Anda di halaman 1dari 4

Menanam Cabe Di Musim Hujan

Menanam cabe di musim hujan memerlukan teknik budidaya yang lebih intensif dibandingkan jika kita
menanam cabe pada musim kemarau. Menanam cabe pada musim hujan bukanlah musim yang ideal
bagi budidaya cabe, sehingga biasanya menanam cabe pada musim hujan ini disebut sebagai bertanam
cabe di luar musim (off season).
Menanam cabe pada musim hujan akan menghadapi kendala cuaca yang tidak kondusif bagi tumbuh
dan kembangnya tanaman cabe secara normal. Musim hujan ditandai dengan curah hujan yang tinggi
dan kelembaban yang tinggi sehingga pada beberapa hal akan memicu berkembangnya OPT baik hama
maupun penyakit tanaman. Sehingga risiko kegagalan panennya menjadi lebih besar.
Walaupun demikian menanam cabe pada musim hujan mempunyai potensi untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi. Harga yang tinggi pada saat musim hjan menjadi incaran para petani. Naiknya
harga cabe pada saat musim hujan ini disebabkan suplai cabe menurun drastis karena pada saat musim
hujan hanya sedikit yang mengusahakan tanaman cabe karena risiko kegagalanya sangat besar. Untuk
mengantisipasi agar tanaman cabe selama musim hujan tidak terancam gagal. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain :
A. Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa jenis hama dan penyakit yang berkembang dan mengancam tanaman cabe pada saat musim
hujan antara lain :

1. Layu Karena Bakteri (Pseudomonas solanacearum)


Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu bakteri atau penyakit
lender pada tanaman.
a. Gejala :
Gejala awal pada layu ini yaitu tanaman terlihat segar saat pagi atau sore hari namun akan layu
saat siang hari, hal ini desebabkan oleh karena aliran air dari akar ke daun dan batang tidak
lancar sehingga tanaman akan layu. Serangan Pseudomonas ini bisa dimulai saat tanaman cabai
masih muda. Jika pada pangkal batang dicabut akan terlihat jelas akar dan pangkal batang
membusuk. Yang membedakan serangan layu bakteri dengan layu yang lain pada pertanaman
cabai adalah jika pangkal batang yang busuk dipotong dan dimasukkan kedalam air jernih maka
setelah beberapa saat akan terlihat koloni bakteri seperti asap yang mengepul di dalam air.
b. Cara pengendalian penyakit Layu bakteri :
- Gunakan pupuk kandang yang telah masak. Pupuk kandang yang belum masak dapat memacu
perkembangan bakteri ini memalui kenaikan suhu tanah yang disebabkan oleh proses
fermentasi pupuk organik.
- Kurangi penggunaan urea, Kalau perlu gunakan NPK saja. Penggunaan urea yang berlebihan
akan menyebabkan tanaman sukulen dan mudah terserang penyakit.
- Gunakan benih tanaman cabai yang tahan terhadap penyakit ini.
- Pergiliran tanaman menggunakan tanaman selain famili solanaceae (terung-terungan).
- Gunakan PGPR sebagai kocoran disekitar perakaran. - Hindari mengocor NPK maupun pupuk
kimia lain pada akar tanaman. Pengocoran pupuk kimia akan menyebabkan luka pada akar
tanaman cabai.
- Pencelupan bibit sebelum tanam menggunakan PGPR.
- Mencabut tanaman cabai yang telah terserang penyakit layu bakteri ini.
- Hindari mengairi lahan dengan menggenangi lahan terlalu tinggi, kalau perlu jangan digenangi.
- Jika tanaman cabe telah terserang layu penggunaan bakterisida menjadi kurang efektif.

2. Penyakit antraknosa
a. Gejala :
Penyakit antraknosa ini biasanya menyerang tanaman cabe pada saat kondisi kelembaban yang
tinggi (95%) pada suhu yang rendah berkisar 32 derajat celcius. Penyakit antraknosa juga
menyerang tanaman cabe yang ditanam pada lahan dengan drainase yang tidak dikelola dengan
baik, sehingga banyak genangan air di sekitar tanaman. Biasanya cendawan C. capsici
menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat
kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan
buah mengering dan keriput seperti jerami. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat
kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan.
b. Cara pengendalian Antraknosa:
- Perlakuan benih dengan cara merendam benih dengan air panas pada suhu 55 derajat celcius
selama 30 menit.
- Benih direndam dalam air hangat yang dicampur dengan fungisida seperti Derosal 60 WP
dengan takaran 2 gram per liter.
- Sedangkan pengendalian penyakit antraknosa saat tanaman mulai berbuah adalah dengan
beberapa cara, antara lain : - Apabila sudah ada buah cabe yang terserang, buah yang terserang
tersebut harus dipanen setiap hari dan dibakar.
- Usahakan jangan sampai ada buah cabe berserakan disekitar pertanaman karena dapat
menularkan dan menyebarkan patogen kepada tanaman lainya yang sehat.
- Penyemprotan dengan fungisida seperti Derosal 60 WP dengan takaran 2 gram per liter atau
dengan campuran dengan beberapa fungisida seperti Derosal 60 WP dan Dithane M-45 dengan
perbandingan 1 : 5 dan dosis campuran 2,5 gram per liter.

