Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

REKOMENDASI PUPUK

PUPUK DAN PEMUPUKAN

DISUSUN OLEH:

Nama : Zahra Nurva Fitri

Nim : 1754211001156

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR

SANGATTA

2020
BAB I

Rekomendasi Umum Dengan Pendekatan Uji Tanah

(contoh Rekomendasi NPK : 120-60-60 Kg/ha)

Guna mempertahankan swasembada pangan memerlukan usaha optimalisasi


penggunaan pupuk yang dapat menuju kepada tercapainya efisiensi pemupukan dengan
menggunakan pupuk secara rasional sesuai dengan kemampuan tanah menyediakan hara,
sumbangan hara dari air pengairan dan kebutuhan tanaman.

Rekomendasi pemupukan yang diberikan pemerintah melalui Departemen Pertanian


didasarkan kepada pengujian-pengujian lapang yang bersifat agronomis dan merupakan
rekomendasi umum yang bersifat nasional tanpa memperhatikan sifat-sifat tanah dan
kebutuhan tanaman. Sejak tahun 1968, pemerintah telah merekomendasikan pemupukan
untuk padi sawah jenis unggul berdasarkan hasil penelitian IRRI, yaitu 90-120 kg N, 30-60
kg P O , dan 30-50 kg K O per hektar (Taslim, 1993). Penggunaan rekomendasi pupuk
2 5 2

tersebut yang dimulai dari program BIMAS dan Intensifikasi Khusus (INSUS) untuk semua
jenis lahan dan daerah dalam kurun waktu yang lama telah menyebabkan terjadinya
akumulasi beberapa unsur hara seperti P dan K.

Penggunaan  pupuk cenderung tidak terkendali,  antara lain tercermin dari aplikasi
pupuk  Urea tanpa memperhatikan kapan waktu tanaman padi membutuhkan tambahan hara 
N. Disamping itu, terdapatnya penimbunan hara P  disebagian besar  sawah intensifikasi
sebagai akibat intensifnya  penggunaan pupuk TSP/SP-36 selama ini. Berbeda dengan pupuk
N, pupuk P tidak mudah menguap, tercuci atau terbawa oleh air. Meskipun hara P tersedia di
tanah, tetapi hanya sedikit sekali yang termanfaatkan oleh tanaman. Pemberian  pupuk  P
pada lahan sawah  secara  terus  menerus setiap  musim  tanam dan dengan takaran yang 
tinggi  menyebabkan terjadinya  penimbunan  (akumulasi)  hara P  di tanah, sehingga
efisiensi  pemupukan menjadi turun.
Sebagian besar tanah-tanah sawah irigasi di Jawa sudah terjadi akumulasi hara P yang
sangat tinggi dan kapasita penyediaan hara K dari dalam tanah yang sudah cukup untuk
mendukung produksi padi sampai 4-6 t/ha, sehingga penerapan pupuk P dan K pada saat ini
belum menjadi masalah utama di tingkat petani (Dobermann, 2000).

Guna meningkatkan efisiensi pemupukan pada lahan sawah diperlukan metode


penentuan rekomendasi pemupukan N, P dan K padi sawah spesifik lokasi. Rekomendasi
pemupukan spesifik lokasi dimana rekomendasi pupuk didasarkan status hara tanah dan
kebutuhan hara tanaman.

MACAM DAN PENETAPAN KEBUTUHAN PUPUK

1. pupuk Nitrogen (Urea)

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk N (Urea) petani


dapat menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). BWD dapat menentukan apakah tanaman
memerlukan pupuk N atau tidak, kalau memerlukan berapa takaran yang harus diberikan.
Penggunaan BWD dapat menekan pemakaian pupuk N sebanyak 15-20% dari takaran yang
digunakan petani tanpa menurunkan hasil (Abdulrachman 2002). BWD berbentuk persegi
panjang dengan 4 kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua (Gambar 1).

