Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MEKANISASI PERTANIAN EKOSISTEM SUB-OPTIMAL

ALAT DAN MESIN PERTANIAN PENGENDALIAN HAMA DAN


PENYAKIT TANAMAN

DISUSUN OLEH :

M. JULIANDA BAROKAH 1806124743


RINI DESVAYONA 1806124793
APRIZEN 1806124915
ELVI NURVA DAELI 1806124947
SUCI RAMADHANI SYAHFITRI 1806125009
REFKO MUNAMI 1806125019
MUHAMMAD FIKRI HAFIZH 1806125089
SELVI SUSANTI 1806125303
CITRA NATALINA PASARIBU 1806125329

AGROTEKNOLOGI - A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Alat dan Mesin Pertanian Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman.” Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam Penyusunan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa


makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membacanya.

                                   Pekanbaru, 10 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1  Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Sejarah Perkembangan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman............3
2.2 Alat dan Mesin Pertanian Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman........3
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
3.1 kesimpulan....................................................................................................12
3.2 saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dengan munculnya berbagai macam dan jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman budidaya yang berdampak terhadap produksi  nilai
ekonomisnya, muncullah pemikiran dan inisiatif untuk mengendalikan serangan
tersebut. Berdasarkan pemikiran inilah mulai muncul konsep perlindungan
tanaman, dan  hingga kini terus berkembang sehingga dapat menciptakan suatu
solusi pengendalian hama dan penyakit yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan
tidak membahayakan terhadap petani maupun lingkungan hidup serta tidak
mengganggu keanekaragaman hayatinya.

Pengandalian hama dan penyakit tanaman merupakan bagian dari sistem


budidaya tanaman yang bertujuan untuk membatasi kehilangan hasil akibat
serangan OPT menjadi seminimal mungkin, sehingga diperoleh kwalitas dan
kwantitas produksi yang baik.  

Pengendalaian  hama dan penyakit  tanaman merupakan salah satu konsep


yang harus diterapkan dalam budidaya tanaman sehingga tercapai produksi yang
maksimal. Konsep yang diterapkan yaitu menggunakan konsep pengendalian
hama secara terpadu (PHT).  Pengendalian hama dan penyakit tanaman harus
menerapkan konsep-konsep yang ramah terhadap lingkungan, meminimalkan
dampak negatif terhadap lingkungan serta mempertahankan keanekaragaman
hayati yang ada.  Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap
kebijakan pengendalian hama secara konvensional, yang sangat utama dalam
manggunakan pestisida. Kebijakan ini mengakibatkan penggunaan pestisida oleh
petani yang tidak tepat dan berlebihan, dengan cara ini dapat meningkatkan biaya

1
produksi dan mengakibatkan dampak samping yang merugikan terhadap
lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri maupun masyarakat secara luas.

PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang


pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi
ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan
yang berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi PHT adalah : 1) produksi pertanian
mantap tinggi, 2) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) Populasi
OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan dan
4) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan pestisida yang
berlebihan (Anonimous, 2004 ).

Tiga komponen komponen dasar yang harus dibina, yaitu : Petani,Komoditi


dasil pertanian dan wilayah pengembangan dimana kegiatan pertanian
berlangsung, disamping pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga
menghasilkan peningkatan produksi serta pendapatan petani, pengembangan
komoditi hasil pertanian benar-benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan
bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku industri, sedangkan pembinaan
terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembangunan
wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah ( Kusnadi, 1980).

Dengan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu yang semakin


menunjukan peningkatan pengguaan dan aplikasinya, konsep pengendalian hama
dan penyakit yang menerapakan penggunaan pestisida mulai ditinggalkan.

Konsep perlindungan hama dan penyakit menggunakan pestisida ditinggalkan


karena tidak sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan hidup yang menjaga
kelestarian lingkungan dan keragaman hayati serta hilangnya beberapa musuh
alami hama dan penyakit.

