berputar tanpa henti, bahkan terus

meningkat secara dinamis, baik jenis, volume dan kompleksitasnya, sejalan dan

berkorelasi positif dengan tingkat kemajuan pencapaian tujuan. Setiap phase

penyelesaian suatu kegiatan atau pencapaian tujuan pada tingkatan tertentu akan

15
menimbulkan keadaan baru dalam upaya memutar roda pembangunanyang akan terus

bergulir tanpa titik akhir. Masalah berada dalam batas kewenangan dan kemampuan

organisasi atau unit kerja untuk mengatasinya dengan jalan mengarahkan dan

memanfaatkan secara optimal dan terintegrasi segala sumber daya yang dimiliki dan

dapat dikuasai.

II.1.4.4. Kendala

Kendala adalah hambatan konstrait yang terdiri dari situasi kondisi nyata yang

bersifat alami atau artifical yang tidak dapat dielakkan tetapi perlu untuk

dimanfaatkan dengan jalan menyesuaikan diri bagi kendala yang bersifat alami dan

dengan KIS (Koordinasi, informasi dan sinkronisasi) bagi kendala yang bersifat

buatan dan pengaturan manusia. Kendala yang berada diluar batas kewenangan dan

unit kerja kita untuk mengatasinya sehingga mutlak perlu bekerjasama dengan pihak

yang memiliki kewenangan dan kemampuan yang berkaitan dengan kendala yang

kita hadapi, dalam suasana koordinasi yang baik dan kerjasama yang saling

menguntungkan.

II.2.Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar orang

dewasa (andragogy). Penyuluh yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik,

pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang

biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Mardikanto

(1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat

dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan.

16
Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta

prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan

tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam

mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan

terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus

yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan

yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui

penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai.

Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi

menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan

massal.

II.2.1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan         

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak

langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal

approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam

penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan

bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang

ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk

mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu

akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang

berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan

masyarakat setempat.

17
Metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan

intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya,

maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang

membutuhkan waktu yang relatif cepat. Termasuk dalam metode pendekatan

perorangan atau personal approach, antara lain: kunjungan rumah, kunjungan ke

lokasi atau lahan usaha tani, surat menyurat, hubungan telepon, kontak informal,

magang, dan lain sebagainya.

II.2.2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran

penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach

menurut Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak

dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang

lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat

yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar

pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang

bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna

tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik,

dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun

pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Termasuk metode

pendekatan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut: diskusi, demonstrasi cara,

demonstrasi hasil, karyawisata, kursus tani, temu karya, temu lapang, temu usaha,

mimbar sarasehan, perlombaan, dan lain sebagainya.

II.2.3. Metode berdasarkan pendekatan massal

18
Metode pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya,

metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang

dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik namun terbatas hanya dapat

menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena

pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan

media massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi. Termasuk dalam

metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye,

pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar, dan lain

sebagainya.

Beragamnya metode penyuluhan bukan berarti kita harus memilih yang paling

baik dari sekian metode yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan. Berikut ini beberapa

keuntungan dan kerugian dari ketiga metode tersebut (Setiana, 2005), yakni:

Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Metode Penyuluhan


No Metode Keuntungan Kerugian
1 Penyuluhan - Waktu lebih efisien - Komunikasi
perorangan - Adanya persiapan tersamar      
yang mantap - Sifatnya lebih formal
- Pengaruhnya relatif
sukar
- Relatif lebih mudah
diukur
mengorganisasikan

2 Penyuluhan - Relatif lebih efisien, - Masalah


kelompok pertanian pengorganisasian
berkelompok - Pendekatan aktifitas
- Komunikator tidak pembentukan
tersamar kelompok bersama
- Kesulitan dalam
pengorganisasian

19
aktivitas diskusi
- Memerlukan
pembinaan calon
pimpinan kelompok
yang cakap dan
dinamis

3 Penyuluhan missal - Tidak terlalu resmi, - Memakan waktu


pertanian massal  lebih
- Penuh kepercayaan banyak                      
- Langsung dapat - Biaya lebih besar
dirasakan - Bersifat kurang
efisien pengaruhnya

2.3. Media Penyuluhan Pertanian (Alat Peraga Penyuluhan)

II.3.1. Pengertian Media

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai media, baiklah kita simak dulu

pengertiannya. Kata “media” berasal dari kata latin, perupakan bentuk jamak dari

kata “medium”. Secara harafiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau

pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak

maupun mufrad.

Menurut Heinich, (1993) dalam Sutoyo, (2011) media merupakan alat saluran

komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a

source) dengan penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media ini seperti

film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan struktur.

Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media penyuluhan jika

membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan.

20
Heinich juga mengaitkan hubungan antara media dengan pesan dan metode

(methods).

Media penyuluhan selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu perangkat keras

(hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Dengan demikian

perlu sekali anda camkan, media penyuluhan memerlukan peralatan untuk

menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau

informasi yang dibawanya oleh media tersebut.

Perangkan lunak (software) adalah sarana atau peralatan yang digunakan

untuk menyajikan pesan/materi penyuluhan. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya

perhatikan contoh sederhana berikut ini: Pesawat Televisi yang tidak mengandung

pesan/ materi penyuluhan belum bisa disebut media penyuluhan, itu hanya peralatan

saja atau perangkat keras saja. Agar dapat disebut sebagai media penyuluhan maka

pesawat televisi tersebut harus memngandung informasi atau pesan penyuluhan yang

akan disampaikan. Ada pengecualian, apabila anda misalnya saja menggunakan

pesawat televisi sebagai alat peraga untuk menerangkan tentang komponen-

komponen yang ada dalam pesawat televisi dan cara kerjanya, maka pesawat televisi

yang anda gunakan tersebut dapat berfungsi sebagai media pembelajaran.

Berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa (a) media

penyuluhan merupakan wadah dari pesan, (b) materi yang ingin disampaikan adalah

pesan penyuluhan, (c) tujuan yang ingin dicapai ialah proses penyuluhan. Selanjutnya

penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi petani untuk

belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan

21
meningkatkan penampilan dalam melakukan ketrampilan sesuai dengan yang menjadi

tujuan penyuluhan.

Awal sejarah pembelajaran, media hanya merupakan alat bantu yang

dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang mula-

mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan

pengalaman visual kepada siswa, antara lain untuk mendorong motivasi belajar,

memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap

atau retensi belajar. Kemudian dengan berkembangnya teknologi, khususnya

teknologi audio, pada pertengahan abad ke-20 lahirlah alat bantu audio visual yang

terutama menggunakan pengalaman yang kongrit untuk menghindari verbalisme.

II.3.2. Manfaat Media Penyuluhan

Perolehan pengetahuan petani seperti digambarkan oleh Kerucut Pengalaman

Edger dalam proses pembelajaran, bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila

pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya

verbalisme. Artinya, petani hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan

mengerti makna yang terkandung didalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan

kesalahan persepsi. Oleh sebab itu, sebaiknya petani memiliki pengalaman yang lebih

konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan

tujuan. Secara umum media mempunyai kegunaan (Sutoyo, 2011) :

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

22
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dan

sumber belajar.

d. Memungkinkan petani belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori & kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Dalam kaitanya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan

beberapa hal sebagai berikut:

a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi

memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi

pembelajaran yang efektif.

b. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses

pembelajaran. Hal in mengandung pengertian yang tidak beridiri sneidir tetapi

saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan

situasi belajar yang diharapkan.

c. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi

yang ingin dicapai dan sisi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung

makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat

kepada kompetensi dan bahan ajar.

d. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian

tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau

memancing perhatian siswa semata.

23
e. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi

ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat

menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.

f. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-

mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media

pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran

memiliki nilai yang tinggi.

g. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir,

oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa

informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi media dalam proses

pembelajaran ditunjukkan pada gambar berikut. Dalam kegiatan interaksi antara

siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya

kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.

Tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut: (1) kemapuan fiksatif,

artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau

kejadian. (2) kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali

obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai

keperluan. (3) kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang

besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak (Santyasa, 2007).

24
GURU MEDIA PESAN SISWA

METODE

Gambar 2: Fungsi media dalam proses pembelajaran

II.3.3. Jenis-Jenis Media Penyuluhan

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan/pelatihan dan

penyuluhan, banyak media pembelajaran yang bisa digunakan. Pertanyaan yang

muncul sekarang, bukan pada banyak tidaknya media penyuluhan yang tersedia,

tetapi bagaimana merencanakan dan membuat media visual dalam kegiatan pelatihan

dan penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Penentuan jenis

media visual yang efektif untuk suatu proses belajar mengajar merupakan langkah

awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan suatu pelatihan atau penyuluhan

(Kementrian Pertanian).

Hutabarat (2011), pada dasarnya media penyuluhan itu dapat berupa media

hidup dan media mati. Media hidup adalah orang-orang tertentu yang telah

menerapkan materi penyuluhan atau pengetahuannya dari bidang pertanian. Media

mati adalah sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat digunakan untuk

memperantai hubungan tersebut, seperti Radio, Televisi, Majalah, Surat Kabar. Koran

Masuk Desa, Poster dan sebagainya. Adapun jenis-jenis media penyuluhan pertanian

25
dilihat dari sifatnya yaitu media hidup dan media tak hidup dan dilihat dari

jangkauannya, media penyuluhan terdiri dari media massa dan media non massa.

Menurut Rudy Bretz (1971) dalam Admin (2009), menggolongkan media

berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak: a) Media audio, b) Media

cetak, c) Media visual diam, d) Media visual gerak, e) Media audio semi gerak, f)

Media visual semi gerak, g) Media audio visual diam, dan h) Media audio visual

gerak (gambar berikut).


 Benda sesungguhnya
Benda sesungguhnya  Sampel/monster
dan tiruan  Specimen
 Model/maket
 Simulasi

Tercetak  Gambar, skets, foto


 Poster, leaflet, folder
MEDIA  Diagram
PENYULUHAN  Grafik, bagan, peta
PERTANIAN  Brosur, majalah, buku

Audio  Kaset, CD, DVD,


MP3, MP4

Slide film, Movie film,


Audio visual Film strip, Video
 Televisi,
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik Komputer
tertentu, yang dikaitkan

Gambar 3. Jenis
atau dilihat media
dari penyuluhan
berbagai pertanian (Kementrian
segi. Karakteristik Pertanian)
media juga dapat dilihat menurut

kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini,

pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk

pengelompokan dan pemilihan media. Jenis media penyuluhan pertanian berdasarkan

krakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 2.

26
Tabel 2. Jenis Media Penyuluhan Pertanian Berdasarkan krakteristik
No. Jenis Media Contoh
1. Media Gambar, Skets, Foto, Poster, Leaflet, Folder, Peta singkap,
Penyuluhan Kartu kilat, Diagram, Grafik, bagan, peta, Brosur, majalah,
Tercetak buku
Kelebihannya : relatif tahan lama, dapat dibaca berulang-
ulang, dapat digunakan sesuai kecepatan belajar masing-
masing, mudah dibawa dsb.
Kelemahannya : Proses penyampaian sampai pencetakan
butuh waktu relatif lama, sukar menampilkan gerak,
membutuhkan tingkat literasi yang memadai, cenderung
membosankan bila padat dan panjang.
2. Media Kaset,CD, DVD, MP 3, MP 4 Audio
Penyuluhan Kelebihannya : Informasi dikemas sudah tetap, terpatri dan
Audio tetap sama bila direproduksi. Produksi dan reproduksinya
tergolong ekonomis dan mudah didistribusikan.
Kelemahannya : Bila terlalu lama akan membosankan,
perbaikan atau revisi harus memproduksi master baru.
3. Media Slide film, Movie film, Film strip, Video (VCD,DVD)
Penyuluhan film, Televisi, Komputer (Interaktif,Presentasi)
Visual dan Kelebihannya : dapat memberikan gambaran yang lebih
Audio -Visual kongkrit, baik dari unsur gambar maupun geraknya, lebih
atraktif dan komunikatif.
Kelemahannya : Biaya produksi relatif mahal, produksi
memerlukan waktu dan diperlukan peralatan yang tidak
murah.
4. Media Benda sesungguhnya, Sample/Monster, Spesimen, Model,
penyuluhan Maket,Simulasi
berupa Objek Menunjukan benda hidup secara nyata, berbentuk tiga
fisik atau dimensi dan alat peraga.
benda nyata Kelebihannya : Dapat menyediakan lingkungan belajar
yang amat mirip dengan lingkungan kerja sebenarnya,
memberikan stimulasi terhadap banyak indera, dapat
digunakan sebagai latihan kerja, latihan menggunakan alat
bantu dan atau latihan simulasi.
Kelemahannya : Relatif mahal untuk pengadaan benda
nyata

Azharul Fajri (2010), mengemukakan pengertian audio visual adalah

”perangkat keras yang menghasilkan atau menyampaikan materi dengan

menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan

27
audio dan visual”. Jadi media audio visual adalah menyampaikan materi yang

menggabungkan dua bentuk teknologi yaitu audio (dengar) dan visual (pandang).

Media audio visual sering disebut dengan AVA, singkatan dari Audio Visual

Aids, bisa diartikan alat pembantu atau alat peraga Audio Visual. Kemudian istilah

ini lazim disebut dengan “media audio visual” untuk pembahasan selanjutnya kita

gunakan istilah ini. Dalam pengertian yang luas, yang dimaksud dengan media audio

visual meliputi semua alat peraga pendidikan yang dapat dilihat dan didengar (Ihsan,

2010).

II.4.Alat Bantu Penyuluhan

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam

menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi

untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan. Pemilihan alat

peraga yang sesuai dengan kondisi masyarakat sasaran atau yang efektif dan efisien

adalah hal yang sangat penting karena akan membantu tercapainya tujuan penyuluhan

yaitu Meningkatkan efektifitas penyuluhan pertanian. Dengankata lain pemilihan alat

peraga yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasarannya yang akan

memperlancar proses belajar dalam penyuluhan atau terjadi perubahan perilaku pada

diri sasarannya (Putri, 2010). Alat bantu penyuluhan merupakan alat-alat atau

perlengkapan yang diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan.

Alat bantu penyuluhan sangat beragam. Kurikulum, papan tulis, alat tulis, proyektor

(overhead, slide, lcd-infocus), perlengkapan ruangan (pengeras suara, pengatur

cahaya, pengatur udara) merupakan ragam alat bantu penyuluhan.

28
Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,

mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,

merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk

belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang

diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,

mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan

akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan

pengertian yang diperoleh. Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan

yaitu (Anonim, 2010):

a. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu

ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan

misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga

dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.

b. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu

proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara

dan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada

waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.

29
Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat

peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan yang hendak dicapai

a. Tujuan usia adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan

konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah

laku/kebiasaan yang baru.

b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/

penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadaq sesuatu

masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta,

prosedur dan tindakin.

2. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat rantu belajar dan tetap harus

diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus

mengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara

tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.

