Anda di halaman 1dari 18

MODERNISASI PERTANIAN

Pertemuan 13

PEMBANGUNAN
Pertumbuhan peningkatan ukuran

Perkembangan diferensiasi fungsi

terminologi PEMBANGUNAN

Pembangunan change, dinamis, aktif menumbuhkan dan mengembangkan

PERTANIAN: tri tunggal usahatani

Diagram
PETANI: SEBAGAI JURU TANI DAN MANAJER

LAHAN:SUMBER DAYA ALAM

TANAMAN: KERAGAMAN HAYATI

POINT TO DISCUSS!!

UNSUR-UNSUR PEMBANGUNAN PERTANIAN


PROSES PRODUKSI PERTANIAN

PETANI

USAHATANI

USAHATANI SEBAGAI PERUSAHAAN

PEMBANGUNAN PERTANIAN

POINT TO DISCUSS!!!

Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi pertanian

PEMBANGUNAN PERTANIAN

Karakteristik Pertanian
terfragmentasi,

terpencar spesifik dan multilokasi taat waktu dan hukum alam

Karakteristik Produk Pertanian


voluminous

perishable
musiman heterogen

TAHAP PERUBAHAN SEKTOR PERTANIAN


1 2 3 4

SISTEM PERLADANGAN BERPINDAH (SHIFTING CULTIVATION)

PERTANIAN TRADISIONAL, MENETAP

REVOLUSI HIJAU

AGRIBISNIS, PERTANIAN BERLANJUT

POINT TO DISCUSS!!!

AGRIBISNIS
sebagai sistem pertanian industrial
AGRONOMI AGRONIAGA AGROINDUSTRI

Agronomi: aspek produksi usahatani

Distributor channel hulu ke onfarm system hilir

agroindustri hulu hilir: backward vs upward linkage

Globalisasi & Modernisasi


Globalisasi merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol, Modernisasi sebetulnya identik dengan pembangunan.

Modernisasi adalah suatu persoalan yang harus dihadapi oleh masyarakat. Setiap manusia dalam masyarakat sangat sulit untuk lepas dari pengaruh modernisasi yang melanda dunia saat ini

Perkembangan yang paling menonjol dalam era globalisasi adalah globalisasi informasi, demikian juga dalam bidang sosial seperti gaya hidup. Teknologi modern yang dihasilkan pembangunan menimbulkan efek samping yang justru bertentangan dengan kemajuan, seperti penggeseran nilai, norma, perilaku dan lembaga.

Modernisasi dalam lingkup masyarakat tradisional akan menimbulkan implikasi terhadap masyarakat. Masyarakat tradisional bagaimanapun masih menjunjung tinggi nilai-nilai yang diwarisi secara turun temurun dari nenek moyangnya. Masyarakat telah memiliki pola budaya tertentu Modernisasi akan membawa pola budaya baru bagi masyarakat tersebut yang mungkin berbeda dengan norma serta nilai yang lama.

memudarnya tradisi wiwitan dalam arus modernisasi pertanian dimulai dengan perubahan dalam tradisi tersebut. Perubahan ini penulis klasifikasikan dalam tiga fase; fase awal yang lebih bersifat mitis, fase perubahan (mitis-religius) dan fase pemudaran. Pudarnya tradisi wiwitan ini disebabkan oleh pergeseran sistem of belief atau pandangan dunia (world view) masyarakat Sendangrejo akan harapan masa depan keselamatan dan hasil panen yang baik yang semula selalu disandarkan pada kekuatan di luar diri mereka atau terjadinya keteraturan alam numen dan numinous ke pola pertanian modern yang lebih mendasarkan diri pada akal budi modern, birokrasi, teknologi dan ilmu pengetahuan.

Revolusi Hijau

Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur

Gerakan Revolusi Hijau tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 1989. Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat pedesaan.

Ciri petani pedesaan yang subsisten dan tradisional sering dianggap sebagai penyebab terhambatnya proses modernisasi pertanian karena dengan ciri hidup yang bersahaja dan bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini, maka tidak mudah bagi petani untuk mengadopsi teknologi di bidang pertanian Dalam perkembangannya, diadopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya gotong-royong dan barter tenaga di antara petani karena umumnya teknologi hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia. Nilai-nilai keakraban yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling tergantung antarpetani.

Komersialisasi yang menandai modernisasi pertanian sulit diterapkan pada masyarakat pertanian desa. Bila ada seseorang yang kikir dan penuh perhitungan terhadap pengeluaran dan pemasukannya, maka akan dianggap tidak wajar dan kemudian akan dikenai sanksi sosial seperti digunjing dan dijauhi. Padahal secara ekonomis prinsip berhitung adalah wajar dan bahkan merupakan keharusan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

Menurut Raharjo (2004), ikatan sosial yang kuat juga menyebabkan terciptanya semacam keharusan sosial bagi sesama petani untuk berbagi tanah garapan. Maka muncullah sistem bagi hasil (penyakapan), sistem sewa, yang memungkinkan petani yang tidak memiliki lahan dapat bertani lewat sistem-sistem pengalihan hak guna

Anda mungkin juga menyukai