2
Konsep lain yang mulai ditinggalkan adalah pertanian secara intensif  baik
dalam budidaya maupun penanggulangan hama dan penyakit. Konsep
penanggulangan ini hanyaberkonsentari terhadap produksi dan mutu hasil
budidaya tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan seperti adanya zat-zat
beracun yang ikut terbawa oleh hasil panen, hilangnya karegaman biota, dan
dampak lainnya yang timbul akibat pertanian secara intensif tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui Sejarah Perkembangan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

2. Mengetahui Alat dan Mesin Pertanian Pengendalian Hama dan Penyakit


Tanaman

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Gangguan OPT dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil


serta kematian tanaman. Adanya ancaman OPT terhadap tanaman budi daya
mengharuskan petani dan perusahaan pertanian melakukan berbagai upaya
pengendalian. Sejarah perkembangan pengendalian hama dan penyakit di
Indonesia dimulai sejak periode sebelum kemerdekaan, 1950-1960-an, 1970-an,
dan 1980 sampai sekarang.
Dalam pengendalian hama penyakit dan gulma tidak ada keharusan untuk
membunuh seluruhnya, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau

3
mengurangi populasinya sampaipada tingkat dimana penurunan produksi yang
terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh PHT sedapat mungkin
seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain
pengendalian bertujuan hanya menekan populasi sampai tingkat populasi yang
tidak merugikan secaraekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik,
sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol.

2.2 Alat dan Mesin Pertanian Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
2.2.1 Alat Pengendalian Gulma (sprayer)

1. Fungsi Sprayer

Menurut Bronson dan Anderson dalam Smith (1990), fungsi utama dari
suatu sprayer adalah memecah cairan menjadi tetes-tetes dengan ukuran yang
efektifuntuk didistribusikan secara merata di atas permukaan atau ruang yang
harus dilindungi.Fungsi lain adalah mengatur banyaknya pestisida untuk
menghindarkanpemberian yang berlebihan yang terbukti bersifat merusak atau
merupakan pemborosan. Sedangkan tujuan utama dari penyemprotan obat anti
hama dengan menggunakan sprayer adalah untuk melindungi tanaman dari jasad
pengganggu dalam batas-batas yang menguntungkan petani (Daywin et al1992).

2. Klasifikasi Sprayer

Tenaga yang digunakan untuk menggerakkan pompa pada sprayer bisa


berasal dari tenaga manusia sebagai operator, motor bakar bensin, ataupun putaran
dari PTO suatu traktor. Menurut Smith (1990), sprayer dibedakan menjadi dua
kelompok berdasarkan tenaga penggeraknya, yaitu:

a. Sprayer dengan penggerak tangan (hand operated sprayer), yang terdiri


atas:
- Hand sprayer, yaitu sprayer yang berukuran kecil dan khusus untuk
keperluan di lapangan rumah, taman dan penyemprotan ringan lainnya.
- Sprayer otomatis: yaitu sprayer dengan tekanan tinggi dimana tekanan
diberikan atau dibentuk melalui pemompaan sebelum penyemprotan
dilakukan. Sprayer ini disebut juga comprassed air sprayer dengan
tekanandalam tangki sekitar 140–200 psi atau 10 –14 kg/cm2

4
b. Sprayer semi otomatis, yaitu sprayer yang bentuk fisiknya menyerupai
sprayerotomatis tetapi tidak memerlukan tekanan tinggi. Pembentukan
tekanan melalui pemompaan yang diberikan sebelum dan selama
penyemprotan berlangsung.
c. Jenis-jenis lainnya seperti bucket sprayer, barrel sprayer, cheel barrow
sprayer, slide pump sprayer. Pada tipetipe ini tangki dan pompa tidak
tersusun dalam satu unit,melainkan saling terpisah.
d. Sprayer bermotor (power sprayer): menggunakan sumber tenaga
penggerak dari motor bakar atau motor listrik atau PTO traktor. Ada
beberapa tipe dari power sprayer yaitu hydraulic sprayer sprayer, hydraulic
pneumatic sprayer: blower sprayer: aerosol generator.