2.4.1. Diseminasi Teknologi Pertanian

Menurut Suradisastra (2008), proses pengambilan keputusan dalam

masyarakat petani merupakan suatu tindakan berbasis kondisi komunitas

(commmunity-based action) yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu celah masuk

(entry-point) upaya diseminasi tekhnologi. Kemampuan fasilisator dalam

mengkomunikasikan ide merupakan salah satu kunci keberhasilan proses diseminasi

dan alih tekhnologi pertanian.  Proses diseminasi tekhnologi akan berjalan  lebih

30
mulus bila disertai  dengan pemahaman dan pemanfaatan potensi elemen-elemen

kelembagaan  dan status petani dalam suatu proses alih tekhnologi atau diseminasi

tekhnologi.

Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau

individu agar mereka memperoleh informasi, sehingga timbul kesadaran, menerima,

dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Istilah umumnya yang digunakan

sebagai sinonim dari “penyebaran”. Atas dasar pengertian itu dalam kaitannya dengan

inovasi teknologi pertanian, diseminasi dapat diartikan sebagai kegiatan

penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi.

Kegiatan diseminasi teknologi pertanian bertujuan meningkatkan adopsi dan

inovasi pertanian hasil penelitian dan pengkajian melalui berbagai kegiatan

komunikasi, promosi dan komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul

yang dibutuhkan dan menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna

dan menyelenggarakan kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara

tercetak maupun media elektronik.

Dalam konteks pembangunan pertanian, diseminasi diartikan secara praktis

sebagai cara dan proses penyampaian hasil-hasil pengkajian teknologi kepada

masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkan (Permentan No 20

tahun 2008). Di dalam Permentan No. 03/Kpts/HK.060/1/2005, dijelaskan bahwa

hasil-hasil pengkajian teknologi di bidang pertanian tersebut merupakan inovasi yang

mengandung ilmu pengetahuan baru atau cara baru untuk menerapkan pengetahuan

dan teknologi ke dalam produk atau proses produksi.  Inovasi yang dimaksud

mencakup tekhnologi pertanian dan kelembagaan agribisnis unggul mutakhir hasil

31
temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian Adopsi teknologi di sektor pertanian

menjadi perhatian utama dalam rangka mendukung pembangunan pertanian.

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

melaksanakan kebijakan dan bertanggung jawab terhadap penyebaran tekhnologi

pertanian di wilayahnya masing-masing, dengan memperhatikan pedoman, norma,

standar, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Propinsi,

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa mendorong keikutsertaan

masyarakat dalam penyebaran teknologi pertanian. Dalam mendorong keikutsertaan

masyarakat dalam penyebaran teknologi pertanian dapat dilakukan dengan:

a. Memberikan informasi;

b. Membantu kelancaran;

c. Meningkatkan motivasi masyarakat;

d. Meningkatkan kemandirian.

Diseminasi teknologi pertanian dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan agroekosistem, artinya dalam implementasi perlu diperhatikan

kesesuaian kondisi biofisik lokasi yang meliputi sumber daya lahan, air,

wilayah komoditas, dan komoditas dominan.

2. Pendekatan agribisnis, memperhatikan struktur dan keterkaitan sub-subsistem

penyediaan input, usaha tani, pascapanen, pemasaran dan penunjang dalam

suatu sistem agribisnis pedesaan/

3. Pendekatan wilayah berarti optimisasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam

satu kawasan administrasi (desa atau kecamatan) untuk memudahkan fasilisasi

dari stakeholders, terutama pemerintah.

32
4. Pendekatan kelembagaan berarti dalam pengembangan agribisnis industrial

pedesaan tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi organisasi

ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input, proses dan output, tetapi

juga modal sosial, norma dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani.

5. Pendekatan pemberdayaan masyarakat mengandung arti lebih menekankan

pada upaya penumbuhan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumber

daya setempat.

Selanjutnya suradisastra (2008) dalam Andries (2012), menjelaskan bahwa

kelemahan yang sering dijumpai dalam intruduksi gagasan, tekhnologi atau

kelembagaan baru adalah pendekatan yang kaku dan terburu-buru sebagai akibat 

pola pendekatan top down yang kurang didasarkan pada pertimbangan  yang berakar

pada kebutuhan masyarakat lokal.

Salah satu kinerja usaha tani yang sering  menjadi indikator adalah efesiensi,

baik efesiensi teknik, alokatif masukan maupun keluaran.  Pencapaian efesiensi

teknik yang baik sangat penting dalam upaya meningkatkan tingkat kompetetif  dan

keuntungan suatu usaha tani (Sukiyono, 2005 dalam Andries, 2012).

2.4.2. Tingkat Usia

Berdasarkan tingkat usia anggota sistem sosial dapat dibagi kedalam

kelompok-kelompok adopter (penerima invormasi) sesuai dengan tingkat

keinovatifannya (kecepatan dalam menerima informasi) yang telah diuji oleh Rogers

(1961) dalam Sahid (2009).

Ada beberapa macam pengadopsi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers

sebagai berikut :

33
a. Inovator

Tipe ini adalah tipe yang menemukan inovasi. Mereka mencurahkan sebagian

besar hidupnya, energinya dan kreatifitasnya untuk mengembangkan ide baru. Rogers

menyebutkan karakteristik innovator sebagai berikut :

1. Berani mengambil resiko

2. Mampu mengatur keuangan yang kokoh agar dapat menahan kemungkinan

kerugian dari inovasi yang tidak menguntungkan.

3. Memahami dan mampu mengaplikasikan teknik dan pengetahuan yang

kompleks.

4. Mampu mengulangi ketidak pastian informasi.

b. Penerima Dini

Penerima dini atau Early adopter adalah orang-orang yang berpengaruh dan

lebih dulu memiliki banyak akses, untuk mempengaruhi penerima dini tidak

memerlukan persuasi karena mereka sendiri yang selalu berusaha mencari sesuatu

yang dapat memberikan mereka keuntungan dalam kehidupan sosial atau ekonomi.

Karakteristik yang dimiliki oleh early adopter adalah :

1. Bagian yang terintegrasi dalam system local social

2. Opinion leader yang paling berpengaruh

3. Role model dari anggota lain dalam sebuah system social

4. Dihargai dan disegani oleh orang-orang disekitarnya

5. Sukses

c. Mayoritas Dini (orang – orang yang lebih dahulu selangkah lebih maju)

34
Early majority ini adalah golongan orang yang selangkah lebih maju. Mereka

biasanya orang yang pragmatis, nyaman dengan ide yang maju, tetapi mereka tidak

akan bertindak tanpa pembuktian yang nyata tentang keuntungan yang mereka

dapatkan dari sebuah produk baru. Mereka adalah orang-orang yang sensitiv terhadap

pengorbanan dan membenci resiko untuk itu mereka mencari sesuatu yang sederhana,

terjamin, cara yang lebih baik atas apa yang telah mereka lakukan.

Ada beberapa karakterristik mayoritas dini, yakni :

1. Sering berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya

2. Jarang mendapatkan posisi sebagai opinion leader

3. Sepertiganya adalah sebagian dari system (Kategori atau tipe terbesar dalam

sistem)

4. Barhati-hati sebelum mengadopsi inovasi baru

d. Mayoritas Belakangan

Orang-orang dari golongan ini adalah orang-orang yang konservatif ragmatis

yang sangat membenci resiko serta tidak nyaman dengan ide baru sehingga mereka

belakangan mendapatkan inovasi setelah mereka mendapatkan contoh. Golongan ini

lebih dipengaruhi oleh katakutan dan golongan laggard. Rogers mengidentifikasi

karakteristik golongan late majority sabgai berikut :

1. Berjumlah sepertiga dari suatu system golongan

2. Mendapatkan tekanan dari orang-orang sekitarnya

3. Terdesak ekonomi

4. Skeptis dan sangat berhati-hati

e. Laggard (lapisan paling akhir)

35
Golongan akhir yang memandang inovasi atau sebuah perubahan tingkahlaku

sebagai sesuatu yang memiliki resiko tinggi. Ada indikasi bahwa sebagian dari

golongan ini bukanlah orang-orang yang benar-benar skeptis, bisa jadi mereka adalah

innovator, penerima dini atau bahkan mayoritas dini yang terkurung dalam suatu

system sosial kecil yang masih sangat terikat dengan adat atau norma setempat yang

kuat. Ada beberapa karakteristik laggard, yakni :

1. Tidak terpengaruh terhadap opinion leader

2. Terisolasi

3. Curiga terhadap inovasi

4. Berorentasi terhadap masa lalu

5. Sumber yang terbatas

6. Mempunyai masa pengambilan keputusan yang lama

Menurut Notoatmojo (2003) dalam Erfandi (2009), Usia mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan

demi upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca.

2.5. Faktor yang mempengaruhi daya adopsi teknologi dalam usahatani

2.5.1. Luas lahan

36
Lahan merupakan sarana produksi bagi usahatani, termasuk salah satu faktor

produksi dan pabrik hasil pertanian. Lahan adalah sumberdaya alam fisik yang

mempunyai peranan sangat penting bagi petani. Penguasaan lahan yaitu luas lahan

yang diusahakan. Luas sempitnya lahan berpengaruh pada sistem pertanian yang

dilakukan. Petani dengan kepemilikan lahan yang rata-rata luas akan lebih mudah

menerima perubahan dalam sistem usahatani.

Luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni lahan yang

sempit dengan luas lahan kurang dari setengah hektar, lahan yang sedang dengan luas

lahan antara setengah hektar sampai satu hektar dan lahan yang luas lebih dari satu

hektar. Biasanya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin cepat dalam

mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi lebih baik. Pengapdosian suatu

inovasi, terobosan atau teknologi baru akan selalu melewati lima tahapan. Yakni :

1. Kesadaran, petani menyadari adanya teknologi baru untuk meningkatkan produksi

pertanian.

2. Minat atau petani mempunyai keinginan untuk mencari informasi mengenai

teknologi tersebut.

3. Penilai karena petani mulai memperhitungkan apakah perlu mencoba teknologi

baru tersebut.

4. Percobaan di mana petani mulai mencoba teknologi baru tersebut dengan jumlah

yang lebih kecil.

5. Adopsi atau petani memutuskan untuk menerima dan memakai teknologi itu

secara tetap.

37
Sementara Hanafie dalam Pribadi (2012) memaparkan, ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kecepatan seseorang dalam mengadopsi inovasi. Yakni :

1. Luas usaha tani yang dimiliki dan/atau dikuasai.

Semakin luas usaha tani maka semakin cepat proses tersebut dilewati karena pada

umumnya pemilik usaha tani yang luas akan selalu memiliki kemampuan ekonomi

yang lebih baik.

2. Tingkat pendapatan

Semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin cepat kemampuannya

mengadopsi inovasi.

3. Keberanian mengambil risiko

Individu yang memiliki keberanian menghadapi risiko biasanya lebih inovatif

karena pada tahap awal penerapan inovasi tidak selalu diikuti dengan keberhasian.

4. Umur

Semakin tua seseorang biasanya semakin lamban dia mengadopsi inovasi dan

cenderung melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh

masyarakat setempat.

5. Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri.

Orang-orang yang suka bergabung dengan orang-orang lain di luar sistem

sosialnya, pada umumnya lebih inovatif dibandingkan dengan mereka yang hanya

melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.

6. Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru

38
Kelompok masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru biasanya

lebih inovatif dibandingkan dengan orang-orang yang pasif, apalagi yang tidak

percaya terhadap sesuatu yang baru.

7. Sumber informasi yang dimanfaatkan

Golongan inovatif (lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian,

dinas-dinas terkait, media massa, tokoh masyarakat dan lembaga komersial

lainnya) biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, sementara

kelompok yang kurang inovatif pada umumnya hanya memanfaatkan informasi

dari tokoh-tokoh petani setempat dan relatif sedikit yang mampu memanfaatkan

informasi dari media massa.

Sedangkan adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari

petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini biasanya di

pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Umur petani

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang

belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih

cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum

berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

2. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan adopsi dari

pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga

sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

3. Tingkat pendidikan petani

39
Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan

sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih

modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan

adopsi. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi

inovasi, sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya

ilmu pertanian kurang.

4. Total pendapatan

Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani serta non usahatani

lainnya.

5. Luas pemilikan lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih muda menerapkan adopsi

inovasi dari petani yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan

dalam penggunaan sarana produksi.

6. Jumlah Tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga berarti jumlah tanggungan petani dalam satu

keluarga. Banyaknya jumlah Tanggungan keluarga akan mempermudah proses

adopsi. Hal ini akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan/aktifitas

terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga.

Berhasil tidaknya pengembangan teknologi ditentukan oleh mau tidaknya

petani mengadopsi teknologi yang dianjurka. Keputusan untuk mengadopsi suatu

teknologi bagi petani dipengaruhi oleh sifat teknologi yaitu: (1) keuntungan relatif,

(2) kompatibilitas, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan (5) observabilitas.

Keuntungan relatif yang dimaksud adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap

40
suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Kompabilitas adalah

sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada,

pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Kompleksitas adalah tingkat dimana

suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Triabilitas adalah

suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil, sedangkan

observabilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang

lain. Petani akan mengadopsi suatu teknologi jika teknologi itu sudah pernah dicoba

oleh orang lain dan berhasil. Petani tidak akan mengadopsi suatu teknologi jika masih

harus menanggung resiko kegagalan atau ketidakpastian.

2.5.2. Lama Berusahatani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan Adopsi

dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga

sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Secara teoritas

petani yang lebih lama dalam menangani usahatani akan lebih selektif dalam memilih

dan menggunakan jenis inovasi teknologi yang akan diterapkannya, daripada petani

yang baru dalam menangani usahatani.

Pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam

menghadapi pemilihan adopsi inovasi teknologi. Pengalaman seseorang saling terkait

dalam pengambilan keputusan. Semakin lama pengalaman seseorang berusahatani,

maka akan semakin mudah dalam memahami suatu inovasi teknologi dan cenderung

akan lebih mudah menerapkannya. Pengalaman adalah suatu kepemilikan

pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan

sebagai hasil belajar selama hidupnya. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal

41
yang dipelajarinya dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses belajar.

Pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan akan berdampak pada hal yang

positif bagi perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan adopsi dari

pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga

sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Tingkat

pengalaman usahatani bagi petani sangat berpengaruh terhadap kemauan petani

mengadopsi ataupun menginovasi suatu teknologi baru. Semakin lama pengalaman

petani mereka cenderung akan bersikap semakin fleksibel dan mampu beradaptasi

dengan teknologi yang baru.

Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman, artinya pengalaman yang dimiliki

seseorang akan mempengaruhi semangat seseorang untuk belajar. Pengalaman masa

lalu akan mempengaruhi kecenderungan petani untuk merasa memerlukan dan siap

menerima pengetahuan baru. Pengalaman usahatani pada umumnya akan

mempengaruhi pada kemampuan dalam mengelola usahatani, semakin lama

pengalaman dalam usahatani maka semakin baik mengelola usahataninya. Selain itu

dengan pengalaman berusahatani lebih lama, petani lebih mampu mempertimbangkan

adanya metode atau inovasi baru untuk diaplikasikan pada lahannya. Maka semakin

lama petani berusahatani padi maka semakin besar kemungkinan petani tersebut

menerapkan teknologi inovasi baru.

2.5.3. Umur

Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan

harus terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga

42
terdapat keragaman tindakannya berdarsarkan umur yang dimiliki. Kelompok umur

produktif adalah petani yang secara potensial memiliki kesiapan dan menghasilkan

pendapatan untuk mendukung kehidupan dirinya, keluarganya dan masarakatnya.