3. Penyakit Layu Fusarium


Cendawan penyebab layu pada tanaman cabai adalah Fusarium oxysporum. Tanaman cabai
terserang mengalami kelayuan dimulai pada daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun
muda dan menguning. Secara umum mirip dengan penyakit layu bakteri. Upaya pengendalian
yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman
terserang, saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di
areal pertanaman cabai, melakukan penggiliran tanaman, serta penyemprotan secara kimiawi
menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida
dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi
dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst
dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis
sesuai anjuran pada kemasan.
4. Hama Gangsir (Brachytrypes portentosus)
Hama ini menyerang tanaman cabai muda yang baru saja pindah tanam. Serangannya dilakukan
pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Gangsir ini
membuat liang di dalam tanah sampai kedalaman 90 cm. Gangsir merusak tanaman cabai muda
dengan cara memotong pangkal batang tapi tidak memakannya. Pengendalian penyakit ini
dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

5. Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)


Hama ini menyerang bagian daun tanaman cabai secara bergerombol. Daun yang terserang
berlubang dan meranggas. Pada serangan parah, daun tanaman cabai hanya tinggal epidermis
saja. Ulat grayak disebut juga dengan nama ulat tentara. Seperti halnya jenis hama ulat lain,
hama ini menyerang tanaman cabai pada malam hari, sedang siang harinya bersembunyi di balik
mulsa atau di dalam tanah. Hama ini bersifat polifag. Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

6. Hama Ulat Buah (Helicoverpa sp)


Hama ulat buah pada tanaman cabai adalah Helicoverpa sp. Hama ini menyerang buah cabai
muda maupun tua dengan cara membuat lubang dan memakannya. Ulat buah bersifat polifag.
Pengendalian hama ulat buah dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo
dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

7. Hama Kutu kebul (Bemisia tabaci)


Hama kutu kebul pada tanaman cabai adalah Bemisia tabaci. Hama ini berwarna putih, bersayap
dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Hama kutu kebul menyerang dan menghisap
cairan daun tanaman sehingga sel-sel dan jaringan daun tanaman rusak. Pengendalian hama ini
dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid,
asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.

B. Memperbaiki Drainase di Sekitar Pertanaman


Air yang menggenang menjadi pemicu berkembangnya OPT baik hama maupun penyakit tanaman cabe.
Usahakan agar air tidak tergenang di sekitar pertanaman dengan cara memperbaiki saluran
pembuangan air sehingga air mengalir dengan lancar.

C. Membuat Bedengan Yang Lebih Tinggi


Membuat bedengan yang lebih tinggi akan mengurangi tingginya kelembaban tanah karena banyaknya
air, usahakan membuat bedengan tanaman yang lebih tinggi dari saat menanam cabe di musim
kemarau. Tinggi bedengan bisa menjadi 60 - 70 cm yang biasanya hanya 50 cm.
D. Mengatur Jarak Tanam yang Lebih Lebar
Untuk mengurangi kelembaban udara yang tinggi di sekitar pertanaman dan untuk memberikan
keleluasaaan cahaya matahari masuk ke skitar tanaman cabe, tanamlah cabe dengan jarak tanam yang
lebih lebar dengan pola zig zag / segitiga. Beberapa petani yang sudah berpengalaman sering memakai
pola ini dengan jarak tanam 60 x 70 cm, walalupun populasinya menjadi berkurang namun
mempermudah pemeliharaan tanaman dan memberikan iklim mikro yang lebih baik bagi tanaman cabe.
E. Menggunakan Mulsa Pulsa Hitam Perak
Usahakan memakai mulsa plastik hitam perak untuk mengntrol kelembaban tanah serta mengurangi
penyebaran penyakit karena cipratan tanah yang terkena hujan yang kemungkinan mengandung bibit
penyakit / patogen.
F. Pemantauan Perkembangan OPT secara Intensif
Perkembangan OPT baik hama maupun penyakit sangat cepat pada musim hujan karena cuaca yang
mendukung perkembanganya. Oleh karena aturlah pemantuan perkembangan OPT ini sejak awal untuk
mengantisipasi dan mengendalikan OPT sejak awal secara intensif terpadu.
G. Sanitasi Sekitar Pertanaman
Bersihkan areal pertanaman dari rerumputan liar, gulma atau tanaman lainya yang bisa menjadi inang /
tempat hidup sementara bagi hama / penyakit.
H. Penggunaan Pestisida Dengan Perekat
Pada musim hujan penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama / penyakit harus lebioh
dieffektifkan dengan menggunajkan bahan perekat perata sehingga pestisida mempunyai daya lekat dan
daya sebar yang lebih tinggi karena tidak mudah tercuci oleh air hujan dengan intensitas tinggi. Bahan
perekat perata yang biasa dipakai oleh petani antara lain Agristic, untuk bahan perekat perata lainya
silahkan dipakai dengan rekomendasi petugas teknis atau penyuluh pertanian setempat.
I. Penggunaan Naungan Plastik
Untuk mengurangi terpaan air hujan dengan intensitas tinggi, anda bisa menggunakan naungan dengan
plastik atau paranet. naungan plastik bisa berbentuk rumah plastik sederhana (green house) maupun
berbentuk naungan memanjang sepanjang bedengan tanaman. Tentu harus diperhitungkan
pembiayaanya sebelum anda menggunakan rumah plastik atau paranet ini.

Anda mungkin juga menyukai