Menurut Barus(2003)sprayerdibagi menjadi tiga jenis yaitu hand atau


knapsack sprayer,motor sprayer dan CDA sprayer. Controlled Droplet Application
(CDA) sprayer merupakan sprayer yang tidak menggunakan tekanan udara untuk
menyebarkan larutan herbisida ke arah gulma sasaran, melainkan berdasarkan
gaya gravitasi dan putaran piringan. Putaran piring digerakkan oleh dynamo.
dengan sumber tenaga baterai 12 volt. Putaran piringan sekitar 2000 rpm dan
butiran yang keluar berbentuk seragam dengan ukuran 250 mikron. Ukuran
butiran 250 mikron merupakan ukuran butiran yang optimal untuk membasahi
permukaan gulma dan meresap ke dalam jaringan gulma.

Hand sprayer atau alat semprot punggung merupakan sprayer yang paling
banyak digunakan di perkebunan. Prinsip kerjanya, larutan dikeluarkan dari
tangki akibat adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh
gerakan tangan penyemprot, pada waktu gagang pompa digerakkan, larutan keluar
dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat.
Keadaan ini menyebabkan larutan herbisida dipaksa keluar melalui klep dan
selanjutnya diarahkan oleh nosel ke gulma sasaran. Pada penggunaan
handsprayer, tekanan udara yang dihasilkan harus diusahakan agar tetap konstan,
tekanan pompa yang tidak konstan mengakibatkan butiranbutiran herbisida tidak
seragam dari waktu ke waktu. Dari seluruh butiran yang dihasilkan, sekitar 80%

5
berukuran 100 mikron. Hal ini menyebabkan terjadinya drift karena butiran yang
kecil dan halus mudah terbawa oleh hembusan angin.

MenurutHardjosentono dkk (2000) ada dua jenis alat penyemprot


tangan/penyemprot gendong (hand sprayer) yang lebih dikenal diIndonesia yaitu
penyemprot semi otomatis dan penyemprot otomatis. Perbedaan kedua
penyemprot tersebut terletak pada sistempemompaan. Penyemprot semi otomatis
menggunakan tipe pompa cairan (pompa isap), dalam pengoperasiannya
pemompaan tambahan diperlukan terus-menerus selama pekerjaan penyemprotan
berlangsung agar diperoleh kondisi semprotan yang konstan. Penyemprot
otomatis menggunakan tipe pompa angin, dalam pengoperasiannya memerlukan
sejumlah pemompaan untuk memasukkan angin (udara) sehingga terdapat cukup
tekanan udara untuk menyemprotkan habis seluruh cairan yangada di
dalamtangki, tanpa pemompaan ulang.

3. Komponen Utama Sprayer

Berdasarkan Hardjosentono dkk (2000), penyemprot tipe gendong terdiri


atas 3 (tiga) bagian utama, yaitu tangki, pompa dan bagian pengabut.

a. Bagian tangki (reservoir)


Tangki pada sprayer merupakan tempat atau wadah untuk menyimpan
cairan yangakan disemprotkan. Adapun bahan yang biasa digunakan untuk
membuat tangki adalah bahan plastik dan bahan logam. Bahan dari plastik
memiliki keunggulan terutama dari segi dimensi yang lebih ringan
dibandingkan bahan dari logam.Akan tetapi bahan dari logam memiliki
keunggulan dalam penggunaannya, contohnya adalah kemudahan pada
saat membersihkan tangki dari sisa-sisa bahan semprot (Smith dan
Wilkes1990).
Ukuran tangki berbeda beda sesuai dengan kebutuhan, untuk hand sprayer
kapasitas yang digunakan biasanya berkisar 10 sampai 17 liter. Hal ini
disesuaikan dengan kemampuan operator untuk menggendongnya, selain
itu hand sprayer hanyam diperuntukkan bagi tugas penyemprotan ringan

6
dengan areal yang tidak terlalu luas. Sedangkan untuk penyemprotan
bahan yang lebih luas digunakan boom sprayer yang dipasang pada traktor
dengan tangki berkapasitas sampai 500 galon atau 1892 liter (Smith dan
Wilkes1990).

Menurut Hardjosentono dkk (2000), ada 2 macam bentuk tangki yang


sangat popular, yaitu:

- Bentuk bulat panjang atau silinder. Penyemprot otomatis


menggunakan tangki berbentuk silinder.
- Bentuk pipih (penampang melintang), berbentuk elips, dan bagian
belakang disesuaikan dengan lekuk punggung.Pelengkap tambahan
lainnya adalah manometer, komponen ini berfungsi sebagai penunjuk
tekanan.