Umur mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir serta dapat

menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaan

perilakunya berdasarkan usia yang dimiliki. Makin muda petani biasanya mempunyai

semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka

berusaha agar lebih cepat melakukan adopsi inovasi, walaupun sebenarnya mereka

masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

Petani yang lebih tua tampaknya kurang termotivasi menerima hal-hal baru

daripada mereka yang relatif umur muda. Petani yang berumur lebih mudah biasanya

lebih bersemangat dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Semakin tua (di atas

50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan cenderung hanya

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah diterapkan oleh warga masyarakat

setempat.

Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang disebabkan oleh

umur itu adalah faktor psikologis. Semakin tinggi umur semakin menurun kerja otot,

sehingga terkait dengan fungsi kerja indera yang semuanya mempengaruhi daya

belajar. Kelompok orang tua melahirkan pola yang pasti berbeda dengan anak-anak

muda. Umur merupakan aspek yang berhubungan terhadap kemampuan fisik,

psikologis dan biologis seseorang serta berhubungan dengan kemampuan seseorang

dalam belajar, baik dalam mengaktualisasikan hasil belajar dalam pengalaman hidup

maupun hakekat serta jenis dari struktur sikap pemprosesan informasi yang

43
dipunyainya. Umur adalah jumlah tahun hidup petani, artinya semakin tua umur

petani semakin rendah tingkat adopsinya.

Makin muda petani biasanya mempunyai semagat untuk ingin tahu apa yang

belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat

melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal

adopsi inovasi tersebut.

Kemampuan kerja petani sangat ditentukan oleh umur petani itu sendiri,

sehingga mengkatagorikan umur berdarsarkan kelompoknya dimana kisaran 0-14

tahun adalah umur non produktif, 15-54 umur produktif dan kisaran 55 ke atas adalah

umur kurang produktif. Faktor umur berkaitan dengan tingkat kinerja petani dalam

mengelola lahan pertaniannya, semakin muda umur petani maka tingkat kinerjanya

akan semakin tinggi dan akan memiliki perilaku dalam mengelola lahan yang baik.

Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar lainya.

Umur petani akan mempengaruhi petani dalam menerima hal-hal baru.

2.5.4. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih

dewasa, lebih baik, dan lebih matang dari individu, kelompok atau masyarakat.

Pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang keduanya merupakan input bagi

total produksi. Pendidikan juga berfungsi meningkatkan produktivitas, selain dari itu

kemampuan untuk menyerap teknologi memerlukan peningkatan kualitas sumber

manusia.

44
Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani

dalam mengelola usahataninya. Pendidikan membuat seseorang berpikir ilmiah

sehingga mampu untuk membuat keputusan dari berbagai alternative dalam

mengelola usahataninya dan mengetahui kapan harus menjual hasil usataninya

sebanyak mungkin untuk memperoleh pendapatan. Petani yang memiliki tingkat

pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami

dan menerapkan teknologi produktif sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Selain

itu juga dengan pendidikan maka akan memberikan atau menambah kemampuan dari

petani untuk dapat mengambil keputusan, mengatasi masalah-masalah yang terjadi.

Dalam hal ini adalah masalah-masalah yang terjadi dalam bidang pertanian seperti

pengendalian hama penyakit, pengambilan keputusan dalam faktor produktif dan

pemeliharaan.

Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di luar

sistem pendidikan formal bagi kelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus.

Pendidikan non formal dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan standar

kehidupan dan produktivitas kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat

pedesaan. Tingkat pendidikan turut berkontribusi dalam pengadopsian teknologi baru,

semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin baik respon dalam

menggunakan adopsi inovasi baru.

2.5.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah orang yang tinggal dalam satu keluarga dan

secara langsung menjadi beban kepala keluarga ataupun yang berada di luar rumah

namun kehidupannya masih merupakan beban atau tanggungan kepala keluarga.

45
Ukuran keluarga akan memberikan motivasi bagi rumah tangga yang bersangkutan

untuk lebih banyak menggali sumber pendapatan lainnya. Banyaknya tanggungan

keluarga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan keluarga tetapi merupakan

ketersediaan tenaga kerja. Tanggungan keluarga yang semakin besar menyebabkan

seseorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang lebih

tinggi untuk membiayai kehidupannya.

Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap perekonomian

keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat

pola kebutuhan keluarga, hal ini akan membuat biaya meningkat. Jumlah tanggungan

keluarga berarti jumlah tanggungan petani dalam satu keluarga. Banyaknya jumlah

Tanggungan keluarga akan mempermudah proses adopsi. Hal ini akan mendorong

petani untuk melakukan banyak kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan

menambah pendapatan keluarga.

2.5.6. Pekerjaan

Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktivitas,

salah satunya aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan bekerja. Bekerja

mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang

dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.

Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya

kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu

kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhannya. Namun demikian dibalik tujuan yang tidak langsung tersebut orang

bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau gaji dari hasil kerja itu.

46
Jadi pada hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

2.6. PRA (PARTISIPATORY RURAL APRAISAL)

PRA yang dikembangkan oleh Robert Chambers lebih ditujukan untuk ”orang

luar”, bagaimana seharusnya ”orang luar”, yang membantu masyarakat untuk

mengembangkan dirinya, mendudukkan posisinya ditengah tengah masyarakat.

”Orang luar” ini bisa para pegawai pemerintah, anggota LSM, orang orang Perguruan

Tinggi dst. PRA itu sendiri menurutnya adalah metode yang mendorong masyarakat

pedesaan/pesisir untuk turut serta meningkatkan pengetahuan dan menganalisa

kondisi mereka sendiri, wilayahnya sendiri yang berhubungan dengan hidup mereka

sehari hari agar dapat membuat rencana dan tidakan yang harus dilakukan, dengan

cara pendekatan berkumpul bersasma.

2.6.1. Prinsip Prinsip PRA

Berikut ini ada sekurang kurangnya 11 prinsip metode PRA yang aplikasinya

akan disesuaikan dengan kondisi masyarakat pedesaan.

1. Mengutamakan Yang Terabaikan : Prinsip ini memiliki makna keberpihakan

terhadap masyarakat yang terabaikan, termarjinalisasikan, mungkin tertindas

atau terlindas oleh struktur. 

2. Penguatan Masyarakat : Penguatan masyarakat memiliki makna bahwa

masyarakat memiliki kemampuan tidak hanya ekonomi akan tetapi juga sosial

politik.

47
3. Masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator : Posisi orang luar

hanya sebagai fasilitator artinya mereka mendorong proses perubahan secara

partisipatif yang bersumber dari dalam diri masyarakat itu sendiri.

4. Saling Berlajar dan Menghargai Perbedaan : Prinsip ini lebih mengutamakan

hubungan antar orang luar yang berperan sebagai fasilitator dengan kelompok

masyarakat yang difasilitasinya.

5. Santai dan informal : Kegiatan yang dilakukan baik orang luar bekerja sama

dengan masyarakat setempat maupun antar masyarakat setempat adalah

memerlukan situsi santai, tidak formal, luwes dan fleksibel.

6. Trianggulasi :  Prinsip ini lebih berhubungan dengan perolehan informasi.

Adakalanya informasi yang dikemukakan oleh individu ada kemungkinan tidak

dibenarkan menurut kelompok.

7. Optimalisasi Hasil :  Optimalisasi hasil sangat berkaitan dengan informsi yang

dikumpulkanya. Karena banyaknya informasi yang dikumpulkan seringkali

informasi itu sulit dianalisis.

8. Orientasi praktis :  Artinya bahwa program-program yang dikembangkan

dengan metode PRA ini lebih berorientasi pada pemecahan masalah secara

praktis.

9. Keberlanjutan : Dalam kehidupan masyarakat masalah ekonomi itu

berkembang terus, artinya selama manusia itu ada maka masalah tidak pernah

akan selesai. Oleh karenannya program yang dirancang oleh masyarakat untuk

memecahkan persoalan mereka adalah berkesinambungan dan memungkinkan

mengantisipasi munculnya masalah dikemudian hari.

48
10. Belajar dari kesalahan : Dalam PRA kesalahan itu wajar dan sangat

manusiawi, oleh sebab itu perencanaan program jangan terlalu sulit sehingga

masyarakat tidak mampu memenuhinya. Dalam menyusun kegiatan bukan juga

hal yang bersifat coba coba akan tetapi telah mempertimbangkan banyak hal

termasuk tentang kesalahan.

11. Terbuka : Dalam PRA sangat memungkinkan ketidak sempurnaan oleh sebab

itu keterbukaan atas tanggapan orang lain terhadap kegiatan PRA ini sangat

positif sebab disadari bahwa disetiap metode tidak pernah ada yang berlangsung

dengan sempurna.

Metode PRA dikembangkan berdasarkan atas prinsip dan teknik yang harus

dikuasai oleh para fasilitator atau pemandu seperti halnya bagaimana pemandu

melakukan model partisipatif dalam penjaringan informasi dan seterusnya. Pendek

kata PRA bukan sesuatu harga mati, yang penerapanya banyak improvisasi sesuai

dengan kondisi masyarakat yang ada.

Dalam PRA, penggalian informasi selain menggunakan wawancara secara

mendalam juga menggunakan FGD. FGD merupakan singkatan dari Focus Group

Discussion, artinya diskusi kelompok untuk membahas tema tertentu secara terarah

(focus) dalam suasana rileks, informal dan partisipatif. Dalam FGD yang dimaksud

kelompok adalah para pemangku kepentingan yang memenuhi kriteria yang telah

ditentukan. Selain itu FGD dapat dilakukan pada kelompok petani yang mewakili

kelompoknya. Proses FGD difasiilitasi oleh seorang moderator dan seorang notulen.

Fasilitator mempunyai tugas utama untuk memandu kelompok diskusi agar proses

FGD berjalan dengan baik.

49
III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kempas Jaya Kecamatan Kempas

Kabupaten Indragiri Hilir. Penentuan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan

bahwa di daerah tersebut penduduk terbanyak bekerja disektor petanian. Banyaknya

penduduk yang bekerja disektor pertanian menunjukkan bahwa sumberdaya alam

setempat mendukung pelaksanaan kegiatan usahatani. Penelitian ini dimulai dari

bulan Maret sampai Desember 2017 dengan alokasi kegiatan: persiapan penelitian,

penyusunan proposal, pengambilan data, pengolahan data, dan penulisan laporan.

3.2 Metode Pengambilan Sampel dan Data

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni dengan desain faktorial

2 x 2 dan menggunakan pre-test post-test control group design. Peubah bebas terdiri

dari dua level, yaitu visualisasi dan narasi. Visualisasi terdiri dari gambar bergerak

dan foto, sedangkan narasi terdiri dari suara dan teks. Peubah tidak bebas adalah

peningkatan pengetahuan petani setelah menyaksikan presentasi multimedia tentang

pembuatan pestisida alami dari daun pepaya. Terdapat empat kombinasi perlakuan

yaitu (1) visualisasi gerak dengan suara (GS), dan visualisasi gerak suara dan teks

(GST), visualisasi foto dengan suara (FS), dan visualisasi foto suara dan teks (FST).

Tahapan dalam penelitian ini adalah (1) 10 menit untuk memberikan penjelasan, (2)

20 menit pre-test, (3) 20 menit presentasi multimedia dan (4) 20 menit post-test.

50
Data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu

terdiri dari karakteristik responden, tanggapan responden terhadap presentasi

multimedia, dan peningktan pengetahuan responden setelah menyaksikan presentasi

multimedia. Data penelitian diperoleh melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh

dari kantor kecamatan, kantor desa, intitusi terkait, tokoh masyarakat, dan sumber

lain yang dapat dipercaya. Populasi sampel diambil secara sengaja sesuai dengan

tujuan penelitian dari 60 orang petani dan secara acak dibagi kedalam empat

kelompok perlakuan, setiap kelompok terdiri 15 orang. Ini sesuai dengan pendapat

bahwa 15 orang adalah angka maksimal yang digunakan untuk pembelajaran dalam

kelompok kecil.

Adapun langkah dalam pembuatan multimedia dimulai dengan pembuatan

naskah. Pembuatan naskah dalam format pembuatan multimedia berkaitan dengan

serangkaian proses yang harus dilalui sehingga penyuluhan benar-benar dapat

mengundang simpati pemirsa. Langkah selanjutnya adalah pembuatan storyboard.

Secara sederhana stroryboard diartikan sebagai media untuk menggambarkan terlebih

dahulu secara sederhana materi paket komunikasi penyuluhan secara urut dalam suatu

kombinasi teks (untuk setiap scene), sketsa/gambar, dan juga multimedia yang

mengiringi. Dan proses yang selanjutnya adalah editing. Untuk proses editing video,

ada sejumlah software yang bisa digunakan antara lain: Adobe Prime, Unlead Video

Editor, Pinnacle Studio, Sony Vegas, Avid, dan sebaginya. Setiap software tersebut

mempunyai kelebihan masing-masing. Fitur-fitur yang ada didalam software tersebut

pun beda, walaupun ada beberapa fitur yang sama.

3.3 Analisis Data

51
Analisis data yang digunakan dalam menjawab tujuan; 1). Tujuan penelitian satu

(masalah yang dihadapi petani metode yang digunakan adalah metode PRA

(Wawancara dan Fokus Grup Discusion) dengan penyajian analisis data secara

deskripti (alat peraga) dan kuantitatif (hitungan skala prioritas permasalahan), 2).

Tujuan penelitian dua analisis yang digunakan secara deskriptif (alat peraga) dan

kuantitatif (hitungan skala prioritas permasalahan), 3). Tujuan penelitian tiga metode

yang digunakan adalah metode deskriptif (tabel rencana penyuluhan) dan kuantitatif.

4). Tujuan penelitian empat dan lima analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif dan kuantitatif (pre test dan post test).

Data karakteristik responden dengan analisis deskriptif, disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Untuk menggambarkan secara kasar posisi individu dalam

kelompoknya (posisi relatif) terhadap tanggapan materi dan media punyuluhan yang

diberikan maka digunakan skala likert. Selain itu untuk membandingkan skor subyek

dengan kelompok normatifnya dan menyusun skala pengukuran yang sederhana dan

mudah dibuat.

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau

pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial,

berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti (Akdon, 2007).

Skala rikets digunakan pada kriteria Tanggapan petani Terhadap Media Penyuluhan

Berikut kriteria interpretasi skor :

Angka 0% – 20% = Sangat tidak baik ( 1 )

Angka 21% – 40% = Kurang ( 2 )

Angka 41% – 60% = Cukup ( 3 )

52
Angka 61% – 80% = Baik ( 4 )

Angka 81% – 100% = Sangat baik ( 5 )

3.4 Konsep Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam penelitian, maka

penulis memberikan batasan-batasan mengenai konsep yang digunakan dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Pertanian adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan atau pengolahan sumber

hayati yang tersedia oleh alam untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. PRA lebih ditujukan untuk ”orang luar”, bagaimana seharusnya ”orang luar”,

yang membantu masyarakat untuk mengembangkan dirinya, mendudukkan

posisinya ditengah tengah masyarakat. ”Orang luar” ini bisa para pegawai

pemerintah, anggota LSM, Perguruan Tinggi. PRA itu sendiri menurutnya adalah

metode yang mendorong masyarakat pedesaan/pesisir untuk turut serta

meningkatkan pengetahuan dan menganalisa kondisi mereka sendiri, wilayahnya

sendiri yang berhubungan dengan hidup mereka sehari hari agar dapat membuat

rencana dan tidakan yang harus dilakukan, dengan cara pendekatan berkumpul

bersama.