Gambar 1.  Bagan Warna Daun dengan 4 skala warna dan dibelakangnya dicantumkan
cara penggunaannya.
BAB II

Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Analisis Regresi

(Hasil Ekonomis, Hasil Maksimal, Keuntungan Maksimal)

Rekomendasi pemupukan N (Urea) ditentukan berdasarkan tinggi rendahnya


produktivitas padi per musim tanam, dengan petunjuk waktu aplikasi mengacu pada
pendekatan Bagan Warna Daun (BWD).

Ada dua cara pemberian pupuk N (Urea) dengan menggunakan BWD yaitu :

1). Berdasarkan waktu yang telah ditetapkan (Fixed Time)

Dengan cara ini, penggunaan BWD dilakukan pada pemupukan kedua dilakukan pada
stadia anakan aktif (21-28 HST) dan pemupukan ketiga pada saat primordia bunga (35-40
HST), sedangkan pupuk dasar diberikan dengan takaran 75 kg urea/ha pada musim hasil
tinggi, serta 0-50 kg urea/ha pada musim hasil rendah.

Pada saat pemupukan kedua bila pengukuran BWD pada skala 2-3, berikan 125 kg
Urea/ha bila hasil yang biasa dicapai disuatu tempat sebesar 7 t/ha Gabah Kering Giling
(GKG) dan 75 kg urea/ha kalau tingkat hasil sebesar 5 t/ha GKG. Bila warna daun berada
pada skala 3 dan 4  berikan 100 kg Urea/ha kalau hasil yang biasa dicapai adalah 7 t
GKG/ha. Bila warna daun pada skala 4 dan 5, berikan 50 kg urea/ha kalau hasil yang biasa
dicapai 7-8 t GKG/ha (Tabel 2).

Tabel 1. Takaran Urea yang diberikan sesuai dengan Skala Warna Daun pada Penggunaan
BWD Berdasarkan Waktu Pemberiannya yang telah ditetapkan (Fixed Time).

Skala warna Takaran Pupuk Urea (kg/ha)/Tingkat hasil (t/ha GKG) *)

5 6 7 8
2-3 75 100 125 150
3-4 50 75 100 125
4-5 0 0-50 50 50
*)
Tingkat hasil pada kondisi kebutuhan tanaman akan unsur hara P dan K serta faktor
pertumbuhan lainnya yang optimal.
2). Berdasarkan kebutuhan riil tanaman (Real Time).

Saat pemupukan dasar, BWD tidak digunakan. Pengukuran warna daun dengan BWD
dimulai pada umur 21-28 HST, dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali sampai 50 HST. Apabila
tingkat hasil disuatu tempat sebesar 7 t/ha GKG, takaran pupuk urea susulan yang diperlukan
adalah 100 kg urea/ha. Sedangkan bila tingkat hasil disuatu tempat hanya 5 t/ha GKG, maka
pupuk urea susulan yang harus diberikancukup 50 kg urea/ha (Tabel 3).

Tabel 2. Takaran Urea susulan yang diberikan apabila warna daun dibawah nilai kritis (Skala
< 4) pada Penggunaan BWD Berdasarkan Kebutuhan Riil Tanaman (Real Time).

Skala warna Takaran Pupuk Urea (kg/ha)/Tingkat hasil (t/ha GKG) *)

5 6 7 8
<4 50 75 100 125
*)
Tingkat hasil pada kondisi kebutuhan tanaman akan unsur hara P dan K serta faktor
pertumbuhan lainnya yang optimal.

2. Pupuk P dan K

Untuk menentukan kebutuhan P dan K tanaman dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu a). Berdasarkan analisis kimia tanah di laboratorium,

b). Berdasarkan hasil uji perangkat sederhana Uji Tanah Sawah (PUTS/Soil Test Kit), dan

c). Berdasarkan respon tanaman terhadap pupuk berdasarkan metode petak omisi (Omission

Plot).

1) Berdasarkan Analisis Kimia Tanah

Analisis kimia tanah (Uji Tanah) adalah suatu cara untuk menentukan status unsur
hara dalam tanah sebagai dasar penyusunan rekomendasi pemupukan. Ada tiga tahapan
kegiatan yang dilakukan yaitu :

1). Studi korelasi yang bertujuan untuk mendapatkan metode ekstraksi terbaik untuk
analisis  tanah di laboratorium dan rumah kaca,

2). Studi kalibrasi untuk menentukan batas kritis suatu unsur hara terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman, dan
3). penyusunan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi (Sofyan, Nurjaya, dan Kasno, 2004).