Menurut Smith dan Wilkes (1990), manometer merupakan komponen


pengukuran tekanan yang telah dikalibrasi dengan cermat dalam kisaran
tekanan pompa, disediakan pada saluran pengeluaran untuk memandu
operator dalam pengaturan tekanan untuk setiap pekerjaan dalam
penyemprotan. Dengan demikian operator dapat menyesuaikan tekanan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan ukuran diameter dan pola butiran
semprot yang diinginkan. Bila operator menginginkan butiran yang halus,
maka tekanan yang digunakan harus cukup kuat. Pada hand sprayer
SWAN tipe A 14kisaran tekanan pada 13 manometer adalah 0 sampai 10
kg/cm2, sedangkan tekanan yang dianjurkan oleh pihak produsen berkisar
dari 4 sampai 6 kg/cm2 dan kisaran 6 sampai 10 kg/cm2 merupakan
ambang maksimum tekanan yang diperbolehkan.Sehingga di manometer
yangada pada sprayer, kisaran tekanan 6sampai 10 kg/cm2 diberi warna
merah.

b. Bagian Pompa (unit pompa)


Unit pompa merupakan komponen yang terpenting dari penyemprot tipe
gendong karena dari konstruksinya dapat mengetahui mengenai perbedaan
tipe pompa, carakerja dan perbedaan bentuk alat penyemprot secara

7
keseluruhannya. Pompa inilah yang dapat menghasilkan tekanan udara di
dalam pipa komponen pemompa.
Selanjutnya tekanan udara tersebut mendorong cairan pada tangki yang
berisi larutan pestisida sehingga akan terdorong dengan cairan yang
mengalir ke dalam pipa pengeluaran dan selanjutnya akan tersemprot
keluar melalui nosel. Dekat atau jauhnya pancaran larutan nosel tersebut
sangat tergantung pada besarnya tekanan pompa. Semakin kuat tekanan
pompa maka pancaran larutan dari nosel akan jauh dan sebaliknya
semakin lemah tekanan pompa maka pancaran larutan dari nosel akan
dekat.Ada dua tipe pompa penyemprot gendong yang paling umum, yaitu
tipe pompa angin atau pompa torakdan tipe pompa isap (tekan).

Tipe pompa isap digunakan pada hand sprayertipe semi otomatis,


sedangkan tipe pompa torak digunakan pada hand sprayer tipe otomatis
(Hardjosentono2000). Kampas (torak) merupakan salah satu komponen
yang paling penting pada tipe pompa torak, torak berfungsi untuk
menekan angin/udara di dalam tabung pompa. Smith dan Wilkes (1990)
menyatakan pompa torak telah menjadi standar dalam industri
penyemprotan selama bertahun-tahun karena penampilannyam yang
sangat baik dalam pemompaan hampir setiap bahan semprotan, termasuk
bentuk pestisida serbuk yang dapat dibasahkan. Pompa tipe torakbiasanya
dipergunakan dalam kisaran keluaran kurang dari 2 –8 galon per menit
(7.6 –50.3 liter per menit) dengan tekanan mencapai kisaran 400 psi (27.6
kg/cm2) atau lebih. kampas (torak) pompa angin ada 2 macam yaitu torak
bentuk mangkuk yang terbuat dari kulitdan torak bentuk paking yang
terbuat dari karet.

c. Bagian Pengabut (Unit Selang dan Pelengkap nosel)


Hardjosentono (2000) menyatakan unit komponen pengabut terdiri atas
tigabagian penting antara lain selang, laras penyembur dan kepala
penyemprot.
- Selang. Panjang selang penyembur rata-rata 1 meter. Salah satu ujung
diberi mur penguat yang ditautkan pada pipa (keran utama) tangki,