3. Focus Group Discussion adalah diskusi kelompok untuk membahas tema tertentu

secara terarah (focus) dalam suasana rileks, informal dan partisipatif.

4. Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang bedasarkan fakta,

mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan

yang diharapkan atau dikehendaki.

53
5. Perencanaan program merupakan suatu proses yang berkelanjutan, melalui semua

warga masyarakat, penyuluh, dan para ilmuan memusatkan pengetahuan dan

keputusan-keputusan dalam upaya mencapai pembangunan yang mantap.

6. Perencanan program juga menyangkut perumusan tentang: 1. Proses perencanaan

program; penulisan perencanaan program; rencana kegiatan; rencana pelaksanaan

program (kegiatan) dan; rencana evaluasi hasil pelaksanaan program tersebut.

7. Tahapan-tahapan dalam perencanaan penyuluhan pertanian adalah Pengumpulan

data keadaan, Analisis dan evaluasi fakta-fakta, Identifikasi masalah, Pemilihan

masalah yang akan dipecahkan, Perumusan tujuan-tujuan dan/atau penerima

manfaat, Perumusan alternatif pemecahan masalah, Penetapan cara mencapai

tujuan (rencana kegiatan), Pengesahanan program penyuluhan, Pelaksanaan

kegiatan, Perumusan rencana evaluasi, Rekonsiderasi

8. Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha/upaya untuk mengubah perilaku petani

agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan

masalahnya sendiri dalam usaha/kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya

dan tingkat kehidupannya.

9. Media penyuluhan adalah saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan

materi penyuluhannya dengan petani yang memerlukan penyuluhan. Media

penyuluhan dapat berupa media hidup dan media mati.

10. Media hidup yaitu orang-orang tertentu yang telah menerapkan materi

penyuluhan/pengetahuannya dibidang pertanian. Media mati yaitu sarana tertentu

yang selalu digunakan untuk memperantai hubungan tersebut, seperti radio,

televisi, majalah, surat kabar, kaset dan sebagainya.

54
11. Audio visual adalah media yang dapat didengar dan dilihat untuk menyampaikan

pesan yang dimaksudkan.

12. Audio visual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam

seperti film bingkai suara (sound slide) dan cetak suara.

13. Audio visual gerak adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak seperti film suara dan Video cassete

14. Materi penyuluhan adalah segala isi yang terkandung dalam setiap kegiatan

penyuluhan pertanian. Materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran

(petani) dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk

mempraktekannya.

15. Metode  penyuluhan kelompok (Student Team Learning), empat metode

penyuluhan kelompok peserta penyuluhan adalah Teams-Games-Tournament

(TGT), Student Teams- Ahievement Divisions (STAD), Jigsaw (model gergaji)

II, dan Team Assisted Indivizualitation (TAI).

16. Umur adalah usia anggota kelompok tani yang dihitung sejak lahir sampai saat

menjadi responden dalam meneliti ini diukur dalam jumalah tahun.

17. Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil

dicapai responden.

18. Responden adalah orang yang dijadikan acuan objek dalam melakukan

penelitian.

55
IV. PEMBAHASAN

4.1. Profil Petani

4.1.1. Umur Responden

Umur sangat mempengaruhi petani dalam melakukan kegiatan usahatani

karena petani sebagai pekerja sangat mengandalkan kekuatan fisik. Umur juga dapat

mempengaruhi seseorang dalam penerimaan inovasi baru, serta pengambilan

keputusan dalam penerapan dan pengembangan suatu usaha.

Menurut Simanjuntak dalam Yasin (2003), bahwa penduduk yang berada

pada kisaran umur 15-45 tahun tergolong pada tenaga kerja produktif, sedangkan

umur 0-14 tahun dan >54 tahun tergolong tenaga kerja tidak produktif. Presentase

umur petani yang menjadi responden dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Umur responden

56
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat 20% orang petani berada pada usia tidak

produktif dan 80% petani termasuk usia produktif. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa petani dalam penelitian ini dominan memiliki usia yang masih produktif,

sehingga akan memberikan indikasi bahwa petani tersebut masih mempunyai

kekuatan fisik untuk bekerja, mudah dalam mengadopsi inovasi baru dan mempunyai

tanggung jawab sosial terhadap penghidupan seluruh anggota keluarganya, bila

dibandingkan dengan petani usia tidak produktif. Merupakan sumberdaya manusia

yang potensial dalam mengembangkan usahatani sagu. Adapun persentase jenis

kelamin petani yang menjadi responden dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jenis kelamin

Berdasarkan Gambar 6 jenis kelamin petani responden lebih di dominasi oleh

petani yang berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 86,67,08% dan sisanya sebanyak

13,33% berjenis kelamin wanita. Hal ini disebabkan karena pria memiliki fisik yang

57
kaut dibandingkan dengan wanita, sehingga ini menjadikan sumberdaya yang

potensial dalam menjalankan usahatani.

4.1.2. Tingkat Pendidikan Petani

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula

produktivitas seseorang tersebut dalam bekerja. Tingkat pendidikan yang rendah

dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja yang akan dicapai serta pendapatan

yang diperoleh juga rendah, pada akhirnya akan mempegaruhi tingkat kinerja petani.

Upaya peningkatan produktifitas tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja petani

dapat melalui peningkatan berbagai program yang berhubungan dengan pendidikan

dan pelatihan. Persentase gambar tingkat pendidikan petani yang menjadi responden,

dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Jenis Pendidikan

Berdasarkan Gambar 6 diketahui tingkat pendidikan petani sudah mulai baik,

walaupun persentase tamatan SD lebih tinggi yaitu sebesar 53,33%, sedangkan petani

58
yang tamatan SLTP berjumlah 26,67%, SLTA yaitu sebesar 6,67%. Sedangkan petani

dengan tingkat pendidikan sarjana sebesar 6,67% dan yang tidak bersekolah sebesar

6,67%. Dengan demikian sebagian besar petani cukup mampu mengambil keputusan

untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan modal secara optimal. Pendidikan

menentukan kemampuan petani dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi

petani dalam mengelola, memanfaatkan sumberdaya alam dan modal secara optimal.

4.1.3. Pekerjaan Responden

Pekerjaan secara umum merupakan suatu kegiatan aktif yang dilakukan oleh

manusia dan juga merupakan tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya

bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang (wikipedia). Jenis pekerjaan ada

dua yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama merupakan

pekerjaan rutin yang harus dikerjakan sehari-hari untuk mengasilkan pendapatan

secara finansial berbeda dengan pekerjaan sampingan yang merupakan sebuah usaha

atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan secara finansial diluar pekerjaan rutin,

sehingga terkadang tidak terbatas waktu dan tempat. Responden di daerah penelitian

rata-rata memiliki pekerjaan utama dan sampingan. Adapun perkerjaan utama dan

sampingan responden dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8 berikut:

59
Gambar 7. Pekerjaan utama responden

Pekerjaan utama responden yaitu sebagai buruh dan petani. Berdasarkan

Gambar 7 tampak jelas bahwa pekerjaan utama responden didaerah penelitian di

dominasi oleh pekerjaan sebagai petani sebanyak 86, 67% sedangkan sisanya sebesar

13,33% bekerja sebagai non petani. Adapun pekerjaan sampingan responden dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pekerjaan Sampingan

60
Pekerjaan sampingan responden bervariasi, yaitu ada yang bekerja sebagai

aparat desa, buruh, honorer, kepala dusun, ketua RT dan petani. Pekerjaan sampingan

responden di daerah penelitian dominan bekerja sebagai buruh sebesar 36,36 %,

selanjutnya sebagai honor sebesar 27,27%, sebagai petani 18,18% dan kadus dan RT

masing-masing sebesar 18,18%.

4.1.4. Pengalaman Usahatani

Pengalaman berusahatani akan mempengaruhi keberhasilan yang dicapai oleh

petani. Semakin lama berusahatani akan semakin banyak pengetahuan dan

keterampilan yang diperolehnya. Pengalaman berusahatani memegang peranan

penting dalam proses usahatani sagu. Semakin lama pengalaman berusahatani akan

semakin baik proses pengalokasikan faktor-faktor produksi, sehingga dalam usahatani

akan lebih baik. Tingkat keterampilan seseorang dapat mempengaruhi dalam

mengelola usahatani, semakin terampil maka hasil yang diperoleh akan baik dan

secara otomatis penghasilan yang diterima dari usahatani tersebut akan semakin

tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengalaman usahatani responden

di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.

61
Gambar 9. Pengalaman Usahatani

Menurut Yasin dan Ahmad (1996) dalam Retno (2009), pengalaman usahatani

akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan petani dalam

mengalokasikan faktor produksi, serta penerapan suatu teknologi baru. Berdasarkan

gambar 9 pengalaman usahatani responden di daerah penelitian sebagian besar

berkisar 4-<11 tahun sebesar 56,73%, kisaran 11-<18 tahun sebesar 39,42 % dan

sebesar 3,85% berpengalaman selama 18-25 tahun, hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden di daerah penelitian telah berpengalaman dalam

berusahatani sagu >4 tahun.

5.2.5. Gabung / Tidak dalam Organisasi Kelompoktani

Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing,

baik tiu dalam masyarakat maupun dalam organisasi. Beberapa responden yang

bergabung dalam organisasi kelompoktani dapat dilihat pada Gambar 10.

62
Gambar 10. Gabung / tidak dalam organisasi

Gambar 10 diatas menunjukkan bahwa 86,67% responden merupakan

responden yang bergabung dalam oraganisasi kelompoktani dan memiliki kedudukan

dalam organisasi kelompoktani. Sedangkan yang tidak bergabung dalam

kelompoktani hanya sebagian kecil saja 13,33%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah

mulai adanya kesadaran dari responden tentang pentingnya peranan organisasi

kelompoktani dalam menjalankan usahatani.

4.1.6. Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah satu tolak ukur dalam melihat keberhasilan dan

pendapatan petani. Lahan merupakan sumberdaya utama sekaligus sebagai modal

bagi petani dalam upaya peningkatan produksi. Petani yang memiliki lahan luas akan

berpotensi mendapatkan produksi yang banyak, sehingga berpotensi pula untuk

meningkatkan produksi dan perluasan usahataninya. Luas lahan perkebunan sagu

responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.

63
Gambar 11. Luas lahan (Ha)

Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa rata-rata petani memiliki lahan dengan

luas 0-2 Ha, dimana 66,67% responden memiliki luas lahan 0-2 ha, 20% responden

memiliki luas lahan > 2-4 ha, dan selebihnya 13,33% responden memiliki luas lahan

>5-6 ha. Status kepemilikan lahan responden adalah milik petani sendiri, sehingga

secara otomatis petani bisa mendapatkan hasil usahataninya secara utuh tanpa dibagi

dengan pihak lain sehingga dapat mengembangkan usahanya serta diharapkan bisa

meningkatkan ekonomi rumah tangga petani.

4.1.7. Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pengembangan

usaha, dimana semakin banyak tanggungan dalam keluarga tersebut berarti semakin

banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan, sehingga kesempatan menabung untuk

pengembangan usaha semakin kecil. Distribusi jumlah tanggungan keluarga

responden dapat dilihat pada Gambar 12.

64
Gambar 12. Tanggungan keluarga

Gambar 12 terlihat bahwa jumlah tanggungan keluarga responden rata-rata

berada pada tingkat sedang yaitu 3-4 orang sebesar 46,67%, selanjutnya jumlah

tanggungan >5 orang sebesar 13,33% dan sisanya 40,00% memiliki jumlah

tanggungan keluarga 1-2 orang. Berdasarkan informasi yang diperoleh tanggungan

keluarga responden dominan berada pada tingkat sedang, dan diharapkan dapat

mengurangi besarnya biaya untuk keperluan rumahtangga dan memberikan

kesempatan untuk mengembangkan usaha agribisnis padi bagi responden dan

kelompoktani nya.

4.1.8. Peta Responden

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala

tertentu melalui suatu sistem proyeksi. atau peta adalah gambaran suatu permukaan

bumi pada bidang datar dan diperkecil dengan menggunakan skala. Peta bisa

65
disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang

tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Secara umum pengertian

peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang

diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua

dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta

disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar

objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta

disebut atlas.

Tujuan pembuatan peta adalah membantu suatu pekerjaan, analisis data

spasial, menyimpan informasi, membantu dalam pembuatan suatu desain, dan

komunikasi informasi ruang. Sedangkan tujuan pembuatan peta responden lebih

menekankan kepada analisis data dan verifikasi tentang kebenaran proses

pengambilan data yang dibuktikan dengan adanya titik koordinat responden. Untuk

mengetahui peta dan koordinat responden dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar. Peta lokasi penelitian dan koordinat responden

66
Gambar diatas memperlihatkan bahwa titik koordian dari lokasi / responden

berada pada koordinat 07o 08’ 25,8” LS ; 107o 22’ 47,8” BT. Titik kordinat ini

menyatakan bahwa benar peneliti melakukan / turun memperoleh data secara

langsung dengan responden.

4.1.9. Permasalahan yang dihadapi Petani

Masalah didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum

sesuai dengan yang diharapkan. Menururt Vardiansyah (2008) masalah biasanya

dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Umumnya masalah disadari

"ada" saat seorang individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan

keadaan yang diinginkan. Masalah merupakan sesuatu yang membutuhkan alternatif

jawaban, artinya jawaban masalah atau pemecahan masalah bisa lebih dari satu.

Selanjutnya dengan kriteria tertentu akan dipilih salah satu jawaban yang paling kecil

risikonya. Biasanya, alternatif jawaban tersebut bisa diidentifikasi jika seseorang

telah memiliki sejumlah data dan informasi yang berkaitan dengan masalah

bersangkutan.

Dalam menjalankan usahatani tidak terlepas dari permasalahan yang akan

timbul, baik waktu berjalnya usahatani ataupun setelah pasca panen. Untuk

mengetahui gambaran permaslahan yang dihadapi petani dapat dilihat pada gambar

berikut.

67
Gambar. Permsalahan yang dihadapi oleh petani

Gambar memperlihatkan bahwa dominasi permasalahan yang dihadapi petani

adalah permasalahan serangan hama pada tanaman. Dampak dari serangan hama yang

dirasakan petani adalah penurunan jumlah produksi petani, yang secara tidak

langsung akan mengurangi jumlah pendapatan petani. Solusi permasalahan dari

permasalahan yang dihadapi oleh petani adalah dengan pembuatan pestisida organi,

kelebihan dari pestisida organik adalah : 1). Tidak membutuhkan biaya yang mahal,

2). Bahan utama mudah untuk didapatkan (analisis potensi wilayah). 3). Muda dalam

pembuatan dan aplikasi dilapangan.

IV.2. Media Penyuluhan atau alat peraga (Hasil Multimedia)

Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan yang dilakukan ditempat

penelitian maka alat peraga yang cocok dan sesuai dengan kondisi dan solusi masalah

68
petani adalah dengan cara pembutan video multimedia sebagai alat penyuluhan.