Berdasarkan hasil analisis kimia tanah ini, rekomendasi pemupukan P pada lahan
sawah berstatus P rendah (< 20 mg P O ) sebanyak 100-125 kg SP-35/ha/MT, pada lahan
2 5

sawah berstatus P sedang (20-40 mg P O ) sebanyak 75 kg SP-36/ha/MT, dan pada lahan


2 5

sawah berstatus P tinggi (> 40 mg P O ) sebanyak 50 kg SP-36/ha/MT (Tabel 3).


2 5

Tabel 3. Rekomendasi pemupukan P pada padi sawah berdasarkan kriteria hasil analisis
tanah.

Status P tanah Kadar P O  (HCl 25%)


2 5 Rekomendasi P (kg SP-
(mg/100 g tanah) 36/ha/MT)
Rendah < 20 100-125

Sedang 20 - 40 75

Tinggi > 40 50
Rekomendasi pupuk KCl sangat ditentukan oleh pengembalian/pemberian jerami ke
lahan sawah. Bila jerami dikembalikan ke lahan, maka pemberian pupuk KCl cukup
diberikan pada lahan sawah dengan status K rendah sebanyak  50 kg KCl/ha, sedangkan
pada lahan sawah berkadar K sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk KCl. Bila jerami
tidak dikembalikan ke lahan, rekomendasi pemupukan K pada lahan sawah berstatus K
rendah sebanyak 100 kg KCl/ha serta 50 kg KCl/ha pada lahan sawah berstatus K sedang-
tinggi (Tabel 4).

Tabel 4. Rekomendasi pupuk KCl berdasarkan kriteria status hara K tanah.

Status hara K Kadar K O (HCl 25%)


2 Rekomendasi (kg KCl/ha)
(mg/100 g tanah) Tanpa Jerami Dengan Jerami
Rendah < 10 100 50

Sedang 10 – 20 50 0

Tinggi > 20 50 0

2) Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

PUTS merupakan suatu perangkat untuk pengukuran status hara P, K, dan pH tanah secara
langsung dilapangan dengan relatif cepat, mudah, dan cukup akurat. PUTS terdiri dari pelarut
(pereaksi) P, K, dan pH tanah serta peralatan pendukung lainnya (Widowati, 2004). Contoh
tanah sawah yang telah diekstrak dengan pereaksi ini akan memberikan perubahan warna dan
selanjutnya kadarnya diukur secara kualitatif.

Perinsip kerja PUTS adalah mengukur hara P dan K tanah yang terdapat dalam bentuk
yang tersedia, secara semi kuantitatif dengan metode kalorimetri (pewarnaan). Pengukuran
status P dan K tanah berdasarkan acuan menurut Setyorini (2004), dikelompokkan menjadi
tiga ketegori yaitu rendah (R), sedang (S), dan tinggi (T). Berdasarkan acuan tersebut didapat
rekomendasi pemupukan P (SP-36) dan K (KCl) seperti yang disajikan pada Tabel 3 dan 4.

3) Berdasarkan Petak Omisi

IRRI bersama beberapa lembaga teknis pertanian di beberapa negara, termasuk


Indonesia telah mengembangkan suatu model melalui penelitian secara empiris yang dapat
digunakan untuk menduga kebutuhan pupuk untuk tanaman padi melalui bantuan petak omisi
(Omission Plot) (Abdulrachman, Witt, dan Fairhurst (2002). Pendekatan petak omisi
dirancang untuk memastikan dan menyempurnakan dosis rekomendasi yang ada berdasarkan
status hara tanah, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi terhadap
ketersediaan unsur hara alami. Konsep dasar dari pendekatan petak omisi adalah menentukan
rekomnedasi pemupukan dengan terlebih dahulu mengetahui kemampuan tanah secara alami
dalam menyediakan unsur hara melalui pembuatan petak omisi.