8
sedangkan ujung lainnya terpaut pada pegangan (handle) lengkap
dengan keran semprot. Selang dibuat sedemikian rupa sehingga tahan
terhadap tekanan dan lekukannya tidak mengakibatkan selang melipat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, bagian dalam keran diberi lapis
(kain) atau kawat spiral baja yang halus.
- Laras Penyembur. Panjang laras penyembur rata-rata 45-50 cm. Laras
penyemprot terbuat darilogam campuran Kepala Penyemprot (nosel)
Nosel penyemprot merupakan komponen terpenting yang berfungsi
untuk memecah cairan semprotan menjadi tetes-tetes dengan ukuran
yang diinginkan dan memancarkannya ke permukaan yang harus
disemprot.Bentuk kepala penyemprot ada bermacam ragam, tetapi
hanya beberapa saja yang umum terdapat pada hand sprayer, antara
lain: Jenis tunggal, terdapat dalam bentuk I dan L, Jenis ganda,
terdapat dalam bentuk U, T dan O
-

2.2.2 Alat Pengendalian Secara Mekanis (Cangkul,Koret,Dan Gosrok)

Menurut Smith dan Wilkes (1990) alat yang pertama yang digunakan
untuk pengendalian gulma adalah cangkul. Di zaman dulu, hampir kebanyakan
tanaman ditanam dengan cara disebar, dan cangkul merupakan satu-satunya alat
yang dapat digunakan untuk membasmi gulma di antara tanaman. Hal ini
diperkuat oleh Sukman (2002) yang menyatakan bahwa meskipun cangkul
merupakan alat pengolah tanah tetapi dapat juga digunakan untuk pengendalian
gulma terutama untuk pertanian di lahan kering, meskipun tidak keseluruhan akar
gulma terpotong. Selain cangkul, alat sederhana lain yang digunakan untuk
mengendalikan gulma secara mekanis adalah sabit, kored, dan Gosrok/lalandak .
Alat pemotong berupa parang atau sabit/celurit biasanya hanya memotong bagian
atas saja sehingga untuk pertanaman semusim kurang dianjurkan dan pemotongan
biasa dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan semak belukar. Sedangkan
lalandak/Gosrok alat pengendali gulma pada tanah sawah dan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik biasanya penggunaan lalandak disertai dengan pencabutan.

2.2.3 Mesin Boom Sprayer

9
Mesin Boom Sprayer adalah mesin pertanian yang berfungsi untuk
memecah suatu cairan, larutan atau suspense menjadi butiran cairan (droplet) atau
spray. Mesin berpenggerak sendiri (self-propelled) dioperasikan oleh satu
operator dengan cara duduk diatas mesin (riding). Komponen utama mesin terdiri
dari motor penggerak, roda penggerak, nosel dan rangkaian system hidroulis.

Mekanisme kerja mesin Boom Sprayer ini adalah menggunakan pompa


tipe plunger yang digerakkan oleh motor penggerak diesel akan menghisap air
dalam tangka dan kemudian disemprotkan melalui pipa penyemprot dan keluar
dari lubang nosel menjadi butiran cairan (droplet) atau spray. Kecepatan jalan
mesin dapat disesuaikan dengan dosis penyemprotan yang diinginkan.

Mesin Boom Sprayer adalah kendaraan penyemprot yang mempunyai


fleksibilitas, produktifitas dan daya jangkau yang luas. Dengan Bobot kosong
1160 kg dan kapasitas tangki 500 liter, lebar penyemprotan dapat bekerja
menjangkau area yang cukup luas. Boom Sprayer mempunyai kemampuan
kecepatan jalan 1,58 km per jam di lahan kering dan 1,36 km per jam untuk di
lahan sawah, dengan voulem penyemprotan mencapai 1195,07 - 1279,60 Liter per
ha di lahan kering dan 1449,99 - 1648,92 Liter per hektar untuk di lahan sawah.
Sedangkan konsumsi bahan bakar untuk mesin penyemprot yang satu ini hanya
3,28 liter per hektar di lahan kering dan 3,37 liter per hektar untuk di lahan sawah.
Selain itu Boom Sprayer ini mempunyai kemampuan manuver yang nyaman dapat
juga digunakan untuk penyemprotan pestisida, fungisida dan herbisida serta
melakukan pemupupukan cair.