Adapun tahapan pembuatan disajikan pada berikut:

4.2.1 Persiapan

Perencanaan merupakan langkah penting dan mungkin juga sulit untuk

menjadi ahli dan bisa jadi sangat menguras tenaga. Kemara bekerja hanya

membutuhkan satu keterampilan dengan proses yang lebih besar untuk tujuan

menghasilkan video komplit, program TV atau presentasi tertentu. Untuk lebih baik

bekerja dengan kamera harus memiliki gambar yang bagus untuk diproses dan

beberapa gagasan gambar dan suara seperti apa yang dihasilkan nanti (Waluyanti,

2008).

Sebelum melakukan pengambilan gambar maka yang harus dilakukan dalam

produksi sebuah video yaitu persiapan. Membuat sebuah film berkaitan dengan

serangkaian proses yang harus dilalui sehingga film benar-benar dapat mengandung

simpati penontonnya. Rangkaian produksi itu meliputi: Pre-Production, Production,

dan Post Production. Pada tahap Pre-Production pengembangan naskah merupakan

inti dari produksi yang akan dijalankan.

Persiapan dapat dilakukan dengan mempersiapkan skenario atau dilengkapi

dengan story board yang membantu dalam mencapai efisiensi kerja. Untuk pekerjaan

profesional pengambilan gambar lapangan tidak bisa sepenuhnya mengandalkan

spontanitas tenaga lapangan. Bagaimanapun pengambilan gambar akan efektif

apabila dilakukan perencanaan secara matang.

Adapun jenis-jenis pengambilan gambar yang digunaan dalam video ini antara

lain, Medium Shot, Long Shot, Extreme Close Up, dan Big Close Up. Sedangkan dari

69
sudut pengambilan gamabar (Camera Agle) taknik yang digunakan yaitu, Level Eye

dan Crazy Agle.

Kemudian hal lain yang harus dilakukan adalah mempersiapkan peralatan

pelengkap pengambilan gambar. Mikrofon audio merupakan bagian penting dari

video. Merupakan suatu hal yang merugikan jika jalur audio rusak oleh gangguan

suara yang tidak diharapkan. Oleh karena keterbatasan alat pada saat pengambilan

gambar, pembuatan video ini hanya mengandalkan mikrofon yang ada pada kamera

perekam.

Hal penting lain yang harus dipersiapkan yaitu tripod kamera. Kameramen

yang bersungguh-sungguh dengan kualitas gambar, bekerja dengan kamera harus

memahami pentingnya tripod. Penting untuk memilih tripod yang sesuai dengan

kebutuhan. Hampir semua jenis kerja dari video membutuhkan tripod, hal ini

mencegah adanya guncangan pada saat pengambilan gambar, sehingga kualitas

gambar akan goyang. Kualitas gambar yang goyang akan menganggu efektivitas dari

penglihatan penonton. Dalam menentukan kualitas gambar video, memilih tripod

lebih penting daripada memilih kamera.

Selanjutnya pencahayaan, mau tidak mau kita harus mengendalikan

pencahayaan. Pada tingkat pencahayaan harus mengetahui pencahayaan seperti apa

yang dihadapi. Dalam pembuatan video ini, pencahayaan dibantu dengan lampu sorot

agar mendapatkan pencahayaan yang cukup. Kemudian dibutuhkan staff untuk

memindahkan alat secepat mungkin. Bahkan staff pembantu yang tidak

berpengalaman pun akan sangat membantu. Memiliki satu bantuan atau lebih bantuan

membuat perbedaan besar dalam penyelesaian pekerjaan.

70
Hal lain yang harus dipersiapkan adalah proprty atau penyeimbang putih

kamera video. Penyeimbang putih pada dasarnya alat penyeimbang warna. Ini

berfungsi memberikan acuan kamera untuk putih yang benar. Kamera akan

menyampaikan warna putih seperti apa, sehingga kamera akan merekam dengan

benar. Alat penyeimbang putih dalam pembuatan video ini menggunakan sterofoam.

Cahaya latar belakang gambar (backlight) merupakan hal yang harus

diperhatikan pada persiapan pengambilan gambar. Kesulitan umum dengan ekspose

adalah apa yang harus dibuat pada situasi pencahayaan tidak seimbang. Pada kondisi

blacklight lemah, maka digunakan kain hitam sebagai background untuk

mendapatkan gambar fokus pada subyek.

4.2.2. Proses Pengambilan Gambar

Video yang digunakan dalam penelitian ini berjudul Pembuatan Pestisida

Alami Daun Pepaya yang dibuat oleh peneliti. Video ini menceritakan tentang

pembuatan pestisida alami dengan memanfaatkan daun pepaya. Pemeran utama

dalam video ini yaitu Suswatun Hasanah (Mahasiswa angkatan 2015) bapak Arza

Aibonotika sebagai kameramen (Mahasiswa angkatan 2015), dan crew lainnya yaitu,

Mispardi (Mahasiswa angkatan 2015), Heri Subiya Rahman (Mahasiswa angkatan

2015), Khairul Muttaqin (Mahasiswa angkatan 2015), Nico (Mahasiswa angkatan

2015) sebagai penulis skenario Abdul Rokhim (Mahasiswa angkatan 2015), dan

Teguh Pamuji (Mahasiswa angkatan 2015).

Lokasi pengambilan gambar yaitu di gedung Pasca Sarjana Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Riau dan kebun UPT Universitas Riau. Proses

71
pengambilan gambar ini dibutuhkan waktu sekitar 5 bulan mulai dari proses shooting

dan proses editing. Dibawah ini terdapat foto kegiatan saat pengambilan gambar.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 13. Kegiatan Pengambilan Gambar

Dalam proses pembuatan video ini, presenter harus menghafal skrip, dan

narasi agar penjelasan yang diberikan menjadi sistematis. Mengingat skrip dan narasi

secara keseluruhan cukup panjang dan agak sulit dihafalkan oleh presenter yang

belum berpengalaman, maka dibutuhkan alat bantu. Alat bantu yang umum

digunakan diantaranya adalah teleprompter atau monitor yang menampilkan teks

bergerak yang dapat dibaca oleh presenter. Namun dengan keterbatasan fasilitas yang

ada, saat proses shooting dilakukan di dalam ruangan, teks dan narasi (skrip)

dituliskan pada papan tulis seperti terlihat pada gambar (Gambar 6).

4.2.3. Proses Editing

Menurut Waluyanti (2008), edit video adalah suatu proses manipulasi dan

menyusun kembali gambar-gambar video. Tugas editing meliputi pemberian judul,

72
pembetulan warna dan mencampur suara. Editing dapat diartikan sebagai pekerjaan

berikut:

1. Menyusun kembali, menambah/memindahkan bagian video clip atau audio

clip.

2. Mengkoreksi warna, filter dan peningkatan lain

3. Membuat transisi antar clip.

Durasi awal dari proses pengambilan gambar yaitu 40 menit dengan kapasitas

file sekitar 2,95 GB dalam 106 kali shot. Kamera yang digunakan dalam pengambilan

gambar yaitu kamera Canon.

Setelah proses pengambilan gambar selesai, maka dilakukan proses editing.

Proses editing ini menggunakan software Sony Vegas Pro Versi 10. Sony Vegas Pro

adalah software khusus untuk video dan audio editing. Saat ini Sony Vegas Pro

bukanlah tandingan Adobe Prime, sementara Sony Vegas memang belum se populer

Adobe Prime yang didukung begitu banyak plug-in.

Menurut Chairunisa (2011), karena efek yang ada dari Sony Vegas Pro

diperlukan perangkat cukup baik agar waktu yang digunkan ketika mengedit video

atau audio lebih singkat, maka Sony Vegas Pro memerlukan minimal perangkat

seperti dibawah ini:

 Microsoft® Windows® XP SP2, Weindows Seven, atau WINDOWS

vista™.

 1 GHz processor (2.8 GHz recomended for HDV)

 200 MB hard-disk space for program istalation

73
 600 MB hard-disk space for optimal sony sound series Loops & Samples

reference library

 1GB RAM

 OHCI- compotible i.LINK® Connector1/IEEE-1394DV card (for DV and

HDV capture and print-to-tipe)

 Windows-compatible sound card

 DVD-ROM drive (for installation from a DVD only)

 Supported CD-recordable drive (for CD burning only)

 Supported DVD-recordable drive (for DVD burning only)

 Supported Blu-ray recordable drive (for Blu-ray burning only)

 Microsoft .NET Framework 3.0

 QuickTime 7.1.6 or later

Kemudian setelah dilakukan proses editing maka didapat durasi video selama

11 menit 20 detik dengan kapasitas file sebesar 2,44 GB dalam bentuk format video

Audio Video Interleave (AVI). Kemudian dilakukan convert file video dari format

AVI menjadi FLV. Perubahan format file bertujuan agar format video lebih kecil

menjadi 117 MB, sehingga mempermudah dalam proses pengunggahan keyoutube

dan memudahkan proses burning ke dalam bentuk CD/DVD. Dibawah ini adalah

contoh print skin proses editing video.

74
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 14. Proses Editing Video

Sebelum memulai harus dijelaskan batasan tujuan editing. Dalam proses

editing memindahkan footage yang diinginkan merupakan paling sederhana dan tugas

editing pada umumnya. Banyak video dapat di dramatisasi ditingkatkan dengan hanya

membuang bit yang tidak dikehendaki atau cacat. Pada umumnya mengambilan

gambar dengan footage lebih dibandingkan kebutuhan sebenarnya dan hanya memilih

bahan yang terbaik untuk akhir pengeditan. Sering kali beberapa versi footage dipilih

untuk diambil yang terbaik pada saat editing.

Kebanyakan video memberikan layanan untuk tujuan penyampaian carita atau

memberikan informasi. Editing merupan langkah rumit untuk meyakinkan video

mengalir mencapai tujuan. Menambah efek grafis dan musik merupakan suatu bagian

hebat dari editing. Video kebanyakan dapat ditingkatkan dengan menambah unsur-

unsur ekstra. Video dapat dikhususkan untuk mendukung sudut pandang tertentu,

manggambarkan sesuatu pesan atau melayani suatu agenda, seperti terlihat pada

Gambar 14.

4.2.4. Post Editing

75
Setelah proses pengambilan gambar dan proses editing selesai, maka langkah

selanjutnya adalah penanganan pasca penyusunan (Post Editing) yaitu pengunggahan

kesitus youtube (www.youtube.com/watch?v=My3mXbareIQ). Publikasi ini

diharapkan dapat menjadi pedoman bagi penyuluh atau petani yang melihat video ini.

Selain itu, peneliti juga akan memburning video penyuluhan tersebut kedalam bentuk

CD/VCD agar soft copy dari video ini dapat diperbanyak. Peneliti juga akan

memberikan kepada beberapa petani ditempat penelitian sebagai bahan pembelajaran

mandiri.

Gambar 15. Burning ke CD

4.2.5. Sinopsis Video

Video penelitian ini berjudul “Pembuatan Pestisida Alami Dari Daun

Pepaya” yang menceritakan tantang bagaimana seorang penyuluh (Suswatun

Hasanah) ingin memperkenalkan kepada petani tentang pestisida alami bersamaan

dengan masalah yang dialami petani. Kemudian penyuluh menjelaskan manfaat dari

daun pepaya yang ternyata dapat memberantas hama terutama hama serangga dan

mempraktekkan cara pembuatan pestisida daun pepaya tersebut. Dibawah ini contoh

adegan dan skenario dalam video.

76
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 16. Adegan Proses Pemblenderan Daun Pepaya

Dalam ruangan tersebut terdapat alat dan bahan untuk membuat pestisida

daun pepaya, dan sterofoam sebagai properti untuk meletakkan daun pepaya.

Sambil mempraktekkan, penyuluh menjelaskan kegiatan yang sedang berlangsung.

Kamera Medium Shot (MS).

Penyuluh: Nyalakan mesin blender dan tunggu beberapa saat hinga halus

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Gambar 17. Penyaringan Pestisida Daun Pepaya

77
Proses penyaringan pestisida daun pepaya yang telah didiamkan selama 1

malam. Kamera Medium Shot (MS).

Persiapan - Script, kamera, lampu sorot,kabel


sambung, tripod, sterofoam, kain hitam
dan putih
- Alat dan bahan yang diperlukan untuk
pembuatan pestisida daun pepaya

Pengambilan gambar - Sudut pandang kamera ( Establishing


shoot, High angel, Eye level, Low
angel, Crazy angle)
- Bidang pandang (ELS, LS, MLS,
MS,MCU,CU,BCU.ECU)
Shooting - Pemeran utama,
- Kameramen, dan crew pembuatan
video.

Editing - Software Sony vegas pro 10


- Format video AVI
- Convert menjadi FLV

Post Editing - Unggah keyoutube


- Burning dalam bentuk CD/DVD

Video
4.3. Rencana Penyuluhan

PenyusuananGambar 18. merupakan


rencana Persiapan Pembuatan Multimedia
tahap awal dalam melakukan sesuatu

kegiatan. Hal itu juga dilakukan dalam kegiatan penyuluhan pertanian terutama dalam

menjalankan pemberian informasi dan solusi yang dihadapi oleh petani. Untuk

mengetahui tabel rencana kegiatan penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut.

78
Tabel 3. Rencana Penyuluhan Pembuatan Pestida Alami
Kegiatan Metode Media Alat Bantu/Alat
No Masalah Tujuan Sasaran Waktu Ket
Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Peraga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penurunan Pengenalan Petani Gapoktan Praktek Lisan Contoh (awetan) Mei 2018
Produksi Padi dan upaya memahami Petani Lapangan dan hama,
akibat pengendalian cara-cara Tanaman Terproyeksi VCD kegiatan
serangan hama mengantisipasi Pangan pengendalaian
1
hama wereng wereng dan hama
melalui memberantas
pestisida hama wereng
alami

Tabel 3 memperlihatkan bahwa dalam penyusunan rencana penyuluhan haruslah dilakukan dengan koordinasi yang baik

antara penyuluh pertanian dengan petani sebagai orang / masyarakat yang akan diberikan pengetahuan. Selain itu juga semua

rencana penyuluhan yang telah dibuat sedemikian jelas dana dapat diukur apa yang akan di berikan dan yang akan di capai.

79
4.4. Penyuluhan

Dalam proses penyuluhan yang dilakukan di tempat penyuluhan

memperlihatkan hasil yang cukup baik. Untuk mengetahui dampak penyuluhan yang

dilakukan dapat dilihat pada pembahasan berikut.

4.4.1. Pemahaman Petani Terhadap Materi (Pre Test dan Post Test)

Untuk mengetahui pemahaman terhadap materi maka digunakan skala Likert

dari sebuah data yang dikumpulkan dengan menggunakan skala Likert. Pengukuran

tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat kuesioner

tentang objek pengetahuan yang akan diukur. Sebanyak 40,13% responden

menjawab pertanyaan pre test dengan benar 59,87% responden menjawab pertanyaa

pre test dengan salah. Sedangkan pertanyaan pada saat post test sebanyak 68,99%

responden menjawab pertanyaan dengan benar, dan 31,01% responden salah dalam

menjawab pertanyaan (Lampiran 5). Selisih skor pertanyaan yang dapat dijawab oleh

responden pada saat pre test dan post test yaitu 18,86. Dengan demikian, pemahaman

responden terhadap meteri penyuluhan yang diberikan dapat diketegorikan baik.