Petak omisi adalah suatu petak perlakuan yang tidak diberi dengan salah satu unsur
hara atau pupuk. Selanjutnya dengan memperhitungkan selisih hasil antara petak omisi
dengan hasil tertinggi yang mungkin dicapai, dapat diketahui takaran rekomendasi
pemupukan (Abdulrachman, 2002).

Pendekatan petak omisi secara teknis lebih praktis dan lebih mudah dipraktekkan oleh
petani secara mandiri. Secara ilmiah, pendekatan petak omisi tidak kontradiktif dengan hasil
uji tanah, bahkan bisa saling komplementer dengan peta status hara P dan K lahan sawah.
Oleh karena itu untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi lahan
sawah, maka pendekatan petak omisi perlu dilakukan. Berdasarkan petak omisi akan
diperoleh rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi, sehingga target hasil yang ingin
dicapai disetiap daerah dapat ditentukan, sehingga efisiensi pemakaian pupuk P dan K dapat
ditingkatkan.
Cara penentuan rekomendasi pemupukan P dan K dimulai dengan melakukan
pengujian sederhana petak omisi P dan K dengan perlakuan 

1). Tanpa N, dipupuk P dan K,

2). Tanpa P, dipupuk N dan K,

3). Tanpa K, dipupuk N dan P, dan

4). Dipupuk NPK. 

BAB III
Rekomendasi Untuk Persentase Tertentu Dari Hasil Maksimal
(Persamaan Mitscherlich & Bray)

Berdasarkan tingkat perbedaan hasil tanpa pupuk P dan K dengan pemupukan


lengkap NPK maka didapat rekomendasi pemupukan P dan K sesuai dengan tingkat hasil
yang ingin dicapai di lokasi pengujian. Bila tingkat perbedaan hasil tanpa P kecil (< 1 t/ha),
untuk mendapatkan target hasil gabah 5 dan 7 t/ha dibutuhkan pupuk P sebanyak 50 dan 75
kg SP-36/ha. Bila tingkat perbedaan hasil sedang (1-2 t/ha) serta tinggi (> 2 t/ha), untuk
mendapatkan target hasil gabah 5 dan 7 t/ha dibutuhkan pupuk P sebanyak 75 dan 100 kg SP-
36/ha serta  100 dan 125 kg SP-36/ha (Tabel 5).

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan P berdasarkan tingkat perbedaan hasil antara petak


omisi tanpa pupuk P dengan pemupukan lengkap NPK.

  Pupuk P O  (kg SP-36/ha)


2 5

Target hasil Beda hasil rendah Beda hasil sedang (1-2 Beda hasil tinggi
 (< 1 t/ha) t/ha) (> 2 t/ha)
5 t/ha 50 75 100
7 t/ha 75 100 125
Berdasarkan petak omisi K, bila tingkat perbedaan hasil tanpa K rendah (< 1 t/ha),
untuk mendapatkan target hasil gabah 5  t/ha tanpa pengembalian jerami ke lahan sawah
dibutuhkan pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha dan dengan pengembalian jerami ke lahan sawah
tanpa diperlukan pupuk KCl, sedangkan untuk mendapatkan target hasil  gabah 7 t/ha tanpa
pengembalian jerami dibutuhkan pupuk KCl sebanyak  75 kg/ha dan 50 kg/ha dengan
pengambalian jerami ke lahan sawah. Bila perbedaan hasil sedang (1-2 t/ha), untuk mencapai
terget hasil 5 t/ha tanpa pengembalian jerami ke lahan dibutuhkan pupuk KCl sebanyak  75
kg/ha serta 50 kg/ha dengan pengembalian  jerami ke lahan, sedangkan untuk mendapatkan
target hasil 7 t/ha tanpa pengembalian jerami ke lahan dibutuhkan pupuk KCl sebanyak 
100 kg/ha dan 50 kg/ha dengan pengembalian jerami ke lahan. Bila tingkat perbedaan hasil
tinggi (> 2 t/ha), untuk mendapatkan target hasil 5 t/ha tanpa dan dengan pengembalian
jerami ke lahan diperlukan pupuk KCl  sebanyak  100 kg/ha, sedangkan untuk
mendapatkan target hasil 7 t/ha tanpa pengembalian jerami ke lahan sawah dibutuhkan pupuk
KCl sebanyak 125 kg/ha dan 100 kg/ha dengan pengembalian jerami ke lahan sawah (Tabel
6).
Tabel 6. Rekomendasi pemupukan K berdasarkan tingkat perbedaan hasil antara petak omisi
tanpa pupuk K dengan pemupukan lengkap NPK.