Spesifikasi lainya untuk mesin penyemprot hasil rekayasa BBP Mektan ini
adalah mempunyai ketinggian semprotan yang bervariasi sehingga dapat
beradaptasi dengan ketinggian tanaman, penggunaan Boom Sprayer aman
terhadap lingkungan. Dengan menggunakan penggerak jenis motor diesel 4
langkah dan kemudi 4 roda, cocok untuk lahan kering dan lahan sawah.
Mempunyai daya atau putaran mesin 18,5 kW per 3000 rpm dan mesin Boom
Sprayer ini memiliki dimensi mesin saat operasi yaitu Panjang 3950-4280 mm,
Lebar 9100 mm dan Tinggi 2700 mm. Jarak poros roda 1575 mm, Jarak renggang

10
roda 1600 mm dan Tinggi bagian terendah (ground clearance) 940 mm sehingga
mempunyai kemampuan manuver yang nyaman saat penyemprotan.

Dengan hadirnya mesin Boom Sprayer ini diharapkan dapat menjadi


teknologi andalan bagi petani di lahan kering maupun lahan sawah untuk
melakukan pemupupukan cair dan pengendalian hama penyakit tanaman saat ini.

2.2.4 Slurry Spreader

Penyebar pupuk dimulai sebagai unit yang digerakkan oleh tanah yang
bisa ditarik oleh kuda atau tim kuda. Banyak dari penyebar yang digerakkan oleh
tanah ini masih diproduksi hingga saat ini, sebagian besar dalam bentuk unit kecil
yang dapat ditarik di belakang traktor kebun yang lebih besar atau kendaraan
semua medan (ATV). Dalam beberapa tahun terakhir, unit yang digerakkan
hidrolik dan PTO telah dikembangkan untuk menawarkan tingkat aplikasi yang
bervariasi. Beberapa model juga dirancang dengan mekanisme rotating removable
(beater), ekstensi samping yang dapat dilampirkan, dan tailgate untuk mengangkut
hijauan cincang, biji-bijian sereal, dan tanaman lainnya. Penyebar pupuk (modern)
tipikal terdiri dari sebuah trailer yang ditarik di belakang traktor dengan
mekanisme berputar yang digerakkan oleh power take off traktor (PTO).

11
12
BAB III

PENUTUP
3.1 kesimpulan
Pemberian pestisida secara manual atau hanya menggunakan sprayer
sangat tidak efisien karena dianggap tidak tepat sasaran dan juga dapat merusak
lingkungan karena dosis yang kurang teliti. Dengan alasan itulah muncul alat
bernama boom sprayer, alat ini selain untuk mengaplikasikan pestisida juga dapat
diguanakan untuk menebar pupuk. Boom sprayer juga mudah digunakan karena
terdapat motor penggerak yang kemudian cairan akan keluar melalui pipa nosel
menjadi cairan atau spray. Dengan hadirnya mesin boom sprayer ini diharapkan
dapat menjadi teknologi andalan bagi petani dilahan kering maupun lahan sawah
untuk melakukan pemupukan cairan dan pengendaliaan hama penyakit saat ini.

3.2 saran
Sekian makalah yang dapat kami sajikan, mohon maaf apabila dalam
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun
isi makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memperbaiki kesalahan kesalahan tersebut dalam penulisan makalah dimasa
yang akan dating.

13
DAFTAR PUSTAKA

Moernadis. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma-Buku


I). Jakarta: Rajawali Pers.

Rukman, Rahmat, dan Sugandi Saputra. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian.
Jogjakarta: Kanisius.

Tjitrosoepomo. 2001. Sprayer Gulma. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Widia.2004. Alat Pengendalian Gulma. Institud Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Wudianto, R. 1988. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wawan Hermawan.2012. Kinerja Sprayer Bermotor dalam Aplikasi Pupuk Daun

di Perkebunan Tebu. Jurnal Teknikan Pertanian. Institut Pertanian Bogor


vol. 26, No. 2

Rukman, Rahmat dan Sugandi Saputra. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian.
Jogjakarta: Kanisius.

14

Anda mungkin juga menyukai