Responden yang menilai sangat baik terhadap kelebihan penggunaan

biopestisida karena biopestisida memberikan keuntungan bagi petani baik secara

teknis, ekonomis maupun sosial-psikologis. Secara teknis petani menilai bahwa

biopestisida mudah untuk dibuat. Kemudia penggunaan biopestisida juga mudah dan

efektif untuk mengendalikan OPT (organisme pengganggu tanaman).

Secara ekonomis biaya pembuatan biopestisida lebih murah jika dibandingkan

dengan biaya pembelian pestisida kimia dan penggunaan biopestisda dapat

mengurangi ketergantungan penggunaan pestisida kimia. Biaya pembuatan

80
biopestisida tersebut tergolong murah karena bahan-bahan untuk pembuatan

biopestisida tersebut berasal dari lingkungan sekitar. Rendahnya biaya pembuatan

biopestisida tentunya memberikan kompensasi biaya usahatani sehingga keuntungan

lebih tinggi.

Ditinjau dari segi sosial-psikolog, inovasi biopestisida ini dapat menjadi

jawaban untuk pemenuhan kebutuhan petani dalam hal pengendalian Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Selain itu, biopestisida yang ramah lingkungan dapat

membantu memenuhi kebutuhan akan pangan yang sehat dan terhindar dari zat-zat

beracun karena residu penggunaan biopestisida cepat hilang.

4.4.2. Tanggapan Terhadap Materi

Tanggapan responden terhadap materi yang diberikan yaitu 64,90%

menyatakan baik terhadap materi yang diberikan. Sebanyak 33,11% mengatakan

cukup baik dan 1,99% responden mangatakan tidak baik terhadap materi penyuluhan

yang diberikan (lampiran 6). Dilihat dari keseluruhan tanggapan responden terhadap

materi yang diberikan adalah baik, hal ini dikarenakan rata-rata responden berada

pada usia produktif sehingga dapat menerima materi yang diberikan dengan baik.

Dibandingkan dengan usia yang sudah tidak produktif, daya ingat seseorang

mengalami penurunan pada usia lanjut. Sehingga dalam penelitian ini ditentukan usia

maksimal responden adalah 55 tahun, karena usia 55 tahun dianggap batas usia

produktif seseorang.

4.3.3 Tanggapan Terhadap Media

81
Media penyuluhan selalu mengalami perkembangan, karena masing-masing

media itu memiliki kelemahan. Melalui media penyuluhan audio visual responden

dapat menggunakan secara optimal alat indra yang dimilikinya. Video juga dapat

digunakan untuk menunjukkan contoh dalam suatu gerakan, dalam video terdapat dua

unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan

responden untuk menerima pesan melalui pendengaran, sedangkan unsur visual

memungkinkan menerima pesan dalam bentuk visualisasi (Fitria, 2005).

4.3.4. Media Penyuluhan Gerak Suara

Media audio visual adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari

sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan cara memvisualisasikan sekaligus

memperdengarkan isi pesan atau informasi kepada penerima dengan melaui media

yang menunjangnya. Media yang menunjangnya adalah media elektronik,

karakteristik media ini adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Jenis media

ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang

pertama dan kedua yaitu media audio dan visual.

Salah satu aspek kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran adalah

dengan mengoptimalkan media audio visual. Media audio visual dapat memperlancar

pemahaman dan memperkuat ingatan, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat

mengoptimalkan kemampuan dan potensi petani. Dalam penyuluhan konvensional,

hanya cenderung berorientasi pada target penguasaan materi, sebagai contoh

pendekatan konvensional dalam pembelajaran adalah menghafal. Dari sisi

penguasaan materi, menghapal terbukti berhasil dalam meningkatkan hasil belajar,

tetapi gagal dalam membekali petani memecahkan persoalan dalam jangka panjang

82
dan juga proses pembelajaran membutuhkan waktu yang relatif lama. Akan tetapi, ini

bukan sebuah indikasi bahwa petani tersebut mempunyai kompetensi belajar yang

lemah, tetapi hal ini disebabkan oleh kurangnya inovasi dan kreativitas penyuluh

dalam mentransformasikan pengetahuan kepada petani (Haryoko, 2009).

Sebagai proses komunikasi, maka tingkat keberhasilan dalam kegiatan

penyuluhan tergantung pada unsur-unsur yang berkaitan dengan media. Dengan

menggunakan media, materi yang diinformasikan kepada petani dapat diterima,

dimengerti dan melekat pada daya ingat yang lebih lama (Fitria, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Kempas Jaya, media Gerak Suara sangat

baik dalam meningkatkan pengatahuan. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan

responden yang menyaksikan media penyuluhan Gerak Suara sebanyak 11

responden atau (73,34 % dari 15 responden) memberikan tanggapan sangat menarik

terhadap media yang diberikan. Sebanyak 2 responden (13,33 % dari 15 responden)

memberikan tanggapan menarik, dan 2 responden (13,33% dari 15 responden

mengatakan media yang diberikan tidak menarik (Lampiran 6).

Gerak Suara sebagai media pertama dalam kegiatan penyuluhan di Desa

Kempas Jaya masih memiliki kekurangan seperti yang diuraikan dibawah ini:

1. Keterbatasan alat pada saat pembuatan video menyebabkan kualitas suara yang

kurang baik sehingga mengurangi efektivitas pendengaran presponden pada saat

menyaksikan penyuluhan.

2. Media ini bersuara namun tidak dilengkapi teks sebagai keterang dari video

penyuluhan. Memang video dapat dihentikan untuk memberikan penjelasan,

namun hal itu akan mengganggu konsentrasi petani.

83
Secara umum media Gerak Suara ini dapat membantu dalam kegiatan

penyuluhan. Penyuluhan akan mencapai hasil yang lebih baik dengan

meminimalisasikan kekurangan yang ada pada multimedia.

4.3.5. Media Gerak Suara Teks

Gambar gerak sebagai media yang dimuati pesan pembelajaran dapat

dianggap sebagai media yang stategis digunakan, mengingat media ini sangat praktis,

dapat menimbulkan keingingtahuan seseorang, mudah dioperasikan dimana-mana

dengan bantuan listrik. Menurut Arsyad (2004), dikatakan bahwa pengetahuan

seseorang dimulai dari pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di

lingkungan kehidupan seseorang, kemudian memulai meniru sampai pada lambang

verbal abstrak. Semakin keatas semakin kerucut pengalaman itu semakin abstrak

materinya dan semakin diperlukan media penyampaian berupa gambar gerak.

Dalam media gerak suara video penyuluhan sudah menampilkan teks,

sehingga petani dapat mengingat hal-hal yang kurang jelas yang disampaikan melalui

suara. Media penyuluhan ini mudah digunakan oleh penyuluh, karena media ini

menggunakan teks. Sehingga penyuluh tidak perlu menyampaikan kembali isi dari

video penyuluhan hal ini dapat disimpulkan media ini lebih efektif dalam penyuluhan

di Desa Kempas Jaya.

Media audio visual yang banyak dikembangkan untuk keperluan

pembelajaran memiliki kelebihan yaitu:

1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat.

2. Menghemat waktu.

3. Bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak.

84
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan media Gerak

Suara Teks memungkinkan kegiatan penyuluhan disajikan secara menarik dan

digunakan sendiri oleh petani. Hal ini dapat dilihat dari hasil tanggapan petani

terhadap video yang menyaksikan media penyuluhan Gerak Suara Teks, sebanyak 12

responden atau (80% dari 15 responden) memberi tanggapan sangat menarik terhadap

media Gerak Suara Teks. Sebanyak 1 responden (6,67% dari 15 responden)

memberikan tanggapan menarik terhadap media Gerak Suara Teks, dan sebanyak 2

responden (13,33% dari 15 responden) mengatakan tidak menarik terhadap media

penyuluhan yang diberikan (Lampiran 7).

Hal ini sesui dengan pendapat Wittich dalam Nurfathiyah (2006), kerakteristik

visualisasi gerak dapat menampilkan gerak aslinya, dapat memperlihatkan suatu

proses secara lengkap, memungkinkan mempelajari secara mendetail suatu proses,

dan efek visual dan narasi sangat mempengaruhi aspek kognitif, efektif dan konatif.

Audio Visual Gerak Teks mendapat skor tertinggi karena selain petani dapat melihat

video gerak, teks yang terdapat didalamnya juga membantu mengingat kembali pesan

yang terdapat di dalam video.

Efektivitas multimedia yang berkualitas meliputi tiga unsur utama yaitu,

suara, visual dan teks. Unsur pertama pada program video yaitu suara dapat berupa

suara pelaku, suara musik, atau suara efek. Musik dalam media non cetak sangat

membantu pengguna untuk dapat lebih memahami suatu materi yang disampaikan

dan mengurangi rasa jenuh terhadap materi yang disajikan (Universitas Terbuka,

2003).

85
Unsur kedua dalam program video yaitu visual. Betuk visual sangat

bervariasi, antara lain gambar hidup, animasi dan grafis. Gambar hidup diperankan

oleh pelaku yang meragakan hal tertentu susuai kondisi dan situasi yang diinginkan

alur cerita. Salah satu bentuk visualisasi yang biasa digunakan adalah gambar hidup

yang menghadirkan penyaji. Hal yang harus dievaluasi dari penyajian ini adalah

kemenarikan penampilan, kebersihan dan kejelasan vokal, keluwesan dan tingkat

percaya diri, penggunaan bahasa yang komukatif, serta kejelasan artikulasi dan

intonasi dan penggunaan kontak mata dengan pemirsa.

Unsur ketiga dari program video yaitu teks, teks merupakan bagian dari visual

dalam bentuk grafis berupa caption. caption adalah tulisan, teks, atau bagian yang

dapat dibaca di layar untuk dapat lebih memperjelas materi yang ada dalam suatu

program. Caption hendaknya dapat dibaca dengan mudah dan jelas, warna jelas,

ukuran huruf memadai, jenis huruf sesui, tampilan menarik dan penayangan tidak

terlalu cepat (Universitas Terbuka, 2004).

4.3.6. Media Foto Suara

Foto suara adalah jenis sistem multimedia yang paling mudah diproduksi.

Sistem multimedia ini serba guna, mudah digunakan dan cukup efektif untuk

pembelajaran perorangan dan pembelajaran mandiri. Jika di desain dengan baik,

sistem multimedia gabungan foto suara dapat membawa dampak yang dramatis dan

tentu saja dapat meningkatkan hasil belajar (Fazriyah, 2011).

86
Foto suara merupakan suatu inovasi dalam penyuluhan yang dapat digunakan

sebagai media penyuluhan yang efektif membantu petani dalam memahami konsep

yang abstrak menjadi lebih nyata. Dengan menggunakan foto suara sebagai media

penyuluhan dapat menyebabkan semakin banyak indra yang terlibat maka petani

lebih mudah memahami suatu konsep (pemahaman konsep semakin baik).

Slide bersuara memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1. Gambar yang diproyeksikan secara jelas akan lebih menarik perhatian.

2. Dapat digunakan sebagai klasikal atau individu.

3. Isi gambar beruntun, dapat dilihat berulang-ulang serta dapat diputar kembali,

sesuai dengan gambar yang diinginkan.

4. Pemakaian tak terikat oleh waktu.

5. Dapat digunakan sesuai dengan isi dan tujuan pemakai.

6. Relatif tidak mahal karena dapat dipakai berulang-ulang.

7. Pertunjukan gambar dapat dipercepat atau diperlambat.

Hasil penelitian, diperoleh hasil tanggapan responden terhadap media foto

suara sebanyak 9 responden (60% dari 15 responden) mengatakan sangat menarik

terhadap media penyuluhan yang diberikan. Sebanyak 5 responden (33,33% dari 15

responden) mengatakan menarik terhadap media Foto Suara dan sebanyak 1

responden (6,67% dari 15 responden) mengatakan media penyuluhan Foto Suara

tidak menarik (Lampiran 7).

4.3.7. Media Foto Suara Teks

Media Audio Visual Diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat

diterima oleh indra pendengaran dan indra penglihatan, akan tetapai gambara yang

87
dihasilkan adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Jenis media ini

antara lain media slide bersuara (sound slide), film strip bersuara, dan halaman

bersuara. Kelebihan dan kelemahan media ini tidak jauh dengan Foto Suara.

Perbedaannya adalah adanya aspek teks pada media Foto Suara Teks.

Film disebut juga gambar hidup (motion picture), yaitu serangkaian gambar

diam (still picture) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga

menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan

pesan audio visual dan gerak. Gambar yang diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak

bergerak, yang terlihat adalah gerak semu, terjadi pada indra kita akibat perubahan

kecil dari satu gambar ke gambar yang lain, adanya satu fenomena yang terjadi pada

waktu kita melihat, disebut persistence of vision, sehingga menghasilkan suatu ilusi

gerak dari pandang kita (Suyadi, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan tanggapan terhadapa media Foto Suara Teks

sebanyak 9 responden (60,13% dari 15 responden) mengatakan sangat menarik, 2

(13,33% dari 15 responden) mengatakan cukup menarik, dan 4 responden (26,67%

dari 15 responden) mengatakan tidak menarik terhadap media yang diberikan.

Dengan demikian secara keseluruhan tanggapan responden terhadap media Foto

Suara Teks dapat dikategorikan baik (Lampiran 7).

88
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada petani di

Desa Kempas Jaya. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka didapatkan

simpulan.

1. Permasalaan yang dominan yang dihadapi petani adalah pengendalaian hama

wereng.

2. Rencana penyuluhan dialksanakan pada bulai Mei 2018 yang dilaksanakan di

Desa Kempas Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir.

3. Hasil diskusi dan analisis data memutuskan alat peraga penyuluhan yang cocok

dalam menyampaikan solusi masalah petani adalah pembuatan video penyuluhan

dimana materinya adalah pembutan pestisida nabati menggunakan daun pepaya

guna mengendalikan hama wereng.

4. Hasil penyuluhan menggunakan media Audio visual Gerak Teks memiliki skor

yang jauh lebih tinggi dibanding dengan kelompok perlakuan yang lainya dengan

nilai post-test = 17,2. Artinya, menunjukkan perbedaan yang signifikan antara

selisih skor kelompok Audio visual Gerak Teks dengan perlakuan lainnya.

5.2 Saran

1. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa petani lebih tertarik pada perlakuan Audio

Visual Gerak Teks, maka disarankan kepada pemerintah untuk menggalakkan

metode penyuluhan dengan multimedia gerak suara.

89
2. Dalam upaya mendekatkan petani dengan media penyuluhan dengan multimedia,

perlu ada sosialisasi teknologi kepada penyuluh dan petani agar dapat digunakan

sebagai sarana pembelajaran dan penyuluhan pertanian.

3. Perlu kerjasama antara pemerintah daerah dan pihak penyuluh untuk

mengaplikasikan penyuluhan multimedia dan dilakukan penyuluhan sesering

mungkin.

90
DAFTAR PUSTAKA

Andries ,N. 2012. Diseminasi Teknologi Pertanian. http://agronomi3000.


blogspot.com/2012/05/diseminasi-teknologi-pertanian.html. Diakses tanggal
21 September 2016.

Anonim. 2010. Gerak Visual Dan Audio Visual Dalam Pembelajaran.


http://ganjureducation.wordpress.com/2010/12/26/gerak-visual-dan-
audio-visual-dalam-pembelajaran. Diakses pada tanggal 8 Maret 2016.

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Chairunisa. 2011. Sony Vegas Pro. localhost/I:/tulisanpunbercerita/Sony/


VegasPro.htm. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016.