Target   Pupuk K O (kg KCl/ha)


2

hasil
Pengelolaan jerami Beda hasil rendah Beda hasil sedang Beda hasil tinggi
(< 1 t/ha) (1-2 t/ha) (> 2 t/ha)
5 t/ha Tanpa jerami 50 75 100
Dengan jerami 0 50 100
7 t/ha Tanpa jerami 75 100 125
Dengan jerami 50 50 100
 

BAB IV

Rekomendasi Berdasarkan Target Hasil


Ada dua cara pemberian pupuk N (Urea) dengan menggunakan BWD, yaitu :

1). Dosis dan waktu pemberian N berdasarkan BWD. Dengan cara ini, pemupukan pertama
diberikan 10-14 hari setelah tanam (HST), tanpa menggunakan BWD dengan dosis 75 kg
Urea/ha pada musim hasil tinggi, serta 0-50 kg Urea pada musim hasil rendah. Pemberian
pupuk selanjutnya dilakukan menggunakan BWD dengan selang waktu 7-10 hari dan
dilakukan  pada 28-62 HST. Bila pengukuran BWD kecil  dari batas kritis pemupukan
segera diberi pupuk Urea sebanyak 100 kg/ha pada musim hasil tinggi serta 75-100 kg
Urea/ha pada musim hasil rendah dan

2). Dosis dan waktu pemberian N ditentukan, sedangkan BWD digunakan sebagai
penyempurnaan pemupukan. Dengan cara ini, pemupukan pertama diberikan 10-14 hari
setelah tanam (HST), tanpa menggunakan BWD dengan dosis 75 kg Urea/ha pada musim
hasil tinggi, serta 0-50 kg Urea pada musim hasil rendah. Pemberian pupuk kedua dilakukan
pada stadia kritis pertumbuhan tanaman, yaitu anakan aktif (32-40 HST) menggunakan BWD
dengan dosis 100 kg Urea (BWD = 3,5), 50 kg Urea (BWD > 4), dan 125 kg Urea/ha (BWD
= < 3) pada musim hasil tinggi, sedangkan pada musim hasil rendah dengan dosis 100 kg
Urea (BWD = 3,5), 0 kg Urea (BWD > 4), dan 100 kg Urea/ha (BWD = < 3). Pemupukan
ketiga diberikan pada fase primordia (50-60 HST) dengan dosis 100 kg Urea (BWD = 3,5),
75 kg Urea (BWD > 4), dan 125 kg Urea/ha (BWD = < 3) pada musim hasil tinggi,
sedangkan pada musim hasil rendah dengan dosis 75 kg Urea (BWD = 3,5), 0-50 kg Urea
(BWD > 4), dan 100 kg Urea/ha (BWD = < 3).

Berdasarkan hasil analisis status hara P tanah, rekomendasi pemupukan P pada lahan
sawah berstatus P rendah (< 20 mg P O ) sebanyak 100-125 kg SP-35/ha/MT, pada lahan
2 5

sawah berstatus P sedang (20-40 mg P O ) sebanyak 75 kg SP-36/ha/MT, dan pada lahan


2 5

sawah berstatus P tinggi (> 20 mg P O ) sebanyak 50 kg SP-36/ha/MT. Rekomendasi pupuk


2 5

KCl sangat ditentukan oleh pengembalian/pemberian jerami ke lahan sawah, bila jerami
dikembalikan ke lahan, pemberian pupuk KCl cukup diberikan pada lahan sawah dengan
status K rendah sebanyak 50 kg KCl/ha, sedangkan pada lahan sawah berkadar K sedang dan
tinggi tidak perlu diberi pupuk KCl.