Departemen Pertanian. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16


Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan. Jakarta.

Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.


http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/pengetahuan-dan-aktor-
faktor-yang-mempengaruhi/. Diakses tanggal 21 Nopember 2016.

Fitria, Dewi. 2005. Pengembangan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran


Kosa Kata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas IV Madrasyah Ibtidaiyyah
Negri (MIN) Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara. Skripsi,
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negri Semarang.

Haryoko, Sapto. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Sebagai


Alternatif Optimalisasi Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro vol. 5.
Makasar.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas


Maret University Press.

Natawigena W, Darajat. 2000. Beberapa Kendala Dalam Memproduksi Pestisida


Nabati. Staf Pengajar Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian UNPAD. (Disajikan dalam Seminar Nasional ‘PHT Promo 2000’
tanggal 29 Juni 2000).

Nurfathiyah, Pera. 2006. Pengaruh Visualisasi Dan Bentuk Narasi Pada


Multimedia Berbasis Web Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Tani.

91
Jurnal Forum Pasca sarjana vol. 29 no. 2 April 2005. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Litbang Pertanian. 2002. Prospek Pertanian Organik di Indonesia.


http://www.litbang.deptan.go.id/teknologi. Diakses tanggal 24 Januari 2017

Perdana, A.S. 2009. Analisis Kinerja Program Penyuluhan Dan Komunikasi


Pertanian Di Bpp Sewon Kabupaten Bantul. http://adhisuryaperdana.
wordpress.com/pertanian-ugm/analisis-kinerja-program-penyuluhan-dan-
komunikasi-pertanian-di-bpp-sewon-kabupaten-bantul/. Diakses tanggal 12
Nopember 2015.

Putri. 2010. Laporan Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.


http://20de.wordpress.com/2010/06/20/laporan-praktikum-penyuluhan-dan-
komunikasi-pertanian/. Diakses Tanggal 1 September 2016.

Riduwan dan Akdon . 2007. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Alfabeta.
Bandung.

Rao, V. K. 2001. Media Education. New Delhi: A.P.H. Publishing Corporation.

Sahid. 2009. Teori Divusi Inofasi. http://muh-sahid-b50108102. blogspot.com/


2009/11/teori-difusi-inovasi.html. Diakses Tanggal 1 September 2016.

Samsudin. 2008. Pestisida Sintetis dan Bahanyanya Bagi Kesehatan Manusia dan
Lingkungan. www.pertaniansehat.or.id. Diakses pada tanggal 19 Juni 2016.

Santyasa, W. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. http://


file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194704171973
032MULIATI_PURWASASMITA/MEDIA_PEMBELAJARAN.pdf.
Diakses tanggal 13 Ferbruari 2016.

Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor:


Ghalia Indonesia.

Subejo. 2008. Sistem Penyuluhan di jepang: Konsep, Peran dan Perkembangan


Penyuluhan Pertanian dan Pedesaan. UGM. Yogyakarta.

Supandi, 2008. Menggalang Patisipasi Petani Untuk Meningkatkan Produksi


Kedelai Menuju Swasembada. Jurnal Litbang Pertanian. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Suradisastra, K. 2008. Startegi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Forum


Penelitian Agro Ekonomi. 26-2. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Bogor.

92
Sutoyo. 2011. Media penyuluhan pertanian. http://sutoyoagribisnis.blogspot.
com/2011/08/media-penyuluhan-pertanian.html. Diakses tanggal 19 Agustus
2016.

Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan


pertanian. Penjelasan tentang konsep, istilah, teori dan indikator serta
variabel.  Bina Rena Pariwara, Jakarta.

Undang undang republik indonesia. No. 16 tahun 2006. Tentang sistem


penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan

Universitas Terbuka. 2003. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Audio/Video.


Jakarta: Universitas Terbuka.

2004b. Naskah Akademik Program D-II PGTK UT. Jakarta:


Universitas Terbuka

Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta


2008. Halaman 70

Van den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

93
Lampiran 1. Profil responden
TERDAFTAR
UMUR JENIS TERDAFTAR ANGGOTA
NO NAMA PENDIDIKAN ANGGOTA DESA
(THN) KELAMIN KELOMPOKTANI
KOPERASI
1 KEMPAS JAYA
SUKARDI 55 LAKI-LAKI SD IYA IYA
2 KEMPAS JAYA
DAHONO 37 LAKI-LAKI S1 IYA TIDAK
3 KEMPAS JAYA
YUSUF 55 LAKI-LAKI SD TIDAK IYA
4 KEMPAS JAYA
PONIRIN 27 LAKI-LAKI SMP IYA IYA
5 KEMPAS JAYA
DARMAN 53 LAKI-LAKI SD IYA IYA
6 KEMPAS JAYA
KARTIWI 39 PEREMPUAN SMP IYA IYA
7 KEMPAS JAYA
SUDIKUN 54 LAKI-LAKI SD IYA TIDAK
8 KEMPAS JAYA
SUPRIYANTO 33 LAKI-LAKI SMA IYA IYA
9 KEMPAS JAYA
HERI 30 LAKI-LAKI SMP IYA IYA
10 KEMPAS JAYA
SUGIMO 60 LAKI-LAKI TDK SKLH IYA IYA
11 KEMPAS JAYA
SULAIMAN 45 LAKI-LAKI SD IYA IYA
12 KEMPAS JAYA
ACHMAD 40 LAKI-LAKI SMP IYA TIDAK
13 KEMPAS JAYA
NURI 35 PEREMPUAN SD TIDAK IYA
14 KEMPAS JAYA
MISYANTO 32 LAKI-LAKI SD IYA IYA
15 KEMPAS JAYA
ARYO 43 LAKI-LAKI SD IYA IYA

99
Lampiran 2. Sambungan profil
PEKERJAAN PEKERJAAN STATUS SOSIAL
NO NAMA KECAMATAN KABUPATEN
UTAMA SAMPINGAN MASYARAKAT
1
SUKARDI KEMPAS INHIL PETANI PADI BURUH TOKOH AGAMA
2
DAHONO KEMPAS INHIL PETANI PADI HONORE KAUR PEMERINTAHAN
3
YUSUF KEMPAS INHIL PETANI PADI KADUS KADUS
4
PONIRIN KEMPAS INHIL PETANI PADI HONORE KAUR ADM
5
DARMAN KEMPAS INHIL PETANI PADI RT RT
6
KARTIWI KEMPAS INHIL PETANI PADI    
7
SUDIKUN KEMPAS INHIL PETANI PADI BURUH  
8
SUPRIYANTO KEMPAS INHIL DAGANG PETANI KETUA KELOMPOKTANI
9
HERI KEMPAS INHIL PETANI PADI    
10
SUGIMO KEMPAS INHIL PETANI PADI BURUH  
11
SULAIMAN KEMPAS INHIL PETANI PADI    
12
ACHMAD KEMPAS INHIL PETANI PADI HONORE KAUR UMUM
13
NURI KEMPAS INHIL DAGANG PETANI  
14
MISYANTO KEMPAS INHIL PETANI PADI BURUH  
15
ARYO KEMPAS INHIL PETANI PADI    

100
Lampiran 3. Sambungan profil
JUMLAH TANGGUNGAN Struktur Anggota Keluarga
NO NAMA Lainnya (ponakan,
Inti (S + I + Anggota Keluarga
adik, kakak, orang Berdasarkan Usia Anak (Usia Sekolah)
Anak) Bekerja
tua)
1  
SUKARDI 5 1 2 3
2
DAHONO 4     2 2
3
YUSUF 5 1   3 2
4
PONIRIN 2     1 1
5
DARMAN 2     1 1
6
KARTIWI 4 2   1 3
7
SUDIKUN 2     1 1
8
SUPRIYANTO 2     1 1
9
HERI 2     1 1
10
SUGIMO 2     2  
11
SULAIMAN 3     2 1
12
ACHMAD 3     1 2
13
NURI 3 1   1 2
14
MISYANTO 3     1 2
15
ARYO 3     2 1

101
Lampiran 4. Sambungan profil
LUAS LAHAN USAHATANI
NO NAMA Permasalahan
(Ha)
1 SUKARDI 1 Hama penyakit / OPT
2 DAHONO 3 Hama / OPT
3 YUSUF 5 Hama / OPT
4 PONIRIN 6 Obat-obatan yang mahal
5 DARMAN 2 Hama / OPT
6 KARTIWI 1 Hama / OPT
7 SUDIKUN 1 Harga jual yang rendah
8 SUPRIYANTO 1 Hama produksi menurun
9 HERI 2 Hama / OPT
10 SUGIMO 1 Hama / OPT
11 SULAIMAN 1 Obat-obatan yang mahal
12 ACHMAD 2 Hama dan harga obat-obatan yang mahal
13 NURI 1 Obat-obatan
14 MISYANTO 3 Hama / OPT
15 ARYO 4 Hama / OPT

102
Lampiran 5. Rekapitulasi Pemahaman Terhadap Materi Penyuluhan
Pre test Post test
No Uraian
B S B S
1 Bahan Aktif Apa Yang Terdapat Pada Daun Pepaya 5 10 8 7
2 Pestisida alami daun pepaya dapat mengendalikan hama apa? 4 11 12 3
3 Berapa banyak daun pepaya yang dibutuhkan untuk 1 liter air ? 5 10 8 7
4 Berapa liter air yang dibutuhkan untuk merendam daun pepaya? 2 12 11 4
5 Berapa banyak deterjen yang dibutuhkan? 6 9 13 2
6 Berapa malam hasil campuran didiamkan/direndam? 3 12 12 3
7 Apakah efektif pestisida alami daun pepaya membasmi hama? 6 9 14 1
8 Apa kelebihan dari pestisida alami daun papaya 4 11 14 1
9 Daun pepaya sebaiknya digunakan daun yang? 5 10 8 7
10 Apa guna dari kain tipis? 9 6 12 3
11 Mengapa daun pepaya harus ditumbuk/ dicincang? 10 5 12 3
12 Jika dibandingkan dengan pestisida sintetis, mana yang lebih murah? 4 11 8 7
13 Berapa biaya pembuata 1 liter pembuatan pestisida alami? 10 5 11 4
Penambahan deterjen dalam pembuatan pestisida dari ekstrak daun pepaya berguna untuk
14 11 4 13 2
apa?
15 Berapa harga pestisida sintetis perbotol? 10 5 13 2
16 Bila dibandingkan dengan pestisida alami mana yang lebih murah? 8 7 12 3
17 Apakah bahan pembuatan biopestisida mudah didapat? 9 6 11 4
18 Mengapa biopestisida lebih ramah lingkungan? 2 13 9 6
19 Berapa frekuensi penyemprotan pestisida daun pepaya? 2 13 13 2
20 Berapa persen daun dapat terbunuh setelah 2 hari penyemprotan? 5 10 9 6
RATA-RATA (%) 40,13 59,87 68,99 31,01
Selisih tingkat pengetahuan 68,99 - 40,13 = 18.86
Sumber: Data Olahan, 2016

103
Lampiran. Pemahaman Terhadap Materi Penyuluhan
Bahan Aktif Apa Yang Terdapat Pada Daun Pepaya Pestisida alami daun pepaya dapat mengendalikan hama apa?
NO NAMA Pre test Post test Pre test Post test
B S B S B S B S
1 SUKARDI 1   1   1   1  
2 DAHONO   1 1     1 1  
3 YUSUF   1   1   1 1  
4 PONIRIN   1   1   1 1  
5 DARMAN   1   1   1 1  
6 KARTIWI   1   1   1   1
7 SUDIKUN   1 1     1   1
8 SUPRIYANTO 1   1     1   1
9 HERI 1   1     1 1  
10 SUGIMO   1   1   1 1  
11 SULAIMAN 1   1     1 1  
12 ACHMAD   1   1 1   1  
13 NURI   1   1 1   1  
14 MISYANTO   1 1   1   1  
15 ARYO 1   1     1 1  
JUMLAH 5 10 8 7 4 11 12 3

104
Lanjutan
Berapa banyak daun pepaya yang dibutuhkan Berapa liter air yang dibutuhkan untuk merendam Berapa banyak deterjen yang
untuk 1 liter air ? daun pepaya? dibutuhkan?
Pre test Post test Pre test Post test Pre test Post test
B S B S B S B S B S B S
1   1     1 1   1   1  
  1 1     1 1   1   1  
  1   1   1 1     1   1
  1   1   1   1   1 1  
1   1     1 1   1   1  
  1   1   1 1     1 1  
1   1   1   1     1 1  
  1 1   1   1     1 1  
  1   1   1   1   1 1  
  1 1     1 1     1   1
  1   1   1 1     1 1  
  1 1     1   1 1   1  
1     1   1 1   1   1  
1   1     1   1   1 1  
  1   1   1 1   1   1  
5 10 8 7 2 13 11 4 6 9 13 2

105
Lanjutan
Berapa malam hasil campuran Apakah efektif pestisida alami daun Apa kelebihan dari pestisida alami daun
didiamkan/direndam? pepaya membasmi hama? papaya
Pre test Post test Pre test Post test Pre test Post test
B S B S B S B S B S B S
  1 1   1   1     1 1  
  1   1 1   1     1 1  
  1 1   1   1     1 1  
1   1     1 1     1 1  
1   1     1 1     1 1  
  1 1     1 1     1 1  
  1 1     1 1   1   1  
  1 1     1 1   1   1  
  1   1   1 1   1   1  
  1 1     1   1 1   1  
  1 1     1 1     1 1  
  1   1   1 1     1 1  
  1 1   1   1     1   1
  1 1   1   1     1 1  
1   1   1   1     1 1  
3 12 12 3 6 9 14 1 4 11 14 1

106
Lanjutan
Daun pepaya sebaiknya digunakan daun Mengapa daun pepaya harus ditumbuk/
yang? Apa guna dari kain tipis? dicincang?
Pre test Post test Pre test Post test Pre test Post test
B S B S B S B S B S B S
  1 1   1   1   1   1  
  1 1   1   1   1   1  
  1   1 1   1   1   1  
  1   1 1     1 1   1  
  1 1   1     1 1   1  
1   1   1     1 1   1  
1   1   1   1   1   1  
  1 1     1 1   1     1
1     1   1 1   1   1  
1   1     1 1   1   1  
1     1   1 1     1 1  
  1 1     1 1     1 1  
  1   1   1 1     1   1
  1   1 1   1     1 1  
  1   1 1   1     1   1
5 10 8 7 9 6 12 3 10 5 12 3

107
Lanjutan
Penambahan deterjen dalam pembuatan
Jika dibandingkan dengan pestisida sintetis, mana Berapa biaya pembuata 1 liter pembuatan pestisida dari ekstrak daun pepaya
yang lebih murah? pestisida alami? berguna untuk apa?
Pre test Post test Pre test Post test Pre test Post test
B S B S B S B S B S B S
1   1   1   1     1   1
1   1   1   1   1     1
  1 1   1   1   1   1  
  1 1   1   1   1   1  
  1   1 1   1   1   1  
  1   1 1   1   1   1  
  1   1 1     1 1   1  
  1   1 1   1   1   1  
  1   1   1 1   1   1  
  1   1 1   1   1   1  
  1 1   1     1 1   1  
  1   1   1 1   1   1  
1   1     1 1     1 1  
  1 1     1   1   1 1  
1   1     1   1   1 1  
4 11 8 7 10 5 11 4 11 4 13 2

108
Lanjutan
Bila dibandingkan dengan pestisida alami mana Apakah bahan pembuatan biopestisida
Berapa harga pestisida sintetis perbotol? yang lebih murah? mudah didapat?
Pre test Post test Pre test Post test Pre test Post test
B S B S B S B S B S B S
1   1   1   1   1   1  
1   1   1   1   1   1  
1   1     1 1   1   1  
1   1   1   1   1   1  
  1 1   1   1   1   1  
  1 1   1   1   1   1  
  1 1   1   1   1   1  
  1   1 1   1   1   1  
  1   1 1   1   1   1  
1   1     1 1     1   1
1   1     1   1   1   1
1   1     1 1     1   1
1   1     1   1   1   1
1   1     1 1     1 1  
1   1     1   1   1 1  
10 5 13 2 8 7 12 3 9 6 11 4

109
Lanjutan
Berapa frekuensi penyemprotan pestisida daun Berapa persen daun dapat terbunuh
Mengapa biopestisida lebih ramah lingkungan? pepaya? setelah 2 hari penyemprotan?
Pre test Post test Pre test Post test Pre test Post test
B S B S B S B S B S B S
1   1     1 1   1   1  
  1 1     1 1   1   1  
  1 1     1   1   1 1  
  1 1     1   1   1   1
  1 1     1 1   1   1  
  1 1     1 1     1 1  
  1   1   1 1     1   1
  1   1   1 1     1 1  
  1   1   1 1     1   1
  1   1   1 1     1   1
  1   1   1 1     1   1
  1   1   1 1     1   1
  1 1     1 1     1 1  
  1 1   1   1   1   1  
1   1   1   1   1   1  
2 13 9 6 2 13 13 2 5 10 9 6

110
Lampiran 6. Rekapitulasi Tanggapan Terhadapa Materi Penyuluhan
NO PERTANYAAN Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
1 Penyuluhan ini menambah pengatahuan anda 13 2 -
2 Bahan dasar pestisida alami daun pepaya tersedia dilingkunga tempat tinggal 7 8 1
3 Anda mencoba pestisida alami agar hemat biaya 10 5 -
4 Pestisida alami tidak mengandung bahan kimia 12 3  
5 Sebagai pengganti pestisida kimia 8 7 -
6 Bahan untuk membuat pestisida alami mudah didapat 12 3 -
7 Cocok untuk diterapkan didesa anda 11 3 1
8 Pembuatan pestisida ini bermanfaat untuk anda 10 5 -
9 Anda berminat untuk mempraktekkan sendiri 8 7 -
10 Menurut anda, apakah video penyuluhan yang diberikan menarik 7 7 1
  RATA-RATA (%) 64,90 33,11 1,99
Sumber: Data Olahan, 2016

111
Lampiran. Tanggapan Terhadapa Materi Penyuluhan

NO NAMA Penyuluhan ini menambah pengatahuan anda Bahan dasar pestisida alami daun pepaya tersedia dilingkunga tempat tinggal
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
1 SUKARDI 1 1 1
2 DAHONO 1 1
3 YUSUF 1 1
4 PONIRIN 1 1
5 DARMAN 1 1
6 KARTIWI 1 1
7 SUDIKUN 1 1
8 SUPRIYANTO 1 1
9 HERI 1 1
10 SUGIMO 1 1
11 SULAIMAN 1 1
12 ACHMAD 1 1
13 NURI 1 1
14 MISYANTO 1 1
15 ARYO 1 1
JUMLAH 13 2 0 7 8 1

112
Lanjutan
Anda mencoba pestisida alami agar hemat biaya Pestisida alami tidak mengandung bahan kimia Sebagai pengganti pestisida kimia
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
10 5 0 12 3 0 8 7 0

113
Lanjutan
Bahan untuk membuat pestisida alami mudah didapat Cocok untuk diterapkan didesa anda Pembuatan pestisida ini bermanfaat untuk anda
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
12 3 0 11 3 1 10 5 0

114
Lanjutan
Anda berminat untuk mempraktekkan sendiri Menurut anda, apakah video penyuluhan yang diberikan menarik
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
8 7 0 7 7 1

115
Lampiran 7. Rekapitulasi Tanggapan Terhadap Media Penyuluhan
Pertanyaan Sangat Menarik (%) Menarik (%) Tidak Menarik (%)
1.        Menurut anda apakah video Gerak Suara yang diberikan menarik ? 11 (73,34%) 2 (13,33%) 2 (13,33%)
2.        Menurut anda apakah video Gerak Suara teks yang diberikan
12 (80%) 1 (6,67%) 2 (13,33%)
menarik ?
3.        Menurut anda apakah video Foto Suara yang diberikan menarik ? 9 (60%) 5 (33,33) 1 (6,67%)
4.        Menurut anda apakah video Foto Suara teks yang diberikan
9 (60%) 2 (11,33%) 4 (26,67%)
menarik ?
Sumber: Data Olahan, 2016

116
Lampiran. Tanggapan Terhadap Media Penyuluhan
1.        Menurut anda apakah video Gerak Suara yang diberikan 2.        Menurut anda apakah video Gerak Suara teks yang
NO NAMA menarik ? diberikan menarik ?
Sangat Menarik (%) Menarik (%) Tidak Menarik (%) Sangat Menarik (%) Menarik (%) Tidak Menarik (%)
1 SUKARDI 1     1    
2 DAHONO 1     1    
3 YUSUF 1     1    
4 PONIRIN 1     1    
5 DARMAN 1     1    
6 KARTIWI 1     1    
7 SUDIKUN 1     1    
8 SUPRIYANTO     1 1    
9 HERI 1     1    
10 SUGIMO 1     1    
11 SULAIMAN   1   1    
12 ACHMAD   1   1    
13 NURI     1   1  
14 MISYANTO 1         1
15 ARYO 1         1
JUMLAH 11 2 2 12 1 2

117
Lanjutan
4.        Menurut anda apakah video Foto Suara teks yang diberikan
3.        Menurut anda apakah video Foto Suara yang diberikan menarik ? menarik ?
Sangat Menarik (%) Menarik (%) Tidak Menarik (%) Sangat Menarik (%) Menarik (%) Tidak Menarik (%)
  1       1
    1     1
  1       1
  1   1    
1     1    
1     1    
1     1    
  1   1    
  1   1    
1     1    
1     1    
1     1    
1       1  
1         1
1       1  
9 5 1 9 2 4

118
Lampiran 8. Proses Pengambilan Gambar Di Lapangan

1. Penyemprotan Biopestisida Daun Pepaya 2. Memasukkaan Daun Pepaya Kedalam Blender 3. Penulisan Skrip Pada Papan Tulis

4. Memperlihatkan Hama 5. Proses Pemblenderan 6. Memperlihatkan Tanaman Yang Sehat

119
Lampiran 9. Proses Editing Video

120
Lampiran 10. Proses Pengambilan Data Responden

121
Contoh Kuisioner Pre Test dan Post Test
Nomor Kuesioner : Surveyor :
Kecamatan : Tanggal Survey : / / 2019
Desa : Tanggal Entry : / / 2019

I. Identitas Responden
a. Nama :
b. Jenis Kelamin : Pria Wanita
c. Usia : Tahun
d. Pekerjaan utama :
e. Pekerjaan sampingan :
f. Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
D3
S1
S2
S3
g. Agama :
h. Status kependudukan : Penduduk asli/tempatan
Penduduk pendatang
i. Etnis/suku :
j. Lama tinggal di desa/kelurahan : …….. Tahun …….. Bulan
k. Jumlah Anggota Keluarga : Orang
l. Kedudukan dalam masyarakat : Tokoh agama
Tokoh pemuda
Kepala suku / niniak mamak
Pemuka masyarakat
Pemerintahan desa

2. Petanyaan Pre Test


1. Bahan aktif apa yang terdapat pada Daun Pepaya ?
____________________________________________________________
____________________________________________________________

2. Pestisida alami daun pepaya dapat mengendalikan hama apa?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

3. Berapa banyak daun pepaya yang dibutuhkan untuk 1 liter air ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

122
4. Berapa liter air yang dibutuhkan untuk merendam daun pepaya?
____________________________________________________________
____________________________________________________________

5. Berapa banyak deterjen yang dibutuhkan?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

6. Berapa malam hasil campuran didiamkan/direndam?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

7. Apakah efektif pestisida alami daun pepaya membasmi hama?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

8. Apa kelebihan dari pestisida alami daun papaya


____________________________________________________________
____________________________________________________________

9. Daun pepaya sebaiknya digunakan daun yang ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

10. Apa guna dari kain tipis ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

11. Mengapa daun pepaya harus ditumbuk/ dicincang ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________
12 Jika dibandingkan dengan pestisida sintetis, mana yang lebih murah?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

13. Berapa biaya pembuata 1 liter pembuatan pestisida alami?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

14. Penambahan deterjen dalam pembuatan pestisida dari ekstrak daun pepaya
berguna untuk apa?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

123
15. Berapa harga pestisida sintetis perbotol?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

16. Bila dibandingkan dengan pestisida alami mana yang lebih murah?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

17. Apakah bahan pembuatan biopestisida mudah didapat?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

18. Mengapa biopestisida lebih ramah lingkungan?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

19. Berapa frekuensi penyemprotan pestisida daun pepaya?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

20. Berapa persen daun dapat terbunuh setelah 2 hari penyemprotan?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

124
3. Petanyaan Post Test
1. Bahan aktif apa yang terdapat pada Daun Pepaya ?
____________________________________________________________
____________________________________________________________

2. Pestisida alami daun pepaya dapat mengendalikan hama apa?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

3. Berapa banyak daun pepaya yang dibutuhkan untuk 1 liter air ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

4. Berapa liter air yang dibutuhkan untuk merendam daun pepaya?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

5. Berapa banyak deterjen yang dibutuhkan?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

6. Berapa malam hasil campuran didiamkan/direndam?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

7. Apakah efektif pestisida alami daun pepaya membasmi hama?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

8. Apa kelebihan dari pestisida alami daun papaya


____________________________________________________________
____________________________________________________________

9. Daun pepaya sebaiknya digunakan daun yang ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

10. Apa guna dari kain tipis ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

11. Mengapa daun pepaya harus ditumbuk/ dicincang ?


____________________________________________________________
____________________________________________________________

125
12 Jika dibandingkan dengan pestisida sintetis, mana yang lebih murah?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

13. Berapa biaya pembuata 1 liter pembuatan pestisida alami?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

14. Penambahan deterjen dalam pembuatan pestisida dari ekstrak daun pepaya
berguna untuk apa?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

15. Berapa harga pestisida sintetis perbotol?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

16. Bila dibandingkan dengan pestisida alami mana yang lebih murah?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

17. Apakah bahan pembuatan biopestisida mudah didapat?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

18. Mengapa biopestisida lebih ramah lingkungan?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

19. Berapa frekuensi penyemprotan pestisida daun pepaya?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

20. Berapa persen daun dapat terbunuh setelah 2 hari penyemprotan?


______________________________________________________________
______________________________________________________________

126
Kuisioner Tanggapan Terhadap Materi
1. Penyuluhan ini menambah pengatahuan anda
Sangat Kurang Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
setuju (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak menambah dapat menambah Karna menambaha
membantu pengetahuan pengetahuan pengethuan
menambah
pengetahuan
Alasan;

2. Bahan dasar pestisida alami daun pepaya tersedia dilingkungan tempat tinggal
Sangat Kurang Tidak tersedia Cukup tersedia tersedia Sangat tersedia
tersedia (2) (3) (4) (5)
(1)
Sangat sulit Kurang tersedia Cukup Sulit Tersedia Sangat banyak
diperoleh dilingkungan ditemukan dilingkungan tersedia
dilingkungan petani dilingkungan petani dilingkungan petani
petani petani
Alasan;

3. Apakah anda ingin mencoba pestisida alami agar hemat biaya


Sangat Kurang Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
setuju (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak karena Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
tidak dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak diminati dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

4. Pestisida alami tidak mengandung bahan kimia


Sangat Kurang Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
setuju (2) (3) (4) (5)
(1)
Sangat Kurang Cukup Tidak Sangat tidak
mengandung mengandung mengandung mengandung mengandung bahan
bahan kimia bahan kimia bahan kimia bahan kimia kimia
Alasan;

127
5. Pestisida nabati dapat dijadikan sebagai alternatife pengganti pestisida kimia
Sangat Kurang Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
setuju (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak diminati dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

6. Bahan untuk membuat pestisida alami mudah didapat


Sangat Kurang Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
setuju (2) (3) (4) (5)
(1)
Sangat sulit Kurang tersedia Cukup tersedia Tersedia Sangat tersedia
diperoleh dilingkungan dilingkungan dilingkungan dilingkungan petani
dilingkungan petani petani petani
petani
Alasan;

7. Cocok untuk diterapkan didesa anda


Sangat Kurang Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
setuju (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak diminati dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

8. Pembuatan pestisida ini bermanfaat untuk anda


Sangat Kurang Tidak Cukup Bermanfaat Sangat Bermanfaat
Bermanfaat Bermanfaat Bermanfaat (4) (5)
(1) (2) (3)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan /
dibutuhkan / dibutuhkan namun kurang petani karna bermanfaat oleh
Bermanfaat karna tidak / bermanfaat dapat petani
bermanfaat mempermudah / Karna

128
membantu bermanfaat petani mempermudah
petani dalam dalam budidaya petani dalam
budidaya budidaya
Alasan;

9. Pembuatan pestisida ini bermanfaat untuk anda


Sangat Kurang Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
setuju (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan / Sangat dibutuhkan /
dibutuhkan / dibutuhkan / namun kurang bermanfaat oleh bermanfaat oleh
bermanfaat bermanfaat diminati/ petani karna petani
karna tidak bermanfaat dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

10. Menurut anda, apakah video penyuluhan yang diberikan menarik


Sangat Kurang Tidak Menarik Cukup Menarik Menarik Sangat Menarik
Menarik (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Menarik Kurang Cukup Menarik Menarik karena Sangat dibutuhkan
Menarik karna namun kurang Dibutuhkan oleh oleh petani
tidak diminati petani dan dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

129
Kuisioner Terhadap Media
1. Menurut anda apakah video Gerak Suara yang diberikan menarik ?
Sangat Kurang Tidak Menarik Cukup Menarik Menarik Sangat Menarik
Menarik (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak diminati dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

2. Menurut anda apakah video Gerak Suara teks yang diberikan menarik ?
Sangat Kurang Tidak Menarik Cukup Menarik Menarik Sangat Menarik
Menarik (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak diminati dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

3. Menurut anda apakah video Foto Suara yang diberikan menarik ?


Sangat Kurang Tidak Menarik Cukup Menarik Menarik Sangat Menarik
Menarik (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak diminati dapat Karna
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

4. Menurut anda apakah video Foto Suara teks yang diberikan menarik ?
Sangat Kurang Tidak Menarik Cukup Menarik Menarik Sangat Menarik
Menarik (2) (3) (4) (5)
(1)
Tidak Kurang Dibutuhkan Dibutuhkan oleh Sangat dibutuhkan
dibutuhkan dibutuhkan namun kurang petani karna oleh petani
karna tidak diminati dapat Karna

130
membantu mempermudah mempermudah
petani dalam petani dalam petani dalam
budidaya budidaya budidaya
Alasan;

131

Anda mungkin juga menyukai