Berdasarkan petak omisi P dan K, rekomendasi pupuk didasarkan kepada tingkat


perbedaan hasil tanpa pupuk P atau K dibandingkan dengan pemupukan lengkap (NPK). Bila
tingkat perbedaan hasil tanpa P kecil (< 1 t/ha), untuk mendapatkan target hasil gabah 5 dan 7
t/ha dibutuhkan pupuk P sebanyak 50 dan 75 kg SP-36/ha/MT. Bila tingkat perbedaan hasil
sedang (1-2 t/ha) serta tinggi (> 2 t/ha), untuk mendapatkan target hasil gabah 5 dan 7 t/ha
dibutuhkan pupuk P sebanyak 75 dan 100 kg SP-36/ha/MT serta  100 dan 125 kg SP-
36/ha/MT.

Berdasarkan petak omisi K, bila tingkat perbedaan hasil tanpa K rendah (< 1 t/ha),
untuk mendapatkan target  hasil gabah 5  t/ha tanpa pengembalian jerami ke lahan sawah
dibutuhkan pupuk KCl sebanyak 50 kg/ha/MT dan dengan pengembalian jerami ke lahan
sawah tanpa diperlukan pupuk KCl, sedangkan untuk mendapatkan target hasil  gabah 7
t/ha tanpa pengembalian jerami dibutuhkan pupuk KCl sebanyak  75 kg/ha dan 50
kg/ha/MT dengan pengambalian jerami ke lahan sawah. Bila perbedaan hasil sedang (1-2
t/ha), untuk mencapai terget hasil 5 t/ha tanpa pengembalian jerami ke lahan dibutuhkan
pupuk KCl sebanyak  75 kg/ha/MT serta 50 kg/ha/MT dengan pengembalian  jerami ke
lahan, sedangkan untuk mendapatkan target hasil 7 t/ha tanpa pengembalian jerami ke lahan
dibutuhkan pupuk KCl sebanyak  100 kg/ha/MT dan 50 kg/ha/MT dengan pengembalian
jerami ke lahan. Bila tingkat perbedaan hasil tinggi (> 2 t/ha), untuk mendapatkan target hasil
5 t/ha tanpa dan dengan pengembalian jerami ke lahan diperlukan pupuk KCl  sebanyak 
100 kg/ha/MT, sedangkan untuk mendapatkan target hasil 7 t/ha tanpa pengembalian jerami
ke lahan sawah dibutuhkan pupuk KCl sebanyak 125 kg/ha/MT dan 100 kg/ha/MT dengan
pengembalian jerami ke lahan sawah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, S., C. Witt, dan T. Fairhurst. 2002. Petunjuk Teknis Pemupukan Spesifik
Lokasi. Implementasi Omission Plot Padi. Potash and Phosphate Institute (ESEAP).
International Rica Research Institute (IRRI) dan Balai Penelitian Tanaman Padi.
Burbey, A. Sahar, Dj. Djamaan, A. Dt. Tambijo, E. Mawardi, A. Izmi, Azizar dan Irman.
2003. Rekomendasi Pemupukan P dan K Padi Sawah di Kota Padang dan Kabupaten Padang
Pariaman. Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian BPTP Sumatera Barat, 57 hlm (tidak
dipublikasikan).

_______, A. Sahar, Z. Kari, Aguswarman, Adrizal, Misran, Azizar dan Irman, 2004.
Pengkajian Pemupukan P dan K Spesifik Lokasi. Laporan Akhir Pengkajian BPTP Sumatera
Barat, 59 hlm (Tidak dipublikasikan).

_______, Z. Kari, Adrizal, Azizar, Misran, A. Izmi. 2005. Pemetaan status hara P dan K
lahan sawah Kabupaten Agam. Laporan Hasil Penelitian Kerjasama BPTP Sumatera Barat
dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Agam.

Taslim, H., S. Partohardjono dan Subandi. 1993. Pemupukan Padi Sawah. Dalam Padi, 1993.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Puslitbangtan, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai